• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PERAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PERAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PERAN

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG

TESIS

Oleh:

Mugiyatmi NPM 18510007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Desember 2020

(2)

ii

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PERAN

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Penyelesaian Program Magister Pendidikan

Oleh:

Mugiyatmi NPM 18510007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Desember 2020

(3)

iii PGRI Semarang untuk mahasiswa :

Nama : Mugiyatmi

NPM : 1851 0007

Program Studi : Manajemen Pendidikan – Pascasarjana

Judul Tesis : Pengaruh Disiplin Kerja dan Peran Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Menyatakan bahwa tesis yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di atas telah selesai diujikan dan dilakukan perbaikan sesuai masukan dari Dewan Penguji

Semarang, Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nurkolis, M.M NPP. 116701341

Dr. Noor Miyono, M.Si NPP. 126401367

(4)

iv

NPM. 1851 0007 telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana, Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas PGRI Semarang

Pada hari : Rabu

tanggal : 16 Desember 2020

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Dr.Ngasbun Egar, M.Pd.

NPP. 956701118

Dr. Ngurah Ayu Nyoman Murniati, M.Pd.

NPP. 936901098 Anggota Penguji

Penguji I

Dr. Nurkolis, M.M

NPP. 116701341 (...)

Penguji II

Dr. Noor Miyono, M.Si NPP. 126401367

(...)

Penguji III

Dr.Yovitha Yuliejantiningsih,M.Pd NPP. 085901221

(...)

(5)

v

Nama : Mugiyatmi

NPM : 1851 0007

Program Studi : Manajemen Pendidikan – Pascasarjana

Judul Tesis : Pengaruh Disiplin Kerja dan Peran Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lainyang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Tesis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan tersebut.

Semarang, 15 Desember 2020 Yang membuat pernyataan

MUGIYATMI NPM 1851 0007

(6)

vi

Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa.

(Mugiyatmi)

“Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan orang atau benda.” – Albert Einstein

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Almamater UPGRIS

Program Studi Manajemen Pendidikan Peneliti Bidang Pendidikan

Suami dan anak-anaku yang menjadi kekuatan hidupku

(7)

vii

kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan banyak karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis.

Berbagai hambatan dan rintangan penulis temui selama penyusunan tesis ini.

Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan serta petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini kepada :

1. Dr. Muhdi, SH, M.Hum, Rektor Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan fasilitas sehingga saya dapat mengikuti kuliah Pascasarjana di Universitas PGRI Semarang.

2. Dr. Ngasbun Egar, M.Pd, Direktur Pascasarjana yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk studi lanjut di Universitas PGRI Semarang.

3. Dr. Ngurah Ayu Nyoman Murniati, M.Pd selaku Ketua Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas PGRI yang telah memberikan bantuan pelayanan dalam memperlancar penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Nurkolis, MM, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang berguna dalam penyusunan tesis ini.

5. Dr. Noor Miyono, M.Si, Dosen Pembimbing II di dalam penyusunan tesis ini, yang memberikan bantuan berguna dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

6. Kepala Korsatpen Kecamatan Pedurungan Semarang yang memberikan ijin dan kemudahan penelitian di Kecamatan Pedurungan.

(8)

viii

8. Seluruh Bapak dan Ibu guru SD Negeri di Satpen Kecamatan Pedurungan Semarang yang telah membantu kelancaran penulis dalam pengumpulan data.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas budi baik semua dengan pahala yang berlipat ganda.

Penulis menyadari, tesis ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis di masa mendatang.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, Desember 2020 Penulis

(9)

ix MM. Pembimbing II: Dr. Noor Miyono, M.Si

Latar belakang penelitian ini berkaitan dengan kinerja guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi belum optimal. Masalah utama disiplin kerja guru antara lain dalam melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan sebagian kurang kesadaran dan tanggungjawab. Peran kepala sekolah di beberapa sekolah belum optimal baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), innovator, maupun sebagai motivator. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilaksanakan penelitian analisis pengaruh disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: (1) pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SD, (2) pengaruh peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD, (3) pengaruh secara simultan disiplin kerja guru dan peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD.

Metode penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian 382 orang, sampel sebanyak 195 orang. Uji instrumen yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas. Uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji homogenitas. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana, uji regresi linier berganda, uji F (ANOVA) dan uji t.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja guru SD di Kecamatan Pedurungan Semarang terbukti bahwa t hitung 5,654 > t table 1,97. Besarnya pengaruh yaitu 14,2 %;

(2) Peran Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja guru SD di Kecamatan Pedurungan Semarang terbukti t hitung 8,108 > t table 1,97. Besarnya pengaruh yaitu 26,6 %; (3) Disiplin Kerja dan Peran Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap Kinerja guru SD di Kecamatan Pedurungan Semarang terbukti nilai Fhitung sebesar 39,876 > F table 3,041 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 Pengaruh secara simultan sebesar 28,6%.

Saran yang diajukan peneliti adalah: (1) Bagi Kepala Sekolah perlu memperhatikan hal-hal pokok, bahwa sebagai seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, pemberdayaan kemandirian dan otonomi, serta mengembangkan Peran Kepala Sekolah, kebijakan dan prosedur semangat kerja, (2) Bagi para guru perlu memperbaiki perilaku disiplin dalam kerja.

Hendaknya setiap guru yang melakukan pelanggranan harus bersedia menerima sanksi apapun yang diberikan kepadanya. Hal ini tidak terlepas dari peran kepala sekolah untuk memberikan contoh apabila melakukan pelanggaran ia juga siap untuk menerima sanksi yang diberikan kepadanya

Kata kunci: disiplin kerja, peran kepala sekolah, kinerja guru

(10)

x

University. Advisor I: Dr. Nurkolis, MM. Supervisor II: Dr. Noor Miyono, M.Si

The background of this research is related to the performance of SD Negeri teachers in Kecamatan Pedurungan in planning, implementing, and evaluating which is not optimal. The main problem of teacher work discipline, among others, in carrying out official duties entrusted partly to lack awareness and responsibility. The role of school principals in several schools has not been optimal either as educators, managers, administrators, supervisors, leaders, innovators, or as motivators. Based on the explanation above, a study was carried out to analyze the effect of work discipline and the role of school principals on the performance of public elementary school teachers in Kecamatan Pedurungan, Semarang City.

