• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sela Marlena1

Abstrak

UMKM (Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan kelompok masyarakat yang telah mempunyai usaha meskipun skalanya kecil ataupun mikro. UMKM memiliki potensi untuk tumbuh besar seh-ingga mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi penganggu-ran. Untuk itu dibutuhkan pemberdayaan pada kelompok usaha ini agar tumbuh dengan baik. Bank Indonesia Cabang Yogyakarta sejak tahun 2006 mempunyai program untuk memberdayakan UMKM dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Pada ta-hun 2012 Bank Indonesia Yogyakarta memberikan bantuan kepada klaster UMKM Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Kepis dan UMKM KSU (Koperasi Serba Usaha) Jatirogo untuk pember-daayan petani gula semut di Kulon Progo. Hasil dari implementasi program CSR BI Yogyakarta menunjukkan adanya peningkatan kes-ejahteraan, yang dilakukan melalui empat aspek, yaitu bina manusia dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan studi banding untuk anggota dan kelompok usaha, bina usaha dengan memberikan alat-alat produksi dan akses pemasaran agar produksi dapat dijangkau oleh masyarakat luas, bina lingkungan dengan membuatkan kolam untuk KPI Mina Kepis dan pembuatan dapur higienis bagi petani gula semut, dan bina kelembagaan dengan memberikan pendampin-gan koperasi dan penguatan manajemen orpendampin-ganisasi serta keuanpendampin-gan.

1 Sela Marlena merupakan mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga.

Dilihat dari hasil pemberdayaan tampak bahwa terjadi peningkatan sektor perekonomian terutama di wilayah Sleman dan Kulon Progo. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pendapatan dari pen-jualan ikan di KPI Mina Kepis Sleman dan kapasitas produksi ko-moditas gula semut di Kulon Progo.

Kata Kunci: Pemberdayaan UMKM, Implementasi CSR, Hasil Pemberdayaan

Pendahuluan A.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan istilah yang di-gunakan untuk menyebut tanggung jawab suatu perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini perlu diperhatikan dan menjadi sebuah keharusan oleh setiap perusahaan untuk men-ciptakan keuntungan di masa mendatang berupa pembangunan bekelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan ini memiliki tiga elemen kunci yaitu people (masyarakat), planet (ling-kungan), dan profit (keuntungan)2 yang mana dari ketiganya itu harus dilakukan secara seimbang agar manfaatnya dapat dirasakan secara keseluruhan baik bagi masyarakat sekitar maupun perusahaan.

Saat ini, CSR menjadi perhatian dan bahan pembicaraan di dun-ia bisnis yang menjadi salah satu tanggung jawab suatu perusahaan dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berprinsip pada sustainable development. Dasar hukum CSR terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Ter-batas pasal 74 ayat 1: Mewajibkan perseroan yang menjalankan keg-iatan usahanya dibidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam (SDA) melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan; Pasal 74 ayat 2 : Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Merupakan kewajiban Perseroan yang diang-garkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksan-aannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.3 Dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang CSR, sudah seharusnya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia

memper-2 Bambang Hudayana, Sutoro Eko, Andi Sandi, dkk., Menjadi Katalis Perubahan

Reposisi CSR Untuk Penanggulangan Kemiskinan dalam Konteks Desentralisasi, IRE:

Yogyakarta, 2011, hal 13.

hatikan tanggung jawabnya terhadap masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.

CSR tidak hanya diterapkan untuk Perseroan dan BUMN, akan tetapi CSR juga berada pada ruang lingkup perbankan atau lembaga milik negara. Salah satu lembaga milik pemerintah yang menjalankan dan berkomitmen dalam CSR adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga milik pemerintah dalam bidang Perbank-an Tunggal dPerbank-an sebagai BPerbank-ank Sentral Indonesia, BPerbank-ank Indonesia juga mempunyai tugas tunggal yaitu untuk dapat mencapai dan memeli-hara kestabilan nilai tukar rupiah,4 selain dituntut untuk dapat melak-sanakan tugas utamanya tersebut, Bank Indonesia juga dituntut untuk tetap memiliki kepedulian terhadap lingkungan (komunitas) sebagai wujud Corporate Social Responsibilitynya.

