• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan Anti Gratifikasi

Dalam dokumen Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi (Halaman 195-198)

Konsistensi penerapan Pakta Integritas telah dimulai sejak ditetapkan kebijakan Pakta Integritas pada tahun 2009. dalam konsepnya, kebijakan Pakta Integritas adalah mempertajam penerapan GCG di perusahaan terutama berkaitan dengan 9 area implementasi GCG yaitu:

Kode Integritas;

Etika Bisnis;

menghindari Benturan Kepentingan/Konflik Kepentingan

(conflict of interest);

Larangan melakukan Gratifikasi;

Larangan melakukan Transaksi oleh Orang dalam

(insider trading);

menjaga Kerahasiaan Informasi;

Pencegahan atas tindakan memperkaya diri atau pihak

lain yang merugikan keuangan Perusahaan pada Area Pengadaan dan Kemitraan;

Integritas Layanan; dan

Integritas Pelaporan Keuangan Perusahaan.

meskipun Perusahaan telah menerapkan praktek GCG, namun masih dipandang perlu untuk memberikan atensi khusus pada area-area tertentu untuk mencegah potensi kerugian keuangan Perusahaan dan mewujudkan ’island of integrity’ (salah satu alat atau instrumen reformasi birokrasi dan pencegahan KKN dengan konsentrasi pada upaya penciptaan keterbukaan, akuntabilitas dan partisipasi).

Penguatan Anti Gratifikasi di tahun 2011

meskipun penerapan anti gratifikasi telah dilaksanakan sejak tahun 2006 melalui kebijakan internal Perusahaan nomor: KF.67/PR180/Sdm-10/2006 tentang Larangan melakukan Gratifikasi dan setiap tahun dikeluarkan Instruksi direksi untuk mengingatkan karyawan, namun demikian, penerapan gratifikasi masih dirasakan belum efektif.

Untuk itu, pada tahun 2011 Telkom bersama dengan KPK melakukan kerjasama untuk memperkuat anti gratifikasi di Perusahaan, khususnya memperjelas kategori gratifikasi yang, membangun efektivitas pelaporan gratifikasi dan pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi (”UPG”) di Perusahaan. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan adalah training of trainer

change agent dan pendampingan penyusunan kebijakan

pengelolaan UPG.

6. Pengelolaan Proses Berbasis ISO

Sejak tahun 1996/1997, Telkom secara konsisten telah menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO dan mengintegrasikannya dengan kriteria keunggulan kinerja berbasis malcolm Baldrige sejak tahun 2001. Penerapan sistem manajemen mutu berbasis ISO dan malcolm Baldrige tidak lain adalah untuk membangun proses tata kelola dan kinerja melalui disiplin proses dan pendokumentasian yang baik yang dijalankan untuk mencapai keunggulan Perusahaan berbasis proses kinerja.

Konsistensi Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9000/QM 9004

Beberapa sertifikasi yang telah diperoleh adalah ISO 9001: 2008 (sistem manajemen mutu - peningkatan kepuasan pelanggan) sejak tahun 1996/1997, Qm/ISO 9004:2000 (sistem manajemen mutu - peningkatan kinerja) sejak tahun 2007 dan ISO 27001:2005 (Information Security

Konsistensi Pengelolaan Keunggulan Kinerja berbasis Malcolm Baldrige

Penerapan keunggulan dan penilaian kinerja berbasis malcolm Baldrige telah diterapkan sejak tahun 2001. Konsistensi penerapaannya masih tetap terjaga hingga saat ini. Tahun 2011, penerapan dan penilaian keunggulan kinerja berbasis Malcolm

Baldrige diterapkan untuk tingkat Unit, Unit Network

Regional dan Unit divisi Enterprises meliputi UNER, UNES, Unit dBS dan Unit CISC.

