D I S E R T A S I
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan
Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara
Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof.Chairuddin P.Lubis DTM&H, Sp. A(K)
Dipertahankan pada tanggal 01 Pebruari 2008
di Medan Sumatera Utara
I R Y A N T O
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH
BERDASARKAN NILAI INFRASTRUKTUR
DI WILAYAH SUMATERA UTARA
D I S E R T A S I
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan
Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara
Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka
Pada Hari : jum’at
Tanggal : 01 Pebruari 2008
Pukul : 9.00 WIB
Oleh Promotor
Prof. Dr. Herman Mewengkang NIP : 130 422 447
Ko -promotor
Prof. Bachtiar Hassan Miraza Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
NIP : 130 215 130 NIP : 130 810 780
Mengetahui
Ketua Program Doktor Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Tanggal 27 Desember 2008
_______________________________________________________
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof. Dr. Herman Mewengkang
Anggota
: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
5. Dr. Sutarman, MSc
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
1770/J05/SK/KP/2007
Tanggal: 01 Pebruari 2008
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof. Dr. Herman Mewengkang
Anggota
: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
5. Dr. Sutarman, MSc
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
151/
TIM PROMOTOR
Prof. Dr. Herman Mewengkang
Prof. Bachtiar Hassan Miraza
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof. Dr. Ir. Sumono, MS
Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS
PRAKATA
Pertama dan yang utama penulis ingin memanjatkan Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat
menyelesaikan Disertasi yang berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota
Untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini merupakan tugas akhir penulis pada
Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta
bantuan biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu
Perencanaan Wilayah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
juga atas kesediaan beliau sebagai Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi
penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi
penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3)
penuh kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga
Disertasi ini dapat penulis selesaikan.
5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor
penulis yang telah menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak
memberikan asupan bagi penulis dalam menyelesaikan Disertasi ini.
6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar
Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk
kepada penulis dan rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi S3
Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam
persiapan penelitian.
7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc
yang memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti
Program Doktor.
8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H
Sp.A(K), Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang,
MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr.
Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh.
Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB), Prof. Dr. Sutyastie
memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori
maupun pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti
perkuliahan pada Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, M.Si selaku Kepala Dinas Tarukim Provinsi
Sumatera Utara beserta Staf yang telah menerima penulis untuk In-depth
Interviu, pelaksanaan Focused Group Discusion, pengisian kuesioner, dan izin
beliau untuk menggunakan ruang rapat Kadis Tarukim dalam pelaksanaan
Focused Group Discusion yang penulis lakukan.
10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera
Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta
penggunaan ruangan rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan
penelitian yang penulis lakukan.
11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara
beserta Staf, Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan
Staf, Bapak Pimpinan Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara
beserta staf, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
disini, yang telah bersedia memberikan data yang penulis butuhkan baik dalam
In-depth Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.
12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3)
13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan
Wilayah yang telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3)
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih
dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis,
papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan
mama Mindamora yang telah bersusah payah membesarkan, menyekolahkan,
membiayai dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan do’a yang
tiada hentinya. Demikian juga kepada kedua almarhum mertua saya yang
semasa hidup mereka sangat menyayangi kami.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas
pengorbanan, kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menyelesaikan studi dan dengan penuh pengertian tetap setia mendampingi
penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam penyelesaian Disertasi ini.
Kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat kubanggakan, ananda
Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG, dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian
selama papa menyelesaikan studi. Kepada kakaku Liany, Smh dan adik-adikku
memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya,
semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan
limpahan rahmadNya kepada mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.
Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari
kesalahan yang ada diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan
senang hati akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaannya.
Medan, 01 Pebruari 2008.-
Hormat Penulis
Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap (almarhum) dengan Mindamora.
Pendidikan dasar diselesaikan di SR Negeri 10 pada tahun 1959, pendidikan
Menegah Pertama di SMP Negeri III Padang Sidimpuan selesai pada tahun 1962,
pendidikan Menegah Atas (SMA) jurusan IPA juga di Padang Sidimpuan dan
selesai pada tahun 1965. Penulis masuk ke Perguruan Tinggi pada tahun 1965 di
Fakultas FIPIA jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara dan memperoleh
gelar BSc pada tahun 1969 dan Sarjana lengkap pada tahun 1973 dengan gelar
Drs. Pada tahun 2002 Penulis melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, program studi Matematika dan selesai dengan
kelulusan Cumlaude pada tahun 2004 dengan gelar M.Si. Kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan pada program studi S3 Perencanaan Wilayah di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara penulis peroleh pada tahun 2005.
Penulis mulai bekerja sebagai Assisten dosen pada tahun 1968 dan
diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun pada tahun 1971 sebagai
Assisten Muda Gol. II/b di Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera
Utara. Pada tahun 1973 sebagai Assisten Ahli Madya, Gol.III/a, tahun 1975
sebagai Penata Muda Gol.III/b, tahun 1977 sebagai lektor Muda Gol.III/c, pada
tahun 1979 sebagai Lektor Madya Gol.III/d, tahun 1981 sebagai Lektor Gol. IV/a,
tahun 1984 sebagai Lektor Kepala Gol.IV/b dan sebagai Lektor Kepala Gol. IV/c
mulai tahun 1987 sampai sekarang. Penulis pernah menjadi Guru SMP di
Perguruan Sutomo Medan pada tahun 1968-1978 dan guru SMA/ Wakil Kepala
Sekolah di SMA Tribukit Medan pada tahun 1970-1980. Pada tahun 1980-1984
menjadi Kepala Sekolah SMA di Perguruan Husni Thamrin Medan. Selain tugas
sebagai dosen di FMIPA Universitas Sumatera Utara, penulis juga diperbantukan
di Biro Rektor USU sebagai Asisten Rektor dibidang kemahasiswaan dari tahun
1978-1986 dan sebagai Staf Ahli Rektor USU pada tahun 1987 sampai sekarang.
Utara pada tahun 2007 sampai sekarang.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dikegiatan organisasi mahasiswa
dan kegiatan olahraga dan seni mahasiswa dan sebagai mahasiswa pernah menjadi
King University pada tahun 1970. Penulis juga aktif di organisasi kemasyarakatan
diantaranya sebagai Ketua Umum Shidoka Sumatera Utara (1980-sekarang),
Ketua Komite Olahraga Nasional/KONI Kota Medan selama 3 priode, Pengurus
KONI Sumatera Utara sejak tahun 1992-sekarang (3 priode), pernah menjadi
Ketua BAKOM PKB Sumatera Utara selama 2 priode, Seketaris BAKOR USU,
Sekjen BAPOMI Sumatera Utara, Ketua harian Pengda PERBASI Sumatera
Utara, Wanhat Golkar Kotamadya Medan, BAPEDA Golkar Sumatera Utara dan
organisasi lainnya. Selama menjadi staf pengajar penulis menjadi anggota
Himpunan Matematikawan Indonesia, Himpunan Statistikawan Indonesia, Sout
East Asian Mathematical Assosiation, Ikatan Alumni dan keluarga FMIPA USU,
Asosiasi Dosen Indonesia, Dewan Pakar Ikatan Guru Matematika Sumatera Utara
dan organisasi ilmiah lainnya.
