• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran, dan Indikator

F. Tahapan Penyusunan Renstra K/L

6. Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran, dan Indikator

I. Program K/L dikategorikan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a. Program teknis, merupakan program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal). Program teknis disusun berdasarkan:

1) Kelompok Lembaga Tinggi; 2) Kelompok Kementerian;

3) Kelompok Kementerian Koordinator; dan 4) Kelompok Lembaga Non-Pemerintah.

• Kriteria program teknis meliputi:mencerminkan tugas pokok dan fungsinya; • bersifat unik/khusus (bukan duplikasi);

• harus dapat dievaluasi kinerjanya; dan • berjangka waktu menengah.

Contoh:

• Program Pembinaan Pendidikan Dasar dan Menengah  Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

• Program Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan  Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

b. Program generik, program-program yang digunakan oleh beberapa eselon 1/1A yang bersifat pelayanan internal.

Langkah-langkah teknis penyusunan Program K/L meliputi:

1) identifikasi visi dan misi K/L yang bertujuan menentukan kinerja K/L dan/atau bentuk pelayanan yang akan dicapai K/L;

2) identifikasi kinerja K/L dan sasaran strategis K/L;

3) penyusunan sasaran program (outcome) dan indikator kinerja program; dan 4) penamaan program didasarkan pada keterkaitan antara sasaran program dan

tugas dan fungsi unit eselon I, bersifat unik, dan tidak duplikasi. Kriteria program generik meliputi:

1. dilaksanakan oleh unit eselon 1/1A;

2. nomenklatur dibuat unik dengan menambahkan nama K/L; dan 3. menunjang program teknis.

Contoh:

• Program Dukungan Manajemen  Sekretariat Direktorat Jenderal

• Program Penelitian dan Pengembangan  Badan Penelitian dan Pengembangan

II. Kegiatan K/L dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagi berikut.

a. Kegiatan teknis, dengan kriteria 1) mencerminkan tugas pokok dan fungsi; 2) bersifat unik/khusus (bukan duplikasi); dan 3) harus dapat dievaluasi kinerjanya. Kegiatan teknis terdiri atas:

1) Kegiatan prioritas nasional, yaitu kegiatan dengan output spesifik dalam rangka pencapaian sasaran nasional.

Contoh:

Kegiatan Pembinaan SMK  Direktorat Pembinaan SMK • Output 1: Ruang Kelas Baru

• Output 2: Unit Sekolah Baru

2) Kegiatan prioritas K/L yaitu kegiatan dengan output spesfik dalam rangka pencapaian sasaran K/L.

Contoh:Kegiatan Pembinaan SMK  Direktorat Pembinaan SMK • Output 1: Sekolah Rujukan

3) Kegiatan teknis nonprioritas, yaitu kegiatan dengan output spesifik dan mencerminkan pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja.

Contoh:

Kegiatan Penguatan Pengawasan Inspektorat I  Inspektorat I

b. Kegiatan generik merupakan kegiatan yang digunakan oleh beberapa eselon 2 yang sejenis dan bersifat pelayanan internal.

Contoh:Kegiatan Penyusunan Perencanaan, Pemrograman, Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian serta Koordinasi dan Kerja Sama -> Biro Perencanaan

Output 1: Perencanaan/Program, Penganggaran dan Pengendalian III. Sasaran program disusun berdasarkan hal-hal berikut

a. Harus menggambarkan hasil dari pelaksanaan program;

b. Setiap program dapat memiliki lebih dari satu sasaran program; dan

c. Dapat dirumuskan sama dengan sasaran strategis K/L atau satu tingkat di bawahnya.

Sasaran kegiatan disusun berdasarkan hal-hal berikut a. Harus menggambarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan;

b. Setiap kegiatan dapat memiliki lebih dari satu sasaran kegiatan; dan c. Harus dapat mendukung tercapainya sasaran program.

Pendefinisian sasaran dapat dilakukan melalui:

a. perumusan sasaran pembangunan menggunakan pendekatan “Kerangka Logis”;

b. kerangka logis adalah kerangka pikir yang menggambarkan hubungan antara masukan, proses, sasaran/produk, dan keluaran; dan

c. kerangka logis dapat digunakan pada perumusan setiap tingkatan sasaran (K/L, program, dan kegiatan) dengan asumsi berdiri pada posisi yang sama.

