• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kinerja Guru

3. Indikator kinerja guru

Penilaian kinerja guru adalah proses yang berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang diberikan/ditugaskan (Simamora, 2017:

201). Penilaian adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (Sagala, 2017: 129). Sedangkan menurut Handoko (2019: 61) mengemukakan, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Dalam penilaian prestasi kerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti

kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semua layak untuk dinilai.

Dalam organisasi sekolah berarti berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja guru. Karena tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar maka yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja guru yang menggambarkan tingi rendahnya kemampuan dan kemauan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Berkenaan dengan kinerja ini Sanusi (2019: 38) menjelaskan bahwa kinerja guru (sebagai pengajar) mencakup figa aspek kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan professional yang terdiri atas: penguasaan materi pelajaran, penguasaan dan penghayatan atas landasan/wawasan kependidikan dan keguruan serta penguasaan terhadap proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa; (2) kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tujuan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu melaksanakan tugasnya sebagai guru; serta (3) kemampuan personal yang meliputi: penampilan sikap positif terhadap keseluruhan situasi, pemahaman dan penghayatan nilai-nilai guru dalam setiap penampilannya agar menjadi panutan siswa.

Pendapat di atas diperkuat oleh Samana (2014: 54) yang menyatakan bahwa kompetensi guru mencakup kompetensi kepribadian dan sosial, serta kompetensi profesional. Dalam prakteknya kompetensi kepribadian dan sosial menjadi modal dasar bagi guru yang bersangkutan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional. Ketiga kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang terintegrasi.

Kemudian diwujudkan dalam bentuk tindak keguruan.

Pasal 39 UU No. 20 tahun 2013 tentang Sisdiknas, yang menyatakan bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Terdapat beberapa indikator kinerja guru. Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal. Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.

Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Castetter (dalam Mulyasa, 2013) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1) karakteristik individu, (2) proses, (3) hasil dan, (4) kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil.

Standar kinerja guru berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2017:

a. Perencanaan pembelajaran, meliputi: merumuskan silabus dan rencana pembelajaran, merumuskan materi, merumuskan metode, merumuskan

alat peraga, menentukan sumber belajar, dan merumuskan evaluasi.

b. Pelaksanaan pembelajaran, meliputi: kehadiran melaksanakan KBM, menggunakan rencana pembelajaran, menggunakan sumber belajar yang bervariasi, melakukan kegiatan pendahuluan, menyampaikan konsep materi sesuai rencana pembelajaran, menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis, menggunakan alat peraga, menentukan tujuan pembelajaran, membangun pengalaman peserta didik, membangun suasana kelas yang menyenangkan.

c. Evaluasi pembelajaran, meliputi: memenuhi target ketuntasan, memiliki catatan kehadiran peserta didik, melakukan penilaian proses, melakukan tes akhir kegiatan pembelajaran, mempunyai data hasil penilaian peserta didik, mendesain remedial dan pengayaan, menganalisis soal, menyusun laporan kinerja belajar peserta didik.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.

Menurut Pidarta (2019: 53) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah

mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya.

Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Munandar (2012:

23) yang mengatakan bahwa kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan. Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya.

b. Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya (Daryanto, 2011: 9).

Hal ini diperkuat oleh pendapat Robbins (2011: 122) yang menyatakan bahwa dalam melakukan evaluasi kinerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam kriteria yaitu: (1) hasil tugas, (2) perilaku dan (3) ciri individu.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja guru berkaitan dengan karakteristik individu, proses, hasil. Hal ini dapat diketahui mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dimensi perencanaan pembelajaran, yaitu merumuskan/

menentukan: (1) silabus dan rencana pembelajaran, (2) materi, (3) metode, (4) alat peraga, (5) sumber belajar, dan (6) evaluasi. Dimensi pelaksanaan pembelajaran, meliputi: (1) kehadiran melaksanakan KBM, (2) menggunakan rencana pembelajaran, (3) menggunakan sumber belajar yang bervariasi, (4) melakukan kegiatan pendahuluan, (5) menyampaikan konsep materi sesuai rencana pembelajaran, (6) menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis, (7) menggunakan alat peraga, (8) menentukan tujuan pembelajaran, (9) membangun pengalaman peserta didik, (10) membangun suasana kelas yang menyenangkan. Dimensi evaluasi pembelajaran, meliputi: (1) memenuhi target ketuntasan, (2) memiliki catatan kehadiran peserta didik, (3) melakukan penilaian proses, (4) melakukan tes akhir kegiatan pembelajaran, (5) mempunyai data hasil penilaian peserta didik, (6) mendesain remedial dan pengayaan, (7) menganalisis soal, (8) menyusun laporan kinerja belajar peserta didik.