This study aims to examine and analyze: (1) the effect of work discipline on elementary school teacher performance, (2) the effect of the role of the principal on the performance of elementary school teachers, (3) the simultaneous influence of teacher work discipline and the role of the principal on the performance of elementary school teachers.

This research method is descriptive quantitative. The study population was 382 people, the sample was 195 people. The instrument test used was the validity and reliability test. The classical assumption test uses the normality test, linearity test, multicollinearity test, and homogeneity test. Data analysis used simple linear regression test, multiple linear regression test, F test (ANOVA) and t test.

Based on the research results, it can be concluded as follows: (1) Work Discipline has a positive and significant effect on the performance of elementary school teachers in Kecamatan Pedurungan, Semarang. Based on the results of t count 5,654> t table 1.97.

The amount of influence is 14.2%; (2) The role of the principal has a positive and significant effect on the performance of elementary school teachers in the District of Pedurungan Semarang. Based on the results of t count 8.108> t table 1.97. The amount of influence is 26.6%; (3) Work Discipline and the Role of the Principal have a positive and significant effect simultaneously on the performance of elementary school teachers in Kecamatan Pedurungan, Semarang, it is proven that the F count value is 39.876> F table 3.041 with a significance level of 0.000 <0.05. The simultaneous effect is 28.6%.

The suggestions put forward by researchers are: (1) Principals need to pay attention to this. -the main things, that as a leader must have the ability to influence, mobilize, empower independence and autonomy, as well as develop the role of the principal, work morale policies and procedures, (2) for teachers it is necessary to improve disciplinary behavior at work. Every teacher who makes a subscription should be willing to accept any sanctions given to him. This is inseparable from the role of the school principal to set an example when he commits an offense, he is also ready to accept the sanctions given to him.

Keywords: work discipline, the role of the principal, teacher performance

(11)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 10

A. Kinerja Guru ... 10

B. Disiplin Kerja ... 19

C. Peran Kepala Sekolah ... 25

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

E. Kerangka Pikir ... 47

F. Hipotesis Penelitian ... 50

G. Hipotesis Statistik ... 50

(12)

xii

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Populasi, Sampel, dan Sampling ... 58

F. Instrumen Penelitian ... 61

F. Teknik Pengumpul Data ... 66

G. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Deskripsi Data ... 90

B. Uji Dimensi Variabel Penelitian ... 96

C. Uji Asumsi ... 99

D. Uji Hipotesis ... 104

E. Pembahasan ... 114

BAB V PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

C. Implikasi ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN ... 130

(13)

xiii

3.2 Populasi Penelitian ... 58

3.3 Sampel Penelitian ... 60

3.4 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Disiplin Kerja ... 62

3.5 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Peran Kepala Sekolah ... 63

3.6 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Kinerja Guru... 64

3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja (X1) ... 67

3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Peran Kepala Sekolah (X2) ... 69

3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) ... 71

3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 75

3.11 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Disiplin Kerja Valid dan Reliabel ... 75

3.12 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Peran Kepala Sekolah Valid dan Reliabel .... 76

3.13 Kisi-kisi Intrumen Penelitian Kinerja Guru Valid dan Reliabel ... 77

3.14 Model Skala Likert ... 82

3.15 Kriteria persentase hasil kuesioner ... 83

4.1 Statistik Deskriptif Disiplin Kerja ... 91

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Disiplin Kerja ... 91

4.3 Statistik Deskriptif Peran Kepala Sekolah ... 93

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Peran Kepala Sekolah ... 93

4.5 Statistik Deskriptif Kinerja Guru ... 95

4.6 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja guru ... 95

4.7 Hasil Uji Dimensi pada Variabel Disiplin Kerja Guru ... 97

4.8 Hasil Uji Dimensi Peran Kepala Sekolah ... 98

4.9 Hasil Uji Dimensi Variabel Kinerja Guru ... 98

4.10 Uji Normalitas ... 99

4.11 Uji Linearitas Y dengan X1 ... 101

4.12 Uji Linearitas Y dengan X2 ... 101

4.13 Uji Multikoloniearitas ... 102

(14)

xiv

4.18 Hasil Uji Korelasi X2 dengan Y ... 107

4.19 Hasil Uji F : X2 terhadap Y ... 108

4.20 Uji Determinasi X2 terhadap Y ... 109

4.21 Hasil Uji t X2 terhadap Y ... 110

4.22 Hasil Uji Korelasi X1 dan X2 dengan Y ... 111

4.23 Hasil Uji F : X1 dan X2 terhadap Y ... 112

4.24 Uji Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 113

4.25 Hasil Uji F Simultan X1X2 terhadap Y ... 113

(15)

xv

3.1 Desain Penelitian ... 53

4.1 Distribusi Frekuensi Skor Disiplin Kerja ... 92

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Peran Kepala Sekolah ... 94

4.3 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja guru ... 96

4.4 Sctter Plot Kinerja guru SD ... 103

(16)

xvi 2 Tabulasi Data Tryout

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 4 Instrumen Penelitian

5 Tabulasi Data Penelitian 6 Deskripsi dan Frekuensi Data 7 Uji Dimensi/ Faktorial 8 Uji Asumsi

9 Uji Hipotesis dan Regresi 10 Ijin Penelitian

11 Surat Keterangan Bukti Penelitian

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Semua guru dalam suatu sekolah dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Guru tersebut akan berusaha memenuhi berbagai macam tuntutan kerja dengan harapan terpenuhi kebutuhan dan penghargaan. Dalam menjalankan tugasnya, guru harus memiliki disiplin kerja yang baik dan adanya peran kepala sekolah yang memberikan pengarahan kepada guru dalam bekerja.

Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai serta mengevaluasi pembelajarannya. Kinerja guru diharapkan dapat mendongkrak kualitas dan relevansi pendidikan, dalam implementasinya di lapangan tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya dan saling berkaitan, misalnya faktor kedisiplinan.

Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja.

Kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan survey awal dengan pengawas dan kepala sekolah, kinerja Guru SD Negeri Muktiharjo Kidul 1-4 dan Tlogosari Kulon 1-6 di Kecamatan Pedurungan dengan responden 100 orang dalam perencanaan pada tingkat 65%; dalam pelaksanaan mencapai 67% dan pada dimensi evaluasi pada tingkat 63%.

Fakta masalah dalam perencanaan, 65% guru yang belum mampu menyusun

(18)

silabus dan rencana pembelajaran. Fakta masalah dalam pelaksanaan pembelajaran, 67% guru menggunakan sumber belajar dan model pembelajaran konservatif yang didominasi metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Fakta masalah evaluasi kegiatan belajar mengajar, 65%

guru kurang mampu dalam analisis hasil evaluasi belajar siswa.

Bagian dari proses pekerjaan adalah kinerja dan disiplin kerja (Tampubolon, 2014: 22). Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Disiplin merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan, 2010:

212).

Menurut Hasibuan (2010: 56) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin kerja guru merupakan kemampuan guru secara teratur, tekun serta terus menerus bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dengan pengawas dan

(19)

kepala sekolah, disiplin kerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan, pada dimensi disiplin preventif, mencapai 61%. Fakta masalah utama disiplin preventif ini antara yaitu guru kurang disiplin melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab.

Masalahnya, sebagian guru tingkat disiplin dalam tanggung jawab kerja yang dibebankan pada tingkat 61%. Pada dimensi disiplin korektif, masalah utama disiplin korektif ini antara lain disiplin guru dalam mengajar membimbing siswa dalam proses pembelajaran serta menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, pada tingkat 62%. Fakta masalah disiplin kerja yang lain yaitu 45% guru yang lemah dalam mencapai target sasaran kerja yang ditetapkan dan lemah dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada dimensi progresif, tidak banyak masalah berat. Fakta masalah utama yaitu 65% guru mendapatkan teguran secara lisan dari kepala sekolah atau pengawas.

Upaya menumbuhkan disiplin kerja guru membutuhkan peran kepala sekolah yang baik. Peran kepala sekolah adalah salah satu yang mempengaruhi disiplin kerja guru, seperti halnya pola pekerjaan, rentang kendali, kepemimpinan kepala sekolah, afiliasi kelompok dari orang itu, dan teknologi. Peran kepala sekolah dibutuhkan untuk mengarahkan, pencapaian tujuan pendidikan.

Peran kepala sekolah adalah suatu perilaku, sikap dan tanggung jawab yang ditimbulkan oleh adanya jabatan kepala sekolah dalam satuan pendidikan tertentu sehingga pelaksanaan pendidikan dapat berjalan sesuai

(20)

dengan prosedur dan teknis yang telah ditentukan. Peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posi si tertentu. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Para Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Semarang diharapkan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran dan terus berupaya meningkatkan kinerja untuk meningkatkan pendidikan nasional. Kepala sekolah dalam perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi sebagai: educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), innovator, dan motivator.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dengan pengawas dan kepala sekolah, peran kepala sekolah SD di Kecamatan Pedurungan Semarang, sangat dinamis. Peran sekolah sebagai educator (pendidik) pada tingkat 61%; masalah yang ada antara lain kepala sekolah kurang memperhatikan cara guru mengajar penguatan karakter, pada umumnya masih mengacu pada keberhasilan hasil belajar berupa nilai siswa. Peran sekolah sebagai manajer pada tingkat 68%; masalah yang ada antara lain sebagian guru ada yang merasa manajemen sebagian kepala sekolah agak sewenang-wenang. Peran sekolah sebagai administrator pada tingkat 72%;

masalah yang ada antara lain keputusan administratif kepala sekolah menjadikan guru kurang fokus pada pembelajaran siswa.

Peran sekolah sebagai supervisor, masalah yang ada antara lain guru sering tidak siap ketika akan diobservasi dalam supervisi pada tingkat 76%.

(21)

Peran sekolah sebagai leader (pemimpin), masalah yang ada antara lain kebijakan dalam prosedur kerja kadang-kadang berubah-ubah pada tingkat 82%. Peran sekolah sebagai innovator, masalah yang ada antara lain sebagian kepala sekolah ada yang ketinggalan dalam masalah perkembangan teknologi informasi pada tingkat 65%. Peran sekolah sebagai motivator, masalah yang ada antara lain kepala sekolah sebagian ada yang mendorong guru terlalu kerja keras sehingga para guru mengalami stress kerja pada tingkat 67%.

Berdasarkan survey tersebut, terdapat persepsi guru yang bervariasi terhadap peran kepala sekolah. Untuk itu, peran kepala sekolah yang handal sangat dibutuhkan agar terus meningkatkan kinerja guru dan memotivasi guru dalam menjalankan tugasnya. Dalam kenyataan sehari-hari, harapan tersebut masih banyak yang belum sesuai dengan kenyataan, yaitu masih ditemui rendahnya disiplin kerja guru dalam bekerja.

Berdasarkan data empiris, Tampubolon (2014: 24) menyatakan bahwa faktor kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi. Dalam program pengembangan organisasi ke depan harus lebih diarahkan pada pengembangan kepemimpinan kepala sekolah. Demikian pula Brahmasari dan Suprayetno (2015) menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Namun penelitian Sujudi (2017) menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Dengan adanya bukti empiris yang bervariasi dan hasil penelitian

(22)

yang berbeda tersebut menunjukkan adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian sehingga perlu dilakukan penelitian kembali. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan fenomena yang ada, maka peneliti akan melakukan kajian dan pengujian kembali variable disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Kesenjangan antara kinerja guru dari yang diharapkan dan kurangnya disiplin kerja guru dengan tuntutan kinerja yang diharapkan masih kurang seimbang. Kepala sekolah berusaha untuk memperbaiki kinerja guru tersebut hanya sebatas upaya sepihak yang belum menyentuh aspek kebutuhan psikologis seperti memperbaiki disiplin kerja.

