SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
FIQIH PRASETYA ADIAKSA
107054102506PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
FIQIH PRASETYA ADIAKSA
NIM. 107054102506Di Bawah Bimbingan
Ahmad Zaky, M.Si
NIP:
150411158PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, 25 Agustus 2011
i
(ODHA) di Yayasan Pelita Ilmu Tebet Jakarta Selatan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yakni, gejala atau penyakit yang dapat merusak dan melemahkan sestem kekebalan tubuh. HIV menyerang sel darah putih (limfosit) dengan cara memperbanyak diri dipermukaan limfosit dan menyerang sel ketahanan tubuh manusia yakni CD4+, dalam perkembangannya virus HIV ini di perlukan waktu kurang lebih 5 sampai 10 tahun masa inkubasi virus HIV tersebut hingga menjadi AIDS.
Seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS ini disebut sebagai ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS menyebabakan ODHA menjadi kelompok yang rentan, dimana perlindungan dan akses dibatasi saat sebagian masyarakat mendengar kata-kata HIV/AIDS tersebut, hal lain adalah stigma negatif dan diskriminasi yang diberikan oleh sebagian masyarakat ataupun keluarga sehingga kebutuhan sosial, ekonomi dan kondisi psikologis dan fisik ODHA menjadi lemah. Salah satu lembaga yang peduli terhadap ODHA adalah Yayasan Pelita Ilmu (YPI). YPI berdiri pada tahun 4 Desember 1989 yang fokus kepada upaya-upaya pencegahan virus HIV/AIDS di Indonesia dan pada pertengahan Juli 1994 YPI mulai
concern pada upaya pengobatan (kuratif) kepada seseoang yang terinfeksi HIV/AIDS baik itu kesehatan secara fisik, psikologis, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hasil dari program terapi kreatif sebagai upaya yang dapat membantu memperbaiki kondisi mental ODHA.
Program terapi kreatif menyulam dan terapi menari adalah bentuk terapi perilaku yang diberikan oleh YPI sebagai upaya untuk memulihkan kondisi kepercayaan diri ODHA melalui berbagai kegiatan ataupun pemberian edukasi yang diharapkan mampu membantu ODHA untuk berkarya dan memiliki semangat hidup dengan status barunya.
Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, dan dimana yang menjadi informan peneliti adalah para pengurus, serta ODHA yang berada di yayasan tersebut. Para informan kunci dipilih dengan menggunakan sampel purposif (purposive sampling).
ii
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi ini. Dengan judul Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Pelita Ilmu, yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada sang Revolusioner dunia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dan apa yang telah peneliti lakukan ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai saran, bantuan dan peran serta berbagai pihak. Oleh karenanya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang secara langsung maupun tidak untuk turut membantu studi mahasiswa S1 di UIN Syarif Hidayatullah.
iii
memberikan saran, arahan, masukan dan waktunya hingga selesainya pembuatan skripsi ini.
4. Segenap Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan hingga selesainya perkuliahan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh pihak dan staff perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mencari bahan-bahan buku yang berkaitan dengan penelitian ini. 6. Seluruh Staff dari Yayasan Pelita Ilmu dan Sanggar Kerja YPI, Mba
Sundari, Mba Sri, Mba Rini, Mba Mayanti, teman-teman ODHA dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
Fazra, Yuda “maronk”, Frendy “Dablank”, Syahril “Butun”, Saudih “Arab”, Nisa, Wulan, Resty Dwi, Jajah, Uul, Pipit & Ipit.
9. Rekan-rekan lainnya dari kessos’06, kessos’08, kessos’09 dan kessos’10 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, semangat selalu buat kalian semua dan sukses, di lain waktu kita akan bertemu dan itu pasti.
10. Achmad “Awai” Sumbulawaini SS, thanks sob atas buku bahasa arabnya, rekan-rekan Karang Taruna Unit 09 “El-Grind”, Masbro Sandy, Om Rohman, Kakanda Rizal, Ananda Omen serta rekan-rekan dalam kepengurusan periode 2010-2013 terima kasih atas gangguannya, jangan berhenti berkarya sampai kaki menginjak surga. At least, I’m Comeback!
11. Sahabat-sahabat KMPI (Komunitas Motivasi Pemuda Indonesia) kak Archan, Vijayhoo, Icha Kahirunisa, Ridwan Anom, dan lainnya yang tidak akan terlupakan. Semoga acara-acara kedepan semakin provokatif dan spektakuler. Salam Spektakuler!
v
Depok, 25 Agustus 2011
Penulis
vi
DAFTAR TABEL... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
1. Pembatasan Masalah... 8
2. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian ... 9
a. Manfaat akademis ... 9
b. Manfaat Praktis ... 10
D. Metodologi Penelitian ... 10
1. Metode Penelitian ... 10
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11
3. Macam dan Sumber Data ... 11
4. Teknik Pengumpulan Data ... 12
a. Observasi ... 12
b. Wawancara ... 12
c. Catatan Lapangan ... 13
d. Dokumentasi ... 13
5. Teknik Analisa Data ... 14
6. Teknik Penulisan Skripsi ... 14
E. Tinjauan Pustaka ... 14
F. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertian Program Terapi Kreatif ... 19
1. Macam-macam Terapi Kreatif ... 21
2. Tujuan Program Terapi Kreatif ... 22
B. Pengertian ODHA ... 23
1. Ciri-ciri ODHA positif... 25
2. Resiko yang diterima ODHA ... 25
C. Pengertian Self-Reinforcement ... 29
1. Macam-macam Self-Reinforcement ... 30
2. Komponen Keterampilan Penguatan Diri ... 30
BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN PELITA ILMU (YPI) A. Profil Yayasan Pelita Imu ... 34
1. Sejarah berdirinya Yayasan Pelita Ilmu ... 34
vii
F. Program Yayasan Pelita Ilmu ... 39
1. Program Pencegahan HIV/AIDS ... 39
2. Konseling, Testing dan Pengobatan ... 43
3. Program Dukungan Masyarakat Untuk Odha ... 43
4. Program Pengembangan dan Komunikasi ... 44
G. Sarana Publikasi ... 47
H. Kerjasama Penelitian ... 47
I. Struktur Organisasi ... 48
J. Mitra Kerja ... 49
K. Mitra Internasional ... 49
L. Ketenagaan ... 51
BAB IV. TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Terapi Menyulam ... 55
B. Terapi Menari ... 73
C. Manfaat yang didapat Dari Pemberian Terapi ... 87
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
viii
2. Tabel 2: Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia th 2010 ...3
3. Tabel 3: Jumlah Kumulatif AIDS Berdasarkan Umur ...4
4. Tabel 4: Jumlah Kumulatif HIV/AIDS Menurut Faktor Resiko ...5
5. Tabel 5: Rancangan Sumber Data Wawancara ...13
6. Tabel 6: Jumlah Ketenagaan di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) ...51
7. Tabel 7: Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Fungsional ...51
8. Tabel 8: Jumlah ODHA yang Berada di YPI ...52
9. Tabel 9: Status Ekonomi ODHA ...52
10. Tabel 10: Jumlah ODHA Berdaasrkan Faktor Resiko di YPI ...52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Seseorang yang yang telah positif terkena HIV hingga menjadi A IDS disebut sebagai Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam hal ini ada beberapa penyebab seseorang terinfeksi virus HIV hingga menjadi AIDS, hal tersebut bisa melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian sesama pecandu narkoba, berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ataupun melalui transfusi darah dan penularan dari ibu yang menyusui.