Pada tahun 2009, Bank Indonesia sudah berkomitmen dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat sekitar khususnya khususnya masyarakat kurang mampu dan lingkungan. Hal ini ditunjukkan malalui CSR Bank Indonesia dengan konteks pro-gram Bank Indonesia Social Responsibility (BSR).Dalam konteks ini, pro-gram BSR yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia diharapkan dapat membantu mengurangi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup, sosial, kesenian, budaya, olahraga, dan keagamaan.5

Berbagai aspek yang telah disebutkan di atas dilakukan oleh Bank Indonesia melalui CSR, dalam prakteknya program BSR yang telah terprogram pada masing-masing Kantor Perwakilan (selanjut-nya akan disingkat KPw) Bank Indonesia di Indonesia sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat. Pada saat ini, BSR berubah menjadi Program Sosial Bank Indonesia (selanjutnya akan disingkat PSBI) se-bagai kepanjangan tangan CSR Bank Indonesia. Salah satu PSBI yang dilakukan yaitu pada KPw Bank Indonesia Yogyakarta bekerjasama dengan Pemerintah Kota/Kabupaten dan perguruan tinggi menyalur-kan dana PSBI yang terfokus pada pengembangan dan pemberdayaan UMKM.

Pengembangan UMKM ini dilakukan seperti pada pengembangan klaster ikan tawar Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Kepis di

4 http://www.03_status_tujuan_rev1BI.pdf, diakses pada tanggal 19 April 2013.

5 Bank Indonesia, “Gambaran Umum Program Bank Indonesia Social Responsibility

Sleman,6 pola partisipatif peningkatan produksi beras di lahan marjinal yang berlokasi di Bantul mampu meningkatkan hasil produksi padi di kabupaten Bantul, upaya peningkatan nilai tambah petani cabai yang berlokasi di Kulon Progo dengan memberikan pendampingan untuk membudidayakan cabai melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) serta mendapat edukasi Perbankan melalui kegiatan Financial Inclusion sehingga petani cabai tersebut telah mencapai perbaikan dari sisi efisiensi, produksi dan produktifitas gabah kering, serta pengembangan Klaster Gula Semut di Kulonprogo dengan memfasilitasi melalui pembangunan kantor dan gudang koperasi gula semut.7 Pada tahun 2007 program Desa Kita di Dusun Manding, Bantul8dalam pengembangan kerajinan kulit, keberhasilan kerajinan ini terbukti dengan semakin dikenalnya Dusun Manding sebagai pusat kerajinan kulit di Yogyakarta dan semakin banyaknya pengunjung yang datang untuk berbelanja di sana.

Dari berbagai pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia Yogyakarta, peneliti telah mengambil dua UMKM sebagai contoh dari pelaksanaan CSR Bank Indonesia Yogyakarta yaitu klaster Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Kepis di Dusun Buri-kan, Sleman dan klaster Gula Semut, Kulon Progo. Menurut Bapak Mahmudi, dua klaster UMKM tersebut hasil produksi dan pendapa-tannya semakin meningkat setiap tiga bulan.9 Melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh CSR Bank Indonesia Yogyakarta terse-but, diharapkan UMKM mampu berkembang dan meningkatkan ha-sil produksi serta penjualan.

Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh Bank Indonesia sangatlah bermanfaat bagi masyarakat guna melakukan pemberdayaan (em-powerment). Hal ini berdampak dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat yang sejauh ini masih banyak dibawah standar kelayakan untuk hidup. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mengkaji tentang strategi pemberdayaan UMKM

6 http://www.antarayogya.com/berita/309593/bi-salurkan-bantuan-kepada-petani-ikan-sleman, diakses pada tanggal 28 Oktober 2013.

7 BANK INDONESIA: Bank Sentral Indonesia, Pameran Wirausaha Baru Bank

Indonesia (New Wave Entrepreneur) 2013, 28 Juni-2 Juli Gedung Heritage Bank Indonesia

Yogyakarta, hlm. 26.

8 Bank Indonesia, “Dusun Manding Disinggahi Komisi VI DPR RI”, http:// www. annual_ report_BSR_2009.pdf, diakses pada tanggal 26 April 2013.

oleh CSR Bank Indonesia cabang Yogyakarta, terutama klaster ikan tawar KPI Mina Kepis di Sleman dan Klaster Gula Semut di Kulon Progo.

