• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

"Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi”

(2)
(3)

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia

:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia

:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan

UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara

:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara

:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Utara November 2017. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan dan sistem pembayaran di Provinsi Sumatera Utara.

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,1% (yoy) dan berada di atas perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Peningkatan tersebut didukung oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Masih baiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Mencermati perkembangan indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan stabil atau berada pada rentang 5,1-5,5% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya performa konsumsi khususnya pemerintah di akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor swasta diperkirakan masih positif seiring dengan masih kondusifnya sektor eksternal serta perbaikan harga komoditas perkebunan di awal tahun 2017 yang ikut menopang akselerasi perekonomian.

Potensi perbaikan ekonomi masih terbuka lebar. Perkembangan harga komoditas yang diperkirakan masih stabil dan perbaikan ekonomi dunia yang terus berlanjut diperkirakan menjadi penopang kinerja sektor eksternal. Dampak dari kondisi eksternal yang positif tersebut diharapkan dapat mendorong permintaan domestik yang semakin kuat. Dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam KEKR masih belum sepenuhnya sempurna sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari pembaca sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara ini bermanfaat bagi para pembaca.

.

Medan, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SUMATERA UTARA

Arief Budi Santoso Direktur Eksekutif

(6)

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

TABEL INDIKATOR ... xiv

RINGKASAN UMUM ... xvi

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ... 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ... 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ... 3

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ... 11

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ... 18

2.1 GAMBARAN UMUM ... 19

2.2 APBD PROVINSI SUMATERA UTARA ... 19

2.2.1 ANGGARAN PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 ... 20

2.2.2 REALISASI PENDAPATAN PROVINSI SUMUT ... 20

2.2.3 ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA ... 23

2.2.4 REALISASI BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III 2017 ... 23

2.2 APBN PROVINSI SUMATERA UTARA ... 25

2.3 REALISASI APBD KABUPATEN/ KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA ... 27

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 30

3.1 KONDISI UMUM ... 31

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL ... 34

3.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL ... 35

3.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA... 36

3.4.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ... 36

3.4.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ... 37

3.4.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR ... 38

(7)

3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN ... 38

3.4.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA ... 39

3.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ... 39

3.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ... 40

POLA INFLASI KOMODITAS CABAI MERAH ... 41

POLA INFLASI SUBKELOMPOK PENDIDIKAN ... 43

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45 4.1 PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ... 46

4.1.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI PROVINSI SUMATERA UTARA ... 47

4.1.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA PROVINSI SUMATERA UTARA ... 51

4.2 PERKEMBANGAN PERBANKAN SUMATERA UTARA ... 54

4.2.1 PERKEMBANGAN BANK KONVENSIONAL ... 54

4.2.2 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH ... 59

4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ... 60

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 62 5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ... 64

5.2.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS ... 64

5.2.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI SKNBI ... 64

5.2 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI... 65

5.3 PENGELOLAAN KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN ... 66

5.3.1 PENANGANAN UANG TIDAK ASLI ... 66

5.3.2 PENYEDIAAN UANG RUPIAH ... 66

5.4 PENGAWASAN KEGIATAN PENUKARAN VALUTA ASING ... 67

5.5 PENGAWASAN PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA (PTD) ... 67

5.6 PROGRAM ELEKTRONIFIKASI ... 68

5.7 LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD) ... 68

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ... 69

6.1 KETENAGAKERJAAN ... 71

6.2 KESEJAHTERAAN ... 75

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 78

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ... 79

7.2 PROSPEK INFLASI ... 82

(8)

PROSPEK 2018: DAMPAK PILKADA SERENTAK TERHADAP EKONOMI SUMATERA UTARA ... 85 LAMPIRAN ... 87 DAFTAR ISTILAH ... 88

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha... 3

Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal ... 3

Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ... 4

Grafik 1.4 Survei Konsumen ... 4

Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi ... 4

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi ... 5

Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran ... 5

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar ... 5

Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) .... 5

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016 dan 2017 di Sumatera Utara ... 6

Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda ... 6

Grafik 1.12 Penjualan Semen ... 6

Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat ... 7

Grafik 1.14 Kredit Investasi ... 7

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ... 8

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ... 8

Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama ... 9

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet ... 9

Grafik 1.19 Ekspor Karet ... 9

Grafik 1.20 Ekspor CPO ... 9

Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama... 9

Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia ... 10

Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut ... 10

Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ... 10

Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan ... 12

Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017 ... 12

(10)

Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017 ... 12

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian ... 13

Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara ... 13

Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ... 13

Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan ... 13

Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017 ... 13

Grafik 1.34 Perubahan Inventori ... 14

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ... 14

Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur ... 14

Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE ... 15

Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi ... 15

Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate ... 15

Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE ... 16

Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara ... 16

Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ... 17

Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan ... 17

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara ... 19

Grafik 2.2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal APBD Provinsi Sumatera Utara – Anggaran ... 20

Grafik 2.3Proporsi Anggaran PAD Sumatera Utara ... 20

Grafik 2.4 Persentase Realisasi Komponen PAD triwulan III 2016 dan 2017 ... 21

Grafik 2.5 % Realisasi Komponen PAD 2016 dan 2017 ... 21

Grafik 2.6Realisasi dan Pagu Pajak Daerah (dalam miliar rupiah) ... 21

Grafik 2.7Persentase Realisasi Komponen Pendapatan Transfer 2016 dan 2017 ... 22

Grafik 2.8 Persentase Realisasi Komponen Dana Perimbangan 2016 dan 2017 ... 22

Grafik 2.9Proporsi Anggaran Belanja Tahun 2017 ... 23

Grafik 2.10Realisasi Anggaran Belanja Triwulan III Tahun 2016 dan 2017 ... 23

Grafik 2.11 Perkembangan Jumlah Rekening Pemerintah ... 24

Grafik 2.12Persentase Realisasi Komponen Belanja Operasi 2016 dan 2017 ... 24

(11)

