INDIKATOR PENDIDIKAN
D. Indikator Kualitas dan Keuangan 1. Indikator Kualitas
2. Indikator Keuangan
a. Belanja publik untuk pendidikan sebagai persentase dari produk domestik bruto5 Indikator ini adalah total belanja publik untuk pendidikan (belanja berjalan dan belanja modal) yang dinyatakan sebagai persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam sebuah tahun buku di tingkat nasional. Indikator ini menunjukkan proporsi kekayaan suatu negara yang dihasilkan selama tahun buku yang telah dikhususkan oleh pemerintah untuk pengembangan pendidikan.
Sumber data berasal dari laporan keuangan tahunan oleh pemerintah pusat atau provinsi atau kabupaten/kota. Data PDB biasanya tersedia dari laporan Neraca Nasional dari Badan Pusat Statistik. Pada prinsipnya persentase yang tinggi dari belanja publik untuk pendidikan menunjukkan tingginya perhatian yang diberikan kepada investasi keuangan untuk pendidikan oleh pemerintah, dan sebaliknya.
Apa standar kualitas dan keterbatasan indikator ini?
Total belanja publik untuk pendidikan harus menyertakan semua belanja yang dibebankan oleh semua kementerian dan tingkat administrasi terkait. Total belanja publik untuk pendidikan mengacu pada semua belanja untuk pendidikan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota dan belanja. Yang dimaksud dengan pemerintah pusat adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Statistik belanja harus mencakup transaksi yang dilakukan oleh kementerian atau semua dinas dengan tanggung jawab pendidikan di semua tingkatan pengambilan keputusan.
Keterbatasan indikator ini adalah data mengenai total belanja publik untuk pendidikan hanya mengacu pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tanpa menyertakan kementerian lain atau pemerintah daerah yang menghabiskan sebagian dari anggaran untuk kegiatan pendidikan.
Total belanja publik untuk pendidikan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2014 mencapai Rp375,4 triliun, sementara besar PDB adalah Rp10.542,7 triliun.
b. Belanja publik untuk pendidikan sebagai persentase belanja pemerintah
Indikator ini adalah total belanja publik untuk pendidikan –berjalan dan modal– yang dinyatakan sebagai persentase dari total belanja pemerintah dalam sebuah tahun buku. Indikator ini menunjukkan proporsi total belanja pemerintah untuk sebuah tahun buku yang telah dihabiskan untuk pendidikan. Indikator ini mencerminkan tingkat komitmen dari pemerintah untuk mencurahkan sumber daya keuangan demi pengembangan sistem pendidikannya. Indikator ini dihitung dengan rumus berikut:
total belanja publik untuk pendidikan yang dibebankan oleh semua
instansi pemerintah dalam sebuah tahun buku x 100
total belanja pemerintah untuk tahun buku yang sama
Sumber data: Laporan keuangan tahunan yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan; laporan Neraca Nasional oleh Kantor Statistik Pusat dan laporan keuangan dari berbagai departemen pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pendidikan terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Indikator ini dapat dipisahkan berdasarkan tingkat administrasi, berdasarkan lokasi geografis (daerah, perkotaan/pedesaan), dan berdasarkan tujuan belanja (honorarium, bahan ajar, dan lain-lain). Persentase yang tinggi dari belanja pemerintah untuk pendidikan menunjukkan tingginya tingkat investasi pemerintah di bidang pendidikan, dan sebaliknya.
Apa standar kualitas dan keterbatasan indikator ini?
Total belanja publik untuk pendidikan harus menyertakan semua belanja yang dibebankan oleh semua kementerian dan tingkat administrasi terkait.
Belanja publik untuk pendidikan sebagai persentase dari belanja pemerintah tidak pernah bisa bulat 100% karena belanja pemerintah meliputi pengeluaran untuk berbagai sektor ekonomi dan sosial, selain pendidikan. Kemungkinan perbedaan antara tahun anggaran dan periode anggaran tahun pendidikan juga harus dipertimbangkan. Dalam beberapa contoh, data mengenai total belanja publik untuk pendidikan hanya mengacu pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tanpa menyertakan kementerian lain yang menghabiskan sebagian dari anggaran untuk kegiatan pendidikan.
c. Belanja berjalan publik per peserta didik (murid) sebagai persentase dari PDB per kapita Belanja berjalan (current expenditure) publik per peserta didik (atau murid) di setiap jenjang pendidikan, yang dinyatakan sebagai persentase dari PDB per kapita dalam sebuah tahun buku, mengukur pangsa pendapatan per kapita yang telah dihabiskan untuk setiap peserta didik atau murid. Indikator ini membantu menilai tingkat investasi sebuah negara dalam pengembangan sumber daya manusia. Bila dihitung berdasarkan
Pada tahun 2015, total belanja Pemerintah Indonesia adalah Rp2.039,5 triliun. Sementara itu, anggaran pendidikan seluruhnya adalah sebesar Rp409,1 triliun.
tingkat pendidikan, indikator ini juga menunjukkan biaya relatif dan penekanan yang diberikan oleh negara pada tingkat pendidikan tertentu.
belanja berjalan publik per peserta didik pada setiap
tingkat pendidikan pada sebuah tahun buku x 100 PDB per kapita pada tahun buku yang sama
Sumber data: Laporan keuangan tahunan yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan; laporan Neraca Nasional oleh Kantor Statistik Pusat; laporan keuangan dari berbagai instansi pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pendidikan terutama Kementerian Pendidikan Kebudayaan; daftar sekolah, survei atau sensus sekolah untuk data jumlah peserta didik terdaftar; sensus penduduk.