Berdasarkan latar belakang penulis akan mengkaji berbagai hal, yaitu 1). Bagaimana implementasi CSR Bank Indonesia Yogyakarta da-lam pemberdayaan bidang pembudidayaan ikan Klaster KPI Mina Ke-pis di Sleman dan Klaster Gula Semut di Kulon Progo? 2). Bagaimana hasil dari pemberdayaan UMKM bidang pembudidayaan ikan Klaster KPI Mina Kepis di Sleman dan Klaster Gula Semut di Kulon Progo yang melalui CSR Bank Indonesia Yogyakarta?

Tinjauan Pustaka B.

Terdapat dua penelitian yang saya temukan terkait bagaimana implementasi CSR pada perusahaan, yaitu Sodiq Hidayatullah (2003) dan Iin Purnamasari (2005). Kedua penelitian ini sama-sama memba-has tentang bagaimana implementasi CSR. Penelitian pertama mem-bahas bagaimana konsep dan implementasi CSR Pamella Yogyakarta dan penelitian kedua melihat implementasi CSR oleh Pabrik Kulit PT. Adi Satria Abadi (ASA) untuk masyarakat sekitar.

Penelitian pertama menyimpulkan konsep CSR sebagai sebuah kepedulian sosial dengan tingkat empati yang tinggi dan memegang prinsip etika bisnis yang islami, bahwa usaha ekonomi yang dige-luti merupakan ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan implementasi atau penerapan corporate philanthropy sebagai bagian dari CSR yang baik dengan mengalokasikan dana sosial berupa zakat sebesar 2,5% yang diwujudkan dengan membantu orang-orang yang membutuh-kan. Sedangkan penelitian kedua menyimpulkan bahwa pelaksanan CSR yang dilakukan PT. ASA dampaknaya tidak membawa peruba-han yang cukup berarti bagi masyarakat sekitar karena kegiatan yang dilaksanakan hanya bersifat incidental, yaitu kegiatan sosial yang di-lakukan oleh perusahaan hanya pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak bersifat pemberdayaan. Disisi lain, tidak terlalu banyak memba-wa perubahan pada bidang ekonomi masyarakat dan permasalahan yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan dua penelitian sebelumnya, kajian ini memiliki objek penelitian yang sama yaitu CSR, namun hasil penelitian terdahulu belum membahas satu variabel yang menunjuk-kan penelitian mengenai pemberdayaan UMKM.

Kerangka Teori C.

Pengertian “daya” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak.10 Kemunculan konsep pemberdayaan (empowerment) didasari oleh gagasan yang menempatkan manusia lebih sebagai subjek dari dunianya sendiri. Dalam praktek pemberdayaan yang dilakukan oleh banyak pihak, seringkali pemberdayaan difokuskan pada bidang ekonomi untuk pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) atau penanggulangan kemiskinan (poverty reduction). Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat selalu dilakukan dalam bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk meningkatkan pendapatan (income generating).11

Menurut Mardikanto (2003), ada empat upaya pokok dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: 12

Bina Manusia. 1.

Bina manusia merupakan upaya yang paling pertama dan utama dalam pemberdayaan masyarakat, sebab manusia merupakan pelaku dan atau pengelola manajemen itu sendiri. Hal ini dilan-dasi bahwa tujuan pembangunan adalah untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia.

Bina Usaha. 2.

Bina manusia dan bina usaha merupakan satu kesatuan yang penting dalam pemberdayaan masyarakat, karena bina manusia tanpa memberikan dampak atau manfaat pada perbaikan kesejahteraan (ekonomi) tidak akan laku, dan bahkan menambah kekecewaan.

Bina Lingkungan. 3.

Isu tentang lingkungan menjadi sangat penting sejak dikembang-kannya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL (Analisis Manfaat dan Dampak Lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi, ISO 1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Termasuk dalam tanggungjawab sosial adalah segala kewajiban yang harus dilakukan terkait dengan upaya perbaikan kesejahteraan sosial

10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa IndonesiaBalai Pustaka, Jakarta, 1989, hal 188.