Grafik 2.14Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis

Belanja ... 25

Grafik 2.15 Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis Fungsi ... 26

Grafik 2.16Perkembangan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ... 27

Grafik 2.17Derajat Ekonomi Fiskal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 .... 27

Grafik 2.18Proporsi Anggaran Pendapatan APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 ... 27

Grafik 2.19Proporsi Anggaran Pendapatan APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 ... 28

Grafik 2.20 Realisasi Anggaran Pendapatan Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 28

Grafik 2.21Proporsi Anggaran Belanja APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 ... 28

Grafik 2.22Proporsi Anggaran Belanja APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 ... 29

Grafik 2.23Realisasi Anggaran Belanja dan Transfer Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 29

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional ... 31

Grafik 3.2Kontribusi Inflasi Sumatera Utara ... 32

Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan ... 34

Grafik 3.4Harga Bawang Merah dan Cabai Merah ... 35

Grafik 3.5Ekspektasi Inflasi ... 36

Grafik 3.6Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ... 36

Grafik 4.1Perkembangan Kegiatan Usaha ... 47

Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian ... 47

Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan 48 Grafik 4.4. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha ... 48

Grafik 4.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ... 48

Grafik 4.6. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE ... 49

Grafik 4.7. Grafik Indeks Kondisi Ekonomi (Survei Konsumen) ... 51

Grafik 4.8. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara ... 51

(12)

Grafik 4.10. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK ... 52

Grafik 4.11. Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga ... 52

Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah ... 52

Grafik 4.13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga ... 53

Grafik 4.14. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ... 53

Grafik 4.15. Perkembangan Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan ... 56

Grafik 4.16. Perkembangan Kredit Bank Konvensional berdasarkan Sektor Ekonomi Utama ... 56

Grafik 4.17. Perkembangan SBT Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaa ... 57

Grafik 4.18. Komposisi Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara ... 57

Grafik 4.19. NPL Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara . 57 Grafik 4.20. NPL Bank Konvensional Per Sektor Ekonomi Utama Kab/Kota Sumatera Utara ... 58

Grafik 4.21. Komposisi Deposito Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu ... 58

Grafik 4.22. Komposisi Kredit Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu ... 58

Grafik 4.23. Komposisi Aktiva Lancar Bank Konvensional ... 58

Grafik 4.24. Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah ... 59

Grafik 4.25. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan ... 59

Grafik 4.26. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan ... 60

Grafik 4.27. Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha ... 60

Grafik 4.28. Perkembangan NPL Bank Syariah per Jenis Penggunaan ... 60

Grafik 4.29. Perkembangan NPL Bank Syariah per Sekto Utama ... 60

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS... 64

Grafik 5.2 Transaksi RTGS Spasial Triwulan III 2017 ... 64

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI ... 65

Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara ... 65

Grafik 5.5 Laporan Klarifikasi Upal ... 66

Grafik 5.6 Beli/Jual Valas Sumatera Utara ... 67

Grafik 5.7 Transaksi Penyelenggaraan Transfer Dana ... 67

(13)

Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT ... 71

Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor ... 71

Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan ... 72

Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus 2011-2017 ... 73

Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2017 ... 74

Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan ... 74

Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja ... 74

Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi ... 75

Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara ... 75

Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara ... 76

Grafik 7.1 Survei Konsumen ... 80

Grafik 7.2Purchasing Manager Index ... 81

Grafik 7.3Stok Beras BULOG ... 82

Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat ... 82

Grafik 7.5Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen ... 83

Grafik 7.6Proyeksi harga minyak dunia ... 83

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan ... 3

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ... 7

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ... 8

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ... 11

Tabel 2.1Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017 ... 19

Tabel 2.2Rincian Realisasi Belanja pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017 ... 22

Tabel 2.3 Realisasi APBN Triwulan III 2017 ... 25

Tabel 2.4Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III 2017 ... 28

Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III 2017 ... 29

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I 2017 .. 34

Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 36

Tabel 3.3Inflasi Kelompok Bahan Makanan ... 36

Tabel 3.4Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ... 37

Tabel 3.5Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ... 38

Tabel 3.6Inflasi Kelompok Sandang ... 38

Tabel 3.7Inflasi Kelompok Kesehatan ... 38

Tabel 3.8Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ... 39

Tabel 3.9Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ... 39

Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral ... 46

Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai ... 52

Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori ... 54

Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah ... 58

Tabel 5.1 Transaksi RTGS ... 63

(15)

Tabel 6.1 5 Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode

Agustus 2017 ... 72

Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama ... 72

Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara ... 76

Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok ... 76

(16)
(17)
(18)

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas.

Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III 2017. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun pada tahun 2017. APBD Kabupaten/Kota merupakan contributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara terhadap pagu anggaran secara umum mencapai 53,8%.

ASESMEN INFLASI

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis.

ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja

(19)

perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan

net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow sebesar

Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai dengan pola historisnya.

Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%, namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy).

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2016. Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak 2018.

Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%.

(20)

Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun 2017. Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok

administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya

pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun 2018. Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi.