4.701 kasus, tdk diketahui 87 kasus)1. Sedangkan dari perbandingan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan jumlah Provinsi di Indonesia dari tahun 2009 ke 2010 di gambarkan sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan jumlah Provinsi tahun 2009
No. Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati
1 Jawa Barat 3233 2420 588
2 Jawa Timur 3133 1002 680
3 DKI Jakarta 2811 1998 425
4 Papua 2681 2 358
5 Bali 1506 256 275
6 Kalimantan Barat 730 124 103
7 Jawa Tengah 669 146 238
8 Sumatera Utara 485 209 93
9 Riau 371 98 117
10 Kep. Riau 333 30 130
11 Sumatera Barat 293 201 75
12 Banten 275 183 51
13 DI Yogyakarta 247 120 70
14 Sumatera Selatan 219 104 38
15 Maluku 192 79 70
16 Sulawesi Utara 173 40 62
17 Jambi 165 96 50
18 Lampung 144 112 42
19 Sulawesi Selatan 143 91 62
20 NTT 138 12 25
21 Bangka Belitung 117 40 18
22 NTB 107 43 56
23 Bengkulu 85 44 18
24 Papua Barat 58 5 19
25 NAD/Aceh 36 13 9
26 Kalimantan Selatan 27 9 5
27 Sulawesi Tenggara 20 1 4
28 Kalimatan Tengah 15 6 2
1
29 Sulawesi Tengah 12 6 6
30 Kalimantan Timur 11 4 10
31 Maluku Utara 10 2 8
32 Gorontalo 3 2 1
33 Sulawesi Barat 0 0 0
Jumlah Total 18442 7498 3708
Tabel 2
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan jumlah Provinsi pada tahun 2010
No. Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati
1 DKI Jakarta 3995 2801 576
2 Jawa Timur 3771 1046 779
3 Jawa Barat 3728 2706 665
4 Papua 3665 3 580
5 Bali 1747 269 311
6 Kalimantan Barat 1125 197 138
7 Jawa Tengah 944 178 289
8 Sulawesi Selatan 591 265 62
9 Sumatera Utara 507 222 94
10 DI Yogyakarta 505 140 108
11 Riau 477 135 132
12 Sumatera Barat 410 268 99
13 Banten 401 247 67
14 Kep. Riau 374 31 143
15 Jambi 268 155 62
16 NTT 242 15 36
17 Sumatera Selatan 219 104 38
18 Maluku Utara 192 79 70
19 Sulawesi Utara 173 40 62
20 Lampung 144 112 42
21 NTB 142 50 69
22 Bangka Belitung 120 41 18
23 Bengkulu 131 66 29
24 Papua Barat 58 5 19
25 Kalimantan Tengah 57 14 4
26 NAD/Aceh 53 17 12
27 Kalimantan Selatan 27 9 5
28 Sulawesi Tenggara 22 1 5
30 Sulawesi Tengah 12 6 6
31 Kalimantan Timur 11 4 10
32 Gorontalo 3 2 1
33 Sulawesi Barat 0 0 0
Jumlah Total 24131 9233 4539
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI
Update Terakhir pada tanggal 25 Januari 2011
[image:15.612.154.537.53.431.2]Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa kasus HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta meningkat pada tahun 2010, hal ini terlihat dari jumlah penderita AIDS yang semakin bertambah dari data per September 2009 sampai pada Desember 2010. Selain itu data jumlah di Provinsi pun meningkat dimana terpapar jelas bahwa pada saat tahun 2009 DKI Jakarta menempati urutan ketiga, namun pada 2010 kasus HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta bertambah hingga mencapai urutan pertama di Indonesia berdasarkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS menurut Provinsi. Sementara itu berdasarkan jumlah kasus HIV/AIDS menurut golongan umur dan menurut faktor resiko hingga Desember 2010 dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini :
Tabel 3
Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur
Golongan Umur AIDS AIDS/IDU
<1 217 0
1-4 265 0
5-14 193 28
15-19 748 222
20-29 11438 5438
30-39 7553 2751
40-49 2268 425
50-59 628 102
>60 97 9
Tdk Diketahui 724 258
Tabel 4
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS menurut faktor resiko
Faktor Resiko AIDS
Heteroseksual 12717
Homo-Biseksual 724
Injection Drug User (IDU) 9242
Transfusi Darah 48
Transmisi Prenatal 628
Tak Diketahui 772
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI
Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 di atas bahwa infeksi sebagian besar diderita oleh kelompok usia produktif (15-49), dan di Indonesia penyebab penularan HIV/AIDS itu melalui hubungan seksual secara berganti-ganti pasangan karena virus HIV tersebut bisa menular melalui cairan sperma dan cairan vagina.
Sementara itu akses lainnya mempunyai resiko tertularnya virus HIV/AIDS berdasarkan tabel 4 di atas adalah melalui hubungan seksual yang di lakukan dengan sesama jenis (homoseksual), melalui transfusi darah dan infeksi terhadap bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang telah terjangkit virus HIV/AIDS. Seseorang yang telah positif mengidap HIV/AIDS dalam dirinya dinamakan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
mengidap HIV di Indonesia adalah kalangan pelajar ataupun mahasiswa hal ini sungguh miris sekali, sekelompok generasi penerus yang seharusnya menjadi citra bangsa telah rusak akibat sebuah proses perubahan sosial yang tidak dibarengi dengan filterisasi oleh pemerintah ataupun korban sendiri2.
Hidup ODHA sendiri sarat dengan masalah-masalah sosial yang akan diterima apabila seseorang tersebut diketahui oleh masyarakat umum mengidap virus yang mematikan ini. ODHA seringkali menutup-nutupi bahwa dirinya mengidap HIV/AIDS jika mau aman, dan mereka akan berterus terang apabila memang kepada seseorang yang sudah dipercaya dapat menerima mereka dengan baik ataupun dengan orang-orang yang peduli terhadap kehidupan ODHA. Ada resiko diskriminasi di lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, ataupun saat dalam mendapatkan pelayanan ataupun perawatan kesehatan bahkan yang lebih menyedihkan adalah penolakan dari keluarga sendiri yang seharusnya menjadi tempat untuk berlindung. Hal ini membuat kondisi psikis seorang ODHA menjadi terganggu, belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dengan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA, selain itu ODHA pun sangat sulit menjaga kesehatan fisiknya yang sangat rentan terhadap suatu penyakit. Obat-obatan yang tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan yang minim dan terbatas sarananya.
2
Untuk menanggulangi masalah tersebut tentulah banyak melibatkan banyak pihak dan peran serta masyarakat karena selain HIV/AIDS masih belum ada obatnya maka langkah yang bisa diambil adalah langkah pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif). Sebab, dengan mencegah kita bisa meminimalisir dampak-dampak lain yang bisa memperburuk kondisi ODHA. Pecegahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui aspek medis (terus mengembangkan vaksin antiretroviral atau vaksin lainnya untuk mencegah perkembang biakan virus yang tengah berkembang dalam diri seseorang). Kebijakan pemerintah dengan membuat peraturan mengenai HIV/AIDS yang berisikan tentang sosialisasi ataupun penyuluhan kepada remaja serta keikutsertaan berbagai pihak dalam pencegahan pun diharapkan mampu memutus mata rantai penyebaran virus mematikan ini. Upaya lain adalah pengobatan (kuratif), namun disini pengobatan bukan dalam hal medis melainkan memperbaiki, membangun, serta memotivasi mental ODHA yang mendapatkan perilaku yang tidak adil atas dasar stigma yang diberikan oleh masyarakat.
meyakinan kepada ODHA bahwa mereka layak hidup seperti masyarakat normal pada umumnya, dan dapat diterima oleh keluarga lagi pada khusunya.