11 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam

masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar lingkungan kerja, maupun yang mengalami dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan para pelaku penanam modal atau perseroan. Sedangkan yang termasuk tanggungjawab lingkungan adalah segala kewa-jiban yang ditetapkan dalam persyaratan investasi dan operasi yang terkait dengan perlindungan, pelestarian, dan pemulihan (rehabilitasi atau reklamasi) sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Bina Kelembagaan 4.

Kata kelembagaan sering dikaitkan dengan dua pengertian, yaitu pranata sosial (social institution) dan organisasi sosial (social organi-zation). Pada prinsipnya, suatu bentuk relasi social dapat disebut sebagai sebuah kelembagaan apabila memiliki empat komponen, yaitu:

Komponen person, dimana orang-orang yang terlibat didalam (a)

suatu kelembagaan dapat diidentifikasi.

Komponen kepentingan, dimana orang-orang yang memiliki (b)

kepentingan tersebut terikat oleh suatu kepentingan dan tu-juan, sehingga di antara mereka terpaksa harus saling berin-teraksi.

Komponen aturan, dimana setiap kelembagaan mengem-(c)

bangkan seperangkat kesepakatan yang dipegang bersama, sehingga seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut.

Komponen struktur, dimana setiap orang memiliki posisi dan (d)

peran yang harus dijalankan secara benar sesuai dengan peran yang diemban.

Untuk teori implementasi CSR, Ada 8 indikator yang sebaiknya ada dalam kinerja implementasi CSR, yaitu:

Leadership

1. (Kepemimpinan)

Seorang pemimpin harus memiliki kesadaran filantropik yang menjadi dasar pelaksanaan program karena program CSR dika-takan akan berhasil jika mendapat dukungan dari top management (pimpinan) perusahaan.

Proporsi bantuan 2.

CSR tidak semata-mata hanya pada kisaran anggaran saja, me-lainkan juga pada tingkatan serapannya karena anggaran tidak dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan program CSR. Artinya, apabila cakupan areanya luas maka anggarannya juga harus lebih

besar.

Transparansi dan akuntabilitas 3.

Adanya laporan tahunan

(a) (annual report).

Mempunyai mekanisme audit sosial dan finansial, dimana au-(b)

dit sosial terkait pengujian sejauh mana program-program CSR ditujukan secara benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari masyarakat melalui inter-view dengan para penerima manfaat.

Coverage area

4. (cakupan wilayah)

Perencanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi 5.

Dalam perencanaan perlu ada jaminan untuk melibatkan (a)

multi-stakeholder pada setiap siklus pelaksanaan program. Terdapat kesadaran dalam memperhatikan aspek-aspek loka-(b)

litas (local wisdom), pada saat pelaksanaan ada kontribusi, pe-mahaman, dan penerimaan terhadap budaya-budaya lokal yang ada.

Stakeholders Enggagement

6. (pelibatan stakeholder)

Terdapat mekanisme koordinasi reguler dengan stakeholder, teuta-ma teuta-masyarakat dan menamin partisipasi teuta-masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus pelaksanaan program.

Sustainability

7. (keberlanjutan)

Terjadi alih-peran dari korporat kemasyarakat. (a)

Tumbuhnya rasa memiliki

(b) (sense of belonging) dari masyarakat

mengenai program dan hasil program. Adanya pilihan

(c) partner program yang bisa menjamin bahwa

tanpa keikutsertaan perusahaan, program bisa tetap berjalan dengan partner tersebut.

Outcome

8. (hasil nyata)

Terdapat dokumentasi hasil yang menunjukkan yang menun-(a)

jukkan berkurangnya angka kemiskinan (dalam bidang ekonomi) atau parameter lainnya sesuai dengan bidang CSR yang dipilih oleh perusahaan.

Terjadinya pola pikir masyarakat. (b)

Memberikan dampak ekonomi masyarakat yang dinamis. (c)

Terjadi penguatan komunitas

Metode Penelitian D.