Penulis pernah menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya 20
Tahun dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden Republik Indonesia
pada tahun 1999 dan pada tahun 2003
Dalam kegiatan ilmiah penulis aktif manulis baik di forum nasional maupun
internasional, diantaranya :
1. Two Types of Rectanggular Formula Combination For Getting The Better
Numerical Integration Method, International Conference On Mathematics
And Applications, Yogyakarta, 1999
2. Application of Numeric Integration In Determining The Width Limited
By Sun Intensity And Time Coordination System, Jurnal Discovering
Mathematics,Malaysian Mathematical Sciences Society, Vol.24 No.1,
2002.
3. Modefication of Simpson’s 1/3-Rule, Jurnal Matematika Murni Dan
Terapan, Vol. 1 No.1, 2003
6. Pengembangan Model Penentuan Urutan Prioritas Mesin Dengan Metode
Analytic Hierarchy Process(AHP), Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 21 No.
1, 2005.
7. Minimasi Fungsi Boolean Pada Suatu Rangkaian Sirkuit Dengan K-Map,
Proceding Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Multi Media,
Medan, 2004.
8. Prosedur Memperthankan Urutan Prioritas Dalam Penembahan Alternatif
Pada Analytic Hierarchy Process, Prosiding Konfrensi Nasional
Matematika XII, Bali, 2004
9. Model menentukan Pilihan Investasi Modal Dengan mengggunakan
Analytic Hierarchy Process, Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 22 No. 2, 2005.
10. Penentuan Distribusi Perjalanan Angkutan Udara Dari Medan Ke-Jakarta,
Banda Aceh, Padang, Dan Pekan Baru Menggunakan Gravitasi Voohees,
Prosiding SeminarNsional Matematika Dan Statiska, Padang, 2005
11. Generalized Distance Approach Of A Multiobjective Programming,,
Proceedings Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, st Statistics And Their Applications, Parapat, 2005
12. Optimization Models For Communication Network Design, Proceedings
Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, Statistics And st Their Applications, Parapat, 2005.
13. Menentukan Pilihan Kota Tempat Berobat Warga Provinsi Suamtera Utara
Dengan Menggunakan Analitik Hierarkhi Proses, Proceeding Of National
Seminar On Operations Research/ Management Sciences, Jakarta, 2005.
14. Portofolio Optimasi Dengan Vektor Target - Shortfall Probability, Journal
Dan Kerjasama Antar Daerah, Jurnal Perencanaan & Pengembangan
Wilayah “WAHANA HIJAU”, Volume 1 No. 3, 2006.
17. Peran Infrastruktur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,
Prosiding Perencanaan Dan Perubahan Bangsa di Masa Yang Akan
Datang, 2007.
18. Dan kegiatan ilmiah lainnya.
Dimana sebagian dari karya ilmiah Penulis tersebut berkaitan dengan penulisan
infrastruktur. Berbagai literatur telah menunjukkan bahwa negara-negara seperti Cina, Bangladesh, Afrika Selatan, dan sebagainya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka dengan mengembangkan infrastruktur. Namun untuk dapat mencapai tujuan tersebut, harus disusun suatu rencana yang tepat, berguna dan terarah dengan baik.
Ketersediaan infrastruktur yang baik dalam hal kualitas dan kuantitas di suatu wilayah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya dan merupakan daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di wilayah tersebut. Akan tetapi untuk membangun dan memelihara infrastruktur diperlukan dana yang sangat besar, dipihak lain dana yang dimiliki pemerintah terbatas. Kasus ini menjadi masalah dan beban bagi pemerintah, sehingga pemerintah memerlukan urutan prioritas dalam perencanaan pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Karena masyarakat lokal adalah pengguna sekaligus penerima dampak kebijakan pembangunan, maka dalam otonomi daerah preferensi mereka harus diikut sertakan dalam perencanaan pembangunan.
Di Provinsi Sumatera Utara terdapat dua pemerintahan lokal yang bertanggung jawab terhadap pembangunan infrastruktur di wilayah masing-masing, yaitu pemerintah kabupaten (sebanyak 18 kabupaten) dan pemerintah kota (sebanyak 7 kota) yang akan menjadi fokus dari disertasi ini. Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan, maka disertasi ini akan menentukan rating (urutan prioritas) dari 18 kabupaten dan rating dari 7 kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara secara terpisah, dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur antar wilayah secara simultan. Salah satu metode yang sangat dikenal, yang dapat digunakan untuk menangani masalah ini adalah Analytic Hierarchy Process(AHP).
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode yang banyak digunakan
dalam me-rating (memeringkat) berbagai masalah dan telah menunjukan hasil yang mengagumkan. Metode ini menyelesaikan permasalahan dengan memecah masalah sampai kebagian yang paling kecil. Metode ini juga memiliki banyak keistimewaan, seperti dapat digunakan tanpa data statistik dan dalam analisisnya mengunakan preferensi dari ahli. Namun demikian, metode AHP membutuhkan responden yang benar-benar ahli dalam bidang yang dianalisis. Dipihak lain dalam otonomi daerah preferensi masyarakat lokal harus diikutsertakan dalam perencanaan pembangunan, hal ini menjadi masalah dalam menggunakan metode AHP. Disertasi ini akan menunjukkan bagaimana metode Analytic
Hierarchy Process(AHP) dapat dikembangkan sehingga preferensi masyarakat dalam
menentukan urutan prioritas dapat diikutsertakan.
Hasil disertasi ini memberikan peringkat (rating) kabupaten dan rating kota di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan nilai infrastrukturnya. Untuk melihat validasi hasil disertasi, dilakukan pengukuran korelasi antara rating yang diperoleh dengan PDRB dan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh investor lokaldan investor luar negeri di kabupaten dan kota berkaitan.
ABSTRACT
Conceptually, the main objective of regional development is to increase society welfare of a region. There are various sectors need to be develop to fullfil this regional development objective, one of them is infrastructure. Various literature show that countries such as China, Bangladesh, South Africa, etc can increase their economic growth by developing infrasructure. However, to achieve such goal, an appropiate, useful and well-directed plan should be developed.
