• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemain/Pelaku dan Peran Peserta Didik

KONTEKS DAN TUJUAN SERTA PELAKU UTAMA DAN TAHAPAN

B. Pemain/Pelaku dan Peran Peserta Didik

1. Pelaku Utama

Di setiap negara, pendidikan anak, remaja, dan dewasa merupakan isu yang secara langsung berkaitan dengan hampir semua sektor kependudukan dan berbagai organisasi, khususnya:

a. siswa dan orang tua; b. guru (persatuan guru);

c. perusahaan (dan kelompok minat tertentu lainnya); d. pejabat politik;

e. kementerian pendidikan dan lembaga lain yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan pendidikan;

f. kementerian lain (yang terlibat dalam sumber daya pembangunan); g. pemerintah lokal; dan

h. lembaga pendanaan nasional dan asing.

Meskipun para pelaku menyadari pentingnya tujuan umum dan tujuan sistem pendidikan (misalnya, menawarkan kualitas pendidikan yang relevan dengan kebutuhan negara) mereka tidak memiliki perhatian atau minat yang sama (misalnya orang tua dan manajer tidak memiliki pandangan yang sama tentang apa yang dimaksud dengan ‘pendidikan berkualitas (tinggi)’.

Beberapa dokumen tentang pembentukan strategi sektor dan persiapan diagnosis sektor sebagai tahapan dasar dalam proses ini membedakan pelaku kunci yaitu mereka yang ’membuat keputusan yang mempengaruhi sektor atau subsektor’ (misalnya pembuat kebijakan, lembaga keuangan dan kerja sama) dari pelaku yang ‘langsung dipengaruhi oleh keputusan yang diambil’ (misalnya siswa, orang tua, guru, pemerintah lokal, manajer, dsb.). Saat ini pendekatan berbagai sektor mendorong dilakukannya dialog nasional antara kelompok organisasi utama dan pelaku sosial, bahkan dengan pihak non-organisasi yang ada dalam masyarakat sipil.

Konsultasi yang melibatkan perorangan dengan ragam latar belakang dalam sprektrum penduduk saat ini dianggap sebagai langkah penting guna memperoleh dukungan dalam mengimplementasikan strategi berbagai sektor yang baru. Konsultasi ini juga menjadi syarat bagi pemerintahan yang menganut aspirasi demokratis. Akan tetapi, walaupun kini disadari bahwa program atau rencana sektor harus berlandaskan pada konsultasi sosial yang luas, keuntungan pelibatan banyak pelaku dan organisasi dalam proses penyusunan dan pelaksanaan pekerjaan analitis harus mempertimbangkan hal-hal yang bersifat praktis. Jika terlalu banyak orgasnisasi yang terlibat, panitia pelaksana dan kelompok kerja DSP dapat menjadi semakin besar dan kurang bermanfaat/efektif. Hal tersebut juga dapat menunda penyelesaian analisis sektor serta pemakaian dan pelaksanaan rencana program strategis yang sesuai.

Tabel 1. Contoh Pelaku dan Organisasi Peserta Potensial dalam Analisis Sektor Pendidikan.

Organisasi Yang Terlibat Penyusunan

dan Pelaksanaan Rencana dan Program

Organisasi

Penyandang Dana Masyarakat Sipil Organisasi Yang Tidak Terlibat 1. Kementerian pendidikan: a. Pra-sekolah b. Dasar 1. Penyandang dana bilateral: a. DFID b. JICA 1. Siswa 2. Orang tua 3. Guru Komite antarkementerian (Reformasi sektor

Organisasi Yang Terlibat Penyusunan

dan Pelaksanaan Rencana dan Program

Organisasi

Penyandang Dana Masyarakat Sipil Organisasi Yang Tidak Terlibat c. Menengah

(pertama dan atas)

d. Vokasi dan teknik e. Pendidikan tinggi f. Pendidikan non-formal/literasi/ lanjutan g. Administrasi h. Perencanaan, keuangan i. Personil 2. Penelitian dan pengembangan 3. Universitas 4. Institusi 5. Guru/Persatuan guru 6. Organisasi no-pemerintah (LSM) 7. Urusan perempuan 8. Kaum muda 9. Kementerian perindustrian (pendidikan vokasi dan teknik) c. USAID d. SIDA 2. Bank pembangunan: a. Bank Dunia b. African Development Bank c. Asian Development Bank 3. Organisasi International : UNESCO, ILO, FAO, UNDP, UNICEF, dll. 4. Organisasi dan lembaga non-Pemerintah 4. Tokoh masyarakat 5. Tokoh agama 6. Universitas dan lembaga penelitian dan pengajaran lain 7. Kelompok yang kurang beruntung, minoritas 8. Perkumpulan lokal sosial, desentralisasi) Kementrian keuangan Kementrian perencanaan Kementerian pendidikan: Departemen perencanaan Inspektorat jenderal

Sumber: Dokumen kerja, Paris: UNESCO/PSA, 1992.