(21)

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO DAERAH

Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III 2017. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut.

(22)

1.1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Di triwulan III 2017 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut di atas perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,09%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terutama didorong oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang

on-track. Namun demikian, sesuai dengan pola

seasonalnya konsumsi rumah tangga melambat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan II 2017.

Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula. Pada triwulan III 2017 perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masing-masing menjadi 6,8% (yoy) dan 3,1% (yoy) dari 6,7% (yoy) dan 2,1% (yoy) pada triwulan II 2017. Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari

hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik.

Secara sektoral, kinerja 4 sektor utama (sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi) pada triwulan III 2017 masih relatif baik. Peningkatan terutama terjadi di sektor pertanian khususnya subsektor pertanian pangan dan subsektor perkebunan. Puncak panen padi dan kelapa sawit yang jatuh pada triwulan III 2017 telah menopang peningkatan kinerja kedua subsektor tersebut. Selain itu, sektor konstruksi juga mengalami peningkatan didorong oleh masih berlangsungnya proyek-proyek infrastruktur strategis. Namun demikian, kinerja industri pengolahan sedikit menurun merespon harga komoditas CPO dan karet yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

Pada awal Triwulan IV 2017, harga komoditas perkebunan terutama CPO dan karet diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga CPO bulan Oktober terkontraksi 1,5% (mtm) atau turun sekitar -12,3% dibandingkan dengan puncak harga CPO yang terjadi di awal tahun 2017 atau -3,87% (yoy). Sementara, harga karet juga mengalami penurunan sebesar -3,75% (mtm) dibandingkan bulan September 2017. Namun demikian, harga karet tersebut masih relatif tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana pada bulan Oktober 2017 masih mengalami kenaikan sebesar 14,35% (yoy).

Dari sisi permintaan domestik, konsumsi dan investasi diperkirakan masih akan tumbuh positif terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah yang terkonsentrasi di triwulan IV. Sementara itu, permintaan rumah tangga juga diharapkan akan meningkat seiring dengan perayaan natal dan tahun baru. Dari sisi sektoral, produksi komoditas perkebunan

(23)

diperkirakan cukup baik sejalan dengan masuknya periode panen raya (trek) sawit di tengah kondisi cuaca yang relatif kondusif. Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5% (yoy).

Mecermati perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi.

Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha

Ke depan beberapa faktor risiko penghambat perbaikan ekonomi yang perlu diwaspadai diantaranya adalah berlanjutnya penurunan harga komoditas. Penurunan harga tersebut merupakan disinsentif bagi perbaikan kinerja ekspor yang selanjutnya akan berdampak pada konsumsi dan investasi. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa terdapat sedikit penurunan perkiraan kegiatan dunia usaha ke depan.

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

1.2

Perkembangan Ekonomi Sisi

Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan III 2017 didorong oleh meningkatnya kinerja sektor eksternal. Ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Mambaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan

Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

(24)

Sementara itu, permintaan domestik melambat terutama didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Namun demikian, investasi khususnya investasi bangunan menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga melambat dari 5,2% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 4,1% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut lebih rendah dari rata-ratanya dalam 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 4,9% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh meredanya kegiatan konsumsi masyarakat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan sebelumnya. Selain itu, di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, konsumen rumah tangga cenderung mengalokasikan peningkatan pendapatannya untuk kegiatan investasi. Sumber pendapatan tersebut terindikasi dialokasikan dalam bentuk tabungan dan deposito, yang tercermin dari jumlah DPK yang meningkat. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2017 meningkat menjadi 10,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy).

Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia dimana pada triwulan III 2017 menunjukkan kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi menurun sedangkan kecenderungan untuk menabung meningkat.

Grafik 1.4 Survei Konsumen

Penurunan kinerja konsumi rumah tangga terjadi diseluruh subsektornya. Penurunan paling tinggi terjadi pada subsektor makanan dan minuman dimana pada triwulan III 2017 melambat dari 5,27% (yoy) ditriwulan sebelumnya menjadi 3,81% (yoy). Selain itu, penurunan juga terbesar juga terjadi pada subsektor konsumsi transportasi dan komunikasi yang turun menjadi 4,31% (yoy) dari sebelumnya sebesar 5,49% (yoy). Menurunnya frekuensi terbang beberapa maskapai penerbangan pasca perayaan Idul Fitri turut menyumbang penurunan konsumsi penggunaan jasa transportasi dan komunikasi. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari jumlah penumpang pesawat terbang yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

Penurunan kinerja konsumi tersebut juga tercermin dari impor barang konsumsi yang menurun. Pada triwulan III 2017 impor barang konsumsi menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 40,0% (yoy) menjadi -23,07% (yoy).

(25)

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Namun demikian, masih optimisnya tingkat konsumsi tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi pada triwulan III 2017 tercatat meningkat menjadi 11,0% dari sebelumnya sebesar 9,9% (yoy). Selain itu, optimisme kegiatan konsumsi juga terindikasi dari Indeks Penjualan Eceran pada triwulan III yang menunjukkan kenaikan.

Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar

Selain itu, nilai tukar Rupiah secara konsisten mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki triwulan III 2017. Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya.

Memasuki awal triwulan IV 2017, potensi perbaikan tingkat konsumsi rumah tangga mulai terlihat. Hal tersebut tercermin dari Survei Konsumen terhadap penghasilan dan kondisi ekonomi pada triwulan IV 2017 yang cenderung meningkat. Namun demikian, penurunan harga komoditas ke depan dapat menghambat optimisme tingkat pendapatan masyarakat maupun ketersediaan lapangan pekerjaan ke depan.

Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen)

Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016. Peningkatan daya beli masyarakat ini ditopang oleh oleh perbaikan harga komoditas di 2017 yang mendorong perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan dan konstruksi juga menopang tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral.

Di Triwulan III 2017 konsumsi pemerintah meningkat signifikan menjadi 7,4% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,6% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh realisasi belanja APBD Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang sudah mencapai mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari Rp13,0 triliun. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan rekening pemerintah daerah dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar

(26)

12,7% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy).

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016 dan 2017 di Sumatera Utara

Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda Memasuki triwulan IV 2017, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat. Akselerasi belanja pemerintah tersebut didorong oleh penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat, pengeluaran belanja barang dan modal serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis.

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi pemerintah diperkiakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan belanja APBD 2017 sebesar 31% dibandingkan 2016 dan tidak adanya hambatan dalam penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat menjadi pendorong perbaikan tersebut.

Pada triwulan III 2017 kinerja investasi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 6,2% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,5% (yoy). Perbaikan kinerja investasi tersebut didukung oleh kinerja investasi bangunan dan non bangunan yang meningkat masing-masing menjadi 6,9% (yoy) dan 2,9% (yoy) dari 5,4% (yoy) dan 2,0% (yoy) di triwulan II 2017. Peningkatan investasi bangunan didorong oleh mulai menggeliatnya investasi swasta disamping belanja modal pemerintah. Sementara itu, peningkatan investasi non bangunan ditopang oleh penjualan mesin dan perlengkapan, serta

parts kendaraan untuk angkutan perkebunan

yang meningkat merespon peningkatan produksi perkebunan.

Peningkatan kinerja investasi bangunan tercermin dari peningkatan penjualan semen di Triwulan III 2017. Penjualan semen mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 69,4% (yoy) dari sebelumnya kontraksi sebesar -11,9% (yoy). Mulai terealisasinya belanja modal pemerintah mendorong kinerja investasi bangunan meningkat di triwulan III 2017.

Grafik 1.12 Penjualan Semen

Sementara itu, salah satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja investasi non bangunan adalah perbaikan sektor eksternal. Perbaikan kinerja perekonomian negara mitra dagang utama menjadi pendorong investasi yang tercermin pada indikator investasi non-bangunan dari penjualan alat berat (UT) pada Agustus meningkat, terutama sektor agrikultur. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil liaison

kepada pelaku usaha di sektor industri pengolahan yang menyatakan adanya aktivitas investasi terkait dengan peningkatan kapasitas

(27)

produksi seperti pembangunan galangan kapal, pembangunan pabrik pengolahan biodiesel, oleo

chemical maupun kernell pressing plant serta

pemeliharaan mesin.

Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat

Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat

Nilai investasi PMA pada triwulan III 2017 menurun dari USD397,3 juta di triwulan sebelumnya menjadi USD332,3 juta. Penurunan PMA tersebut didominasi oleh sektor Industri Listrik, Gas dan Air seiring dengan tidak adanya rencana pembangunan listrik oleh PLN di akhir tahun 2017. Sementara itu, nilai investasi PMDN pada triwulan III 2017 meningkat signifikan Rp1.440,3 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp2.573,8 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi pada kategori industri pengolahan (97% terhadap total PMDN). Hal tersebut berkenaan dengan peningkatan kinerja sektor pengolahan seiring dengan kinerja sektor eksternal yang meningkat.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode

PMA PMDN

Proyek I (juta USD) Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,4 15 559,5 II 117 156,3 49 2.985,8 III 74 200,3 20 428,5 IV 180 71,8 73 250,1 2015 I 123 308,1 53 905,1 II 107 323,6 59 2.110,1 III 101 308,2 24 82,8 IV 107 306,1 33 1.189,5 2016 I 39 18,1 12 161,3 II 223 320,0 87 888,2 III 179 283,1 39 1.129,5 IV 254 393,5 91 2.685,2 2017 I 61 195,3 26 4311,5 II 211 397,3 98 1440,3 III 151 332,3 73 2573,7

P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah

Namun, pertumbuhan kredit investasi cenderung melambat. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan kredit tercatat 6,7% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut seiring dengan melambatnya kinerja industri pengolahan merespons penurunan harga komoditas. Hal ini mencerminkan masih tingginya risiko yang dapat mengganggu kinerja investasi.

Grafik 1.14 Kredit Investasi

Ke depan, dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan. Optimisme perbaikan ekonomi dan berlanjutnya perbaikan iklim investasi mendorong pulihnya tingkat kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera Utara. Sehingga, pada triwulan IV 2017 diperkirakan investasi akan kembali meningkat.

(28)

Peningkatan belanja pemerintah seiring dengan selesainya proses pengadaan diharapkan juga mampu mendorong perbaikan iklim investasi di Sumatera Utara. Namun demikian, penurunan harga komoditas dapat menjadi risiko penghambat investasi di akhir 2017.

Secara keseluruhan tahun, investasi di 2017 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya sektor eksternal yang berdampak pada perbaikan kinerja industri pengolahan dan lebih baiknya realisasi belanja investasi pemerintah. Hal ini tercermin dari peningkatan di kedua jenis investasi yakni bangunan dan non-bangunan.