Tingginya persentase indikator tersebut menunjukkan tingginya pangsa pendapatan per kapita yang dihabiskan pada setiap murid/peserta didik dalam pendidikan jenjang tertentu. Indikator ini merupakan ukuran dari biaya keuangan per murid/peserta didik dalam kaitannya dengan rata-rata pendapatan per kapita.
Belanja publik per peserta didik sebagai persentase dari PDB per kapita dapat melebihi 100% (ketika Produk Nasional Bruto atau PNB per kapita rendah dan/atau pengeluaran berjalan per peserta didik tinggi).Indikator ini harus berdasarkan data yang konsisten mengenai belanja publik yang mencakup semua subsidi untuk lembaga pendidikan publik dan swasta. Penggunaan indikator ini harus memperhitungkan tingkat cakupan yang diwakili oleh angka belanja pendidikan.
Indikator itu dapat berubah disebabkan estimasi PDB yang tidak akurat, populasi saat ini, atau jumlah peserta didik terdaftar berdasarkan tingkat pendidikan. Kemungkinan perbedaan antara tahun anggaran dan periode anggaran tahun pendidikan juga harus dipertimbangkan.
d. Belanja publik untuk pendidikan dasar sebagai persentase dari total belanja pendidikan publik
Indikator ini adalah proporsi belanja publik untuk pendidikan yang ditujukan untuk pendidikan dasar. Dengan indikator ini kita dapat menilai prioritas pemerintah terhadap pendidikan dasar.
Metode perhitungan:
Indikator yang lebih tinggi menunjukkan bahwa pemerintah memberikan prioritas yang lebih tinggi untuk pendidikan dasar.
Namun, penafsiran ini harus memenuhi syarat dengan memperjelas sifat dan cakupan belanja pendidikan yang digunakan, yang dapat bervariasi bergantung pada sumber informasinya.
e. Persentase gaji guru dalam belanja berjalan publik untuk pendidikan
Belanja publik yang ditujukan untuk gaji guru dinyatakan sebagai persentase dari total belanja berjalan publik untuk pendidikan.
Indikator ini mengukur pangsa gaji guru dalam belanja berjalan publik untuk pendidikan, dalam kaitannya dengan pengeluaran untuk administrasi, bahan ajar, beasiswa, dan lain-lain.
Perhitungan:
belanja berjalan publik yang ditujukan untuk gaji guru pada sebuah tahun buku
x 100
total belanja berjalan publik untuk pendidikan untuk tahun buku yang sama
Sumber data: Laporan keuangan tahunan yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan; laporan Neraca Nasional oleh Kantor Statistik Pusat dan laporan keuangan dari berbagai departemen pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pendidikan terutama Kementerian Pendidikan.
Indikator ini dapat dipisahkan berdasarkan tingkat pendidikan dan berdasarkan tingkat administrasi (pemerintah pusat, pemerintah daerah).
Tingginya persentase belanja berjalan publik yang ditujukan untuk gaji guru menunjukkan dominannya pengeluaran kompensasi guru sehingga dapat merugikan bagi pengeluaran untuk administrasi, bahan ajar, beasiswa, dan lain-lain.
Dalam banyak kasus, data mengenai total belanja berjalan publik untuk pendidikan hanya berasal dari Kementerian Pendidikan, tanpa menyertakan kementerian-kementerian lain yang menghabiskan sebagian dari anggaran mereka untuk kegiatan pendidikan. Terkadang sulit untuk mengetahui total pangsa gaji tenaga kependidikan yang membagi jam kerja mereka antara mengajar dan tugas-tugas lainnya.
Anggaran pendidikan di Indonesia merupakan satu hal yang rumit, karena anggaran pendidikan tersebar di berbagai level pemerintahan mulai dari pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. Hal itu disebabkan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu bidang yang didesentralisasikan. Namun demikian, satuan pendidikan yang dikelola oleh Kementerian Agama seperti Raudatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Perguruan Tinggi Agama (PTA) masih dikelola oleh Kementerian Agama. Anggaran pendidikan di pusat ada pada
Alokasi anggaran pendidikan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 (setelah pemisahan Ditjen Dikti) adalah sebesar Rp47 triliun. Alokasi anggaran untuk pendidikan dasar pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Rp15 triliun.