Pada praktiknya, organisator utama analisis sektor (misalnya kementerian pendidikan) harus memutuskan organisasi atau orang yang akan mewakili tiap mitra dalam proses. Seleksi organisasi perwakilan atau pelaku dan keputusan tentang komposisi panitia atau tim yang akan berpartisipasi seharusnya, jika memungkinkan berlangsung sebelum analisis sektor dimulai.

2. Pendekatan Organisasi Pada Tahap Teknis Analisis Sektor Pendidikan/Diagnosis Sektor Pendidikan

Organisasi yang bertanggungjawab sebagai bagian ‘teknis’ analisis sektor pendidikan; misanya organisasi kerja diagnostik dan prognostik, sangat bebeda satu sama lain, khususnya dalam hal durasi dan tingkat parsitipatoris prosesnya. Untuk menjelaskan perbedaan keduanya, berikut akan diberikan gambaran akan dua hal utama: pendekatan ‘atas ke bawah (top down)’ dan pendekatan ‘partisipatoris’.

a. Pendekatan ‘atas ke bawah’

Pendekatan ini memperkenalkan pendanaan atau organisasi bantuan asing, baik yang bekerja sendiri atau bekerja sama dengan pengambil keputusan nasional dan agen lain, menginisiasi studi sektor dan menyewa tim ahli internasional untuk melakukannya. Pendekatan ini tidak lagi popular tetapi masih sering digunakan dalam keadaan darurat, misalnya kondisi dimana asesmen situasi sangat perlu segera dilakukan dan dalam mengidentifikasi strategi yang layak serta dalam penetapan proyek sektor pendidikan.

Prosedur yang mengikuti pendekatan ‘atas ke bawah’ ini dijabarkan berikut. Setelah dengan seksama menetapkan komposisi tim konsultan, memilih anggota, dan mengesahkan aturan rujukan yang menjabarkan tanggung jawab, organisasi inti yang terlibat mulai mempersiapkan misi yang dimulai dengan mengumpulkan informasi dasar untuk mendukung kerja lapangan.

Tim yang terdiri atas lima orang konsultan, selanjutnya menggunakan empat hingga enam pekan di negara tujuan, dalam upaya menganalisis situasi secara mendalam. Mereka mulai dengan menanyai para menteri dan pejabat pemerintah sehingga segera dapat mengidentifikasi masalah utama untuk memandu penelitian mereka. Dari ‘kesan’ awal ini selanjutya mereka menyiapkan perjalanan menjelajahi negara tersebut. Para konsultan ini mengunjungi beberapa perusahaan, lembaga pendidikan dan pemerintah provinsi dan kabupaten, mereka mewawancarai pegawai negeri, mengunjungi sekolah, berbicara dengan guru, orang tua kemudian kembali ke ibukota negara untuk melengkapi proses pengumpulan informasi. Dalam masa peralihan misi, mereka menghabiskan malam dengan menginput data ke laptop dan membuat tabel dan garfik. Siang hari biasanya digunakan untuk mewawancarai pejabat, mengonfirmasi data/informasi yang telah diperoleh atau mencari/melengkapi informasi kurang lengkap yang dibutuhkan untuk menghitung/mengalkulasi indikator yang dianggap penting.

Setelah tahap ini selesai, para anggota tim kembali ke markas besar untuk mempersiapkan draf awal laporan subsektor yang fokus pada masalah inti, membuat garis besar perbaikan kebijakan, dan menyusun proposal yang diajukan peserta. Sekitar dua bulan kemudian, laporan yang lengkap, jelas, langsung, dan tajam akan diberikan kepada pemerintah untuk dikomentari dengan permintaan pihak berwenang untuk mengedarkan laporan. Proposal yang ada dalam laporan haruslah persuasif dan ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat internasional. Mereka biasanya kemudian digunakan oleh lembaga donor keuangan untuk mengembangkan proyek bekerjasama dengan negara terkait.

Jenis analisis sektor pendidikan seperti ini memang cepat dan efisien akan tetapi juga rentan terhadap beberapa masalah. Peran para pejabat nasional yang terlibat cenderung terbatas untuk membantu tim internasional dalam hal logistik dan pengumpulan informasi. Jika terjadi dialog kebijakan, hanya beberapa pembuat kebijakan dan pejabat senior yang dilibatkan.

b. Pendekatan Partisipatoris

Di sisi lain, ‘pendekatan partisipatoris atau semacam ‘pendekatan’ melibatkan beragam pelaku nasional dan internasional, di bawah kepemimpinan pemerintah negara terkait. Pendekatan ini telah dilaksanakan dalam dekade terakhir, umumnya disebabkan oleh proses demokrasi di banyak negara; disaat yang sama, penggunaannya semakin luas diakui bahwa implementasi kebijakan dan proyek pendidikan baru banyak difasilitasi oleh konsultasi hulu dari pelaku sosial terkait.