Availability of well-managed infrastructure, in both quality and quantity, in a region is extremely needed by the society to accomplish their activities and can attract investors, to invest in the region. However, building and maintaining infrastructures need a large amount of fund. In the other side, our government has limited fund. This case become government’s problem and burden, so government needs priority order in infrasructure development planning of the region. Since local society is the user and one who receives the effect of development policy, therefore, in regional autonomy, their preference should be involved in development planning.
In North Sumatera Province, there are two local governments which are responsible for infrastructure development in each region, that are regencies government (18 regencies) and municipalities government (7 municipalities), which will be the focus of this dissertation.
According to the description mentioned above, this dissertation will determine rating of 18 regencies and of 7 municipalities in North Sumatera Province separately, considering inter-region infrastructure condition simulataneously. One well-known method that can be use to solve this problem is Analytic Hierarchy Process (AHP).
Analytic Hierarchy Process (AHP) is a widely used method in rating various problems and have point out astonishing result. This method solves problem by splitting it into the smallest part. This method also has a lot of features, such as it can be used without statistical data and its analysis used experts preference. Nevertheless, AHP method requires respondents, who are really expert in the analyzed field. While in regional autonomy, local society preferences should be involved in development planning, this has become a problem in using AHP method. This dissertation will show that Analytic Hierarchy Process (AHP) can develope so that society preferences can be involve in determining infrastructure development priority ranking of their region.
The result of this dissertation gives regencies and municipalities rating in North Sumatera Province based on their infrastructure value To validate the result, the corelation between rating is measured, which is obtained Gross Regional Domestic Product (GRDP), manpower absorbed by local and foreign investors in the acccording regencies and municipalities.
berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota Untuk Mendukung Pengembangan
Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini
merupakan tugas akhir penulis pada Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta bantuan
biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu Perencanaan Wilayah di
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga atas kesediaan beliau sebagai
Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi
penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3)
Perencanaan Wilayah dan juga sebagai Ko-Promotor penulis yang selalu
memberikan arahan, petunjuk dan waktu beliau untuk berkonsultasi dan
kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga Disertasi ini dapat
penulis selesaikan.
5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor penulis yang telah
menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak memberikan asupan bagi penulis
dalam menyelesaikan Disertasi ini.
6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar Program Doktor
(S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk kepada penulis dan
rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dalam persiapan penelitian.
7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc yang
memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor.
8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H Sp.A(K), Prof.
Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono,
MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr. Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir
Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh. Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB),
Prof. Dr. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS (UNPAD), Dr. Ir Teti Armiati Argo (ITB), Dr.
Ir. Ibnu Syabri, M.Eng (ITB), Ir. Tata Wiranto, MURP (BAPPENAS) yang telah
memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori maupun
pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program
Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Group Discusion yang penulis lakukan.
10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera
Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta penggunaan ruangan
rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara beserta Staf,
Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan Staf, Bapak Pimpinan
Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara beserta staf, dan pihak-pihak lain
yang tuidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang telah bersedia memberikan data
yang penulis butuhkan baik dalam Indeph Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.
12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3) Perencanaan
Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menunjukkan rasa
kebersamaannya dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini.
13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah yang
telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih
dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis,
papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan
Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas pengorbanan,
kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan dengan
penuh pengertian tetap setia mendampingi penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam
penyelesaian Disertasi ini. Dan kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat
kubanggakan, ananda Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG,
dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian papa
selama papa menyelesaikan studi. Kakak Liany dan adik-adikku yang selalu memberikan
dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang
maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan limpahan rahmadNya kepada
mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.
Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan yang ada
diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran demi kesempurnaannya.
Medan, Januari 2008.-
Hormat Penulis
KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... x DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... ... 1 1.1 Latar Belakang ... ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... ... 15 1.3 Tujuan Penelitian ... ... 16 1.4 Manfaat Penelitian ... ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 20 2.1 Pengembangan Wilayah... 20 2.1.1 Sejarah Pengembangan Wilayah di Indonesia ... ... 20 2.1.2 Pengertian Pengembangan Wilayah... 29 2.1.3 Perkembangan Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah... 33 2.1.4 Permasalahan Praktek Perencanaan Pengembangan Wilayah... 38 2.1.5 Konsep Pengembangan Alternatif...……. 44 2.2 Infrastruktur ... 47 2.2.1 Infrastruktur Sebagai Katalis Pembangunan………... 47
2.2.2 Peran Infrastruktur Dalam PengembanganWilayah di
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL... ... 118
3.1 Konseptual Penelitian ... ... 118
3.2 Hipotesis Penelitian... ... 121
3.3 Kerangka Konseptual ... ... 123
BAB IV METODE PENELITIAN ... 124 4.1 Studi Pendahuluan... 124 4.2 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan
Infrastruktur Yang diukur... 125 4.3 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan
Indikator Infrastruktur Dalam merangking Daerah Otonom
Kabupaten-Kota ... ... 126 4.4 Perancangan Dan Penyepakatan Kuesioner Uji Coba Pengukuran
Kinerja Infrastruktur... ... 129 4.5 Uji Coba Pengukuran Infrastruktur Wilayah untuk rating daerah
Otonom Kabupaten-Kota ... 129 4.6 Penyempurnaan Indeks Infrastruktur………... 130 4.7 Lokasi, populasi, sampel dan Asumsi Penelitian... 131 4.8 Penetapan Jenis Infrastruktur... 132 4.9 Menentukan Nilai Koefisien Infrastruktur dan Indikatrornya... 134 4.10 Penetapan rating Kabupaten-Kota... 134 4.11 Uji Hipotesis... 135
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 130 5.1 H a s i l
5.1 .1 Gambaran Umum Lokasi dan Keadaan Geografis Penelitian... 136 5.1.2. I k l i m ... ... 139 5.1.3. Pemerintahan ... 139 5.1.4. Ketenagakerjaan... ... 140 5.1.5. Jumlah Penduduk... 141 5.1.6. Gambaran Umum FGD... 147
5.1.7. Pendapatan Daerah Kabupaten-Kota Provinsi Sumatera Utara... 149
5.2. Analisis Data Infrastruktur Kota di Provinsi Sumatera Utara
dengan AHP.
dengan AHP
5.3.1 Analisis Kriteria Infrastruktur Kabupaten di Sumatera Utara... 160 5.3.2 Analisis Infrastruktur Air Bersih Kabupaten di Sumatera Utara... 161 5.3.3 Analisis Infrastruktur Jalan Dan Jembatan Kabupaten
di Sumatera Utara... .. 163 5.3.4 Analisis Infrastruktur Irigasi Kabupaten di Sumatera Utara... 165 5.3.5 Analisis Infrastruktur Terminal Kabupaten di Sumatera Utara... 167 5.3.6 Analisis Infrastruktur Listrik Kabupaten di Sumatera Utara... 169 5.3.7 Analisis Infrastruktur Telepon Kabupaten di Sumatera Utara... 171 5.3.8 Analisis Infrastruktur Kesehatan Kabupaten di Sumatera Utara... 173
5.4 Pengujian Hipotesis... 176
5.4.1 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga konstan... 176 5.4.2 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga Berlaku... 177 5.4.3 Uji korelasi antara rating kota dengan Jumlah Tenaga Kerja... 179 5.4.4 Uji korelasi antara rating kota dengan PAD Kota bersangkutan... 180 5.4.5 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan PDRB Atas Harga
Konstanta dan untuk PDRB Atas Harga Berlaku... 182 5.4.6 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan Jumlah tenaga Kerja... 185 5.4.7 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan besar PAD-nya... 187 .
