• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Dalam dokumen PROVINSI SUMATERA UTARA (Halaman 56-59)

INFLASI TAHUNAN (% yoy) Juni

3.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi yang sangat signifikan pada kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan berkontribusi 30% pada inflasi umum Provinsi Sumatera Utara. Sementara itu, kelompok barang dan jasa lainnya cenderung menurun.

Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

3.4.1 Kelompok Bahan Makanan

Tekanan inflasi Kelompok Bahan Makanan meningkat sangat tajam pada triwulan III 2017, yaitu dari 0,18% (yoy) menjadi 4,59% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi terbesar terjadi

pada subkelompok bumbu-bumbuan yang meningkat hingga 25,4%, dari -23,2% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Selain itu, kenaikan tekanan inflasi juga meningkat pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya dari -3,4% (yoy) menjadi 8,0% (yoy).

Tabel 3.3Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan tekanan inflasi bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah mendorong tekanan inflasi kelompok ini. Menurunnya antusiasme petani untuk menanam cabai merah pasca turunnya harga saat panen raya membuat tekanan inflasi komoditas cabai merah meningkat. Komoditas cabai merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, perubahan harga cabai merah akan banyak memengaruhi inflasi secara keseluruhan.

Tekanan inflasi subkelompok daging dan hasil-hasilnya juga meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pada saat hari Raya Idul Adha. Inflasi daging sapi dan daging ayam ras tercatat masing-masing meningkat hingga 4,75% (yoy) dan 11,61% (yoy). Pada bulan sebelumnya kedua komoditas tersebut tercatat masing-masing 1,83% (yoy) dan -8,56% (yoy).

Selain itu, komoditas buah-buahan juga mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan. Peningkatan inflasi terutama terjadi pada komoditas melon dan semangka. Inflasi melon tercatat 12,66% (yoy) dari 0,08% (yoy),

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN 14.8 5.4 12.5 14.9 3.5 0.2 4.6 MAKANAN JADI 10.7 11.9 13.5 11.9 6.9 5.5 3.6 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 3.0 1.6 1.9 2.5 4.4 7.6 6.8 SANDANG 4.8 6.3 7.2 2.8 1.2 -1.1 -2.0 KESEHATAN 4.9 4.7 4.5 4.8 5.0 3.8 3.0 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.0 6.5 4.5 4.1 4.1 3.6 0.3 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.8 -1.1 -2.0 -1.8 1.9 3.8 3.1 UMUM 7.2 4.3 6.0 6.3 3.9 3.8 3.9

Kelompok 2016 2017 Arah

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN 14.8 5.4 12.5 14.9 3.5 0.2 4.6

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.7 6.3 1.7 -1.5 -0.1 0.6 0.5 Daging dan Hasil-hasilnya 12.4 9.8 -0.5 4.6 4.6 -3.4 8.0

Ikan Segar 0.3 -0.9 3.0 4.3 12.8 11.8 10.7

Ikan Diawetkan 2.5 0.6 0.7 10.1 24.6 29.1 27.3 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.9 4.6 3.1 3.7 2.6 1.3 1.0 Sayur-sayuran 10.6 15.0 17.6 16.0 5.6 -2.1 -3.9 Kacang-kacangan 8.3 11.2 8.9 8.2 2.2 0.7 0.7

Buah-buahan 4.9 1.8 -0.8 -1.1 1.8 4.0 6.9

Bumbu-bumbuan 101.2 8.8 83.5 88.5 -8.0 -23.2 2.2 Lemak dan Minyak -2.3 -1.5 5.0 6.2 6.4 7.0 4.9 Bahan Makanan Lainnya 6.5 9.5 9.9 10.1 11.2 5.8 5.9

sementara inflasi semangka tercatat 11,38% (yoy) dari 2,60% (yoy). Peningkatan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan buah-buahan.

Disisi lain, komoditas ikan segar yang memiliki andil 0,47% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan inflasi. Inflasi komoditas ikan kembung turun dari 21,11% (yoy) menjadi 9,55% (yoy) sedangkan ikan teter mengalami deflasi hingga 6,38% (yoy). Penurunan inflasi ini disebabkan oleh tingginya pasokan ikan segar seiring dengan peningkatan aktivitas nelayan dalam cuaca yang mendukung.

Meningkatnya aktivitas nelayan pada musim kemarau ini juga mendorong penurunan inflasi ikan yang diawetkan. Penurunan inflasi ikan yang diawetkan dari 29,04% (yoy) menjadi 27,40% (yoy). Inflasi ikan dencis menurun dari 21,15% (yoy) menjadi 16,26% (yoy) sementara inflasi ikan teri menurun dari 41,00% (yoy) menjadi 33,18% (yoy).