Perluasan Penerapan ISO 27000 (Information Security Management System) di Tahun 2011

Pengelolaan keamanan informasi telah diterapkan sejak tahun 2006 melalui kebijakan internal Perusahaan nomor Kd.57/HK-290/ITS-30/2006. Tahap demi tahap untuk area produk strategis telah dijaminkan dan disertifikasi dalam Sistem manajemen mutu ISO 27001:2005 sejak tahun 2009. Pada tahun 2011, penerapaan ISO 27000 kembali diperluas untuk produk strategis lainnya.

7. Penerapan Tata Kelola Perencanaan

Perusahaan

Konsistensi tata kelola perencanaan merupakan salah satu perhatian utama manajemen dalam menerapkan GCG. Sesuai kebijakan Perusahaan nomor Kd.74/LB100/CA-20/2006, manajemen memastikan bahwa perencanaan perusahaan dilakukan secara sistematis, lebih mudah, teratur, terintegrasi, sesuai visi dan misi Perusahaan, serta dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya; juga memudahkan dalam melakukan evaluasi dan pengendalian pada saat pelaksanaannya.

model perencanaan Perusahaan secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) tahap perencanaan yaitu:

• Penyelarasan harapan pemangku kepentingan

Pada tahap ini, Perusahaan mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan menganalisis harapan setiap pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan utama Telkom dalam hal ini meliputi pemegang saham, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah dan rekan bisnis. Analisis atas harapan pemangku kepentingan utama tersebut memberikan informasi yang sangat berguna untuk menyusun perencanaan strategis dan sasaran strategis perusahaan. Peran GCG sangat penting pada tahap ini untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan harapan dan keinginan semua pemangku kepentingan utama agar tidak menimbulkan benturan kepentingan satu dengan yang lainnya.

• Perumusan strategi Perusahaan (strategic

formulation)

Pada tahap ini, perumusan strategi diawali dengan penetapan visi dan misi Perusahaan dengan memperhatikan harapan-harapan semua pemangku kepentingan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis strength, weaknesses,

opportunities dan treat (“SWOT”) organisasi

dikaitkan dengan tingkat persaingan, pertumbuhan industri, perubahan teknologi, perubahan perilaku pelanggan, makro dan mikro ekonomi, dan lain-lain. Langkah berikutnya dilakukan pemetaan sasaran strategis organisasi yang tertuang pada dokumen

Corporate Strategy Scenario (“CSS”). CSS merupakan

hirarki perencanaan tertinggi sebagai acuan utama menyusun perencanaan Perusahaan. CSS disusun berdasarkan masukan/usulan dari direktorat dengan arahan dewan direksi dan dewan Komisaris. CSS diharapkan memenuhi persyaratan perencanaan yang baik antara lain adalah menuangkan nilai kuantitatif, dapat diukur, realistis, mudah dipahami, menantang, hirarkis dan dapat dicapai.

dalam menyusun CSS, Perusahaan menggunakan beberapa rujukan antara lain:

1. Analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal Perusahaan, peluang bisnis serta tantangan persaingan;

2. Analisis portofolio bisnis (portofolio perusahaan, portofolio produk, Boston Window);

3. Analisis pangsa pasar/cakupan, kekuatan merk/ modal; dan

4. Rumusan strategi jangka panjang Telkom yang disebut dengan CSS yang berisi penetapan kebijakan, program dan proyeksi keuangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Setiap tahun, Telkom mengkaji kembali CSS berdasarkan faktor-faktor perubahan internal dan eksternal dan menuangkannya dalam

Corporate Annual Message (CAm).

mekanisme penyusunan CSS dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyusunan rancangan strategi yang dipersiapkan oleh dewan direksi;

2. Penelahan intensif oleh dewan Komisaris dan Komite Perencanaan dan Pengelolaan Risiko (”KPPR”); 3. Pembahasan antara KPPR dengan tim teknis

manajemen yang diwakili oleh Unit Strategic Investment and Corporate Planning (”SICP”); 4. Pembahasan antara dewan direksi dan dewan