Analisis sektor yang dihasilkan dalam cara ‘partisipatoris’ melibatkan banyak pelaku, dan biasanya bertele-tele/rumit dan mahal. Pendekatan ini memerlukan:

(1). keikutsertaan dan kerja staf negara yang berkualitas untuk masa sekitar dua tahun;

(2). penciptaan kelompok kerja antar disiplin ilmu dan antar kementerian untuk melakukan kerja lapangan;

(3). persiapan sejumlah dokumen penelitian dan/atau studi teknis; (4). organisasi beberapa seminar;

(5). konsultasi dengan pihak pemerintah dari berbagai level (provinsi, kabupaten, sekolah);

(6). sejumlah diskusi dengan pejabat politik; dan

(7). konsultasi dengan guru, orang tua, dan tokoh masyarakat.

Waktu yang diperlukan bagi konsultasi pihak luar (bantuan teknis) mungkin lebih banyak dari pendekatan ‘atas ke bawah’, karena fungsi utamanya bukan untuk memperiapkan laporan, tetapi untuk berbagi pengetahuan teknis dengan personil teknik domestik dan pejabat dan untuk mendorong mereka memberikan masukan yang inovatif.

Meskipun dalam pandangan teknis, hasil pendekatan ini tidak lebih baik dari hasil sektor analisis yang pertama, ‘pendekatan partisipatoris’ menawarkan sejumlah manfaat. Pendekatan partisipatori biasanya menghasilkan strategi pengembangan baru berdasarkan kebutuhan pihak terkait; mereka menguatkan kapasitas negara dalam menganalisis dan mengelola kebijakan dalam sektor pendidikan karena melibatkan banyak pejabat dimana mereka memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperkuat keahlian/keterampilan mereka. Pada akhir proses, dan di atas itu semua, semua pihak terkait harus sudah mengemukakan pandangan mereka dan diyakinkan dengan nilai proposal yang telah mereka siapkan. Mereka telah saling kenal dengan semua pihak yang terlibat dan tidak sungkan untuk berkonsultasi satu sama lain selama pengelolaan program atau proyek yang dihasilkan.

c. Pendekatan Menengah

Pada kenyataannya, analisis sektor terus menggunakan pendekatan yang merupakan perpaduan kedua pendekatan di atas. Pendekatan menengah ini didasarkan atas sejumlah studi, yang dilakukan oleh para ahli nasional dan internasional, dan dihasilkan dari konsultasi/partisipasi pihak terkait. Mereka seringkali mengabungkan beberapa jenis pelatihan baik dalam maupun luar negeri dan memberikan kesempatan untuk pengembangan kapasitas nasional.

Organisasi Proses Partisipatori dalam Kerangka Pendidikan untuk Semua (PUS)

“Cara ‘proses partisipatoris’ dibentuk bergantung pada tradisi politik negara terkait

juga kerangka legislatif dan institusionalnya. Di banyak negara, proses perencanaan selalu mengutamakan lembaga tingkat pusat dan memihak pada pendekatan teknokratik. Bagi negara-negara tersebut, kementerian pendidikan seharusnya terlebih dahulu melibatkan lembaga pemerintah dan pelaku di tingkat pusat dalam persiapan rencana PUS. Garis besar rencana harus berkaitan erat dengan materi yang dihasilkan oleh institusi ini, berdasarkan kosultasi awal dengan mereka, dan selanjutnya dijadikan dasar dialog yang lebih luas dengan pelaku dan kelompok peminat. Penggunaan kerangka perencanan antar-lembaga selama implementasi rencana mengesahkan dan mendukung inisisatif antar sektor yang diambil pada tingkat lokal. Untuk jangka panjang nanti ketika rencana selanjutnya dikembangkan, proses ini mendorong perencanaan bersama dan partisipasi luas pelaku dan kelompok peminat”. (UNESCO, 2001).

Pada praktiknya, pendekatan yang digunakan dalam mempersiapkan analisis sektor dan rencana sektoral bergantung pada beberapa faktor misalnya:

(1). konteks politik tertentu negara kerkait; (2). tradisi (sistem administrasi dan budaya); (3). sistem pendidikan sentralisasi/desentralisasi; (4). kerangka sah proses konsultasi;

(5). ketersediaan tenaga ahli dalam negara; dan

(6). menyusun kebijakan yang diambil dari persiapan analisis sektor pendidikan dan dokumen perencanaan misalnya saat para spesialis lokal tidak melakukan tugas, besaran gaji yang ditawarkan dan stabilisasi dalam organisasi.