• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengembangan Wilayah

2.2.1 Infrastruktur sebagai katalis pembangunan

Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektror transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan telekomunikasi terkait dengan upaya modernisasi bangsa dan penyediaannya merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan perumahan dan pemukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Peran infrastruktur yang tak kalah pentingnya adalah untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Jaringan transportasi dan telekomunkasi dari Sabang sampai Marauke serta Sangir Talaut ke Rote merupakan salah satu perekat utama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak lama infrastruktur diyakini merupakan pemicu pembangunan antar kawasan. Dapat dikatakan bahwa disparitas

kesejahteraan antar kawasan juga dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastrukturnya yang terjadi diantaranya . Dalam kontek ini, ke depan pendekatan

pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan merupakan prasyarat

kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya. (Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 Tentang RPJMN Tahun 2004-2009).

Meningkatnya dukungan infrastruktur merupakan salah satu di antara lima sasaran pokok Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Pembangunan infrastruktur difokuskan pada upaya penaganan isu-isu penting yang sedang dihadapi secara nasional saat ini, yaitu:

1. Masih rendahnya aksesibilitas terhadap pelayanan infrastruktur

2. Masih terbatasnya kapasitas, kualitas dan jangkauan pelayanan infrastruktur. 3. Masih belum optimalnya pengaturan tarif, subsidi, dan kewajiban pelayanan

umum di bidang infrastruktur.

4. Masih belum optimalnya dukungan kebijakan, regulasi dan kelembagaan bagi pembangunan infrastruktur. (Berjuang Membangun Kembali Indonesia: Laporan kinerja Dua Tahun Pemerintahan SBY-JK, 2006).

Dengan demikian peran infrastruktur sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diyakini mengingat bahwa pertumbuhan ekonomi akan mendorong penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Tentu saja pertumbuhan ekonomi ini juga sangat tergantung pada pola dan sumber pertumbuhannya. Namun, kondisi makroekonomi yang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup.

Kondisi makroekonomi Indonesia cukup stabil dan pertumbuhan ekonomi terus meningkat pada periode setelah krisis. Tetapi kondisi ini ternyata belum mampu

menciptakan lapangan kerja yang memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja yang muncul setiap tahunnya. Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran mengakibatkan jumlah penduduk miskin masih belum dapat diturunkan pada tingkat sebelum krisis. Menurut data BPS (2004) jumlah penduduk miskin 36,1 jiwa yang jumlahnya lebih besar dari jumlah penduduk miskin sebelum krisis. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa stabilitas pertumbuhan makroekonomi dan ekonomi Indonesia ternyata belum mampu mendorong perkembangan sektor riil dalam upaya mengatasi masalah sosial seperti pengangguran dan kemiskinan. Agar sektor riil dapat berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi tidak boleh tergantung hanya pada sektor kosumsi saja. Harus ada peningkatan investasi agar lapangan kerja yang baru dapat tercipta. Salah satu bentuk investasi yang paling penting untuk dapat menggerakkan sektor riil adalah investasi infrastruktur.

Hampir semua literatur pembangunan mengakui bahwa infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan Infrastruktur juga dapat mempercepat proses pengurangan kemiskinan melalui peningkatan akses terhadap infrastruktur yang lebih baik.

Keberadaan infrastruktur memang penting dalam aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Hampir di setiap aktivitas masyarakat dan pemerintah, keberadaan infrastruktur seperti energi, transportasi, informasi dan teknologi komunikasi, air,

rumah sakit, Bank dan lain-lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan dasar. Melihat pentingnya peranan infrastruktur, sudah seharusnya pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dengan infrastruktur yang memadai, diharapkan pertumbuhan sektor riil juga dapat meningkat sehingga masalah pengangguran dan kemiskinan dapat teratasi.

Namun pembangunan dan pembiayaan infrastruktur tentu memerlukan dana yang cukup besar. Sampai saat ini pembangunan dan pemeliharaan sebagian besar infrastruktur di Indonesia masih dibiayai oleh pemerintah. Sementara kemampuan fiskal pemerintah semenjak krisis semakin terbatas. Sebagian besar dana pemerintah di alokasikan untuk pembayaran utang. Akibatnya, kondisi infrastruktur Indonesia semakin memburuk karena selain tidak adanya pembangunan infrastruktur baru, infrastruktur lama juga banyak yang rusak karena pemeliharaan yang kurang (Bappenas-2005).

Dengan kondisi keterbatasan dana, pemerintah perlu memperhatikan aspek prioritas dalam pembangunan infrastruktur. Selama ini pembangunan infrastruktur masih terbatas dan terpusat pada infrastruktur perkotaan. Akibatnya, selain menghambat pembangunan ekonomi pedesaan, masalah kemiskinan juga tidak dapat diatasi karena sebagian besar masyarakat miskin tinggal di pedesaan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu segera membenahi arah kebijakan pembangunan infrastruktur, agar pembangunan infrastruktur benar-benar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

2.2.2 Peranan infrastruktur dalam pengembangan wilayah di Indonesia

Dalam penyediaan Infrastruktur, Indonesia mengalami berbagai permasalahan, diantaranya: keterbatasan dana, teknologi, dan sumber daya manusia, kurangnya pemeliharaan infrastruktur, serta ketidakmerataan penyebaran infrastruktur. Dalam kaitannya dengan keterbatasan dana, sejak krisis ekonomi tahun 1998, kondisi infrastruktur di Indonesia semakin memburuk akibat keterbatasan anggaran untuk pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur. Keadaan ini menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam kaitannya dengan keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia, sama seperti permasalahan negara berkembang lainnya, Indonesia perlu bekerjasama dengan negara lain untuk menyerap teknologi modern dan meningkatkan kemampuan pengelolaan infrastruktur yang lebih baik.