Pengobatan mental ODHA beserta seluk beluknya merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Sebab sampai saat ini kasus tersebut banyak dijumpai dan banyak fakta-fakta yang menarik untuk digali dan dijadikan pedoman dalam menangani berbagai macam kasus yang berhubungan dengan pelabelan terhadap ODHA.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul : “Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Yayasan Pelita Ilmu Tebet Jakarta Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian agar lebih terarah dan terfokus maka dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yakni :
a. Bagaimana proses pemberian terapi kreatif sebagai salah satu bentuk upaya penguatan diri ODHA di YPI?
Bagaimana tahapan pemberian terapi menyulam kepada
ODHA?
Bagaimana tahapan pemberian terapi menyulam kepada
ODHA?
b. Bagaimana manfaat yang diterima dari hasil pemberian terapi menyulam dan terapi menari?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut :
a. Mengetahui bagaimana tahapan-tahapan proses pemberian terapi menyulam dan terapi menari kepada ODHA untuk memperkuat kondisi mentalnya yang diberikan oleh Yayasan Pelita Ilmu (YPI).
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis.
Penelitian ini diharapkan digunakan sebagai informasi melalui dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan serta dapat menambah wawasan bagi pembaca dalam memperkaya ilmu pengetahuan. b. Manfaat praktis.
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan evaluasi yang berguna bagi pembaca, khususnya para pengurus/ohida dalam memberikan kegiatan program terapi menyulam dan menari terhadap ODHA. Serta dapat memotivasi ODHA dalam menguatkan mentalnya sehingga merasa layak untuk hidup normal dengan sesama.
D. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif3.
2. Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitan ini bertempat di Yayasan Pelita Ilmu, Tebet, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitan dilakukan pada bulan Mei 2011 s.d. Agustus 2011.
3. Macam dan Sumber Data
Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama yakni melalui hasil wawancara yang mendalam kepada ODHA yang mengikuti terapi menyulam dan menari yakni, WD, WN dan P dan YL, selain itu peneliti juga mewawancarai Ibu Sundari sebagai trainer terapi menyulam dan sdri Ika sebagai trainer menari dan juga Ibu Sri Mayanti sebagai koordinator program di Sanggar Kerja YPI. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari buku-buku HIV/AIDS, Jurnal penelitian ODHA dan Proposal pengadaan fasilitas untuk terapi menari dan menyulam yang tentunya berhubungan dengan tulisan ini, maupun berupa arsip-arsip yayasan artikel.
3
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan kepada para ODHA yang sedang melaksanakan kegiatan terapi menyulam dan menari di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu dan di sekretariat Yayasan Pelita Ilmu. Sebelumnya melakukan observasi peneliti terlebih dahulu menjalin relasi dengan ODHA maupun pengurus YPI, sehingga timbul rasa kepercayaan dalam pemberian informasi kepada peneliti. Kegiatan ini untuk mengetahui kondisi fifik, psikologis dan sosial melalui pengamatan langsung di lapangan pada saat informan melakukan aktifitas.
b. Wawancara
Berikut sumber data yang akan diwawancarai oleh peneliti:
Tabel.5
Rancangan Sumber Data Wawancara
NO Informan Informasi yang dicari Jumlah
1 Manajer Program Program Terapi 1 Orang
2 Pengurus Sanggar Kerja YPI
Perihal Proses Terapi menyulam dan menari
2 Orang
3 ODHA Perihal Manfaat terapi
menyulam dan menari dan proses terapi tersebut
4 Orang
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis dengar, lihat, alami, dan pikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian4. Penulis mencatat hasil observasi mengenai apa yang telah dirasakan oleh peneliti melalui panca indera peneliti.
d. Dokumentasi
Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperbolehkan dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperbolehkan dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, jurnal, surat kabar, majalah, internet, modul-modul pelatihan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh peneliti.
4
5. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisa data. Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antara masalah penelitian dapat dipelajari dan diuji5. Dalam hal ini peneliti menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yakni suatu metode dalam penelitian sekolompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari deskriptif sendiri adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa dibuat-buat atau didramatisasi.
6. Teknik Penelitian Skripsi
Dalam penelitian skripsi ini berpedoman pada standar penelitian skripsi pada buku: “Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang peneliti teliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada
5 Prof. Drs. H. Moh. Kasiram, M.Sc, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman
sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu :
Skripsi Pertama
Nama : Dimas Harry Adhianto (101032221652)
Universitas : Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Filasafat Jurusan Sosiologi Agama.
Judul : Potret Sosial dan Keberagaman ODHA (Studi kasus ODHA di Yayasan Pelita Ilmu, Tebet, Jak-sel)
Skripsi tersebut berisikan mengenai keberagaman agama, budaya serta kondisi lingkungan sosial ODHA yang ada di yayasan pelita ilmu tersebut.
Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada program terapi kreatif yang diberikan kepada ODHA sebagai upaya penguatan serta pengembangan mental ODHA. Selain itu subyek dan obyek penelitian yang berbeda judul penelitian yang tertera di atas.
Skripsi Kedua
Nama : Gilly Ditya Maharani (0524090283)
Universitas : Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Fakultas Psikologi. Judul : Gambaran Psychological Well Being Pada Orang Dengan
Skripsi tersebut berisikan mengenai gambaran kesejahteraan psikologis (psychological Well being) orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Ohida), yang tertuang dalam perumusan masalah skripsi tersebut diatas. Selain itu pada skripsi tersebut membahas mengenai apa saja faktor pendukung dan penghambat tercapainya psychological well beingODHA .
Sedangkan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada program terapi kreatif yang diberikan kepada ODHA sebagai upaya penguatan serta pengembangan mental ODHA.
Skripsi Ketiga
Nama : Lasmaria Juventia Gracia Rumapea (0724090457) Universitas : Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Fakultas Psikologi. Judul : Motif-Motif Sosial Pada Individu yang dinyatakan Positif
HIV
Skripsi tersebut berisikan mengenai Motif-motif sosial pada individu yang dinyatakan positif HIV.
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan Pendahuluan, di dalamnya peneliti menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian skripsi.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini mengemukakan mengenai pengertian program terapi kreatif, yang di dalamnya peneliti menjelaskan tentang pengertian HIV/AIDS, pengertian terapi kreatif dan art therapy serta pengertian penguatan diri melalui pendekatan terapi yang cakupannya dalam proses pemberian terapi kreatif terhadap ODHA.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
Pada bab ini menjelaskan tahapan proses pemberian terapi menyulam dan terapi menari, dengan menjelaskan hasil observasi, wawancara, dokumentasi lapangan terkait kasus yang bertujuan untuk membantu ODHA menguatkan diri mereka.
BAB V PENUTUP
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Program Terapi Kreatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang dijalankan1. Sedangkan secara etimologis kata program berasal dari bahasa inggris, “programe” atau
“program” yang artinya acara atau rencana2.