Ekspor pada triwulan III 2017 meningkat dari 0,9% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 13,2% (yoy). Hal tersebut terutama ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan dari 2,04% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 31,5% (yoy). Sementara ekspor antar daerah cenderung terkontraksi menjadi -1,51% (yoy) dari 0,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dapat ditambahkan bahwa dalam struktur ekspor Provinsi Sumatera Utara, 55% adalah ekspor antar daerah.

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara

Data Cognos Bank Indonesia

Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar 36,6% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas karet dengan pangsa 9,0% dan kopi 3,8%. Pangsa komoditas kelapa sawit cenderung menurun sedangkan karet dan kopi meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2017. Tingginya dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor menyebabkan kinerja ekspor Sumatera Utara relatif sangat sensitif terhadap perubahan harga komoditas.

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara1

Perbaikan perekonomian negara mitra dagang utama di triwulan III 2017 mendorong melonjaknya kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara terutama CPO. Perbaikan harga komoditas tersebut juga disertai dengan perkembangan industri otomotif di Amerika dan Tiongkok.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 36,6%

Karet 9,0%

Kopi 3,8%

Lainnya 41,6%

Kinerja ekspor Sumatera Utara masih bergantung pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Namun ekspor Sumatera Utara sudah relatif terdiversifikasi yang tercermin dari menurunnya pangsa ekspor ke

(29)

empat negara tersebut dari 43,1% di triwulan I 2017 menjadi 37,9% di triwulan II 2017. Terdapat peningkatan ekspor ke negara-negara seperti Pakistan, Jepang, Spanyol dan Mesir.

Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Dari sisi harga, di triwulan III 2017 harga CPO dan karet cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan harga CPO kembali turun menjadi 631 USD/metric ton atau terkontraksi sebesar -2,7% (yoy). Sementara harga karet cenderung turun menjadi 197 USD

cents/kg atau melambat menjadi 13,9% (yoy) dari

25,2% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Grafik 1.19 Ekspor Karet

Namun demikian, kinerja ekspor CPO dan karet di triwulan III 2017 masih positif. Ekspor CPO baik secara nilai maupun volume mengalami peningkatan masing-masing menjadi 15,6% (yoy) dan 15,3% (yoy) dari sebelumnya sebesar 10,1% (yoy) dan 5,2% (yoy). Peningkatan kinerja ekspor sawit ke luar negeri terjadi seiring dengan tingginya tingkat konsumsi yang tercermin dari tingginya aktivitas manufaktur makanan di negara partner dagang utama. Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan ekspor luar negeri karet sejalan dengan meningkatnya permintaan kendaraan bermotor di Amerika dan Tiongkok. Sebagian besar (97%) karet di Sumatera Utara masih berbentuk crump rubber (SIR 20) yang mayoritas digunakan sebagai bahan baku ban kendaraan.

Grafik 1.20 Ekspor CPO

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah

Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama Memasuki awal triwulan IV 2017, terdapat beberapa downside risks yang perlu mendapat perhatian terutama tingkat harga komoditas yang terus menurun. Selain itu, black campaing

produk CPO Indonesia yang tidak ramah lingkungan dan kebijakan proteksionisme negara partner utama seperti India dan Eropa

0.5 0.2 0.4 0.1 0.4 0.2 0.4 0.2 0.3 0.2 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.3 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 31.4% 14.4% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

(30)

diperkirakan juga masih akan menjadi downside risk dari sisi permintaan ekspor CPO. Namun demikian, tujuan ekspor Sumatera Utara yang sudah mulai terdiversifikasi dan peningkatan permintaan komoditas karet khususnya dari AS dan Tiongkok akan menjadi pendorong untuk menggerakkan sektor eksternal dan sektor industri. Sehingga ke depan kinerja ekspor Sumatera Utara diperkirakan akan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik. Selain itu, kinerja sektor manufaktur khususnya industri makanan domestik yang tercermin dari Industrial Production Index (IPI) yang menurun di triwulan III 2017.

Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia

Di triwulan III 2017, impor tumbuh sebesar 12,6% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar -0,5% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah. Impor luar negeri meningkat

dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 23,1% (yoy), sedangkan impor antar daerah dari -3,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy).

Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Impor luar negeri Sumatera Utara dari sisi volume pada triwulan III 2017 cenderung meningkat mencapai 22,5% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan impor barang modal dan bahan baku yang meningkat signifikan mencapai masing-masing 24,0% (yoy) dan 24,6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar -1,4% (yoy) dan 8,5% (yoy). Namun, impor barang konsumsi cenderung menurun dari kontraksi 28,3% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,6% (yoy).

Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal terjadi seiring dengan melimpahnya produksi kelapa sawit sehingga membutuhkan barang intermediate untuk bisa menghasilkan produk lanjutannya. Selain itu, volume impor barang modal ini juga mengindikasikan masih adanya kepercayaan pelaku usaha terhadap iklim usaha di Sumatera Utara.

(31)

Memasuki awal triwulan IV tahun 2017, kinerja impor diperkirakan akan melambat seiring dengan mulai menurunnya kinerja industri pengolahan sebagai dampak melambatnya ekspor merespon penurunan harga komoditas. Selain itu, mulai terealisasinya belanja pemerintah khususnya belanja modal dan infrastruktur akan menambah perlambatan impor lebih lanjut khususnya impor barang modal.

