• Tidak ada hasil yang ditemukan

Independensi Auditor

Dalam dokumen Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi (Halaman 170-173)

Komite Audit telah menelaah dan membahas dengan Auditor Independen KAP Tanudiredja, Wibisana &

Rekan, a member firm of PricewaterhouseCoopers

global network, yang bertanggung jawab untuk

memberikan pendapat mereka mengenai kesesuaian Laporan Keuangan Konsolidasian dan daftar-daftar terkait dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan AS dan pendapat mereka mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan, tidak hanya penilaian terhadap akseptabilitas tetapi juga kualitas dari standar akuntansi keuangan yang diterapkan oleh Perusahaan dan hal-hal lain yang harus di diskusikan dengan Komite Audit, seperti standar dari Public Company Accounting Oversight

Board (“PCAOB”), Peraturan Bapepam-LK dan SEC

serta peraturan-peraturan lain yang berlaku, Selain itu, Komite Audit juga telah mendiskusikan dengan PwC mengenai independensi Kantor Akuntan Publik terhadap manajemen Kami terhadap Perusahaan Kami sendiri termasuk hal-hal yang tercantum dalam surat PwC, seperti yang diwajibkan menurut Peraturan PCAOB 3526, komunikasi dengan Komite Audit mengenai independensi. mempertimbangkan pengaruh dari jasa-jasa non-audit dari Kantor Akuntan Publik. Komite Audit telah menerima surat dari PwC yang memberikan penjelasan, seperti yang diwajibkan menurut peraturan PCAOB 3526, mengenai semua hubungan antara PwC dengan Perusahaan yang menurut pertimbangan profesional mereka dapat dianggap mengganggu independensi. PwC telah mendiskusikan independensinya dengan Komite Audit dan telah memberikan konfirmasi melalui suratnya tersebut bahwa, menurut pertimbangan profesional mereka, PwC adalah independen terhadap Perusahaan.

Integrated Audit

• Komite Audit telah menelaah laporan manajemen mengenai evaluasi manajemen terhadap efektifitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan dan laporan PwC mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Kami. Komite Audit juga telah kelemahan-kelemahan yang signifikan yang diidentifikasi selama proses evaluasi dan proses audit dengan manajemen dan PwC; dan rencana manajemen untuk meremediasi kelemahan-kelemahan pengendalian internal atas pelaporan keuangan tersebut.

• Komite Audit telah membahas dengan internal auditor Perusahaan dan PwC mengenai seluruh ruang lingkup dan rencana audit mereka. Komite Audit telah mengadakan rapat dengan internal auditor dan PwC, tanpa kehadiran manajemen, untuk membahas hasil pemeriksaan dan hasil evaluasi mereka terhadap pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta kualitas pelaporan keuangan Perusahaan secara keseluruhan.

Komite Audit juga telah menelaah dan mendiskusikan Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit dan daftar-daftar terkait dalam Laporan Tahunan (Form 20-F) dengan manajemen Perusahaan. diskusi ini mencakup pembahasan mengenai kualitas dan akseptabilitas dari standar akuntansi keuangan yang diterapkan Perusahaan, kelayakan accounting

judgment yang signifikan, dan kecukupan pengungkapan

dalam Laporan Keuangan Konsolidasian. manajemen telah mengkonfirmasikan kepada Komite Audit bahwa laporan keuangan konsolidasian tersebut: (i) merupakan tanggung jawab manajemen dan telah disajikan dengan penuh integritas serta obyektif; dan (ii) telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Berdasarkan hasil diskusi dan pembahasan di atas, Komite Audit merekomendasikan kepada dewan Komisaris, dan dewan Komisaris telah menyetujui agar Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah di audit dan daftar-daftar terkait serta evaluasi manajemen terhadap efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan untuk disertakan ke dalam laporan tahunan on Form 20-F yang akan dilaporkan Perusahaan kepada Bapepam-LK dan SEC.

Whistleblower

• Komite telah menyusun prosedur untuk menerima dan menangani pengaduan yang berkaitan dengan masalah akuntansi, pengendalian internal dan auditing, termasuk prosedur untuk memastikan kerahasiaan karyawan, pengaduan permasalahan tanpa nama yang disampaikan karyawan sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 dan Sarbanes-Oxley Act of 2002 Section 301 tentang

Public Company Audit Committee.

• Berkaitan dengan manajemen risiko Perusahaan,

Komite Audit juga mengawasi dan memonitor risiko kecurangan dan risiko-risiko pelaporan keuangan yang mungkin berdampak material pada laporan keuangan.