Di Indonesia, pada tahun anggaran 2015, total belanja berjalan publik untuk pendidikan pada tahun 2015 adalah Rp409,4 triliun, dan tunjangan profesi guru adalah Rp70.252.670 juta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan sekitar 16 kementerian lain selain tiga kementerian tersebut. Anggaran pendidikan di daerah dari dalam APBN dialokasikan dalam dana transfer daerah dalam bentuk, antara lain, sebagian kecil dari DBH (Dana Bagi Hasil), Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan, sebagian Dana Alokasi Umum (DAU), Tunjangan Profesi Guru, Dana Insentif Daerah, dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bukan hal mudah menghitung anggaran untuk gaji guru secara keseluruhan. Dalam APBN, dana yang tertera jelas untuk guru adalah Tunjangan Profesi Guru sebesar Rp70.252.670 juta.
E. Rangkuman
1. Indikator merupakan bagian integral dari Sistem Informasi Pengelolaan Pendidikan (Educational Management Information System atau EMIS).
2. Penggunaan indikator pendidikan dalam sistem informasi benar-benar merupakan masukan penting untuk perencanaan, pengelolaan, dan perbaikan dalam pembuatan keputusan.
3. Indikator ditujukan sebagai alat untuk menyediakan informasi mengenai fungsi sistem pendidikan dalam kerangka tujuan yang ditetapkan dalam kebijakan pendidikan. 4. Indikator dapat mengungkapkan “kondisi kesehatan” system, tetapi untuk diagnosis
dan identifikasi strategi yang cocok dibutuhkan lebih banyak penelitian dan analisis. 5. Partisipasi pendidikan dalam suatu wilayah/negara dapat diukur berdasarkan akses
pendidikan, cakupan sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah, dan aliran peserta didik melalui sistem pendidikan dalam wilayah/negara tersebut.
6. Akses pendidikan dalam suatu wilayah/negara dilihat dari dua aspek, yaitu angka serapan atau angka masukan (intake rate) dan angka transisi (transition rate).
7. Angka Masukan Kasar (gross intake rate) menunjukkan jumlah peserta didik yang baru diterima di kelas satu dari sebuah jenjang pendidikan, tanpa memandang usia, sebagai persentase peserta didik usia resmi masuk sekolah.
8. Angka Masukan Berdasarkan Usia (age-spesific intake rate) menunjukkan jumlah peserta didik usia tertentu yang baru masuk sekolah sebagai persentase dari jumlah total anak-anak dari usia yang sama dalam populasi itu.
9. Angka Masukan Berdasarkan Usia (age-spesific intake rate) dapat memberikan gambaran yang cukup tepat dan terperinci dari kondisi penerimaan peserta didik dari setiap cohort – yaitu kelompok anak-anak yang lahir pada tahun yang sama.
10. Angka Melanjutkan (transition rate) dalam suatu tahun menghitung jumlah peserta didik baru yang memasuki tingkat pendidikan tertentu di tahun berikutnya sebagai persentase dari peserta didik yang berada di akhir tingkat pendidikan sebelumnya di tahun tertentu dan tidak memperhitungkan peserta didik yang mengulang kelas. 11. Cakupan sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah membahas mengenai
cakupan pemerataan pelayanan pendidikan yang telah ada di tingkat provinsi/kabupaten/kota, dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
12. Angka Partisipasi Kasar (gross enrollment rate atau GER) merupakan indikator perkiraan untuk jumlah peserta didik terdaftar dalam jenjang tertentu (seperti pendidikan dasar atau menengah) tanpa melihat usia.
13. Angka Partisipasi Murni (APM) menggambarkan rasio anak yang bersekolah pada kelompok usia sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah yang bersangkutan. APM digunakan untuk mengukur seberapa besar anak usia sekolah yang bersekolah. 14. Angka partisipasi peserta didik terdaftar berdasarkan usia tertentu (age-specific
enrollment rate atau ASER) menekankan pada persentase sekelompok usia tertentu yang terdaftar dalam sistem pendidikan, terlepas dari kelas mereka. Di Indonesia angka ini lebih dikenal dengan nama Angka Partisipasi Sekolah (APS).
15. Tiga rasio aliran dasar untuk melengkapi dua rasio aliran yang sudah dipelajari sebelumnya (angka masukan peserta didik dan angka melanjutkan) adalah: angka kenaikan kelas (promotion rate), angka mengulang kelas (repetition rate), dan angka putus sekolah (dropout rate).
16. Angka kenaikan kelas, angka mengulang kelas, dan angka putus sekolah adalah instrumen penting bagi perencana pendidikan dalam menganalisis aliran peserta didik dari kelas ke kelas dalam sebuah jenjang pendidikan.
17. Penerapan efisiensi pada analisis aliran peserta didik, membutuhkan jawaban yang memuaskan dalam hal menentukan keluaran (output) dari sistem pendidikan dan cara menentukan masukan (input) dari sistem pendidikan.
18. Untuk menentukan tingkat efisiensi internal dalam jenjang sekolah yang sebenarnya diperlukan perangkat analitis yang dapat membantu menyederhanakan pergerakan peserta didik yang banyak, tumpang tindih, dan rumit. Perangkat penyederhana ini adalah cohort.
19. Indikator-indikator kualitas pendidikan mencakup tiga bidang, yaitu: tingkat pencapaian/prestasi pendidikan, pemantauan pendidikan sekolah, dan sumber daya dan struktur pendidikan.