Mengingat pentingnya peranan guru, maka kinerja guru harus selalu dikontrol dan ditingkatkan. Guru biasanya berusaha menampakkan kinerja terbaiknya, baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya guru akan kembali bekerja seperti sediakala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini menganalisis dan menjelaskan pengaruh disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Semarang.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini terdapat beberapa kendala pada masalah disiplin kerja, peran kepala sekolah, dan kinerja Guru SD

(23)

Negeri di Kecamatan Pedurungan antara lain :

1. Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan dalam perencanaan pada tingkat 70,12%; dalam pelaksanaan mencapai 67% dan pada dimensi evaluasi pada tingkat 63%.

2. Disiplin kerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan, pada dimensi disiplin preventif, rata-rata mencapai 71%. Masalah utama disiplin preventif ini antara lain disiplin melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan dengan penuh pengapdian, kesadaran, dan tanggungjawab.

Pada dimensi disiplin korektif, rata-rata pada tingkat 62%. Masalah utama disiplin korektif ini antara lain disiplin guru dalam mengajar membimbing siswa dalam proses pembelajaran serta menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

3. Peran kepala sekolah SD di Kecamatan Pedurungan Semarang, sangat dinamis. Peran sekolah sebagai educator (pendidik) rata-rata pada tingkat 61%; peran sekolah sebagai manajer rata-rata pada tingkat 68%; peran sekolah sebagai administrator rata-rata pada tingkat 72%; peran sekolah sebagai supervisor rata-rata pada tingkat 76%; peran sekolah sebagai leader (pemimpin) rata-rata pada tingkat 82%; peran sekolah sebagai innovator rata-rata pada tingkat 65%, dan peran sekolah sebagai motivator rata-rata pada tingkat 67%.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dipandang perlu untuk dilaksanakan suatu kajian secara mendalam dengan batasan masalah pada analisis pengaruh disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja

(24)

Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SD?

2. Adakah pengaruh peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD?

3. Adakah pengaruh secara simultan disiplin kerja guru dan peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Semarang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SD.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh disiplin kerja dan peran kepala sekolah terhadap kinerja guru SD.

(25)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dari segi ilmiah diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang manajemen pendidikan, khususnya tentang upaya pengembangan sumber daya guru.

2. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi Dinas Pendidikan,

1) sebagai masukan untuk menerapakan peran kepala sekolah yang sesuai dengan masing-masing sekolah

2) meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah

3) mendorong para kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan supervisi di sekolah masing-masing.

b. Bagi Sekolah, sebagai masukan untuk menerapakan peran kepala sekolah yang sesuai dengan masing-masing sekolah.

1) sebagai informasi supaya lebih memperhatikan

2) mendorong para guru untuk meningkatkan disiplin kerja 3) mendorong para guru untuk meningkatkan kinerja.

c. Bagi Guru SD Negeri di Kecamatan Pedurungan Semarang : 1) sebagai masukan untuk berupaya meningkatkan kinerja 2) sebagai masukan untuk berupaya meningkatkan disiplin kerja

3) memanfaatkan peran kepala sekolah yang efektif di masing-masing sekolah.

(26)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kinerja Guru

1. Pengertian kinerja guru

Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2015). Menurut Smith dalam Dharma (2018: 66), kinerja adalah output derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Menurut Mangkunegara (2011: 75) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh lembaga / organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2016: 122).

(27)

Menurut Maier dalam Notoatmodjo (2019: 124) kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Gilbert dalam Notoatmodjo (2019: 124) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa (Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2015).

Dengan demikian, dapat dirumuskan definisi kinerja guru adalah keberhasilan kerja guru dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sesuai dengan tugas dan fungsinya secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh guru, dalam suatu satuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan pada periode waktu tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Menurut Yamin (2010: 120), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain sebagai berikut: (1) Faktor personal atau individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu; (2) Faktor kepemimpinan, memiliki aspek kualitas manajer dan tim leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja kepada guru; (3) Faktor tim, meliputi dukungan dan semangat yag diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim; (4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah); (5) Faktor

(28)

kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan internal (motivasi kerja guru).

Menurut Simamora dalam Mangkunegara (2011: 77) faktor yang mempengaruhi kinerja adalah : (a) persepsi ; (b) attitude ; (c) personality; (d) pembelajaran; (e) motivasi. Menurut Mangkunegara (2011: 44), faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivision).

a. Faktor kemampuan.

Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, guru perlu ditetapkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan guru yang sesuai dengan bidangnya akan dapat membantu dalam efektivitas suatu pembelajaran.

b. Faktor motivasi.

Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Timpe (2019: 244) menyatakan bahwa, “kinerja merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan, yakni: keterampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal”. Sedangkan kondisi-kondisi ekstemal mendukung kinerja

(29)

kerja. Anoraga (2019: 56) menjelaskan fakotr -faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut sehingga mendukung kinerja kerja yaitu: (a) pekerjaan yang menarik, (b) upah yang baik, (c) keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, (d) penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, (e) lingkungan atau suasana kerja yang baik, (f) promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan, (g) merasa terlibat dalam kegiatan- kegiatan organisasi, (h) pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi, (i) kesetiaan dan motivasi pimpinan kepada pekerja, (j) iklim kerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi yang dapat dikembangkan melalui berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

3. Indikator kinerja guru

Penilaian kinerja guru adalah proses yang berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang diberikan/ditugaskan (Simamora, 2017:

201). Penilaian adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (Sagala, 2017: 129). Sedangkan menurut Handoko (2019: 61) mengemukakan, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Dalam penilaian prestasi kerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti

(30)

kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semua layak untuk dinilai.