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 194
6.1 Kesimpulan... ... 194
6.2 Rekomendasi... 197
AHP : Analytic Hierarchy Process
AWR : Algemeene Water Reglement
BPS : Badan Pengelolah Statistik
BAPPEDA : Badan Perencana Pembangunan Daerah
BPU-PLN : Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara
CI : Consitency Index
CR : Consistency Rasio
DPS : Daerah Pengairan Sungai
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
FGD : Focused Group Discusion
HAM : Hak Asasi Manusia
IDC : Interegional Development Centre
LSC : Local Service Centre
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
LP : Lingkungan Pergaulan
KS : Kehidupan Sekolah
KPPOD : Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PP : Peraturan Pemerintah
P3KT : Program –Program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMA ; Penanaman Modal Asing
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
PDB : Produk Domentik Bruto
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PBM : Proses Belajar Mengajar
PK : Pendidikan Keguruan
RDC : Regional Development Centre
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RI : Rasio Indeks
SWS : Satuan Wilayah Sungai
SDA : Sumber Daya Alam
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 : Perkembangan Lalu Lintas Di Bangladesh Annual Everage
Daily Traffic On FRB Road……….. 60 Tabel 2.2: Skala penilaian perbandingan berpasangan... 104
Tabel 2.3: Matriks perbandingan berpasangan... 106
Tabel 2.4: Matriks perbandingan berpasangan dengan nilai intensitas... 107
Tabel 2.5: Nilai Indeks Acak/ Random Indeks (RI)... 110
Tabel 2.6: Perebandingan Kepentingan Level 2... 113
Tabel 2.7: Matriks Yang Dinormalkan... 114
Tabel 2.8: Penelitian terdahulu... 117
Tabel 5.1 : Letak Geografis menurut Kabupaten- Kota
(Geographical Location Of Regency/City) 2005……….. 137
Tabel 5.2 : Luas Daerah Menurut Kabupaten-Kota
(Area Of Regency/City) 2005... 138 Tabel 5.3 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
menurut Kabupaten-Kota... 142
Tabel 5.4 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,
2001-2005(Juta Rupiah)... 144
Tabel 5.5 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,
2001-2005(Juta Rupiah)... 145
Tabel 5.6 : Realisasi Pendapatan Asli Daerah menurut Jenis dan
Kabupaten/Kota 2005 (Milyard Rupiah)... 146
Tabel 5.7 : Hasil Focused Group Discusion (FGD)………
Tabel 5.8 : Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Investor PMDN
dan PMA menurut Kabupaten-Kota di provinsi
Sumatera Utara 2005 (Milyard Rupiah)... 150
Tabel 5.9 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur 151
Tabel 5.10 : Matriks Perbandingan Berpasangan Air Bersih... . 152
Tabel 5.14 : Matriks Perbandingan Berpasangan Listrik... 156
Tabel 5.15 : Matriks Perbandingan Berpasangan Telepon... 157
Tabel 5.16 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kesehatan... ... 158
Tabel 5.17 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur.. 160
Tabel 5.18 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Air Bersih... 161
Tabel 5.19 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Air Bersih ... . 162
Tabel 5.20 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jalan dan
Jembatan ... 163
Tabel 5.21 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Jalan dan Jembatan... 164
Tabel 5.22 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Irigasi... 165
Tabel 5.23 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Irigasi... 166
Tabel 5.24 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Terminal... 167
Tabel 5.25 Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Terminal ... 168
Tabel 5.26 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Terminal... 169
Tabel 5.27 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Listrik... 170
Tabel 5.28 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Telepon ... 171
Tabel 5.29 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Untuk Telepon ... 172
Tabel 5.30: : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kesehatan... 173
Tabel 5.31 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya
Tabel 5.32 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB
Atas Harga Konstan... 176
Tabel 5.33 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga
Konstan... 176
Tabel 5.34 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB
Atas Harga Berlaku... 177
Tabel 5.35 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga
Berlaku ... 178
Tabel 5.36 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah
Tenaga Kerja... 179
Tabel 5.37 : Rank Spearman untuk rating kota dan Jumlah tenaga kerja... 179
Tabel 5.38 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Besar
PAD-nya... 180
Tabel 5.39 : Rank Spearman untuk rating kota dan rank PAD-nya... 181
Tabel 5.40 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan... 182
Tabel 5.41 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 183
Tabel 5.42 : Correlation (Hasil Analisis dengan SPSS-15)... 184
Tabel 5.43 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
Jumlah tenaga Kerja... 185
Tabel 5.44 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank Jumlah
Tenaga Kerja... 186
Tabel 5.45 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan
Besar PAD-nya... 187
Tabel 5.46 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank besar
PAD-nya... 188
Gambar - 2 : Struktur Hirarki yang incomplete ... 93
Gambar - 3 : Struktur hirarki yang completel... 93
Gambar - 4 : Struktur hirarki dalam pemilihan sekolah... 112
Gambar - 5 : Kerangka Konseptual... 123
Gambar - 6 : Suasana FGD dengan Dinas Tarukim Provinsi
Sumatera Utara... 148
Gambar - 6 : Suasana FGD dengan BAPPEDA Provinsi Sumatera
Utara... 149
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangParadigma baru dalam kehidupan bernegara dewasa ini, dimana sebelum tahun
1997 sangat sentralistik, telah berubah menjadi kehidupan yang lebih bernuansa
demokratik dan desentralistik. Diawali dengan hadirnya Undang-Undang No. 22 dan
No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang penerapannya telah dimulai pada
tahun 2001. Kemudian dengan revitalisasi Otonomi Daerah dan kebijakan
desentralisasi yang diformatkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi peluang sebesar-besarnya
kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi ekonomi daerah. Pemberian
peluang sebesar-besarnya ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan bahwa
pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi. Agar daerah otonomi mampu menjalankan
peran tersebut, daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai pemberian hak
dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam pertimbangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tentang
pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses pengaturan sumber daya
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kepentingan
masyarakat merupakan inti dari penyelenggaraan pembangunan daerah. Masyarakat
harus terlibat dalam kegiatan pengawasan pembangunan dan menuntut tersedianya
informasi seluas-luasnya. Untuk itu seluruh potensi yang ada di daerah harus
tercermin dalam pengembangan wilayah. Proses pengembangan wilayah pada periode
tahun dua ribuan mengalami penyesuaian dan penyempurnaan dalam penerapannya
sampai lahirnya pradigma baru dalam pengembangan wilayah, yaitu dalam era
otonomi saat ini. Agar pendekatan wilayah lebih realistik dan mudah diterapkan,
maka pada awal tahun dua ribuan lebih disempurnakan dengan mengakomodasi
paradigma baru sehingga lebih diperluas lagi wawasannya dan diselaraskan dengan
jiwa otonomi. Dengan demikian pendekatan wilayah sebagai basis perencanaan
pengembangan wilayah harus diorientasikan kepada : kemampuan bertindak lokal
dalam kerangka berfikir global/makro, kemampuan memperhitungkan kelayakan
kerangka kerja yang pasti, dan kemampuan memfokuskan pada masyarakat setempat
dengan memanfaatkan keterlibatan masyarakat luas (investor, akademis, bisnis, dll).