Secara harfiah kata terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit3. Sedangkan dalam ilmu psikologi, terapi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapy adalah suatu pelaksanaan atau pengobatan yang di tujukan kepada penyembuhan suatu kondisi patologis4. MA. Sugandi mengemukakan bahwa:
“terapi merupakan proses formal interaksi antara dua belah pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong), dengan catatan bahwa interaksi itu menuju kepada perubahan/peyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya.”5
Dalam ensiklopedi pendidikan dijelaskan bahwa terapi adalah “cara pengobatan, cara penyembuhan, juga dalam arti kiasan seperti arti
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) ed. 3 Cet. 3 h. 897
2
Morrison, Media Penyiaran Strategi, Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Prakarsa) Cet. 1 h. 97
3
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Pusat Bahsa, 2008) h. 1506
4
JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 198
5
situasi-situasi, masalah-masalah dimana ada kekurangan atau keasalahan-kesalahan, misalnya suatu terapi untuk menyembuhkan suatu masyarakat yang bobrok6.
Adapun dalam bahasa arab istilah terapi sepada dengan kata ءﻒﺜﺘﺳا, diambil dari akar kata syifa ﻒﺷ - ﻒﺸﯾ - ﺎﻔﺷ yang artinya menyembuhkan7. Misalnya dalam Al-Qur’an yang tertuang dalam surat Yunus ayat 57:
Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Kreatif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yg -- menghendaki kecerdasan – dan imajinasi8.
Jadi dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa program terapi kreatif adalah rancangan kegiatan yang dilaksanakan oleh
6
Soedarda Doerbakawadja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), cet. ke-2 h. 359.
7
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 731.
8
suatu institusi untuk mencapai tujuan dengan cara menyembuhkan atau mengobati seseorang dalam kondisi sakit atau patologis hingga orang tersebut dapat mememiliki kemampuan dan daya cipta dan mandiri. Hal ini seperti dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Mayanti. Sebagai berikut9:
“terapi kreatif itu adalah untuk mengobati kondisi psikologis ataupun mental ODHA dengan pemberian pelatihan ataupun keterampilan, contohnya itu ada terapi menyulam, membuat kue, menari, mejahit dan lain-lain.”
Dengan demikian terapi kreatif ini merupakan salah satu upaya dukungan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam bentuk pemberian keterampilan sehingga menguatkan mental ODHA tersebut.
1. Macam-macam Terapi Kreatif
Adapun macam-macam terapi kreatif ini dalam proposal yang dikeluarkan oleh YPI dan pernah di testimonikan di Kolombo, Sri Lanka pada 2007 oleh salah seorang ODHA. Terapi kreatif ini dibagi menjadi:
Terapi menyulam
Terapi menyulam ini dilaksanakan di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu yang bertempat di Kebon Baru, Tebet. Terapi menyulam ini dimaksudkan untuk memberi keterampilan kepada ODHA lewat karya-karya handmade yang diberikan oleh trainer di Yayasan Pelita Ilmu.
9
Terapi menari
Terapi ini bertempat di sanggar kerja YPI, terapi ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri ODHA yang depresi akan status baru yang menyemat pada diri mereka.
Terapi pengobatan alternatif
Terapi ini bekerjasama dengan yayasan Taman Sringganis (akupuntur), di mana ODHA diberikan pelatihan mengenai titik syaraf bagian tubuh individu yang sakit, hal ini di proyeksikan untuk membentuk ODHA lebih aware satu sama lain sehingga terjalin sikap saling empati dalam diri ODHA.
Terapi menjahit
Terapi ini dilaksanakan di sekretariat YPI di Tebet Jakarta selatan, terapi ini dikoordinir oleh salah seorang ODHA yang sudah lama bergabung di Yayasan Pelita Ilmu (YPI), terapi ini diharapkan dapat membangun kemandirian ODHA, yang diajarkan dalam terapi ini adalah memotong pola yang sudah digambar dan kemudian dijahit.
2. Tujuan Program Terapi Kreatif
dengan kemandirian, sehingga ODHA merasa dirinya berguna dan tidak berbeda dengan individu normal pada umumnya10. Dalam hal ini pengurus (OHIDA) berada dalam satu lingkungan interaksi dengan diri ODHA sebagai bentuk dukungan sebaya kepada ODHA.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa program terapi kreatif di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah bentuk dukungan kepada ODHA dalam membantu memperbaiki kondisi psikologis dan mental ODHA menjadi lebih mandiri dan memiliki daya cipta, melalui terapi-terapi yang diberikan oleh pengurus.
B. Pengertian ODHA
Seseorang yang yang telah positif terkena HIV hingga menjadi AIDS disebut sebagai Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), HIV sendiri adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus yakni virus yang merusak sistem imun (kekebalan tubuh) manusia. HIV sendiri merusak sel darah putih (sel T CD4) manusia, seorang ODHA yang sudah terjangkit virus tersebut secara fisik Nampak normal karena tidak ada gejala fisik yang berubah, namun lambat laun seiring dengan berkembangnya virus dalam diri ODHA kekebalan tubuhnya akan menjadi menurun dan menjadi rentan terhadap suatu penyakit11. Untuk mengetahui seseorang telah positif tertular virus HIV atau tidaknya adalah dengan melalui tes
10
Tim Dukungan Sebaya ODHA Yayasn Pelita Ilmu. Proposal Terapi Kreatif: Bentuk Dukungan
Kepada ODHA. (Jakarta:YPI Press,2007) hl. 5
11
darah yang termasuk bagian dari VCT (Voluntary Counselling and Testing) atau yang dalam bahasa indonesia disebut dengan KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tahapan-tahapan VCT/KTS adalah sebagai berikut12:
Konseling Pra tes HIV
Konseling Pra tes HIV akan memberikan penjelasan mengenai; proses VCT/KTS, Informasi tentang HIV dan AIDS dan keuntungan melakukan tes HIV.
Tes HIV
Tes HIV untuk mengetahui status HIV nya dan dilakukan melalui proses pengambilan darah.
Konseling Pasca Tes HIV
Hasil tes HIV diberikan kepada klien melalui konseling tatap muka pada saat konseling.
Untuk mengetahui seseorang tertular virus HIV atau tidak perlulah diadakan tes terlebih dahulu, tes tersebut bernama VCT/KTS yang sesuai dengan sifatnya tanpa ada paksaan (sukarela) dan konfidensial yakni, apapun hasil yang akan diterima oleh klien tertular ataupun tidak hasilnya harus langsung diberikan kepada yang bersangkutan secara langsung. Seorang yang positif tertular virus HIV (ODHA) mempunyai ciri sebagai berikut13:
12
Dinkes Kota Depok, Informasi Umum HIV dan AIDS. hl. 27
13
1. Ciri-ciri seorang ODHA positif
Tidak ada tanda-tanda khusus pada orang yang tertular HIV.
Penampilan fisik seseorang bukan jaminan bebas dari HIV, jika
perilakunya beresiko.
Semua orang bisa kena HIV dan AIDS tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, usia, suku agama, ras, pendidikan, pekerjaan, dll.
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS (umumnya dalam waktu
5-10 tahun), orang yang tertular HIV tampak sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV.
Meskipun tampak sehat dan merasa sehat, orang yang tertular
HIV dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Jelaslah bahwa seseorang yang positif tertular HIV (ODHA) tidak mempunyai perbedaan kondisi fisik pada orang normal umumnya. Namun, disini akan baru terlihat dampaknya secara jelas setelah 5-10 tahun masa inkubasi virus tersebut dalam diri ODHA. Hal tersebut adalah kondisi fisik yang mudah lelah dan rentan terhadap berbagai macam penyakit.