Dalam organisasi sekolah berarti berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja guru. Karena tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar maka yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja guru yang menggambarkan tingi rendahnya kemampuan dan kemauan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Berkenaan dengan kinerja ini Sanusi (2019: 38) menjelaskan bahwa kinerja guru (sebagai pengajar) mencakup figa aspek kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan professional yang terdiri atas: penguasaan materi pelajaran, penguasaan dan penghayatan atas landasan/wawasan kependidikan dan keguruan serta penguasaan terhadap proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa; (2) kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tujuan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu melaksanakan tugasnya sebagai guru; serta (3) kemampuan personal yang meliputi: penampilan sikap positif terhadap keseluruhan situasi, pemahaman dan penghayatan nilai-nilai guru dalam setiap penampilannya agar menjadi panutan siswa.

Pendapat di atas diperkuat oleh Samana (2014: 54) yang menyatakan bahwa kompetensi guru mencakup kompetensi kepribadian dan sosial, serta kompetensi profesional. Dalam prakteknya kompetensi kepribadian dan sosial menjadi modal dasar bagi guru yang bersangkutan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional. Ketiga kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang terintegrasi.

Kemudian diwujudkan dalam bentuk tindak keguruan.

(31)

Pasal 39 UU No. 20 tahun 2013 tentang Sisdiknas, yang menyatakan bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Terdapat beberapa indikator kinerja guru. Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal. Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.

Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Castetter (dalam Mulyasa, 2013) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1) karakteristik individu, (2) proses, (3) hasil dan, (4) kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil.

Standar kinerja guru berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2017:

a. Perencanaan pembelajaran, meliputi: merumuskan silabus dan rencana pembelajaran, merumuskan materi, merumuskan metode, merumuskan

(32)

alat peraga, menentukan sumber belajar, dan merumuskan evaluasi.

b. Pelaksanaan pembelajaran, meliputi: kehadiran melaksanakan KBM, menggunakan rencana pembelajaran, menggunakan sumber belajar yang bervariasi, melakukan kegiatan pendahuluan, menyampaikan konsep materi sesuai rencana pembelajaran, menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis, menggunakan alat peraga, menentukan tujuan pembelajaran, membangun pengalaman peserta didik, membangun suasana kelas yang menyenangkan.

c. Evaluasi pembelajaran, meliputi: memenuhi target ketuntasan, memiliki catatan kehadiran peserta didik, melakukan penilaian proses, melakukan tes akhir kegiatan pembelajaran, mempunyai data hasil penilaian peserta didik, mendesain remedial dan pengayaan, menganalisis soal, menyusun laporan kinerja belajar peserta didik.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.

Menurut Pidarta (2019: 53) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah

(33)

mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya.

Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Munandar (2012:

23) yang mengatakan bahwa kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan. Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya.

b. Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya (Daryanto, 2011: 9).

Hal ini diperkuat oleh pendapat Robbins (2011: 122) yang menyatakan bahwa dalam melakukan evaluasi kinerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam kriteria yaitu: (1) hasil tugas, (2) perilaku dan (3) ciri individu.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja guru berkaitan dengan karakteristik individu, proses, hasil. Hal ini dapat diketahui mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dimensi perencanaan pembelajaran, yaitu merumuskan/

(34)

menentukan: (1) silabus dan rencana pembelajaran, (2) materi, (3) metode, (4) alat peraga, (5) sumber belajar, dan (6) evaluasi. Dimensi pelaksanaan pembelajaran, meliputi: (1) kehadiran melaksanakan KBM, (2) menggunakan rencana pembelajaran, (3) menggunakan sumber belajar yang bervariasi, (4) melakukan kegiatan pendahuluan, (5) menyampaikan konsep materi sesuai rencana pembelajaran, (6) menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis, (7) menggunakan alat peraga, (8) menentukan tujuan pembelajaran, (9) membangun pengalaman peserta didik, (10) membangun suasana kelas yang menyenangkan. Dimensi evaluasi pembelajaran, meliputi: (1) memenuhi target ketuntasan, (2) memiliki catatan kehadiran peserta didik, (3) melakukan penilaian proses, (4) melakukan tes akhir kegiatan pembelajaran, (5) mempunyai data hasil penilaian peserta didik, (6) mendesain remedial dan pengayaan, (7) menganalisis soal, (8) menyusun laporan kinerja belajar peserta didik.

B. Disiplin Kerja

1. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin merupakan suatu hal yang mudah diucapkan, tapi sukar dilaksanakan. Secara tradisional, disiplin diartikan sebagai kepatuahn terhadap pengendalian dari luar (obedience to external control). Interpretasi baru menganggapnya sebagai pengendalian dari dalam sebagaimana ketaatan terhadap pembatasan dari luar. Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu system tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati (Mulyasa, 2013: 108). Disiplin adalah sikap yang diwujudkan

(35)

dengan perbuatan dalam melaksanakan tugas atau aturan sesuai dengan waktu dan ketentuan yang ditetapkan.

Menurut Hasibuan (2011: 77) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Aritonang (2015: 65) mengemukakan disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang secara teratur, tekun serta terus menerus bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Simamora (2017: 122) menyatakan bahwa disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Jadi, disiplin merupakan sikap untuk mematuhi dan mentaati semua peraturan organisasi dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga dengan disiplin yang baik akan dapat memperlihatkan bagaimana kinerja dari guru tersebut.

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaatan seseorang terhadap tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya. Dsiplin berarti latihan batin atau watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada beberapa tingkat disiplin, yaitu disiplin diri, disiplin sosial/masyarakat, dan disiplin nasional yang semuanya menunjuk pada pengertian adanya ketaatan kepada aturan yang disertai oleh kesadaran terhadap hukum-hukum, norma-norma, dan kewajiban yang telah disepakati bersama (Tabrani, 2013: 74).

(36)

Menurut Rivai (2014: 444) : ”Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.

Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menggelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2013: 291).

Kesimpulannya disiplin kerja yaitu suatu proses tindakan yang akan mengendalikan perilaku seseorang yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban pada perusahaan atau organisasi tersebut.