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam Pengembangan
wilayah, sesuai dengan tujuan otonomi daerah maka setiap daerah otonomi baik kota
maupun kabupaten harus mampu meningkatkan pembangunan di daerahnya. Salah
satu cara untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di suatu daerah adalah
dengan mengusahakan masuknya pemodal sebanyak-banyaknya ke daerah untuk
melakukan investasi, baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA). Masuknya investor akan membuka kesempatan
kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan penting
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman
modal, baik dalam bentuk PMDN maupun PMA membutuhkan adanya iklim yang
sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi juga
dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah
yang mampu mendorong sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda
ekonomi. Masuknya investasi ke suatu daerah juga sangat tergantung pada daya tarik
daerah tersebut terutama iklim investasi yang kondusif serta kemudahan-kemudahan
(Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness Perception, 2003)
Berdasarkan identifikasi tingkat dan elemen-elemen untuk tujuan me-rating daya
para pelaku usaha, masukan para ahli dan hasil pemeringkatan yang dilakukan
Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa infrastruktur mempengaruhi ketertarikan investor untuk
melakukan investasi. Ketersediaan infrastruktur fisik di suatu daerah yakni instalasi
dan kemudahan dasar yang terdapat di daerah menjadi daya tarik bagi investor untuk
berinvestasi di daerah tersebut. Untuk kelancaran investasi, investor perlu didukung
oleh ketersediaan infrastruktur fisik dalam kondisi yang baik (kualitas yang layak)
seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut dan udara, sarana komunikasi,
perbankan, rumah sakit, sumber energi listrik, pelayanan Infokom dan lain-lainnya.
Para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik, pada pertemuan
bulan Agustus 2005 di Jakarta, memiliki kesamaan persepsi mengenai masalah
mendasar dalam pembiayaan infrastruktur dengan menyetujui lima sub-tema sebagai
fokus pembahasan yang mereka jadwalkan. Salah satu sub-tema yang diangkat pada
pertemuan para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik adalah peran
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari pertukaran pemikiran para pakar
mengenai peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di negara
masing-masing baik secara kualitatif maupun kuantitatif, keseluruhannya terlihat bahwa
infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk jangka
pendek akan menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi. Untuk jangka menengah
dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor
terkait (Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness
Peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan juga di
negara-negara Afrika, Bangladesh, China dan beberapa negara-negara lainnya. Sebuah studi
menemukan bahwa negara-negara Afrika (tahun 1980 sampai 1990-an) yang
melakukan pembangunan infrastruktur pada bidang telekomunikasi dan energi
mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 1, 3 persen lebih tinggi
dibandingkan negara-negara di Asia Timur. Sedangkan suatu studi di Amerika Latin
memperkirakan bahwa minimnya investasi infrastruktur sepanjang 1990-an telah
mengurangi pertumbuhan jangka panjang sekitar 1-3 persen. Ditingkatkan
proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan oleh Bank Dunia rata-rata
memberikan return terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara sekitar 20-35 persen
(World Bank, 2004).
Penelitian yang dilakukan Calderon dan Serven (2004) menunjukkan adanya
dampak pengembangan infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan. Studi ini menggunakan sampel data dari 121 negara pada periode
1960-2000. Hasilnya menyimpulkan bahwa: pertama, pembangunan infrastruktur yang
sesuai memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kedua, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk berdampak negatif pada
pemerataan (equality) pendapatan.
Studi lain yang dilakukan Querioz dan Guatam digunakan untuk menganalisis
hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi yang
analisis time series dari data nasional AS tahun 1950 sampai 1988. Hasil studi ini
memperlihatkan bahwa kepadatan jalan (km jalan per kapita) memberikan efek yang
positif terhadap pendapatan nasional (Felloni,dkk, 2001).
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Antle digunakan untuk
menganalisis hubungan antara infrastruktur dan pertanian melalui pendekatan fungsi
produksi dengan menggunakan data dari 66 negara pada tahun 1965. Variabel terikat
yang digunakan adalah pendapatan nasional bruto dari produk pertanian, sementara
variabel penjelasannya adalah lahan pertanian, masyarakat pertanian aktif, konsumsi
pupuk kimia dan jumlah (stok) hewan, rasio pendaftaran sekolah menengah, serta
produk nasional bruto dari industri transportasi dan komunikasi per unit lahan
(sebagai ukuran bagi infrastruktur). Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel,
kecuali tingkat pendidikan, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat (Felloni,dkk, 2001).
Musjeri (2002) dalam studinya mengenai lapangan kerja dan kemiskinan di
Bangladesh mengulas tentang pentingnya program pembangunan infrastruktur
pedesaan dalam upaya pengurangan kemiskinan di Bangladesh. Bangladesh
merupakan negara dengan pendapatan per kapita rendah (sekitar $370 pada tahun
2001), dimana satu dari tiga orang penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan ($1
per hari). Bangladesh juga merupakan negara yang surplus tenaga kerja yang besar.