Kajian ini meruapakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan teknik penarikan informan menggunakan bola salju (snowball,)14 yaitu proses awal melakukan wawancara dengan pihak Bank Indoenesia Yogyakarta (Bapak Mahmudi). Lokasi penelitian Bank Indonesia Yog-yakarta, Klaster Kelompok Pembdidaya Ikan (KPI) Mina Kepis di Sle-man, dan Klaster Gula Semut di Kulon Progo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai Juni 2014 dengan teknik pengumpulan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilaku-kan dengan 1). pihak Bank Indonesia Yogyakarta untuk memperoleh informasi mengenai tahapan dan proses dalam melakukan pember-dayaan UMKM. 2). UMKM KPI Mina Kepis dan Gula Semut sebagai sasaran pemberdayaan guna memperoleh informasi mengenai hasil dan dampak pemberdayaan tersebut. Observasi dilakukan dengan mengamati bagaimana program yang diberikan Bank Indonesia Yog-yakarta kepada dua UMKM tersebut, sedangkan dokumentasi dengan mencari data ke Bank Indonesia Yogyakarta dan dua UMKM menge-nai implementasi dan hasil pemberdayaan.

Temuan E.

Implementasi Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM 1.

Implementasi merupakan bentuk pelaksanaan atau penerapan dari apa yang telah disepakati dulu.15 Implementasi ini diwujudkan dalam bentuk tahapan atau proses dari sebuah kebijakan melalui program-program untuk direalisasikan kepada masyarakat maupun stakeholders yang bersangkutan.

Implementasi tersebut diwujudkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (selanjutnya akan disingkat KPw BI) salah satunya pada KPw BI Yogyakarta sebagai kepanjangan tangan dari CSR Bank Indo-nesia melalui Program Sosial Bank IndoIndo-nesia (selanjutnya akan dis-ingkat PSBI). Kantor perwakilan ini berkomitmen untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan UMKM. Tujuannya adalah untuk meningkatkan upaya produksi, kapasitas usaha, nilai tambah (value added) terhadap ekonomi masyarakat dan meningkatkan

profesionali-14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2012, hal 224.

15 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka: Jakarta, 1976, hal 377.

tas kelompok masyarakat dalam menjalankan usahanya.16

Sampai dengan akhir tahun 2013, beberapa bentuk kegiatan pengembangan UMKM dilaksanakan oleh KPw BI Yogyakarta antara lain: pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Kepis di Slemandanprogram ketahanan pangan dan program pengemban-gan komoditas unggulan untuk gula semut (brown sugar) di Kulon Progo. Untuk Klaster KPI Mina Kepis dan Klaster Gula Semut, KPw BI Yogyakarta melakukan sinergisitas dengan pihak internal BI Yogya-karta sendiri, yaitu Bapak Mahmudi, Bapak Burhan, Bapak Budi, Ibu Anita Lubis dan Ibu Anfal. Sedangkan untuk pihak eksternal, Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi seperti UGM, UKDW dan UMY, Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, Pemkab Sleman dan Pemkab Kulon Progo. Pihak Bank Indonesia Yogyakarta melakukan FGD (Forum Group Discussion) dengan sistem Top Down atau melalui Bupati Sleman untuk Klaster KPI Mina Kepis dan Bu-pati Kulon Progo untuk Klaster Gula Semut. FGD ini dilakukan untuk melakukan need assessment dan mendapatkan data guna mengetahui komoditas-komoditas unggulan apa yang ada di daerah tersebut, terutama yang termasuk lima besar komoditas unggulan yang ada di masing-masing wilayah.17

Klaster KPI Mina Kepis a.

Beberapa tahapan yang dilakukan oleh KPw BI Yogyakarta dalam memfasilitasi dan melakukan pendampingan UMKM klaster KPI Mina Kepis. Sebelum melakukan pendampingan, pihak KPw BI Yogyakarta melakukan pemantauan kelompok KPI Mina Kepis berdasarkan data-data dan sumsumber yang ber-sangkutan seperti data BPS maupun data dari Disperindagkop Kabupaten Sleman, melakukan riset sebagai langkah net assess-ment, melakukan FGD dengan Pemkab Sleman dan dengan ang-gota kelompok, kemudian kelompok mengajukan proposal kepa-da Bank Indonesia Yogyakarta sebagai syarat administrasi untuk pelepasan dana dan melakukan program.18 Tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu:

16 BI Anggarkan Rp 80 Miliar untuk Bantuan Sosial pada 2014, http://skalanews.

com/berita/detail/166929/BI-Anggarakan-Rp80-Miliar-untuk-Bantuan-Sosial-pada-2014, diakses pada tanggal 29 April 2014.