Komisaris;

5. Penyusunan rancangan akhir CSS oleh SICP dan KPPR; dan

• Strategi bisnis

Pada tahap ini, CSS dijabarkan menjadi perencanaan bisnis jangka panjang (master plan) dan turunannya sebagai perencanaan jangka pendek atau tahunan. dalam master plan ditetapkan sasaran dan rencana kerja Perusahaan lima tahun sesuai lingkup fungsional perencanaan, sedangkan pada perencanaan jangka pendek telah tercantum sasaran dan rencana kerja tahunan yang lengkap disertai rencana kerja dan anggarannya.

Beberapa dokumen perencanaan bisnis dan perencanaan tahunan pada tahap ini meliputi: 1. CSS, adalah dokumen utama rencana Perusahaan

yang berisi visi, misi, sasaran, strategi korporasi, strategi inisiatif, kebijakan dan program utama yang disusun dalam waktu lima tahun kedepan; 2. Group Business Plan (“GBP”) atau Master Plan

(“mP”), merupakan rencana jangka panjang Perusahaan di tingkat direktorat yang merupakan penjabaran dari CSS;

3. Corporate Annual Message (CAm), yaitu arahan direktur Utama mengenai program prioritas satu tahun anggaran mendatang yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dalam kerangka waktu satu tahun mendatang; 4. Rencana Kerja manajerial (“RKm”), adalah rencana

kerja yang disusun sebagai penjabaran Corporate

Annual Message (“CAm”) yang akan dipakai

dalam penyusunan RKAP dan disusun dalam kurun waktu satu tahun anggaran;

5. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (“RKAP”), adalah program-program kerja dan anggaran Perusahaan yang disusun dalam kerangka waktu satu tahun mendatang; dan

6. Rencana Kerja dan Anggaran (“RKA”), merupakan program-program kerja dan anggaran yang disusun dalam kerangka waktu satu tahun anggaran oleh direktorat operasi, unit fungsional korporasi, unit corporate support, unit bisnis, Anak Perusahaan dan yayasan.

Peran GCG dalam perencanaan Perusahaan adalah untuk menjamin dan memastikan keseluruhan proses dan kegiatan perencanaan dapat berlangsung baik, bertanggungjawab, transparan dan mampu memberi nilai tambah yang berkesinambungan bagi Perusahaan, serta tentu saja tidak bertentangan dengan kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

8. Penerapan Tata Kelola TI

Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bisnis informasi, Telkom senantiasa berusaha untuk memanfaatkan seluas mungkin penggunaan teknologi dalam pengelolaan Perusahaan. Hampir seluruh titik dalam value-chain Perusahaan telah terintegrasi

dalam jaringan TI. Selain untuk pengoperasian jaringan seluruh infrastruktur alat produksi, semua aspek penting dalam manajemen Perusahaan seperti keuangan, logistik, sumber daya manusia termasuk juga pelayanan kepada karyawan, pelanggan, pemasok dan pemangku kepentingan lainnya telah memanfaatkan jaringan TI Telkom.

manajemen Telkom yakin bahwa penerapan TI secara luas dalam Perusahaan akan secara langsung meningkatkan penerapan Tata Kelola Perusahaan menjadi lebih baik lagi karena disamping akan mendorong terselenggaranya prinsip pokok transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan kewajaran juga akan memudahkan sosialisasi, pengawasan dan penegakannya (enforcement).

Pembentukan pengendalian umum TI dan pengendalian aplikasi melalui penilaian risiko telah memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan TI sebagai faktor pendukung dan instrumen yang memfasilitasi usaha Telkom pada saat ini maupun di masa mendatang.