Tingkat pertumbuhan negaranya tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang
lapangan kerja untuk menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut melalui
program-program pekerjaan publik maupun program-program pembangunan infrastruktur berbasis
tenaga kerja. Program-program ini terbukti mampu menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat miskin, dan bahkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
Bangladesh melalui infrastruktur-infrastruktur yang dibangun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dan Hossain (1990), yang dilakukan pada
129 desa di Bangladesh, menunjukkan bahwa desa-desa yang infrastruktur
transportasinya berkembang, memperoleh keuntungan yang signifikan dibandingkan
dengan desa-desa yang infrastruktur transportasinya belum berkembang.
Hasil penelitian yang dilakukan World Bank (1994) menunjukkan bahwa
pembangunan infrastruktur jalan telah mempengaruhi arus lalu lintas di Bangladesh.
Jumlah kendaraan di desa meningkat dengan signifikan. Kondisi ini telah
menciptakan lapangan kerja pada bidang jasa tranportasi desa. Seiring dengan itu,
investasi pada bidang alat-alat transportasi desa menjadi hal yang menarik. Sejalan
dengan perkembangan kondisi jalan desa menjadi jalan beraspal, jenis transportasi
juga berkembang menjadi jenis transportasi mekanik. Perkembangan pembangunan
infrastruktur jalan tersebut meningkatkan aktivitas sosial masyarakat, yang kemudian
meningkatkan aktivitas ekonomi, komunikasi, dan akhirnya dapat meciptakan
berbagai lapangan kerja baru.
Sejak tahun 1985, pembangunan infrastruktur mulai menjadi perhatian
prioritas nasional. Sejak itu, pembangunan infrastruktur di China meningkat pesat.
Pada akhir tahun 1995, panjang jalan raya mencapai 1157x juta km, jalur kereta
api mencapai 62600 km. Dan lebih dari 100 bandara dibuka untuk lalu lintas
penerbangan sipil, sementara rute pelayanan udara mencapai 1,13x km. Pipa-pipa
saluan air mencapai lebih dari 430x ton per tahun. Jumlah saluran telepon
mencapai 59,993x saluran. Dan sembilan puluh enam persen desa memperoleh
pelayanan pos, akibatnya petumbuhan ekonomi China maju dengan pesat (China
Development Gateway, 2000).
6 10
6 10
9 10
6 10
Dari uraian ini, infrastruktur sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan
negara-negara maupun daerah yang ingin mendorong pertumbuhan ekonominya. Daerah
yang memiliki infrastruktur yang baik dalam kuantitas dan kualitasnya akan menjadi
daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Menyadari pentingnya
infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi dan masuknya investor, maka pemerintah
daerah baik kabupaten maupun kota sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur
selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan
memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan daerahnya. Karena itu
bagi daerah otonom, Kabupaten-kota tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan
pembangunan infrastruktur daerahnya agar mampu bersaing dengan daerah lainnya
dalam usaha menarik masuknya investor.
Dari uraian yang telah disampaikan jelaslah bahwa pembangunan infrastruktur
yang terjadi di Bangladesh, China, Afrika Selatan dan diberbagai negara lainnya.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang padat karya
dengan basiskan masyarakat lokal di negara-negara tersebut mampu mengurangi
kemiskinan, jumlah pengangguran, dan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonominya.
Dalam era otonomi daerah-daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera
Utara, ditempatkan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kepada masyarakat dan
pembangunan. Selain dari pada itu dalam kerangka AFTA, adanya pembebasan atau
pengurangan tarif perdagangan barang dan jasa antar negara, menempatkan daerah
otonom kabupaten-kota pada posisi strategis dalam persaingan antar negara karena
persaingan menjadi bergeser pada level daerah otonom kabupaten-kota.
Untuk menarik investor masuk ke Provinsi Sumatera Utara, diperlukan
kemudahan informasi tentang rating daerah otonom kabupaten-kota di wilayah
Sumatera Utara ditinjau dari ketersediaan Infrastrukturnya. Mengingat kondisi
infrastruktur kabupaten dan kota sangat jauh berbeda, maka untuk merating
kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara perlu membedakannya kedalam dua
kelompok, yaitu : kelompok kabupaten dan kelompok kota.
Untuk memperoleh kesepakatan tentang infrastruktur mana saja yang dijadikan
sebagai kriteria penilaian diperlukan penggabungan preferensi semua lapisan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma, dimana sebelumnya sarat
dengan sentralisasi telah berubah ke desentralisasi, dari arah top-down ke arah
menjadi semakin penting. Partisipasi publik ditempatkan sebagai means untuk
mencapai esensi perencanaan itu sendiri yaitu collective agreement. Partisipasi publik
merupakan salah satu cara atau metode pengambilan keputusan yang diharapkan
dapat meminimalisasi konflik antar stakeholder. Pada perencanaan partisipatif,
kapasitas masyarakat, pemerintah dan fasilitator meningkat karena terlibat proses
belajar timbal balik. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Jhon Clynton Thomas
(1995, 2) bahwa partisipasi publik dapat memberikan efek dukungan masyarakat
yang lebih luas terhadap program yang dihasilkan melalui proses partisipasi .
Dalam tataran implementasi program, partisipasi publik akan mendorong social
mobilization yang diwujudkan dalam bentuk mobilisasi sumber daya yang dimiliki
masyarakat secara lebih luas.
Dengan demikian diharapkan keputusan yang diambil merupakan gabungan
preferensi yang dapat mewakili seluruh masyarakat dan dapat diterima semua pihak
sehingga dalam implementasinya akan mendapat dukungan masyarakat. Dalam
perencanaan partisipatif seperti ini metode analisis yang diperlukan harus mempunyai
kriteria antara lain : mudah dikonstruksi, dapat diadaptasikan pada kelompok maupun
individu, mudah diterima intuisi dan pemikiran umum, mendorong kompromi dan
pembangunan konsensus, dan tidak membutuhkan spesialisasi yang tinggi untuk
menguasainya. Kebutuhan seperti itu dapat dipenuhi oleh suatu metode yang dikenal
dengan nama Analytic Hierarchy Process (AHP).
Kelebihan metode AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi &
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada sub-subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan
akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif dan kualitatif (Gualda et.
Al.,2003).
5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten
dibandingkan dengan metode-metode lainnya (Minutulo, 2003).
6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki sistem yang mudah dipahami dan
digunakan (Shihan & Kabir, 2003).
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, metode AHP juga memiliki beberapa kelemahan
penggunaan, antara lain:
1. Responden yang dilibatkan harus para pakar dan memahami permasalan dengan
baik.
2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat
tajam/ ekstrim di kalangan responden.