2. Dimensi Disiplin Kerja

Disiplin merupakan kebiasaan hidup yang baik, yang bermanfaat sebagai bekal hidup bermasyarakat kelak. Misalnya, kebiasaan makan dan minum, tidur, duduk, berpakaian, berbicara, belajar, bekerja, bergaul, dan beribadah secara tertib dan teratur. Siswa harus membiasakan untuk membersihkan tempat tidur sendiri setiap pagi. Kegiatan ini akan menanamkan sikap disiplin dan kegemaran hidup rapi dan sehat. Demikian pula dalam hal penerapan pelaksanaan tata tertib di sekolah.

Dalam belajar, disiplin sangat diperlukan karena dapat melahirkan

(37)

semangat menghargai waktu. Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang disusun ditaati secara ikhlas dan melaksanakannya dengan penuh semangat. Mereka rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin pribadi (Tabrani, 2013: 75).

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011:129) mengemukakan bahwa bentuk disiplin kerja yaitu :

a. Disiplin preventif

Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan aturan yang telah digariskan oleh perusahaan.

b. Disiplin korektif

Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.

c. Disiplin progresif

Merupakan kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Disiplin progresif berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran- pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Adapun langkah-langkah dalam memberikan hukuman progresif adalah peringatan lisan, peringatan tertulis, skorsing dan pemecatan.

(38)

Menurut Handoko (2019: 76), disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua dimensi kegiatan macam kedisiplinan.

a. Disiplin preventif

Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara itu, para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajeman. Adapun aturannya seperti kehadiran, penggunaan jam kerja, ketetapan waktu, penyelesaian pekerjaan.

b. Disiplin korektif

Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut. Yang berguna dalam pendisiplinan korektif :

1) Peringatan pertama dengan mengomunikasikan semua peraturan terhadap karyawan.

2) Sedapat mungkin pendisiplinan ditetapkan supaya karyawan dapat memahami hubungan peristiwa yang dialami oleh karyawan.

3) Konsisten yaitu para karyawan yang melakukan kesalahan yang sama maka hendaknya diberikan sanksi yang sesuai dengan kesalahan yang mereka buat.

(39)

4) Tidak bersifat pribadi maksudnya tindakan pendisiplinan ini tidak memandang secara individual tetapi setiap yang melanggar akan dikenakan sanksi yang berlaku bagi perusahaan.

Sedangkan, menurut Rivai (2014: 77) terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja :

1) Disiplin retributive (retributive discipline) yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.

2) Disiplin korektif (corrective discipline) yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.

3) Perspektif hak-hak individu (individual right perspective) yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.

4) Perspektif utilitarian (utilitarian perspective) yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dimensi kedisiplinan kerja ada tiga yaitu disiplin preventif, disiplin korektif, dan disiplin progresif. Indikator disiplin preventif meliputi: (1) melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab; (2) menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat guru; (3) mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan; (4) bekerja dengan jujur, tertib,cermat, dan semangat untuk kepentingan Negara; (5) masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; (6) mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.

(40)

Adapun indikator disiplin korektif meliputi: (1) menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; (2) dalam bekerja memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; (3) dalam mengajar membimbing siswa dalam proses pembelajaran; (4) menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Adapun indikator disiplin prograsif meliputi: (1) peringatan lisan, (2) peringatan tertulis, (3) skorsing dan (4) pemecatan.

C. Peran Kepala Sekolah

1. Pengertian Peran Kepala Sekolah

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajibankewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi. Hakikatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang `juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang dimainkan hakikatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama (Ahmadi, 2011: 57).

Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara

(41)

anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.

Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu muncullah apa yang dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran (Mulyasa, 2013: 97).

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal di atas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan kepala sekolah maka peran merupakan serangkaian sika dan perilaku yang seorang kepala sekolah sebagai bagian dari tanggung jawab dalam kepemimpinannya.

Menurut Wahjosumidjo (2011: 83), kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 0296 menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Sedangkan menurut Mursyid dalam Asmani (2012: 183)

(42)

kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya manusia, terutama bagi guru dan karyawan sekolah .

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah adalah suatu perilaku, sikap dan tanggung jawab yang ditimbulkan oleh adanya jabatan kepala sekolah dalam satuan pendidikan tertentu sehingga pelaksanaan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan teknis yang telah ditentukan

2. Dimensi dan Indikator Peran Kepala Sekolah

Kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan memiliki ukuran atau standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan tertinggi.

Menurut Mulyasa (2019: 98) dijelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi sebagai:

educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), innovator, dan motivator.

a. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik (educator)

Kepala Sekolah sebagai pendidik mempunyai tugas 7 aspek penting yaitu mengajar di kelas, membimbing guru, membimbing karyawan, membimbing siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK, dan memberi contoh Bimbingan Konsling / Karier yang baik.

1). Mengajar di Kelas

Di Sekolah Negeri, Kepala Sekolah dulu diwajibkan mengajar minimal 6 jam pelajaran per minggu di kelas. Di YBHK, mengingat Wakil Kepala Sekolah hanya satu atau dua saja maka Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar

(43)

minimal 6 jam di Kelas. Meski pun demikian, ada juga Kepala Sekolah di Lingkungan YBHK yang mengajar lebih dari 6 jam pelajaran per minggu.

Walaupun Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar, hendaknya Kepala Sekolah menyadari bahwa pada waktu-waktu tertentu ia perlu masuk ke kelas- kelas untuk berinteraksi dengan peserta didik agar mengetahui dengan jelas perkembangan situasi dan kondisi kelas per kelas di sekolahnya. Kepala Sekolah tidak wajib mengajar tetapi, Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar 10 jam per minggu.

2). Memberikan Bimbingan Kepada Para Guru

Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para guru meliputi menyusun program pengajaran dan BK, melaksanakan program pengajaran dan BK, mengevaluasi hasil belajar dan layanan BK, menganalisis hasil evaluasi belajar dan layanan BK, dan melaksanakan program pengayaan dan perbaikan.