2. Resiko yang diterima ODHA
waktu 5 sampai dengan 10 tahun dengan perkembangan yang tidak bisa dilihat oleh mata, namun hal ini sangat berpengaruh kepada kondisi fisik ODHA yang didalam tubuhnya sudah terdapat virus tersebut. Berikut adalah proses HIV menjadi AIDS dalam tubuh ODHA.
Fase pertama
Pada fase ini adalah periode jendela, yakni HIV masuk kedalam tubuh manusia, tidak ada tanda-tanda khusus, orang yang tertular HIV akan tetap sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV. Perode jendela ini adalah masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibodi (penangkal penyakit) terhadap HIV dalam darah. Periode ini biasanya antara 8-12 minggu. Meskipun tanpa gejala namun sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Fase kedua
Fase ketiga
Fase ini dikatakan sebagai fase gejala yang diikuti dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh, dan muncul gejala-gejala penyakit akibat infeksi HIV. Contohnya : pembengkakan kelenjar getah bening pada seluruh tubuh, flu dan diare secara terus menerus, dll.
Fase keempat
Fase keempat ini sudah dikatakan dengan AIDS karena kondisi tubuh sudah sangat lemah dan mulai gejala-gejala oportunistik (infeksi yang muncul karena sistem kekebalan tubuh lemah). Contonhnya ialah; infeksi paru (TBC), infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit (sarkoma kaposi), dll14.
Jika dilihat dari penjabaran di atas seorang ODHA baru nampak jelas mengidap HIV/AIDS adalah pada fase keempat yakni dimana fase tersebut sudah mulai melemahkan kondisi ODHA, dan disinilah ODHA sudah mulai mendapat perawatan khusus secara medis.
Resiko lain yang umumnya diterima oleh ODHA adalah perlakuan yang tidak sewajarnya yang diberikan oleh masyarakat luas seperti diskriminasi dan stigmatisasi. Bahkan media pun kerap kali turut memarjinalkan posisi seorang ODHA yang sedang
14
diberitakan dengan tidak ada rasa empati dan dukungan kepada ODHA, antara lain :
a. Diskriminasi
Memperlakukan orang secara berbeda-beda dan tanpa alasan yang tidak relevan, misalnya diskriminasi terhadap ras, gender, agama dan politik. Dalam kasus pemberitaan ODHA, media sering melakukan pembedaan atas seseorang menurut kehendaknya sendiri. Misalnya orang jahat (ODHA) versus orang baik-baik, orang bermoral versus orang tidak bermoral, perempuan pekerja seks versus perempuan baik.
b. Kekerasan
Pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja seks yang kebetulan seorang ODHA misalnya, media melakukan kekerasan karena telah mengekspose pekerja seks tersebut tanpa meminta izin sehingga membuat orang tersebut menjadi di kucilkan oleh masyarakat lingkungannya setelah pemberitaan tersebut.
c. Stigmatisasi
d. Sensasional
Dalam pemberitaan kasus HIV/AIDS, seringkali judul berita menampilkan sesuatu yang bombastis, dan cenderung dibesar-besarkan tidak sesuai dengan realitas sebenarnya.
e. Eksploitasi
Ketika media menggunakan judul untuk kepentingan publisitas, proses yang dilakukan media selanjutnya adalah melakukan eksploitasi yang mereka jual (Julianto, 1996; Siahaan, 1997; Stanley, 2002)15.
Dalam kehidupan ODHA banyak resiko yang umumnya diderita oleh ODHA selain kebutuhan untuk mengobati kondisi fisiknya adalah kondisi mental serta psikologis yang diterima oleh ODHA, hal tersebut antara lain diskriminasi, ekspolitasi, serta pelabelan yang membuat ODHA tidak leluasa dalam menjalani kehidupan sosialnya.
C. Pengertian Penguatan Diri (Self-Reinforcement)
Berbicara mengenai Self-Reinforcement (Penguatan Diri) dalam diri manusia erat kaitannya dengan ilmu psikologi yang membahas mengenai berbagai aspek dalam diri manusia salah satunya adalah kepribadian yang berhubungan dengan penguatan diri. Istilah penguatan sendiri dikenal dalam ilmu psikologi, terutama psikologi belajar dengan tokohnya Albert Bandura dengan teori belajar sosial.
15
1. Macam-macam Penguatan Diri
Menurut Uzer usman mengemukakan dua macam pemberian penguatan, yaitu verbal dan non verbal. Kedua macam pengutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penguatan verbal
Penguatan ini biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
2. Penguatan nonverbal
Pengutan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan, senyuman,
acungan jempol wajah cerah dan masih banyak yang lainya. b) Penguatan pendekatan.
c) Penguatan dengan sentuhan.
2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Diri
Beberapa kompenen yang perlu dipahami yang dilakukan agar pengurus dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis adalah16:
a. Penguatan Verbal
berisi berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja ODHA.
Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni:
16
Siti kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPl 1) Berorientasi Pada Kurikulum
1. Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan
sebagainya.
2. Kalimat, seperti: pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi
penjelasan bagus sekali dan sebagainya.
b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan (gestural)
Penguatan berupa gerak badan dan mimik muka antara lain: senyuman,
anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dan sebagainya,
seringkali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Verbal
“pekerjaanmu baik sekali”, pada saat itu ohida menganggukkan
kepalanya.
c.. Penguatan dengan sentuhan
Teknik ini penggunaannya perlu menggunakan pertimbangan latar
belakang klien, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan
setempat. Dalam penggunaan penguatan ini, beberapa prilaku yang dapat
dilakukan antara lain: menepuk pundak atau bahu, serta menjabat tangan.
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
pada cara ini klien diajak untuk mengikuti kegiatan yang disenanginya,
hal ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan bentuk dukungan
secara moril terhadap klien, sehingga klien menjadi lebih nyaman dan
mempunyai motivasi yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penguatan berasal dari kata dasar kuat yang berarti mempunyai banyak tenaga, sedangkan penguatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menguati atau menguatkan17. Dalam kamus lengkap psikologi, self-reinforcement sendiri berarti penguatan
17
suatu reaksi, dengan jalan menambah satu peningkatan kekuatan kebiasaan18. Dengan demikian jika dikaji lebih jauh mengenai hubungan antara self-reinforcementODHA dengan apa yang dijelaskan oleh Bandura bahwa penguatan tersebut penting dalam membentuk suatu kepribadian dalam tingkah laku maupun mentalnya. Hal tersebut dilakukan dengan media yang berupa terapi dalam bentuk pemberian keterampilan yang akan memotivasi dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri yang kuat terhadap mental seorang ODHA.
Selain itu dalam psikologi umum penguatan diri tidak terlepas dari apa yang disebut dengan pengembangan diri (Self-Development). Seperti yang diketahui bahwa hal tersebut terkait dengan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan sikap mental yang melatar belakanginya. Dalam kamus lengkap psikologi pengembangan diri adalah pertumbuhan potensial dan kemampuan seseorang19. Sedangkan menurut terminologi adalah aktivitas mengajari diri sendiri hal-hal yang baik, yang berpotensi mendorong diri kita untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya20.