Berikut ini adalah bagan kerangka umum penyusunan kerangka model logis:

Pada Gambar 7 ditunjukkan hubungan antara kerangka logis K/L dan pencapaian pembangunan nasional.

Gambar 7 Hubungan Antara Kerangka Logis K/L dan Pencapaian Pembangunan Nasional

IV. Indikator kinerja program adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu program. Indikator kinerja program dalam kerangka akuntabilitas organisasi merupakan ukuran pencapaian kinerja program. Kriteria Indikator kinerja program adalah sebagi berikut.

a. Mencerminkan sasaran kinerja unit eselon I sesuai dengan isi, misi, dan tugas serta fungsinya;

b. Dapat mendukung pencapaian kinerja K/L; dan c. Harus dapat dievaluasi berdasarkan periode tertentu.

Metode pemilihan indikator kinerja program adalah sebagai berikut.

1) Disusun dengan menggunakan indikator kinerja yang telah tersedia dengan pengumpulan dan perhitungan yang dilakukan oleh instansi lain sehingga K/L bersangkutan dapat menggunakan langsung indikator tersebut.

Contoh:

a. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) b. APK (Angka Partisipasi Kasar)

c. APM (Angka Partisipasi Murni)

2) Data/informasi dikumpulkan sendiri oleh K/L. Kelompok indikator ini dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

a. Indikator Kinerja Program berasal dari Indikator Kinerja Kegiatan Terpenting;

b. Indikator Kinerja Program merupakan Indeks Komposit dari Indikator Kinerja Kegiatan; dan

c. Indikator Kinerja Program merupakan indikator survei penilaian capaian kinerja program.

Indikator kinerja kegiatan adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari suatu kegiatan. Indikator kinerja kegiatan dalam kerangka akuntabilitas organisasi merupakan ukuran pencapaian kinerja kegiatan. Kriteria indikator kinerja kegiatan meliputi:

a. Mencerminkan sasaran kinerja unit eselon II sesuai dengan tugas serta fungsinya;

b. Bersifat spesifik dan terukur;

c. Dapat mendukung pencapaian kinerja program; dan d. Harus dapat dievaluasi berdasarkan periode tertentu. Kriteria penetapan indikator kinerja adalah sebagai berikut.

1) Indikator kinerja kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan indikator kinerja.

2) Indikator kinerja kegiatan disusun menjadi: a. Indikator Kuantitas;

b. Indikator Kualitas; dan c. Indikator Harga.

3) Indikator-indikator kinerja kegiatan harus dapat mendorong tercapainya

output kegiatan yang telah ditetapkan. Kriteria indikator kinerja yang baik adalah:

1. Spesific: dapat diidentifikasi dengan jelas dan tidak bermakna ganda sehingga mudah dimengerti dan digunakan;

2. Measurable: terukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas, dan harga; 3. Achieveble: sesuatu yang dapat dicapai;

4. Relevant: mencerminkan keterkaitan secara logis dan langsung antara indikator yang ingin dicapai dan kebijakan/strategi yang ditetapkan; dan 5. Time Bond: waktu/periode pencapaian indicator kinerja ditetapkan. 7. Penyusunan Target dan Pendanaan

Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja. Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh K/L,

program, dan kegiatan dalam periode waktu yang ditetapkan. Kriteria yang harus dipertimbangkan meliputi:

1) harus menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran; dan

2) penetapan target harus relevan dengan indikator kinerjanya, logis, dan berdasarkan baseline data yang jelas.

Perencanaan kebutuhan pendanaan merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan yang dibiayai APBN. Perencanaan kebutuhan pendanaan yang disusun dengan perspektif jangka menengah merupakan wujud dari penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).

Kerangka pendanaan menguraikan kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk mencapai sasaran strategis yang meliputi sumber pendanaan dari APBN (pemerintah) atau dari luar APBN (Non-APBN), seperti PPP (KPS), CSR, dst. .

Penghitungan kebutuhan pendanaan dilakukan secara detail sampai dengan tingkat komponen melalui Biaya Administrasi Keluaran (BAK) dan Biaya Langsung Keluaran (BLK). Penghitungan ini akan dilakukan satu kali saja untuk jangka waktu 5 tahun. Pagu pendanaan dalam Renstra K/L untuk jangka waktu 5 tahun harus sesuai dengan pagu yang ditetapkan dalam RPJMN 2015—2019.

8. Penerapan KPJM merupakan pendekatan pendanaan berdasarkan kebijakan,