Secara keseluruhan tahun, kinerja impor di 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun 2016. Lebih tingginya kondisi perekonomian negara partner dagang utama dan mulai terdiversifikasinya tujuan ekspor Sumatera Utara diperkirakan meningkatkan aktivitas industri pada 2017 sehingga kebutuhan akan barang modal dan bahan baku pendukung juga meningkat. Selain itu, realisasi belanja pemerintah yang lebih baik juga menopang peningkatan impor di 2017.

1.3

Perkembangan Ekonomi Sisi

Lapangan Usaha

Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja empat sektor utama pada triwulan III 2017 cenderung mengalami peningkatan, kecuali sektor industri pengolahan yang sedikit menurun. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh tingginya sektor konstruksi yang mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan ini. Banyaknya realisasi proyek pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah dan swasta meningkatkan pencapaian sektor konstruksi. Walaupun peningkatan dari keempat sektor utama pada triwulan laporan kurang signifikan, keempat kategori tersebut masih menyumbang 74% PDRB Sumatera Utara. Sementara itu, sektor lainnya terutama sektor tersier tumbuh signifikan. Sektor administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial pada triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sehingga mendukung perkembangan ekonomi sisi produksi.

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Total I II III IV Total I II III

Sisi Produksi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.5 3.4 8.0 5.6 2.6 4.9 2.0 2.4 3.1 #

Pertambangan dan Penggalian 6.1 1.7 6.7 8.2 6.1 5.7 4.8 4.9 4.8 #

Industri Pengolahan 3.6 9.3 2.3 1.9 4.9 4.5 5.6 6.5 6.2 #

Pengadaan Listrik, Gas 2.3 1.6 10.0 6.0 -1.7 3.8 12.2 9.5 9.0 #

Pengadaan Air 6.4 3.1 4.9 9.7 9.1 6.7 8.2 6.9 4.9 #

Konstruksi 5.5 3.5 6.0 5.5 7.4 5.6 5.2 5.2 6.7 #

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 4.4 2.5 5.2 7.5 7.7 5.8 4.8 5.8 5.9 #

Transportasi dan Pergudangan 5.7 3.3 6.2 7.4 7.2 6.1 7.4 7.8 6.8 #

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.0 4.3 5.7 7.7 8.5 6.5 6.7 7.0 7.7 #

Informasi dan Komunikasi 7.1 5.8 6.9 8.6 9.6 7.8 9.3 9.3 8.4 #

Jasa Keuangan 7.2 7.5 6.2 3.7 -0.6 4.1 -0.5 2.5 -1.1 #

Real Estate 5.8 4.6 5.2 6.8 6.9 5.9 9.9 9.3 7.4 #

Jasa Perusahaan 5.9 5.7 5.9 6.0 6.2 6.0 8.0 8.0 9.0 #

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 5.8 1.2 1.9 2.1 2.6 2.0 1.0 1.5 3.1 #

Jasa Pendidikan 5.0 7.4 7.0 2.9 2.7 4.9 2.2 2.2 1.5 #

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.2 7.9 5.2 8.5 7.7 7.4 6.9 7.4 8.3 #

Jasa lainnya 6.7 7.0 6.3 6.4 6.4 6.5 8.5 8.5 8.8 #

(32)

Kinerja sektor pertanian meningkat dari 2,4% (yoy) pada pada triwulan II 2017 menjadi 3,1% (yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh subsektor perkebunan bersamaan dengan masuknya musim panen tanaman perkebunan semusim yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Selain itu, cuaca pada triwulan III 2017 juga mendukung nelayan untuk menangkap ikan, sehingga dapat mendorong peningkatan sektor pertanian lebih jauh lagi.

Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan

Namun demikian, kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih kurang optimal. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani Palawija (NTPP) serta Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) pada triwulan III 2017. NTPP menurun dari 95,0 pada triwulan II 2017 menjadi 93,8 pada triwulan ini, sedangkan NTPH menurun dari 93,9 menjadi 91,9 pada triwulan III 2017.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.27 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2017

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017 Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit pertanian juga sedikit melambat dari 16,9% (yoy) menjadi 15,5% (yoy). Namun, Non Performing

Loan (NPL) sektor pertanian mengalami

penurunan dari 1,5% menjadi 1,59% pada triwulan ini. Penurunan tersebut mencerminkan membaiknya risiko di sektor ini seiring dengan peningkatan ekspor CPO. Di akhir tahun, peningkatan kinerja sektor pertanian diharapkan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan masuknya musim panen bagi tanaman hortikultura.

(33)

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara

Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara

Membaiknya kinerja kategori perkebunan ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas utama Sumatera Utara yaitu kelapa sawit, karet, dan kopi. Perbaikan kinerja ekspor komoditas tersebut ditunjang oleh meningkatnya permintaan mitra dagang utama. Hal ini ditunjukkan dengan Purchasing Manager Index

(PMI) Tiongkok dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan.

Permintaan komoditas tetap solid ditengah penurunan harga CPO dan karet yang diperkirakan akan terus menurun. Hal ini tercermin dari penurunan harga CPO dan karet pada bulan Oktober 2017 di pasar internasional. Pada bulan Oktober 2017, harga CPO turun 3,12% dari bulan sebelumnya, sedangkan harga karet turun 3,76% dari bulan sebelumnya.