Dalam hal ini jika dikaitkan dengan masalah yang dialami ODHA terkait mental seorang ODHA yang rentan akibat cap negatif (diskriminasi) oleh lingkungan sekitarnya tentulah diperlukan aktivitas penguatan yang berdampak kepada kesehatan mental ODHA yang
18
JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 426
19
JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press, 1981) Cet. Ke-1 h. 451
20
seharusnya berkeadaan sejahtera dalam aspek fisik, mental, dan sosial secara penuh21. Namun, pada realitanya berbanding terbalik dimana akibat dari stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sekitar banyak ODHA yang kondisi mentalnya lemah. Untuk itu diperlukan berupa aktivitas penguatan untuk mengembangkan diri dalam memperbaiki kondisi mental yang sehat.
21
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Yayasan Pelita Ilmu (YPI) 1. Sejarah Berdirinya YPI1
Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan pada tanggal 4 Desember 1989 di Jakarta atas prakarsa dua orang dokter dan seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat, berdasarkan pada kepedulian mereka terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia. Tujuan utama YPI adalah berpatisipasi aktif dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. Saat ini YPI menekankan kegiatannya dalam usaha pendidikan/pencegahan dam pelayanan (care) terhadap HIV/AIDS.
YPI memiliki beberapa program yaitu program pencegahan, program dukungan masyarakat untuk ODHA, pusat penelitian keterampilan hidup dan klinik konsultasi dan tes HIV serta program pendidikan bagi anak-anak putus sekolah. Dengan makin maraknya pengguna narkoba melalui pengguna jarum suntik yang tidak steril, rentan menularkan HIV/AIDS. Oleh karena itu YPI memberikan perhatian khusus pada para pengguna narkoba. Sampai saat ini, YPI telah bekerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah, Lembaga
1
Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga donor. Kerjasama dilakukan dalam bentuk yang berbeda-beda namun selalu bertujuan untuk menanggulangi HIV/AIDS dan masalah-masalah yang terkait dengan HIV/AIDS di Indonesia. Salah satu contoh kerjasama yang pernah dilakukan adalah program Rumah Gaul. Rumah Gaul adalah tempat berkumpul bagi remaja (anak gaul) Blok M. Disini para remaja mendapatkan bantuan, dapat berkonsultasi atau sekedar menjalin persahabatan. Semua ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi upaya pencegahan HIV/AIDS, Narkoba, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan kesehatan reproduksi. Program ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik antara YPI dengan LEVI’S dan PCI.
Adapun sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu yang beralamat di Jl. Kebon Baru IV No. 16 Jakarta Selatan tidak hanya berfungsi sebagai kantor namun digunakan sebagai tempat tinggal bagi para penderita HIV/AIDS yang tidak diterima oleh masyarakat. Kegiatan di sanggar kerja Yayasan Pelita Ilmu adalah melakukan bimbingan atau konseling kepada para penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengetahuan yag lebih mendalam tentang virus ini.
“memang benar, disanggar kerja ini para ODHA kita berikan pelatihan bagi mereka yang ingin bekerja tapi, belum memiliki keterampilan kerja”.2
Fungsi yayasan sendiri selain sebagai tempat bimbingan, seminar, dan juga pertemuan rutin setiap minggunya, dalam pertemuan rutin tersebut para ODHA diberikan beberapa bekal pelatihan ataupun keterampilan yang hasilnya akan dipasarkan untuk menambah penghasilan ODHA tersebut.
2. Identitas Lembaga3
Nama Lembaga : Yayasan Pelita Ilmu Tahun Berdiri : 4 Desember 1989
Alamat Lembaga : Jalan Tebet Timur Dalam VIII/Q No. 6 Tebet, Jakarta Selatan 12820
No. Kontak : 021-8311577/8354691
Fax : 021-8311577
Website : www.ypi.or.id
Email : ypilmu@rad.net.id
3. Bentuk Kegiatan
a. Program Peduli Kespro di Sekolah (Kesehatan Reproduksi) b. Pendampingan Remaja Mall/Anak Gaul
c. Pendampingan Anak/Anak yang dilacurkan
2
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2011, pkl. 11.47
3
d. Layanan Informasi Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS e. Layanan Informasi Narkoba
f. Klinik Remaja
g. Klinik Keluarga Mandiri h. Klinik Sahabat Keluarga
i. Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT) j. Penanganan Narkoba dan HIV/AIDS berbasis Masyarakat k. Panti Uji dan Konsultasi Awanama
l. Layanan Rumah Singgah ODHA m. Kelompok Persahabatan ODHA
n. Pendampingan ODHA di Rumah Sakit dan Keluarga o. Pos Desa YPI Parung, Karawang dan Indramayu p. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
q. Program Siaran Radio
r. Penerbitan Majalah Dwi Bulanan HIV/AIDS “Support"
B. TUGAS POKOK YAYASAN PELITA ILMU
Meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.
C. VISI4
YPI merupakan salah satu LSM peduli AIDS yang terkemuka di Asia Pasifik, menyelenggarakan pendidikan penyuluhan, konseling,
4
dukungan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang berkualitas tinggi serta berorientasi kepada kepentingan dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015 mampu menjalankan upaya kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dengan semangat kemandirian.
D. MISI5
Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan informasi, kesehatan
reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba yang berkesinambungan.
Meningkatkan kemandirian dan partisipasi anak, remaja, perempuan
serta pasangannya dalam penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, narkoba dan HIV/AIDS.
Menyelenggarakan dan mengembangkan program dukungan
masyarakat untuk ODHA .
Mengembangkan jejaring dan promosi dengan berbagai lembaga
(pemerintah, LSM dan swasta) baik dalam maupun luar negeri.
Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan Formal dan Informal.
Mengembangkan kegiatan sosial melalui penyediaan sekolah dan
sarana layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat.
Mengembangkan unit usaha untuk keberlanjutan program dan
mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi pada bidang kesehatan.
5
E. MOTO6
Tak Henti Berdedikasi Dengan Semangat Kemandirian
F. PROGRAM YPI7
1. Program Pencegahan HIV/AIDS
a. Penyuluhan HIV/AIDS bagi masyarakat umum
Sasaran program ini adalah kalangan remaja, mahasiswa, guru, dosen, pembina anak jalanan, karyawan swasta, pegawai pemerintah, tenaga medis, seniman, pekerja sosial, penyelenggaraan jenazah, tokoh agama, wartawan, tokoh olahraga, waria, pengemudi ojek dll.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menunjang program ini diantaranya adalah :
- Penyuluhan
- Konser musik peduli AIDS
- Mengadakan stand informasi HIV/AIDS ditempat umum - Dialog AIDS ditempat reksreasi, dll
Penanggung jawab program ini ada tiga orang. Mereka tersebar dibeberapa kota, mereka adalah Abdul Rachman (Karawang), Kristiyanti (Indramayu), Sundari (Kebon Baru).