Penerapan Program Whistleblower

Sebagai bagian dari entity level control, sejak tahun 2006 Telkom telah menerapkan program whistleblower yang dirancang untuk mengakomodasi, menginvestigasi, dan menindaklanjuti pengaduan dari karyawan Telkom Group dan dari pihak ketiga dengan tetap menjaga kerahasiaan pelapor. Penerapan program whistleblower yang dikelola oleh Komite Audit ditetapkan dengan Keputusan dewan Komisaris dan diratifikasi dengan Keputusan direksi.

Komite Audit akan menindaklanjuti pengaduan yang berasal dari karyawan Telkom Group dan dari pihak ketiga yang berkaitan dengan:

• Akuntansi dan Auditing. Permasalahan akuntansi dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang berpotensi mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan serta permasalahan audit terutama mengenai independensi auditor independen;

• Pelanggaran Peraturan. Pelanggaran peraturan pasar modal dan peraturan perundangan terkait dengan operasi Perusahaan maupun pelanggaran terhadap peraturan internal yang berpotensi mengakibatkan kerugian bagi Telkom;

• Kecurangan dan/atau dugaan korupsi. dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi yang dilakukan oleh pejabat dan/atau karyawan Telkom; dan

• Kode Etik. Perilaku direksi dan manajemen yang tidak terpuji yang berpotensi mencemarkan reputasi Telkom atau mengakibatkan kerugian bagi Telkom. Perilaku direksi dan manajemen yang tidak terpuji meliputi antara lain: tidak jujur, potensi benturan kepentingan (conflict of interest) atau memberikan informasi yang menyesatkan kepada publik.

Telkom juga telah membangun suatu mekanisme kerja antara Komite Audit dengan Internal Audit dan Komite Investigasi termasuk protokol dengan Telkomsel untuk menindaklanjuti pengaduan yang diterima. Selain itu, program whistleblower juga telah disosialisasikan dan telah dipahami oleh karyawan.

Selama tahun 2011, Komite Audit menindaklanjuti 9 pengaduan yang memenuhi syarat dengan kategori pengaduan terkait dengan akuntansi, pengendalian internal, pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan pelanggaran kode etik.

Karyawan Telkom Group ataupun pihak ketiga dapat menyampaikan pengaduan secara tertulis mengenai permasalahan akuntansi dan auditing, pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi dan pelanggaran kode etik langsung kepada Komisaris Utama atau kepada Ketua Komite Audit PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. melalui e-mail, fax atau surat dengan alamat:

E-mail : ka301@telkom.co.id

Fax : (021) 527 1800

Surat : Komite Audit PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Gedung Grha Citra Caraka, Lantai 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta 12710

Website : http://whistleblower.telkom.co.id

Pengaduan harus memenuhi syarat sebagai berikut: • disampaikan melalui e-mail, fax atau surat;

• memberikan informasi mengenai permasalahan pengendalian internal, akuntansi, audit, pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi dan pelanggaran kode etik; dan

• Informasi yang dilaporkan harus didukung dengan bukti-bukti yang cukup dan dapat diandalkan sebagai data awal untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan pengaduan untuk memenuhi Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 dan Sarbanes-Oxley Act of 2001

Section 301 tentang Public Company Audit Committee

harus ditempatkan dalam kerangka peningkatan GCG. Karena itu, syarat pengaduan diperlukan untuk menjaga agar para pelapor menyampaikan pengaduan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bukan bersifat fitnah yang dapat mencemarkan nama baik atau reputasi seseorang.

Sepanjang tahun 2011, Komite Audit telah mengadakan rapat 30 kali pertemuan. Rapat ini diselenggarakan sesuai dengan persyaratan dalam Audit Committee Charter dan bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bagi tiap anggota dan Komite Audit. Jumlah pertemuan dan tingkat kehadiran anggota Komite Audit adalah sebagai berikut:

Tabel Jumlah Rapat Komite Audit

Nama Jumlah

Rapat KehadiranJumlah Persentase Kehadiran

Rudiantara 30 27 90%

Salam 30 30 100%

Johnny Swandi Sjam 30 20 67%

Bobby A.A. Nazief 30 16 53%

Sahat Pardede 30 30 100%

Agus Yulianto 30 30 100%

Jakarta, 30 maret 2012

Rudiantara

Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk berdasarkan Keputusan dewan Komisaris No.003/KEP/dK/2005 tertanggal 21 April 2005 tentang Pembentukan Komite Nominasi dan Remunerasi.