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan subsektor perkebunan belum mengalami perbaikan yang signifikan. Pertumbuhan kredit perkebunan karet cenderung membaik walaupun masih berkontraksi dari -17,3% (yoy) menjadi -14,9%

(yoy). Sementara itu, kredit kelapa sawit melambat dari 18,7% (yoy) menjadi 17% (yoy). Meskipun demikian, risiko kredit subsektor perkebunan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari NPL perkebunan karet yang mengalami penurunan dari 5,8% menjadi 5,48%.

Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan Memasuki awal triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian diperkirakan akan terus membaik seiring dengan masuknya musim panen pertanian khususnya subsector perkebunan (trak) serta cuaca yang mendukung. Sementara itu, permintaan mitra dagang diperkirakan akan tetap terjaga ditengah penurunan harga komoditas.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017 Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2017 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak optimalnya kinerja pertanian pangan terutama pada triwulan I 2017 disebabkan oleh terganggunya masa tanam di tahun 2016 akibat gangguan cuaca dan bencana alam. Namun, kondisi tersebut berangsur pulih di sisa tahun 2017 seiring dengan komitmen pemerintah

(34)

daerah yang senantiasa memberikan berbagai bantuan termasuk pupuk dan peralatan pertanian, serta pembangunan berbagai infrastruktur sarana dan prasarana pendukung sektor pertanian.

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan industri pengolahan melambat menjadi sebesar 6,2% (yoy) dari 6,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini diperkirakan seiring dengan penurunan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang internasional. Selain itu, tingginya harga gas industri di Provinsi Sumatera Utara juga masih menjadi kendala dalam pertumbuhan kinerja industri pengolahan.

Selain itu, perusahaan disinyalir lebih memilih menggunakan stok yang tersedia dibandingkan dengan harus memproduksi barang sehingga menurunkan laju pertumbuhan industri pengolahan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan inventori yang mengalami kontraksi sebesar -46,2% (yoy) dari 8,3% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Grafik 1.34 Perubahan Inventori

Turunnya kinerja industri pengolahan juga disertai dengan melambatnya penyaluran kredit, yakni dari 20,8% (yoy) menjadi 16,3% (yoy). Namun, risiko kredit industri pengolahan mengalami perbaikan ditunjukkan dengan penurunan NPL dari 1,62% menjadi 1,48% pada triwulan III 2017.

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan

Penurunan kinerja industri pengolahan tidak lepas dari penurunan minat ekspor khususnya dari Amerika dan Eropa. Pada triwulan III 2017, volume ekspor ke Amerika Serikat menurun tajam, melambat dari 81,4% (yoy) menjadi 42,3% (yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Eropa mengalami kontraksi hingga -12,5% (yoy) dari 9,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Namun, peningkatan ekspor manufaktur menjaga penurunan kinerja industri pengolahan lebih jauh lagi.

Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur Memasuki triwulan IV 2017, kinerja industri pengolahan diperkirakan akan melambat seiring dengan turunnya harga komoditas di pasar internasional. Namun, terdapat beberapa upside risk dari beberapa faktor pendukung, diantaranya pembebasan Bea Keluar untuk CPO, peningkatan kinerja ekonomi negara partner dagang, dan peluang diversifikasi ekspor ke negara lainnya.

(35)

Sektor konstruksi di triwulan III 2017 meningkat tajam dari 5,2% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Tingginya ini diperkirakan disebabkan oleh peningkatan yang signifikan serapan belanja modal Pemerintah Daerah. Peningkatan ini terjadi setelah tertundanya proses pengadaan akibat keterlambatan pengesahan APBD 2017.

Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE

Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Peningkatan kinerja sektor konstruksi tercermin oleh penyaluran kredit yang naik dari 19,1% (yoy) menjadi 21,2% (yoy) pada triwulan III 2017. Namun, seiring dengan peningkatan kinerja, risiko kredit sektor konstruksi juga meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya NPL sektor konstruksi dari 6,49% menjadi 7,21%

Peningkatan sektor konstruksi lebih ke arah pembangunan infrasktruktur. Sementara itu, sektor pembangunan properti (real estate) mengalami penurunan dari 9,3% (yoy) menjadi 7,4% (yoy).

Memsuki triwulan IV 2017, kinerja sektor konstruksi diperkirakan akan terus mengalami perbaikan. Hal ini sejalan dengan fokus Pemerintah terhadap percepatan pembangunan

infrastruktur strategis, seperti revitasliasi Pelabuhan Belawan, pembangunan terminal

multipurpose Kuala Tanjung, dan Tol Trans

Sumatera.

Sektor perdagangan mengalami sedikit peningkatan dari 5,8% (yoy) menjadi 5,9% (yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan sektor perdagangan diperkirakan disebabkan oleh peningkatan belanja operasional Pemerintah Daerah seiring dengan telah selesainya proses pengadaan yang sebelumnya tertunda.

Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan tertahan seiring dengan menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat pasca bulan Ramadhan. Selain itu, penurunan aktivitas perdagangan atar daerah menahan pertumbuhan sektor perdagangan lebih lanjut.

Tertahannya pertumbuhan sektor perdagangn juga tercermin dari turunnya kinerja sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan kunjungan wisatawan mancanegara dan

occupancy rate hotel/penginapan dari triwulan

sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya hari raya Idul Fitri.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate

Sementara itu, dari sisi pemerintah, masih rendahnya realisasi belanja khususnya belanja barang juga telah menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan. Realisasi belanja barang

(36)

APBD Sumatera Utara pada triwulan II 2017 hanya mencapai 33,6% dari pagu belanja APBD 2017 dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 36,1%. Terlambatnya penetapan APBD 2017 di beberapa kabupaten/kota disinyalir menyebabkan proses pengadaan berjalan lambat sehingga realisasi belanja barang pada triwulan III 2017 tidak maksimal dan menghambat kinerja sektor perdagangan.