6
Brosur Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2010
7
b. Propas (Program Peduli AIDS di Sekolah)
Sasaran dari program ini antara lain adalah siswa/i SLTP, SLTA, remaja dan guru. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menunjang program ini antara lain:
- Pelatihan kesehatan remaja dan pendidik sebaya
- Bincang-bincang tentang AIDS bersama rekan-rekan sebaya - Mengadakan diskusi mengenai Narkoba, HIV/AIDS dan
Kespro
- Mengadakan penyuluhan tentang Narkoba, HIV/AIDS dan Kespro
Penanggung jawab dari program ini adalah: Siti Hapsari (Bukit Duri).
c. Pencegahan Narkoba, HIV/AIDS dan pelayanan kesehatan bagi anak dan anak yang dilacurkan
Sasaran dari program ini adalah anak yang menjadi jaringan penyebaran narkoba, anak yang dilacurkan, yaitu anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun (menurut konvensi anak internasional). Adapun bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut : - Penjangkauan dan pendampingan
- Pendirian Base Campdan Drop-in Center
- Kegiatan layanan informasi AIDS
- Peyuluhan dan diskusi grup
Penanggung jawab kagiatan ini adalah Henny Yusriani (Kebon Singkong): 021-98131070
d. Pendampingan bagi remaja ditempat umum
Sasaran dari program ini adalah anak gaul di mal-mal Jakarta, usia 10-24 tahun. Bentuk kegiatannya adalah :
- Memberikan penyuluhan, penjangkauan dan pendampingan tentang permasalahan kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba
- Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi manusia, infeksi menular seksual, HIV/AIDS dan NAPZA
- Konsultasi (curhat) bagi anak gaul (Remaja) - Penyediaan KIE bagi anak gaul
- Rujukan untuk konseling dan tes HIV/AIDS, IMS dan NAPZA - Mengadakan pertemuan rutin antar anak gaul
- Membuat modul pelatihan Peer Educator anak gaul - Menyediakan pusat layanan untuk remaja
Penanggung jawabnya adalah Enny Zuliatie.
e. Program penanganan Narkoba dan HIV/AIDS berbasis masyarakat
- Mengembangkan pendidik sebaya (peer group) diantara pecandu narkoba
- Layanan kesehatan (detoksifikasi, kesehatan dasar, dukungan ODHA: pemberian ARV, obat infeksi oportunistik)
- Layanan tes HIV bagi klien yang setelah mendapat konseling lalu memutuskan untuk diuji darahnya di laboratorium
- Penyuluhan dan pelatihan tentang narkoba - Pertemuan dengan tokoh masyarakat - Temu bulanan pecandu dan ODHA pecandu - Pemberian life skilluntuk pecandu narkoba
Penanggung jawab adalah Pungky Djoko (YPI Kampung Bali) : 021-3923544
f. Program penanggulangan narkoba berfokus anak dan remaja Sasaran dari program ini adalah remaja usia 7-17 tahun yang terlibat dalam penyalahgunaan dan perdagangan narkoba. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
- Pengembangan layanan base camp sebagai pusat kegiatan remaja, serta pengembangan materi KIE
- Penjangkauan dan pengorganisasian anak dan remaja Penanggung jawab Henny Yusriani (YPI Kebon Singkong).
Periode program yang telah dilaksanakan adalah dari tahun 1999 sd 2001 dan periode tahun 2003 sd 2006. Kegiatan yang dilakukan antara lain VCT, layanan kesehatan bagi ibu hamil, pemberian susu formula serta dukungan untuk ODHA.
2. Konseling, Testing dan Pengobatan
Program konseling, tes HIV dan layanan kesehatan mempunyai sasaran diantaranya adalah Tenaga medis, paramedis, staf rumah sakit, guru, dosen dan masyarakat umum. Adapun kegiatannya adalah :
- Memberikan layanan konseling seputar HIV/AIDS, baik melalui telepon maupun datang langsung ke klinik VCT yang tersedia untuk bertatap muka dengan konselornya.
- Layanan tes HIV bagi klien yang telah mendapay konseling pra tes dan sebelum penyerahan hasil lab yang deberikan saat konseling pasca tes.
- Pengiriman konselor YPI untuk menjadi tenaga pelatih dalam beberapa pelatihan di Jakarta maupun di luar Jakarta.
3. Program Dukungan Masyarakat untuk ODHA
persinggahan bagi ODHA yang membutuhkan. Seperti yang telah dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Mayanti , sebagai berikut:
“ODHA dapat juga singgah untuk bermalam beberapa hari disini (sanggar kerja), apabila ODHA tersebut berasal dari luar jakarta, ataupun untuk ODHA yang sedang mengalami masalah dengan keluarganya, kita terima kok mereka disini8”.
Kegiatan dukungan masyarakat untuk ODHA ini meliputi, sebagai berikut:
- Layanan sahabat
- Kelompok persahabatan ODHA - Layanan tim ahli
- Penyuluhan kepada keluarga - Kenjungan kerumah ODHA
- Menjaga ODHA dirawat dirumah sakit - Advokasi kepada ODHA
- Kerja mandiri untuk ODHA - Terapi kreatif
- Layanan obat
4. Program Pengembangan dan Komunikasi
a. Pusat kegiatan belajar masyarakat, lokasi kegiatan ini berada di Griya Ilmu (Training and Learning Center) Pos Desa YPI Jl. H.
8
Miing, Rt.14/03 (Rawa Bangsa) Putat Nutug, Ciseeng, Parung. Dengan beberapa kegiatan yakni:
PADU (Pendidikan Anak Dini Usia)
Kejar Paket A (SD)
Kejar Paket B (SMP)
Kejar Paket C (SMA)
Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Busana
Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Rias
Kursus dan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Tata Boga
Peternakan Ikan
Pertanian Obat tradisional
Penyewaan tempat pendidikan dan pelatihan
b. Program siaran radio
Sasarannya adalah remaja dan masyarakat umum, dengan materi siaran meliputi narkoba, kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual ataupun HIV/AIDS.
c. YPI Press
Penerbitan in dikelompokkan dalam beberapa kategori diantaranya, kesehatan keluarga, seri pengalaman LSM, dan Komunikasi, Informasi & Edukasi (KIE). Beberapa buku yang telah dierbitkan adalah:
Membidik AIDS: Ikhitiar memahami ODHA
Nuansa ODHA
Mari Tanya Dokter (Matador)
Sekolah di Yayasan Pelita Ilmu
Pedoman Pelatihan Keterampilan Hidup
Narkoba di Sekolah
Renungan dari Osaka
Mengenal terapi Antiretroviral
d. Pengelolaan Website YPI
Berisi mengenai Narkoba, kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta berita aktual lainnya yang berkaitan dengan HIV/AIDS
e. Penerbitan Majalah
Majalah/Jurnal yang diterbitkan :
SUPPORT
Warta Propas
Buletin Melati
f. Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan ini buka dari hari Senin-Jum’at, pukul 09.00-16.00 wib. Koleksi perpustakaan ini meliputi buku, majalah, hasil penelitian, skripsi, tesis, makalah, film/video dan lain-lain.
G. SARANA PUBLIKASI
a. Laporan penelitian unggulan yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk program dan masyarakat dalam lima tahun terakhir :
Efektifitas Berita dan Informasi tentang HIV/AIDS di Majalah
Warta Propas terhadap Relawan Majalah Warta Propas.
Peran Staf Rumah Gaul dalam Menanggulangi
Penyalahgunaan, Napza di Kalangan Remaja di Rumah Gaul YPI.
Dinamika Prostitusi pada Gigolo Remaja dan Dampaknya
terhadap Kesehatan Reproduksi.
Peranan Petugas Outreach Rumah Gaul YPI dalam Upaya
Penanggulngan Napza pada Usia 13-21 Tahun di Wilayah Blok M.