Dalam merating dengan menggunakan AHP didasarkan pada preferensi para pakar,
itu perlu pengembangan metode AHP yang dapat menyerap preferensi seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
Preferensi semua lapisan masyarakat baik itu pemerintah, stakeholder, LSM,
DPRD, calon responden, ahli dari Perguruan Tinggi dan lain-lainnya diperoleh
melalui Focused Group Discusion (FGD). Dari FGD akan diperoleh kesepakatan
tentang infrastruktur mana saja yang perlu dinilai dan kriteria apa saja yang harus
ditetapkan untuk penilaian infrastruktur di kabupaten-kota. FGD juga digunakan
untuk memperoleh kesepakatan tentang materi kuesioner yang akan digunakan untuk
memperoleh preferensi semua lapisan masyarakat.
Melalui FGD akan diperoleh kriteria-kriteria, alternatif-alternatif,
indikator-indikator yang diperlukan yang merupakan kesepakatan semua pihak yang
merupakan dasar bagi penyusunan kuesioner.
Kuesioner yang telah diuji coba, dibagikan kepada responden yaitu para pakar
dan praktisi di bidang infrastruktur untuk memperoleh preferensi mereka dalam
membandingkan secara berpasangan kriteria maupun alternatif yang ada. Selanjutnya
hasil kuesioner yang diperoleh akan dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP), untuk memperoleh rating dari kabupaten–kota di wilayah Sumatera
Utara.
Pentingnya rating di berbagai bidang kegiatan ditunjukkan oleh banyaknya
penelitian yang dilakukan baik secara nasional maupun internasional oleh para pakar
dalam menentukan rating di berbagai bidang. Beberapa diantaranya dapat dilihat
Sutarman (2005), ”Memeringkat Kawasan Dati-II di beberapa Dati-I Pulau
Sumatera Indonesia berdasarkan kwaliti Sekolah Dasar dan Menengah”. Penelitian
dilakukan sebagai Desertasi Doktor di University Kebangsaan Malaysia, Kuala
Lumpur.
KPPOD (2003), ”Regional Investment Attractiveness, A Survey of Business
Perception”, yakni penelitian yang dilakukan atas kerjasama dengan The Asian
Fundation dalam menentukan rating dari 200 daerah kabupaten-kota di Indonesia
dengan menggunakan metode AHP.
Muhammad Ali Ramdhani (1997), ”Penerapan Prioritas Lokasi Perumahan
Berdasarkan Penggabungan metode AHP dan Promethee”, suatu penelitian untuk
menentukan rating lokasi yang sesuai untuk perumahan.
Word Economic Focused (1997), melakukan penelitian untuk menentukan rating
dari 52 negara menurut daya saing internasionalnya, penelitian ini menggunakan 8
indikator yang salah satu diantaranya adalah infrastruktur.
Widodo (2005), melakukan penelitian untuk menentukan pemilihan Bentuk
Peran Serta Swasta dalam pengelolaan terminal di pelabuhan : “Kasus PT. Pelabuhan
Indonesia II Cabang Tanjung Priok”. Penelitian ini berhasil menentukan rating
bentuk peran swasta dalam pengelolaan Terminal Cabang Tanjung Priok dengan,
menggunakan AHP.
Haryono Sukarto (2006), ”Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta dengan
Analisis Kebijakan AHP”, yang berhasil menentukan rating model transportasi yang
Heru Purboyo, dan Ridwan Sutriadi (2004), ”Penelitian Tentang Kajian
Pengembangan Sistem Penilaian dan penentuan peringkat kota dan kabupaten
berdasarkan nilai infrastruktur wilayah di Jawa Barat”. Penelitian yang dilakukan
berhasil menentukan rating kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat dengan
menggunakan metode AHP, dan berbagai penelitian lainnya.
Dengan diperolehnya rating daerah kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara
ini akan memudahkan bagi investor untuk memilih dan memutuskan daerah
tempatnya berinvestasi. Peringkat ini juga diperlukan untuk memotivasi daerah untuk
bersaing dalam meningkatkan daya tarik daerahnya dengan jalan membenahi
infrastruktur di daerah masing-masing. Rating daerah otonom kabupaten-kota
wilayah Sumatera Utara ini bukan saja bermanfaat bagi para investor dan memotivasi
persaingan antar daerah otonom kabupaten–kota. Namun juga diperlukan oleh
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam pengelolaan dan bantuan
pengelolaan infrastruktur antara wilayah kabupaten-kota dalam hal menentukan
urutan prioritas yang dilatarbelakangi masalah yang konvensional yakni masalah
keterbatasan dana pembangunan yang dimiliki pemerintah provinsi maupun
pemerintah pusat. Rating daerah otonom kabupaten–kota yang diperoleh akan
bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Perencanaan Wilayah.
Dari uraian yang telah disampaikan dapat dirasakan betapa pentingnya
pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat baik di
Bangladesh, China, Afrika Selatan, maupun di beberapa negara lainnya. Sejarah telah
bersangkutan telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
mensejahterakan rakyatnya. Karena itu pemerintah provinsi Sumatera Utara harus
segera mencari strategi pembangunan infrasrtuktur di daerah Sumatera Utara dan
menentukan urutan prioritas pembangunannya. Hal ini perlu mengingat bahwa
pembangunan infrastruktur memerlukan dana yang cukup besar sedangkan
kemampuan pemerintah terbatas. Pembangunan infrastruktur yang dipilih haruslah
pembangunan infrastruktur yang padat karya, adil dan melibatkan masyarakat lokal
sebagai basis pembangunan dan tidak bias perkotaan
1.2 Perumusan Masalah
Dari keseluruhan uraian sebelumnya dapatlah dirumuskan bahwa permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengembangkan metode AHP untuk menentukan rating Kabupaten
Kota berdasarkan nilai infrastruktur yang mampu menyerap
preferensimasyarakat.
2. Bagaimana memperoleh rating daerah otonom kabupaten–kota di wilayah
provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan perencanaan partisipatif.
3. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PDRB
kabupaten-kota berkaitan?
4. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PAD
kabupaten-kota berkaitan?
kerja yang diserap investor yang masuk ke kabupaten-kota bersangkutan.
1.3 Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa tujuan yang ingin dicapai,
di antaranya:
1. Diperolehnya pengembangan metode AHP yang mampu menyerap preferensi
masyarakat, sesuai dengan prinsip pelaksanaan otonomi daerah.
2. Diperolehnya rating kabupaten – kota di wilayah Sumatera Utara.
3. Diperolehnya informasi tentang hubungan antara rating kabupaten-kota dengan
besarnya PDRB, PAD dan jumlah tenaga kerja yang diserap PMDN dan PMA di
kabupaten-kota bersangkutan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan mempunyai tingkat objektivitas yang cukup baik tidak
hanya dalam menghasilkan rating kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara,
tetapi juga memberikan semacam preskripsi bagi daerah yang dikaji dalam
peringkat tersebut, karena peneliti independen dalam melakukan penelitian.