3). Memberikan Bimbingan Kepada Karyawan

Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing karyawan meliputi penyusunan program kerja dan pembagian tugas TU, pesuruh, satpam, UKS, tukang, dan laboran. Para karyawan tersebut dipantau dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Melaui pemantauan tersebut mereka dievaluasi dan dikendalikan kinerjanya secara periodik.

4). Memberikan Bimbingan Kepada Siswa

Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para siswa telah banyak diserap oleh guru bidang studi, guru BP, wali kelas, dan pembina OSIS. Tetapi tidak boleh lupa bahwa tugas membimbing para siswa itu adalah tanggungjawab

(44)

Kepala Sekolah. Pembinaan Kepala Sekolah yang lebih khusus terhadap siswa adalah memantau kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti lomba di luar sekolah.

5). Mengembangkan Staf

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan staf dapat dijalankan melalui pendidikan dan pelatihan staf, pertemuan sejawat staf, seminar, diskusi, lokakarya, penyediaa bahan bacaan dan media elektronik. Selain itu, pengembangan staf bisa juga melalui pengusulan kenaikan jabatan melalui seleksi menjadi Kepala TU, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Lokasi Satpam / Pesuruh, dan sebagainya.

6). Mengikuti Perkembangan IPTEK

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan dirinya sendiri untuk mengikuti perkembangan IPTEK dapat dilakukan dengan ikuit pelatihan, MKKS, seminar, lokakarya, diskusi, media elekteronik, atau bahan bacaan lainnya.. Sesungguhnya, bila staf lebih menguasai IPTEK dibandingkan dengan Kepala Sekolah maka, wibawa Kepala Sekolah itu turun, atau lebih jelek lagi kalau Kasek itu dipermainkan oleh staf karena ketidaktahuannya tentang IPTEK.

7). Memberi Contoh Bimbingan Konseling / Karier

Tugas Kepala Sekolah di dalam memberi contoh Bimbingan Konsling / Karir dapat dilakukan lewat program layanan BK langsung kepada siswa. Selain itu, bisa juga memberi bimbingan kepada siswa melalui guru BP. Artinya, guru BP harus diberdayakan dengan memberikan saran, menggerakkan, memantau, dan memberikan reward and punishment atas apa yang dia kerjakan dalam 30 jam pelajaran per minggu. Guru BP harus mengetahui setiap siswa dalam kelas-kelas

(45)

yang dipercayakan menjadi bimbingannya mengenai berapa hari siswa tertentu sudah tidak hadir sekolah, mencari tahu mengapa tidak hadir di sekolah. Siapa yang berpacaran dengan siapa, membuat analisa penjurusan dan gejala narkoba, merekap absensi siswa menjelang pengisian raport, dan sebagainya.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala Sekolah sebagai manager mempunyai tugas empat hal penting yaitu menyusun progran sekolah, menyusun organisasi kepegawaian di Sekolah, menggerakkan staf (guru dan karyawan), dan mengoptimalkan sumber daya sekolah.

1). Menyusun Program Sekolah

Tugas Kepala Sekolah di dalam Menyususn Program Sekolah meliputi program jangka panjang (delapan tahun atau dua periode Kepala Sekolah), program jangka menengah (empat tahun), dan program jangka pendek (satu tahun). Baik program jangka panjang, menengah, maupun pendek meliputi program akademik dan non akademik. Selain itu, Kepala Sekolah juga mempunyai mekanisme monitor dan evaluasi pelaksanaan program secara sistematika dan periodik.

2). Menyususn Organisasi Kepegawaian di Sekolah

Tugas Kepala Sekolah di dalam Menyususn Organisasi Kepegawaian di Sekolah meliputi susunan kepegawaian di Sekolah, susunan kepegawaian pendukung seperti pengelola perpustakaan, satpam, pesuruh sekolah, laboran, petugas UKS, tukang, dan sebagainya. Selain itu, Kepala Sekolah juga mesti menyususn kepanitiaan kegiatan temporer seperti panitia

(46)

ulangan umum, ujian, rekoleksi, retret, perayaan paskah, perayaan natal, Bulan Kitab Suci, APP masa Prapaskah, 17 Agustus, Hardiknas, dan sebagainya.

3). Mengembangkan Staf ( Guru dan Karyawan )

Tugas Kepala Sekolah dalam mengembangkan Staf (guru dan karyawan) meliputi pemberian arahan yang dinamis, pengkoordinasian staf yang sedang melaksanakan tugas, dan memberikan penghargaan dan hukuman ( reward and punishment ) terhadap guru / karyawan.

4). Mengoptimalkan Sumber Daya Sekolah

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengoptimalkan Sumber Daya Sekolah meliputi pemanfaatan SDM dan sarana prasarana secara optimal. Merawat sarana prasarana milik sekolah / YBHK, membuat catatan kinereja SDM yang ada di sekolah, dan mempunyai program peningkatan mutu SDM melalui proyeksi guru karyawan tiap tahun ajaran baru yang dikirimkan kepada Biro Personalia.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala Sekolah sebagai administrator mempunyai tugas enam hal penting yaitu mengelola administrasi KBM dan BK, mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi ketenagaan, mengola administrasi keuangan, mengelola administrasi sarana prasarana, dan mengelola administrasi persuratan.

1). Mengelola Administrasi KMB dan BK

Tugas Kepala Sekolah di dalam Mengelola Administrasi Kegiatan Mengajar Belajar dan Bimbingan Konseling meliputi kelengkapan data administrasi PBM, administrasi BK, administrasi praktikum, dan administrasi belajar siswa di Perpustakaan.

(47)

2). Mengelola Administrasi Kesiswaan

Tugas Kepala Sekolah di dalam Mengelola Administrasi Kesiswaan meliputi kelengkapan data administrasi kesiswaan, kelengkapan data kegiatan ekstrakurikuler, dan kelengkapan data hubungan sekolah dengan orang tua siswa.

3). Mengelola Administrasi Ketenagaan

Tugas Kepala Sekolah di dalam Mengelola Administrasi Ketenagaan meliputi kelengkapan administrasi tenaga guru dan karyawan.