Disamping itu, subkelompok sayur-sayuran kembali mengalami deflasi dari 2,07% (yoy) menjadi -3,85% (yoy). Inflasi terong panjang menurun dari 39,41% (yoy) menjadi 4,62% (yoy), sedangkan komoditas buncis dan kentang mengalami deflasi hingga 28,12% (yoy) dan 15,71% (yoy). Deflasi ini disebabkan oleh pasokan sayur-sayuran yang melimpah. Aktivitas Gunung Sinabung relatif tidak memberikan dampak yang signifikan pada tanaman pertanian di daerah sekitar. Adanya hujan dan penyiraman berkala mengurangi debu yang menempel di tanaman, sehingga tanaman tidak rusak.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi bahan makanan menurun menjadi 0,97% (yoy) dari 4,59% (yoy). Hal ini disebabkan oleh masuknya masa panen beberapa komoditas seperti bawang merah dan bawang putih. Selain

itu, kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas beras mampu menahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan.

3.4.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau kembali mengalami penurunan tekanan inflasi dari 5,55% (yoy) menjadi 3,64% (yoy). Penurunan terjadi pada seluruh subkelompok dengan subkelompok makanan jadi yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi kelompok ini.

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

Tekanan inflasi subkelompok makanan jadi menurun dari 5,57% (yoy) menjadi 4,00% (yoy). Penurunan ini terutama didorong oleh komoditas nasi dengan lauk yang tercatat 8,79% (yoy) dari 14,72% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi komoditas gula melemah dari 4,59% (yoy) menjadi 3,23% (yoy). Rendahnya tekanan inflasi subkelompok makanan jadi didorong oleh menurunnya permintaan pasca bulan Ramadhan.

Pasca bulan Ramadhan, tekanan inflasi tembakau dan minuman beralkohol turun menjadi 5,25% (yoy) dari 8,60% (yoy) dengan andil 0,27% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok ini tercatat kembali menurun dari 3,64% (yoy) menjadi 3,45% (yoy). Penurunan ini didorong oleh deflasi minuman tidak beralkohol yang terus berlanjut. Sampai dengan akhir tahun, inflasi dari kelompok ini diperkirakan

I II III IV I II III

MAKANAN JADI 10.7 11.9 13.5 11.9 6.9 5.5 3.6

Makanan Jadi 7.1 7.9 9.4 9.5 5.0 5.6 4.0

Minuman yang Tidak Beralkohol 8.8 12.8 12.1 12.2 9.3 -0.7 -0.9 Tembakau dan Minuman Beralkohol 18.7 18.6 21.5 15.3 8.4 8.5 5.2

meningkat sejalan dengan pola musiman Natal dan Tahun Baru.

3.4.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menurun dari 7,57% (yoy) menjadi 6,77% (yoy). Penurunan terjadi pada hampir seluruh subkelompok dan utamanya terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air.

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air mengalami penurunan tekanan inflasi dari 22,15% (yoy) menjadi 20,22% (yoy). Hal ini didorong oleh tidak adanya kebijakan

administered prices yang strategis.

Pada awal triwulan IV 2017, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sedikit meningkat. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan bahan bakar rumah tangga atau gas LPG 3Kg terutama di Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.4.4 Kelompok Sandang

Kelompok sandang terus mengalami deflasi dari -1,11% (yoy) menjadi -2,02% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi pada subkelompok sandang laki-laki, sandang anak-anak, dan barang pribadi serta sandang lain. Subkelompok sandang laki-laki memilki andil terbesar dalam penurunan tekanan inflasi kelompok ini.

Tabel 3.6Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

Sandang laki-laki mengalami deflasi dari 4,21% (yoy) menjadi -5,03% (yoy), sementara sandang anak-anak mengalami deflasi dari 0,52% (yoy) menjadi -1,27% (yoy). Penurunan tekanan pada kelompok sandang diperkirakan terjadi akibat menurunnya permintaan masyarakat pasca bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru. Hal ini ditunjukkan dengan komoditas seragam sekolah pria yang mengalami deflasi 1,09% (yoy) dari sebelumnya mengalami inflasi 4,15% (yoy). Sementara itu, komoditas baju muslim wanita mengalami deflasi 3,46% (yoy) dari 0,04% (yoy). Disisi lain, tekanan inflasi komoditas emas perhiasan juga turun dari 1,36% (yoy) menjadi -2,32% (yoy) seiring dengan kebiasaan masyarakat menjual emas setelah lebaran. Memasuki awal triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok sandang relatif meningkat. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada subkelompok pribadi dan sandang lain, terutama pada komoditas emas perhiasan.