2. Hasil pengembangan metode AHP dapat digunakan sebagai model analisis pada
perencanaan partisipatif, sesuai prinsip pelaksanaan otonomi daerah dimana
3. Hasil penelitian dapat menjadi embrio dari sebuah sistem tolok ukur penilaian
infrastruktur yang bersifat regional maupun nasional, yang selanjutnya akan
sangat dibutuhkan dalam menciptakan suatu iklim parsaingan sehat, dalam
penyediaan infrastruktur wilayah.
4. Aspek yang lebih penting dari penelitian ini adalah tindakan dari hasil pengurutan
(rating) tersebut. Atau dalam dunia perencanaan wilayah dan kota lebih mengarah
kepada suatu preskripsi. Preskripsi ini diarahkan sebagai rancangan yang berupa
rencana-rencana tindak bagi daerah sesuai dengan urutan tersebut. Isi preskripsi
dari program tindak tersebut dapat berupa arahan pengembangan infrastruktur,
serta arahan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur wilayah yang ada.
5. Penelitian ini tidak hanya menerapkan teori pada suatu kasus tertentu, melainkan
para aktor (stakeholder) yang terkait dengan studi kasus ini turut memberikan
pengaruh terhadap identifikasi, analisis, serta kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan. Begitu pula dalam membuat rating daerah otonom Kabupaten – Kota
tidak semata-mata berdasarkan kelengkapan infrastruktur wilayahnya saja,
melainkan jenis infrastruktur serta kriteria dan indikatornya pun ditentukan oleh
para stakeholder.
6. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai arahan pada daerah
otonom baik kota maupun kabupaten untuk membangun basis data infrastruktur
wilayah yang lengkap dan terpadu. Sehingga tiap jenis data yang berkaitan
dengan infrastruktur dapat tersedia dan memiliki keseragaman yang standar antar
7. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dalam menentukan urutan prioritas pengelolaan dan bantuan pengelolaan
infrastruktur kepada daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara
dengan keterbatasan dana pembangunan yang tersedia.
8. Rating kabupaten–kota dari penelitian ini dapat digunakan para investor sebagai
informasi dalam menentukan daerah tempatnya berinvestasi, dan akan menjadi
pendorong bagi daerah otonom kabuapten–kota di wilayah provinsi Sumatera
Utara untuk meningkatkan daya saing daerahnya masing- masing.
Latar belakang yang telah diuraikan seblumnya dapat dilihat dalam bentuk
Gbr –1: Latar Belakang Permasalahan Infrastruktur Pengelolaan Infrastruktur Wilayah Kemampuan Kab-Kota Pusat Permasalahan Kab-Kota Sistem Perencanaan Sistem Politik Potensi Kab-Kota Lahan dan Infrastruktur Wilayah Penduduk dan Kegiatan Usaha Supply Demand Kab-Kota Sistem Sosial-Masyarakat Pengoperasian dan Pemeliharaan Infrastruktur Pengembangan Infrastruktur Pembiayaan Pembangunan Desentralisasi Provinsi Kab-Kota
Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten dan bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-Kabupaten yang Strategis
Di Tingkat provinsi
Pedoman Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten Serta Bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-kabupaten yang Strategis
Di Tingkat Nasional Keterbatasan Anggaran Kebutuhan Akan Rating
Kab-Kota
Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayahyang
Strategis di Tingkat Nasional Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayah yang Strategis di Tingkat Provinsi
Mampukah Menyelesaikan Permasalahan? LSM ? Pengembangan Wilayah Kab-Kota Yang Terbelakang dan tertinggal
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengembangan Wilayah
2.1.1 Sejarah pengembangan wilayah di Indonesia
Pengembangan Wilayah (Regional Development) merupakan usaha peningkatan
kinerja wilayah, dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
kelestarian lingkungan wilayah. Permasalahan wilayah telah berubah dan
berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan penduduk beserta
kegiatannya. Dalam menanggapi perubahan dan perkembangan masalah wilayah,
pemikiran pada pendekatan pengembangan wilayah juga telah berubah dan
berkembang. Untuk memahami dengan baik perubahan dan perkembangan tentang
pengembangan wilayah di Indonesia, maka dicoba untuk menelusuri keadaan
pengembangan wilayah mulai periode 60-an.
Kebijakan Pembangunan Nasional pada periode 60-an merupakan awal bagi
pembangunan terencana di Indonesia, pembangunan pada era ini dititikberatkan pada
pertumbuhan ekonomi yang tinggi; perencanaan lebih diwarnai oleh
pendekatan-pendekatan sektoral dan parsial, serta nampak jelas adanya garis pemisah antara kota
dan desa dan lebih terfokus pada perencanaan perkotaan, sementara di pedesaan
sering ditemui stagnasi dan kemiskinan.
Adanya dikotomi antara perencanaan kota dan perencanaan daerah/ desa dan
kurang menguntungkan secara regional. Pendekatan yang mengutamakan
pertumbuhan tanpa memberi perhatian pada pemerataan ternyata lambat laun
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan menghambat
pertumbuhan itu sendiri. Sehingga hubungan keterkaitan atau sering disebut
interdependency antara kota dan desa/kawasan produksi tidak mungkin dapat terjadi
dengan pola tersebut. Selayaknya kota dan hinterland-nya harus dipandang sebagai
satu mekanisme pengembangan wilayah. Karena itu diperlukan suatu pengembangan
pemikiran untuk menjembatani kesenjangan antara kota dengan desa/ kawasan
produksi, serta bagaimana mengoptimalkan pemamfaatan ruang/lahan dan
sumberdaya lokal. Dalam hal ini diperlukan suatu pendekatan yang dapat
menggabungkan kota, desa, kawasan produksi dan sarana prasarana pendukungnya
sebagai satu kesatuan wilayah/ kawasan.
Pada awal priode 70-an perencanaan secara kewilayahan sudah mulai diminati
meskipun konsepnya baru sebatas untuk kepentingan (ego) sektoral dan diantara
sektor masih berjalan sendiri-sendiri. Pada sektor pertahanan misalnya dilakukan
perencanaan tata guna tanah dengan mendasarkan kepada penilaian kondisi dan
potensi lahan yang ada sehingga diperoleh rencana peruntukan/ penggunaan lahan
(zoning plan). Di sektor kehutanan diintroduksikan cara-cara penatapan fungsi/ status
hutan melalui kriteria jenis tanah, kemiringan lahan dan curah hujan. Di sektor
pengairan dikembangkan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan
pengamatan potensi dan kapasitas