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Nominasi dan Remunerasi

Tujuan pembentukan Komite Nominasi dan Remunerasi adalah untuk melaksanakan, mengatur dan menegakkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik sejalan dengan proses pencalonan posisi strategis dalam manajemen dan menetapkan besaran remunerasi bagi direksi. Komite Nominasi dan Remunerasi ini bertugas untuk:

• Mengembangkan sistem nominasi dan pemilihan bagi posisi strategis dalam Perusahaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, antara lain transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kewajaran dan independensi; • Membantu Dewan Komisaris dalam memilih kandidat

bagi posisi strategis di Perusahaan, yaitu satu level di bawah direktur, sebagaimana juga direktur dan Komisaris pada Anak Perusahaan yang terkonsolidasi dengan kontribusi mencapai 30% atau lebih terhadap pendapatan konsolidasian Perusahaan, seperti Telkomsel. Khusus untuk Telkomsel, rekomendasi Komite dikonsultasikan kepada pemegang saham Seri A dwiwarna; dan

• Merumuskan sistem remunerasi bagi Direksi berdasarkan perhitungan kewajaran dan kinerjanya.

Independensi Komite Nominasi dan Remunerasi

Untuk menjaga independensi dalam pelaksanaan tugasnya, anggota Komite Nominasi adalah anggota yang tidak memiliki hubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan perseroan.

Berikut ini adalah susunan Anggota Komite Nominasi dan Remunerasi per 31 desember 2011:

Ketua Jusman Syafii djamal

Sekretaris/Anggota Yuki Indrayadi

Anggota mahmuddin Yasin

Bobby A.A. Nazief Rudiantara

Johnny Swandi Sjam

Jusman Syafii Djamal - Ketua/Komisaris

Jusman Syafii djamal merupakan Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi dan bertanggung jawab terhadap pemberian arahan dan koordinasi pelaksanaan tugas Komite.

Mahmuddin Yasin - Komisaris

mahmuddin Yasin merupakan anggota Komite dan bertanggung untuk mengkoordinasikan masukan yang berasal dari pemegang saham pengendali terkait dengan isu-isu nominasi dan remunerasi.

Bobby A.A. Nazief - Komisaris

Bobby A.A. Nazief merupakan anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan masukan yang berasal dari pihak-pihak yang berhubungan dengan pemegang saham pengendali terkait dengan isu-isu nominasi dan remunerasi

Rudiantara - Komisaris Independen

Rudiantara adalah anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan isu nominasi dan remunerasi dengan pihak manajemen dan pihak eksternal yang independen.

Johnny Swandi Sjam - Komisaris Independen

Johnny Swandi Sjam adalah anggota Komite dan juga memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan isu-isu nominasi dan remunerasi dengan pihak manajemen dan pihak eksternal yang independen.

Yuki Indrayadi - Sekretaris/Sekretaris Dewan Komisaris

Yuki Indrayadi adalah sekretaris merangkap sebagai anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengelola administrasi dan dokumentasi Komite.

Seluruh anggota Komite Nominasi dan Remunerasi (kecuali Bobby A.A. Nazief, mahmuddin Yasin, dan Johnny Swandi Sjam) merupakan anggota eksternal dan bersifat independen.

Pada tahun 2011, Komite Nominasi dan Remunerasi melakukan pembahasan terhadap hal-hal terkait nominasi dan remunerasi sebagai berikut:

Nominasi

Komite ini bertugas sesuai dengan Keputusan dewan Komisaris No.07/KEP/dK/2010 tertanggal 30 April 2010 terkait dengan penunjukan posisi strategis di Perusahaan, yaitu:

1. mengisi posisi yang berada setingkat di bawah direksi Perusahaan atau direksi pada Anak Perusahaan, direksi harus berkonsultasi dengan dewan Komisaris; dan 2. Sesuai dengan Anggaran dasar Perusahaan, untuk

mengisi posisi direksi dan dewan Komisaris dalam Anak Perusahaan yang terkonsolidasi yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan konsolidasi sebesar 30% atau lebih, direksi Perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari dewan Komisaris.

Sepanjang tahun 2011, Komite telah menyampaikan masukan terkait dengan usulan pencalonan beberapa posisi strategis, yaitu: EGm divisi Carrier & Interconnection Service, anggota direksi PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin), EGm divisi Infrastruktur Telekomunikasi dan EGm divisi Access. Komite juga memberikan masukan atas kandidat anggota dewan Komisaris dan anggota direksi PT Telkomsel.

Remunerasi

Pada tahun 2011, Komite membantu dewan Komisaris dalam menyiapkan usulan mengenai remunerasi anggota direksi dan Komisaris untuk diajukan kepada pemegang saham. dengan dibantu oleh konsultan independen, bahan usulan remunerasi tersebut disusun berdasarkan

benchmark terhadap remunerasi direksi

perusahaan-perusahaan telekomunikasi regional.

Dalam dokumen Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi (Halaman 170-173)