• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Terapi Menyulam

2. Informan WN & Riwayatnya

Usia : 34 tahun

Pekerjaan : Ojeg

Gambaran Fisik : kondisi badan kurus, dengan bola mata yang selalu nampak besar, kulit sawo matang dan rambut lurus8.

Gambaran Psikis : walaupun sebagai mantan pecandu WN terlihat cukup responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti9.

a. Riwayat ODHA

Latar belakang perilaku informan WN yang pada akhirnya menjerumuskan pada Putaw, dimulai pada saat SMP informan sudah mulai mencoba-coba memakai pil BK dan ganja yang bisa di dapat dalam harga Rp. 2.500,- per 5 butir pil

8

Observasi pada tanggal 11 Juli 2011

9

BK dan Rp. 3.000,- untuk sekitar 1 lembar yang telah dikeringkan, cara mendapatkannya adalah dengan membeli secara diam-diam kepada seorang janda yang menjualnya dirumahnya. Dalam hal ini informan mengakui untuk dapat mendapatkan uangnya dalam membeli barang tersebut adalah dengan mengumpulkan uang sekolahnya sendiri dan sesekali mengambil uang dicelengan ibunya dan kemudian diganti kembali olehnya.

“waktu SMP saya udah mulai pil BK dan ganja mas, itu karena ada temen yang kasih tau, abis nyobain itu pil rasanya enak, badan enteng jadi saya ikut-ikutan, belinya itu dirumah janda yang depannya dibuat warung kelontong tapi kalau mau beli langsung masuk aja kedalem rumahnya, waktu itu harganya pil BK Rp. 2.500,- per 5 butir dan Rp. 3.000,-.”10

Informan terinfeksi virus HIV pada tahun 2007 akses utamanya adalah penggunaan jarum suntik secara bergantian bagi sesama pecandu Putaw, awal pemakaiannya adalah saat kelas 2 SMK, pada waktu itu WN berkumpul bareng dengan temannya untuk pertama kali mencoba Putaw.

“dari kelas 2 SMK saya udah pakai Putaw, jadi pertama kali itu temen-temen saya beli paketan, saya gak tau berapa harganya, nah gak taunya yang biasa belinya tiga, ini jadi beli 4, saya dikasih 1 deh tuh, akhirnya saya coba dan pada akhirnya terus sampe tahun 2000, saya berhenti karena pertama mau nikah sama pacar saya, disisi lain pada tahun itu saya pernah ditangkep sama polisi.”11

10

Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 11

WN yang mengaku lulusan SMK ini sebelumnya pernah bekerja sebagai penarik bajaj di kawasan tempat tinggalnya, menteng dalam Jakarta pusat. Selama menjadi pecandu WN pernah melakukan aksi penodongan di angkutan umum selama kurang lebih 2 tahun.

Waktu itu saya pernah ngerampok juga di angkutan umum untuk nyari duit bakal beli Putaw, saya janjian saya temen saya naik angkot jurusan mana, dari 3 orang 1 didepan dan 2 dibelakang tuh, korbannya saya lihat dia orang ada nih, yaudah saat sepi kita pepet ke pojok, modusnya sendiri kita pura-pura ngelabrak korban, kaya dia yang nabrak ade saya, atau dia yang malak ade saya, pokoknya kita pojokin sampe kita minta kasih tau KTP nya, sambil ngancem pakai beceng juga kita waktu itu buat bikin takut aja, hehehe kalau nyakitin kita mah gak berani, saat korban ngeluarin KTP baru kita rampas, supir angkot pun gak berani kalau kita lagi kaya gitu. Saya kurang lebih 2 tahun ngelakuin hal itu diangkutan umum, tapi selama 2 tahun gak sering, 2 tahun itu bisa dihitunglah, 2 sampai 3 kali, kalo kita udah kepepet banget baru deh.”12

Informan sendiri menjadi pecandu Putaw sejak tahun 1997 sampai dengan 2000, menurut pengakuannya tujuh tahun kemudian baru terlihat gejala bahwa informan terkena HIV setelah menikah dan itu pun pada saat sang istri masuk rumah sakit dan yang terindikasi awal adalah istri WN.

“iya, saya tahu klo saya terkena HIV/AIDS itu dari pas istri saya masuk rumah sakit, terus di ambil darah, nah hasilnya positif, tapi saya cuek aja, saya fikir urusan kematian itu ada ditangan Allah, gitu aja saya mah.”13

Informan yang mempunyai 2 orang anak dari istrinya mengaku bahwa kedua anaknya negatif virus HIV.

12

Wawancara dengan informan WN pada tanggal 4 Agustus 2011 13

“Alhamdulillah banget dua anak saya negatif virus HIV, jadi pas tahu itu istri saya shock banget klo dia kena HIV dan gak dikasih izin oleh dokter untuk nyusuin, dan waktu itu pun saya juga divonis terinfeksi HIV juga, nah udah gitu karena saya masa bodo apa itu HIV, balik lagi klo urusan maut ada di tangan Allah jadi saya ngerasa biasa aja, tapi istri saya kelihatannya shock tuh soalnya saya bukannya support, atau cari tau jenis penyakit apa HIV itu gimana obatnya, tapi sayanya cuek-cuek aja, akhirnya pelan-pelan saya cari-cari info nah ketemu lah YPI ini, itu sekitar pertengahan tahun 2004.”14

Menurut pengakuan informan kondisi sosialnya tidak cukup terganggu akibat statusnya sebagai ODHA karena yang bersangkutan memutuskan untuk menutup status ODHAnya di lingkungan tempat tinggalnya karena takut akan keberlangsungan sosialisasi anaknya. Selain itu WN dan istrinya hanya membuka status kepada keluarga terdekatnya.

“untuk status saya, saya gak buka di lingkungan tempat tinggal rumah, kenapa? Karena saya takut kalo nanti ada yang tahu anak-anak saya yang jadi korban, diolok-olok temen sebayanya atau dicap negatif sama tetangga itu yang saya jaga. Kalau untuk keluarga sendiri waktu buka status saya ODHA pun gak mudah mas, jadi saya minta tolong sama kakak perempuan saya yang kebetulan anak pertama. Jadi, dulu kakak itu saya kasih buku-buku tentang HIV dan saya suruh baca, 1 bulan kemudian saya kasih lagi buku HIV yang agak tebelan, baru deh selang beberapa hari saya omongin semuanya, kalau saya HIV dan minta persetujuan apakah saya buka status di keluarga atau enggak.”15

WN yang saat ini bekerja sebagai tukang ojek dan menjadi surveyor di sebuah LSM yang bergerak dalam bidang pencegahan HIV/AIDS, mampu untuk memenuhi kondisi

14

Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 15

ekonomi keluarganya terutama anak-anaknya yang negatif dari virus HIV/AIDS tersebut.

WN ODHA laki-laki yang terinfeksi virus HIV karena menjadi pecandu putaw sebelumnya tidak mengetahui kondisi seorang pecandu putaw yang share jarum suntik bisa terkena HIV/AIDS, WN pun mengetahui saat istrinya yang masuk rumah sakit dan diperiksa darah dan ternyata terkena dari hubungan seksual dengan WN yang notabene seorang mantan pecandu putaw.

Dari keempat sumber data yang peneliti wawancarai seputar latar belakang mereka terinfeksi HIV dan bagaimana dengan status barunya sebagai ODHA, serta terkait erat dengan pemberian program terapi kreatif yang diberikan YPI sebagai dukungan kepada ODHA. Berikut adalah penjabaran mengenai proses pemberian terapi kreatif dan manfaat yang telah ODHA terima setelah mengikuti terapi kreatif tersebut.