3.4.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,75% (yoy) menjadi 3,03% (yoy). Penurunan terbesar dialami oleh subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok jasa perawatan jasmani.

Tabel 3.7Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

Tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan menurun dari 4,46% (yoy) menjadi 2,09% (yoy).

I II III IV I II III

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 3.0 1.6 1.9 2.5 4.4 7.6 6.8

Biaya Tempat Tinggal 4.3 3.5 3.2 3.0 2.6 2.4 1.6 Bahan Bakar, Penerangan dan Air -0.6 -3.7 -2.1 -0.6 8.3 22.2 20.2 Perlengkapan Rumah Tangga 6.3 8.4 8.7 7.0 4.9 3.0 2.7 Penyelenggaraan Rumah Tangga 3.9 2.3 2.4 3.8 4.0 3.5 3.7

Kelompok 2016 2017 Arah I II III IV I II III SANDANG 4.8 6.3 7.2 2.8 1.2 -1.1 -2.0 Sandang Laki-Laki 2.7 2.4 4.3 -2.0 -1.3 -4.2 -5.0 Sandang Wanita 10.1 11.0 8.8 5.1 -0.1 -1.4 -0.6 Sandang Anak-Anak 3.5 5.1 5.5 1.9 2.1 -0.5 -1.3 Barang Pribadi dan Sandang Lain 3.4 7.3 10.4 6.5 5.0 1.9 -0.9

Kelompok 2016 2017 Arah

I II III IV I II III

KESEHATAN 4.9 4.7 4.5 4.8 5.0 3.8 3.0

Jasa Kesehatan 0.9 3.1 5.4 5.3 5.2 4.6 2.1

Obat-obatan 2.1 2.8 2.6 3.1 2.7 2.4 2.7

Jasa Perawatan Jasmani 2.4 6.0 6.2 6.3 8.9 6.8 5.6 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 9.4 6.1 4.1 4.7 5.0 3.1 3.3

Penurunan inflasi terjadi pada jasa dokter umum dan jasa dokter gigi. Selain itu, subkelompok jasa perawatan jasmani turun dari 6,83% (yoy) menjadi 5,62% (yoy). Pasca lebaran, permintaan masyarakat untuk menggunakan jasa gunting rambut dan keriting/meluruskan rambut sedikit menurun.

3.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,60% (yoy) menjadi 0,32% (yoy). Melemahnya tekanan inflasi didorong oleh turunnya tekanan inflasi subkelompok pendidikan dan kursus-kursus/pelatihan.

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga

Sumber: BPS, diolah

Inflasi subkelompok pendidikan menurun signifikan dari 6,09% (yoy) menjadi 0,21% (yoy) sementara subkelompok kursus-kursus/pelatihan sedikit menurun dari 0,72% (yoy) menjadi 0,40% (yoy). Penurunan inflasi subkelompok pendidikan terjadi pada seluruh jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru.

Memasuki triwulan IV 2017, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga cenderung stabil seiring dengan peningkatan inflasi subkelompok rekreasi ditengah penurunan inflasi sub kelompok peralatan pendidikan 3.4.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sedikit menurun dari 3,77% (yoy) menajdi 3,07% (yoy). Menurunnya inflasi kelompok ini terjadi pada seluruh subkelompok kecuali jasa keuangan yang cenderung stabil.

Tabel 3.9Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

Tekanan inflasi subkelompok transportasi turun dari 2,41% (yoy) menjadi 1,65% (yoy) sementara subkelompok sarana dan penunjang transpor juga turun dari 15,32% (yoy) 1,60% (yoy). Kedua subkelompok ini memiliki andil 0,45% (yoy) terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017. Penurunan dipengaruhi oleh turunnya biaya seluruh moda angkutan pasca lebaran. Selain itu, setelah masa liburan permintaaan barang dan jasa untuk menunjang transportasi seperti helm, tambal ban, dan cuci kendaraan juga cenderung menurun.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan relatif stabil. Kestabilan ini terutama didorong oleh tekanan inflasi subkelompok transpor dan jasa keuangan yang masih terjaga.

3.5 Perbandingan Inflasi Antar

Dalam dokumen PROVINSI SUMATERA UTARA (Halaman 56-59)