4). Mengelola Administrasi Keuangan

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengelola administrasi keuangan meliputi ada tidaknya administrasi keuangan rutin, kas kecil, keuangan BP3, dan sumber keuangan lainnya.

5). Mengelola Administrasi Sarana / Prasarana

Tugas Kepala Sekolah di dalam Mengelola Administrasi sarana / prasarana meliputi kelengkapan data administrasi gedung / ruang, data administrasi meubeler, alat administrasi laboratorium, data administrasi kantor.

6). Mengelola Administrasi Persuratan

Tugas Kepala Sekolah di dalam Mengelola Administrasi persuratan meliputi kelengkapan administrasi surat menyurat, surat keluar, surat keputusan, surat edaran, dan sebagainya.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor (Penyelia)

Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor meliputi menyusun program supervisi, melaksanakan program supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi.

1). Menyusun Program Supervisi

(48)

Penyusunan program supervisi mencakup penyususnan program supervisi kelas (KBM) dan BK, program supervisi kegiatan ekstra kurikuler, dan supervisi kegiatan lainnya ( perpustakaan, laboratorium, ulangan, ebta/ebtanas, dan administrasi sekolah).

2). Melaksanakan Program Supervisi

Tugas Kepala Sekolah dalam melaksanakan program superpisi meliputi melaksanakan program supervisi kelas, supevisi dadakan, supervisi ekstrakurikuler.

3). Memanfaatkan Hasil Supervisi

Tugas Kepala Sekolah di dalam memanfaatkan hasil supervisi meliputi pemanfaatan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru / karyawan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk pengembangan sekolah.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Tugas Kepala Sekolah Sebagai pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat; memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik; memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi.

1). Memiliki Kepribadian yang Kuat

Indikator kepribadian Kepala Sekolah yang kuat dilihat dari kejujuran, percaya diri, tanggung jawab, dan keberaniannya mengambil keputusan.

(2). Memahami Kondisi Guru, Karyawan, dan Siswa dengan baik

Indikator bahwa Kepala Sekolah dapat memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik adalah ia mempunyai program atau upaya memperbaiki

(49)

kesejahteraan karyawan. Memanfaatkan upacara hari senin dan upacara lain untuk memahami kondisi siswa, karyawan, dan guru secara keseluruhan. Mau mendengar atau menerima usulan, kritikan, dan saran dari siswa, karyawan, dan guru melalui pertemuan.

3). Memiliki Visi dan Memahami Misi Sekolah

Indikator yang digunakan untuk menilai pemahaman visi dan misi sekolah oleh Kepala Sekolah melalui pemahaman visi sekolah yang dipimpinnya, memahami misi yang diemban sekolah, dan melaksanakan program / target dengan baik.

4). Kemampuan Mengambil Keputusan

Indikator yang digunakan di dalam penilaian kinerja Kepala Sekolah di dalam mengambil keputusan adalah kemampuannya mengambil keputusan bersama warga sekolah, kemampuannya mengambil keputusan untuk ekstern sekolah, kemampuannya mengambil keputusan untuk urusan intern sekolah.

5). Kemampuan Berkomunikasi

Indikator yang digunakan di dalam penilaian kinerja Kepala Sekolah di dalam kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada guru karyawan, siswa dan stakeholders sekolah lainnya, dan mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Tugas Kepala Sekolah saebagai innovator meliputi dua hal yaitu kemampuan untuk mencari / menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah, dan kemampuan utuk melaksanakan pembaharuan di sekolah.

(50)

1). Kemampuan Mencari / Menemukan Gagasan Baru untuk Pembaharuan Sekolah

Indikator yang digunakan di dalam penilaian kinerja Kepala Sekolah di dalam kemampuan mencari / menemukan gagasan baru adalah prosktif mencari dan menemukan gagasan baru, dan mampu memilih gagasan baru yang relevan.

2). Kemampuan Melaksanakan Pembaharuan di Sekolah

Indikator yang digunakan di dalam penilaian kinerja Kepala Sekolah di dalam kemampuan melaksanakan pembaharuan di sekolah melalui kemampuan melaksanakan pembaharuan di bidang KBM dan BK, pembinaan guru dan karyawan, pembaharuan di bidang ekstra kurikuler, dalam menggali sumber daya dari BP3 atau masyarakat, mampu berprestasi melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti KIR, sepakbola, band, Paskibra, Pramuka, futsal, dsb.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Tugas Kepala Sekolah Sebagai Motivator meliputi tiga hal yaitu kemampuan mengatur lingkungan kerja, kemampuan mengatur sarana kerja, dan kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment).

1). Kemampuan Mengatur Lingkungan Kerja

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengatur lingkungan kerja meliputi mengatur ruang Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, dan TU untuk bekerja; mengatur ruang kelas, Lab, BK, perpus, halaman sekolah, dan UKS yang sejuk, nyaman, dan teratur.

2). Kemampuan Mengatur Suasana Kerja

Gambar

Gambar 1 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra destinasi dan fasilitas wisata terhadap niat berperilaku melalui kepuasan pada Museum

Inilah yang kemudian dikhawatirkan oleh golongan sayap kanan terkait identitas yang mereka miliki sebagai warga negara Jerman, karena dengan kedatangan para

Limitasi dari penelitian ini adalah: (1) mahasiswa/i yang dijadikan sample terbatas pada mahasiswa/i yang berada di semester 4 Universitas Bina Nusantara; (2) penggunaan

[r]

Iradat Konsultan yang sedang berjalan adalah adanya pertukaran data yang tidak efisien antara gedung kantor pusat dan kantor cabang yang belum terhubung secara fisik,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), komite olahraga provinsi mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga provinsi dan organisasi olahraga fungsional provinsi

Oleh karena itu, maka pada penelitian ini digunakan anggapan bahwa suhu dan proses kalsinasi yang paling tepat pada pembuatan oksida perovskit LaCoO 3

Menyikapi hal ini, pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Komunikasi dan Informatika terus berupaya mendorong pertumbuhan infrastruktur teknologi informasi dan