Meskipun kinerja sektor perdagangan relatif stabil, pertumbuhan kredit yang relatif mengalami kontraksi dari 5,2% (yoy) menjadi -9,8% (yoy). Selai itu, risiko kredit sektor perdagangan juga mengalami peningkatan dari 4,44% menjadi 5,69%. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja sektor perdagangan masih belum optimal.

Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE Memasuki triwulan IV 2017, aktivias perdagangan diperkirakan akan mengalam peningkatan sesuai dengan pola musiman menjelang natal dan tahun baru. Perbaikan sektor pertanian dan industri pengolahan diharapkan juga dapat mendorong aktivitas perdagangan antar daerah sehingga dapat meningkatkan kinerja sektor perdagangan.

Kinerja sektor transportasi dan pergudangan tercatat menurun dari 7,8% menjadi 6,8% pada triwulan III 2017. Penurunan kinerja sektor transportasi seiring dengan penurunan kinerja industri pengolahan. Penurunan aktivitas ekspor

antar daerah menurunkan arus transportasi dan pergudangan di Sumatera Utara. Aktivitas bongkar muat di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mengalami penurunan. Aktivitas bongkar mencapai 1,2 juta ton sedangkan pada triwulan II 2017 mencapai 1,5 juta ton. Sementara itu, aktivitas muat mencapi 45 ribu ton, sedangkan pada triwulan II 2017 aktivitasnya mencapai 60 ribu ton.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara Penurunan sektor transportasi dan pergudangan juga sejalan dengan penurunan jumlah penumpang pada triwulan III 2017. Penumpang angkatan laut mengalami kontraksi dari 41,4% (yoy) menjadi -1,9% (yoy). Selain itu, pengumpang angkatan udara menurun dari 38,9% (yoy) menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan III 2017. Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya perayaan hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah.

Walaupun kinerja transportasi dan pergudangan mengalami penurunan, penyaluran kredit untuk sektor ini mengalami peningkatan. Penyaluran kredit meningkat dari – 5,7% (yoy) menjadi 3,5% (yoy). Hal ini diperkirakan mengindikasikan perbaikan kinerja transportasi dan pergudangan ke depannya. Namun, risiko kredit sektor transprotasi dan pergudangan masih perlu diwaspadai seiring dengan naiknya NPL di sektor ini dari 1,38% menjadi 1,73%.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja transportasi dan pergudangan diperkirakan akan membaik seiring dengan peningkatan produksi sektor pertanian dan perbaikan aktivitas perdagangan antarderah.

(37)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan

(38)

BAB 2

KEUANGAN PEMERINTAH

Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun pada tahun 2017. APBD Kabupaten/Kota merupakan contributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara terhadap pagu anggaran secara umum mencapai 53,8%.

(39)

2.1

Gambaran Umum

Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun di tahun 2017. APBD Kabupaten/Kota merupakan kontributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai triwulan III, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara mencapai 53,8%. Pada periode 2017, pagu anggaran belanja pemerintah di Sumatera Utara mencapai Rp85,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp84,3 triliun. Sebagian besar didominasi oleh anggaran pemerintah kabupaten/kota, dengan pangsa 51,3% atau Rp43,9 triliun. Proporsi terbesar kedua adalah alokasi APBN untuk Sumatera Utara yang mencapai Rp28,6 triliun dengan pangsa 33,4% dan yang terendah adalah APBD Provinsi, sebesar Rp13,0 triliun (15,3%). Pada triwulan III 2017, realisasi belanja APBD provinsi, APBD kabupaten/kota, dan APBN terhadap pagu anggaran tercapai pada tingkat 53,8%.

2.2 APBD Provinsi Sumatera Utara

Anggaran pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara meningkat 21% (yoy) di tahun 2017, didorong oleh pendapatan transfer. Anggaran belanja dan transfer turut meningkat 28,1% (yoy), dengan belanja operasi sebagai komponen utama.

Nilai anggaran pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 sebesar Rp12,1 triliun, sementara anggaran belanja dan transfer mencapai Rp13,0 triliun. Dengan demikian, defisit APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp867 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp124 miliar.

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara Tabel 2.1Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017

Gambar

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan
Grafik 1.8  Perkembangan Nilai Tukar
Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat
Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya, melalui berbagai proses dan aktifitas yang berbeda yang terkait

Dalam mengimplementasikan manajemen resiko didapatkan hasil hanya pada aset username dan password level yang resikonya High (6,67%) dari 15 aset yang sudah

Menurut Chaedar Alwasilah dalam Hikmat (2011:37) metode kualitatif memiliki kelebihan dibanding metode lainnya, yakni adanya fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti

(1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon dan Pasangan Calon perseorangan melaporkan hanya 1 (satu) nomor Rekening Khusus Dana

Oleh karenanya dilakukan analisa kandungan senyawa organik agar didapatkan informasi mengenai seberapa besar jumlah senyawa organik yang terkandung pada air

Yaitu dengan adanya ensiklopedia berbasis literasi membaca anak pada materi energi alternatif dan penggunaannya ini dapat membuat peserta didik lebih bersemangat dalam belajar

Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

Jadi budaya organisasi akan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mustika dan