Sedangkan untuk masalah ketidakmerataan penyebaran infrastruktur, ini merupakan permasalahan lama yang harus segera diatasi agar pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dapat tercipta. Selama ini pembangunan infrastruktur Indonesia selalu difokuskan pada infrastruktur perkotaan dan infrastruktur di kawasan barat Indonesia. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat pedesaan dan juga pembangunan di kawasan timur Indonesia menjadi tertinggal. Jika hal ini dibiarkan terus, maka persoalan kemiskinan struktural tidak akan pernah teratasi karena jumlah penduduk miskin terbesar terdapat di pedesaan.

Salah satu infrastruktur yang penting adalah infrastruktur jalan. Jalan merupakan prasarana transportasi yang penting untuk memperlancar distribusi barang antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk. Dalam konteks pembangunan pertanian dan pedesaan., jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun arus pemasaran hasil.

Secara umum, kondisi jaringan jalan nasional beberapa tahun terakhir juga terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004, kondisi jaringan jalan yang layak hanya tinggal 54 persen. Perkembangan kondisi baik dan sedang jalan kabupaten dan provinsi juga cenderung mengalami penurunan, sementara perkembangan kondisi jalan nasional relatif baik dan terus mengalami peningkatan. Penyebab penurunan kondisi jalan ini, antara lain: kualitas kontruksi jalan yang belum optimal, pembenahan berlebih, bencana alam seperti longsor, banjir, dan gempa bumi, serta menurunnya kemampuan pembiayaan setelah masa krisis ekonomi yang menyebabkan berkurangnya secara drastis biaya pemeliharaan jalan pemerintah (Bappenas, 2005).

Infrastruktur lainnya seperti air dan irigasi adalah nerupakan sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 disebutkan bahwa pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air bersih agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Pembangunan di bidang sumber daya air juga bertujuan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman.

Sementara jaringan irigasi merupakan prasarana penting dalam mendukung pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan pangan. Sampai saat ini, pelayanan air minum perpipaan di Indonesia baru menjangkau 56,6 juta penduduk, sementara kebutuhan akan air rumah tangga meningkat secara terus menerus dengan kenaikan rata-rata 10 persen setiap tahunnya . Disamping itu, untuk kebutuhan irigasi, indonesia membutuhkan pertumbuhan air lebih dari 10 persen per tahun pada periode yang sama (Bappenas, 2005).

Dalam hal Infrastruktur energi, Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah dan memiliki potensi sumber energi yang cukup banyak dan beragam. Namun penggunaan energi selama ini masih bertumpu pada energi yang tidak terbarukan, seperti minyak bumi, padahal cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis. Untuk mengatasi hal ini perlu dimulai pemamfaatan energi alternatif secara bertahap, dengan, mengembangkan infrastruktur untuk memproduksi dan menyalurkan energi fossil selain minyak bumi, yaitu batu bara, gas alam, dan panas bumi, serta energi alternatif lainnya (Bappenas, 2005).

Di bidang Infrastruktur telekomunikasi dan informasi merupakan sarana untuk mempercepat penyebaran informasi sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ekonomi dan pembangunan. Sayangnya pertumbuhan infrastruktur telekomunikasi dan informasi di Indonesia masih lambat serta lebih terpusat di kawasan barat Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Sampai dengan tahun 2003, sebagian besar (86 persen) infrastruktur telekomunikasi terkonsentrasi di Sumatera, Jawa dan Bali. Dengan demikian hanya 14 persen dari infrastruktur telekomunikasi terdapat di

wilayah Indonesia Timur. Kesenjangan infrastruktur ini juga terjadi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Hingga tahun 2003 masih terdapat 43 ribu desa (64 persen) dari total desa yang tidak memiliki fasilitas telekomunikasi. Selama tahun 1999-2003 diperkirakan jumlah pelanggan internet meningkat lebih dari 238 persen, yaitu dari 256 ribu orang menjadi 865 ribu orang, sedangkan pengguna internet meningkat dari 1 juta orang menjadi 8 juta orang, meningkat sebesar 700 persen (Bappenas, 2005). Berdasarkan kondisi pembangunan beberapa jenis infrastruktur tersebut diatas, dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia selain masih berjalan lambat, juga belum terdistribusi secara merata. Kesenjangan pembangunan infrastruktur ini bukan hanya terjadi antar desa dan kota tetapi juga dalam dimensi yang lebih luas yaitu antar wilayah. Jika sasaran pembangunan infrastruktur adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan mengurangi kemiskinan, maka pemerintah perlu menetapkan prioritas yang tepat dalam pembangunan infrastrukturnya. Sebagai negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan, serta dengan jumlah kemiskinan terbesar terdapat di pedesaan, maka seharusnya pemerintah menaruh prioritas pada pembangunan infrastruktur pertanian dan pedesaan.