Kerangka kerja pengelolaan tata kelola IT mengacu pada Control Objectives for Information and related

Technologies (“COBIT”) yang dituangkan sebagai

kebijakan Keamanan Sistem Informasi (Kd 57/Tahun 2007) meliputi:

Informasi, sistem pengolahan data/informasi,

jaringan dan sarana penunjang merupakan aset informasi yang sangat penting bagi Perusahaan;

Penerapan sistem keamanan informasi untuk

menjamin integritas aset dan informasi, sehingga dapat menjaga nilai kompetitif, arus kas, profitabilitas, kepatuhan hukum dan citra komersial Perusahaan;

Penerapan sistem keamanan informasi meliputi

penilaian risiko, penilaian keamanan, kepatuhan pada peraturan dan hukum dan kebutuhan bisnis; dan

Keberhasilan penerapan sistem keamanan informasi

dapat dicapai dengan menerapkan pemahaman yang sama, pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan.

Beberapa contoh praktek tata kelola TI dalam operasi Kami adalah:

a. User Access Review, dalam level operasional, hak akses oleh setiap user pada setiap aplikasi sistem informasi ditetapkan sesuai kewenangannya yang tercantum pada Distinct Job Manual (”dJm”) dan setiap perubahan yang terjadi karena adanya perubahan aplikasi, perubahan organisasi, mutasi karyawan, pensiun karyawan dan lain sebagainya maka secara berkala dievaluasi untuk memastikan keamanannya;

b. Password Management, untuk menjamin tidak terjadi penyalahgunaan aplikasi di tingkatan operasional, secara berkala penggantian

password harus dilakukan dengan standar

ketentuan password, dan penyalahgunaan

password merupakan pelanggaran atas disiplin

pegawai yang mendasar dan akan dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam kebijakan Perusahaan (KR 30/Tahun 2007);

c. Audit Log/Audit Trail, dalam operasi pengelolaan TI, setiap aplikasi harus memiliki kemampuan untuk menyimpan setiap transaksi atau kejadian. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin akuntabilitas atas sistem informasi sehingga setiap kejadian dapat dilacak dan urutan kejadiannya dapat dibuktikan untuk keperluan pendeteksian/ pemeriksaan atas kecurangan, pencegahan atas kejadian yang tidak diinginkan, perbaikan atas kesalahan dan untuk umpan balik/masukan untuk peningkatan sistem; dan

d. End User Computing, dalam tingkatan operasional penggunaan aplikasi independen yang ada pada masing-masing pengguna komputer harus dikelola dan diatur sesuai standard end user computing yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

Pada tahun 2010, Telkom meraih penghargaan BUmN

Award sebagai the best of IT BUmN yang dinilai dari

aspek pelanggan, relasi dan jaringan.

9. Penerapan e-procurement

Sebagai wujud komitmen penerapan GCG dan Pakta Integritas, Telkom terus konsisten hingga saat ini untuk mengelola proses pengadaan dan kemitraan dengan berbasis prinsip transparansi, akuntabilitas dan kesetaraan. Sejak tahun 2004, proses pengadaan telah diselenggarakan secara elektronik dengan sistem e-auction melalui aplikasi JALINTRAdE. melalui penerapan aplikasi tersebut, keseluruhan proses tender dan negosiasi telah berbasis komputer sehingga berlangsung adil dan transparan.

Kami terus berupaya untuk meningkatkan kualitas

e-procurement. Beberapa manfaat yang telah

diperoleh antara lain: kecepatan proses tender, penetapan calon peserta tender secara elektronik sesuai persyaratan yang ditentukan, pemilihan pemenang secara elektronik, dan manfaat lainnya terkait dengan kualitas proses yang semakin baik, kewajaran harga, keadilan, transparansi dan mencegah terjadinya intervensi.

dengan e-procurement, kontak fisik antara pemasok/ mitra dengan panitia diminimalkan dan semua kegiatan tender dilakukan dengan sistem komputer sehingga menunjang transparansi dengan seluruh pemasok memperoleh informasi yang sama.

10.Pengembangan kompetensi SDM

Dalam dokumen Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi (Halaman 195-198)