17 Wawancara dengan Bapak Mahmudi, bagian Unit Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia Yogyakarta, di Sleman, tanggal 3 Juni 2014.

Pemilihan klaster berdasarkan keputusan atau ketetapan Pe-1)

merintah Kabupaten Sleman (MOU Bank Indonesia-Pemkab Sleman).

Identifikasi masalah baik dalam aspek produksi, pemasaran, 2)

manajemen maupun akses kredit perbankan.

Pemberian Bantuan Teknis (Bantek), praktek dan studi band-3)

ing bekerjasama dengan Fak. Pertanian Jurusan Perikanan dan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Sleman untuk memperoleh ilmu mengenai cara budidaya ikan yang baik. Penguatan kelembagaan kelomnpok tani ikan dan kelompok 4)

wanita tani (KWT).

Program pembinaan dan peningkatan produksi,

5) Linkage

pelaku usaha, keuangan dan pemasaran. Mempromosikan dan pemasarkan produk olahan ikan pada saat pameran UMKM, Koperasi, PKBL Kementerian Koperasi dan UMKM RI di Ambarukmo Plaza Yogyakarta (memperoleh juara II). Selain itu, Bank Indonesia melakukan linkage pada sumber-sumber pembiayaan dan modal usaha, seperti pendirian kop-erasi bersama Bank BRI, BPD, Bukopin serta Dinas Perindag-kop Sleman.

Dukungan dan perluasan sarana dan prasarana fisik dan in-6)

frastruktur. Program peningkatan fasilitas fisik dilakukan se-bagai pendukung peningkatan kapasitas produksi.19

Klaster Gula Semut b.

Untuk klaster gula semut, Bank Indonesia Yogyakarta mem-fasilitasi alat-alat produksi untuk mempermudah para petani dalam memproduksi gula semut. Seperti pada klaster KPI Mina Kepis, sebelum program dilaksanakan Bank Indonesia Yogyakarta melakukan pemantauan berdasarkan data-data dari BPS maupun Dinas terkait (Disperindagkop Kulon Progo, dan lain-lain) dan ha-sil riset dengan perguruan tinggi seperti Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarata, kemudian melakukan FGD den-gan sistem Top Down yaitu terlebih dahulu melakukan pertemuan dengan Pemkab Kulon Progo maupun SKPD (Satuan Kerja Pe-merintah Daerah) setempat setelah itu melakukan sosialisasi ke-pada petani gula kelapa, dan setelah itu KSU Jatirogo mengajukan proposal kerjasama dengan Bank Indonesia Yogyakarta sebagai

19 Dokumentasi UMKM Bank Indonesia Yogyakarta, Klaster KPI Mina Kepis-Sleman-Yogyakarta.

syarat administrasi.20 Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang di-lakukan oleh BI Yogyakarta:

Pemilihan klaster berdasarkan keputusan Pemerintah Kabu-1)

paten Kulon Progo (MOU Bank Indonesia-Pemkab Kulon Pro-go) dan berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Program legislasi atau HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). 2)

Produk gula semut ini merupakan komoditas unggulan daer-ah Kulon Progo sebagai gula organik yang cakupan pemasara-nnya lebih banyak ke luar negeri. Oleh karena itu, produk ini harus memiliki sertifikasi baik organik maupun terdaftar P-IRT untuk penguatan kualitas dan perlindungan produk yang memiliki kekhususan.

Pemberdayaan petani

3) penderes berupa pelatihan-pelatihan dan

peningkatan kapasitas produksi.

Pembinaan pasar domestik sebagai sarana untuk memperke-4)

nalkan dan mempromosikan produk gula semut, khususnya di wilayah Yogyakarta.

Dukungan sarana dan prasarana fisik seperti gudang, dapur 5)

sehat dan alat produksi (oven).21

Hasil Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM 2.

Hasil pemberdayaan UMKM melalui CSR Bank Indonesia dalam