H. KERJASAMA PENELITIAN9
Dalam Negeri : Luar Negeri :
a. Pokdisus AIDS FKUI-RSCM a. Ford Foundation
9
b. Pemda DKI Jakarta b. World Population Foundation c. Dinas Sosial DKI Jakarta c. Terre Des Hommes
d. BKKBN d. Save the Children
e. Departemen Kesehatan e. Family Health International –Asia
f. Depdiknas f. Becton Dickinson
I. STRUKTUR ORGANISASI10
Ketua : DR. dr. Toha Muhaimin, M.Sc Wakil Ketua : Husein Habsyi, SKM, MH.Comm
Sekretaris : Usep Solehidin, SKM, MTI
Bendahara : Enny Zuliatie, S.Sos, Mkes Seksi-seksi :
Pencegahan : Sri Wahyuningsih, SKM Dukungan untuk ODHA : Dra. Retno Windrati, MSc Konseling dan Tes HIV : Dra. Siti Chasanah Machdi, Msi Pelatihan : Dr. Prajna Paramitha, Sp.P Manager Program : Kustin Kharbiati, SIP Ir. Ahmad Helmi Wardiyono M. Firdaus, SS
Widiyatna, S.Pd
SDM : 73 Staf, 103 Relawan, 17 Konselor VCT, 22 Relawan Pendamping ODHA.
10
J. MITRA KERJA11
Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra)
Kemeterian Kesehatan
Kementerian Pendidikan Nasional
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Sosial
Kementerian Agama
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Badan Narkotika Nasional (BNN)
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi
Komisi Penanggulangan AIDS Kota/Kabupaten
Masyarakat Peduli AIDS Indonesia
Lembaga Profesi (IDI, IAKMI, dll)
LSM Nasional (YKB, YMI, YAI, dll)
K. MITRA INTERNASIONAL
USAID
Ford Foundation
Global Found
11
World Bank
WHO
Aus AID
British Council
Save The Children
World Population Fund
Medicine San Frontiers
Terre des Hommes
Becton Dickinson
Levi’s Strauss
ILO
UNICEF
UNFPA
UNAIDS
Plan International
UNDP
L. KETENAGAAN
[image:62.612.148.535.56.648.2]a. Jumlah tenaga berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 6
Ketenagaan Yayasan Pelita Ilmu
Jenjang Pendidikan Jumlah
Di Bawah D3 30
D3 7
S1 18
S2 4
Jumlah 59
Sumber: Arsip YPI
b. Jumlah tenaga berdasarkan jenjang fungsional Tabel 7
Kelompok Keahlian Jumlah
Administrator Kesehatan 2
Dokter 5
Peneliti 5
Penyuluh Kesehatan 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat 10
Pustakawan 1
Tenaga Perawatan 1
c. Jumlah ODHA yang berada di YPI Tabel 8
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Pria 1587
2 Wanita 347
Jumlah Total 1934
Sumber : Arsip YPI
Status Ekonomi ODHA di YPI Tabel 9
Sumber : Arsip YPI
[image:63.612.150.538.55.459.2]Jumlah ODHA berdasarkan Faktor Resiko di YPI Tabel 10
No Faktor Resiko Jumlah
1 Narkoba suntik (IDU) 1307
2 Heteroseksual 538
3 Homoseksual 47
4 Ibu ke bayi 42
No Status Ekonomi Jumlah
1 Rendah 606
2 Menengah 959
3 Tinggi 369
5 Hemofilia 1
Jumlah 1934
Sumber : Arsip YPI
[image:64.612.147.538.54.419.2]Jumlah ODHA berdasarkan Usia(thn) di YPI Tabel 11
No Usia (thn) Jumlah
1 1-19 tahun 156
2 20-29 tahun 1169
3 30-39 tahun 489
4 >49 tahun 120
Jumlah 1934
Sumber :Arsip YPI
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
Pada Bab ini peneliti membahas mengenai tahapan-tahapan proses pemberian terapi menyulam dan menari kepada ODHAyang merupakan salah satu program dukungan sebaya yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu di Sanggar Kerja Yayasan Pelita Ilmu (YPI), mulai dari tahapan penelitian, tahap assesmen, tahap intervensi dan tahapan terminasi serta hasil yang dicapai oleh ODHA setelah mengikuti terapi tersebut, serta hasil yang didapat setelah mengikuti terapi tersebut. Dan penguatan diri yang akan dikaji adalah penguatan diri melalui penguatan verbal dan non verbal.
Dalam hal ini dengan peneliti menggambungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, format catatan lapangan beserta hasil dokumentasi maupun hasil dari wawancara dengan teori-teori yang telah dijelaskan didalam bab II. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan beberapa hal mengenai tahapan proses pemberian terapi kreatif yang dilakukan kepada YPI sebagai usaha penguatan diri orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
A. Terapi Menyulam
Terapi menyulam ini dilakukan pada minggu kedua dan ketiga setiap bulannya, dalam terapi ini diikuti oleh 4 orang ODHA dan seorang ohida sebagai therapist dan trainer. Tujuan dari terapi menyulam ini adalah selain membantu ODHA meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensinya, namun juga dalam hal peningkatan pendapatan ODHA perempuan yang mayoritasnya adalah single parent, hal ini seperti di ungkapkan oleh Ibu Sundari berikut ini:
“pada terapi menyulam ini para ODHA diberikan keterampilan untuk membuat aksesoris-aksesoris handmade dan hasilnya nanti dipasarkan setiap ada acara untuk menambah penghasilan mereka.pada terapi ini konsep penguatan ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh ODHA.”1
Berikut adalah tabel peserta terapi menyulam yang dilakukan oleh YPI:
No Nama Peserta Terapi Menyulam Trainer
1 Informan WD Sundari
2 Informan WN Sundari
3 Suci (bukan nama sebenarnya) Sundari 4 Indah (bukan nama sebenarnya) Sundari
Sumber : Arsip YPI
1
Pada terapi menyulam ini informan WD dan Informan WN menjadi sumber data yang kasusnya akan menjabarkan tahapan proses pemberian terapi menyulam di YPI dalam menguatkan mental dan kemandirian ODHA. Sebelumnya peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu latar belakang Informan WD dan Informan WN.
1. Informan WD & Riwayatnya
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Konselor Adiksi di UPT Puskesmas Kecamatan Pendidikan : SMA
Gambaran Fisik : Tinggi badan sekitar 170 cm dan berat 60 Kg, dengan wajah agak bulat, rambut panjang dan berperawakan seperti layaknya laki-laki “tomboi”, berkulit putih dan agak gemuk, hal ini terlihat jelas karena terdapat lipatan di bawah dagunya. Struktur gigi yang tanggal dibagian depan. Secara umum kondisi fisik informan termasuk dalam tipe normal
functioning, yakni kondisi fisik yang secara keseluruhan berfungsi dengan baik dan tidak ada gangguan2.
Gambarang Psikis: tenang dan terlihat cuek dengan kondisi sekitar3.
2
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
3
[image:67.612.150.538.158.417.2]a. Riwayat ODHA
latar belakang informan “WD” ini terkena HIV/AIDS adalah pada tahun 1994 informan mulai menjadi pecandu putaw, WD terindikasi terkena virus tersebut dengan akses jarum suntik yang dipakai secara bergantian dengan suaminya yang juga terkena HIV/AIDS pada tahun 2004, menurut pengakuan informan dirinya adalah seorang pecandu putaw,
“gw kena hiv/aids itu gara-gara pemakaian jarum suntik gantian ma suami gw, tapi sekarang laki gw udah almarhum dari 2004.”4
Menurut pengakuannya, pada tahun 1994 itu WD tida