• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

D I S E R T A S I

Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan

Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara

Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara

Prof.Chairuddin P.Lubis DTM&H, Sp. A(K)

Dipertahankan pada tanggal 01 Pebruari 2008

di Medan Sumatera Utara

I R Y A N T O

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH

BERDASARKAN NILAI INFRASTRUKTUR

DI WILAYAH SUMATERA UTARA

D I S E R T A S I

Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan

Wilayah Pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka

Pada Hari : jum’at

Tanggal : 01 Pebruari 2008

Pukul : 9.00 WIB

(3)

Oleh Promotor

Prof. Dr. Herman Mewengkang NIP : 130 422 447

Ko -promotor

Prof. Bachtiar Hassan Miraza Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

NIP : 130 215 130 NIP : 130 810 780

Mengetahui

Ketua Program Doktor Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(4)

Tanggal 27 Desember 2008

_______________________________________________________

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua

: Prof. Dr. Herman Mewengkang

Anggota

: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS

5. Dr. Sutarman, MSc

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

Nomor :

1770/J05/SK/KP/2007

(5)

Tanggal: 01 Pebruari 2008

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua

: Prof. Dr. Herman Mewengkang

Anggota

: 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

3. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

4. Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS

5. Dr. Sutarman, MSc

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

Nomor :

151/

(6)

TIM PROMOTOR

Prof. Dr. Herman Mewengkang

Prof. Bachtiar Hassan Miraza

(7)

TIM PENGUJI LUAR KOMISI

Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

Prof. Dr. Abdullah Bin Embong, MS

(8)

PRAKATA

Pertama dan yang utama penulis ingin memanjatkan Puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat

menyelesaikan Disertasi yang berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota

Untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini merupakan tugas akhir penulis pada

Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta

bantuan biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu

Perencanaan Wilayah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan

juga atas kesediaan beliau sebagai Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi

penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi

penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3)

(9)

penuh kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga

Disertasi ini dapat penulis selesaikan.

5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor

penulis yang telah menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak

memberikan asupan bagi penulis dalam menyelesaikan Disertasi ini.

6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar

Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk

kepada penulis dan rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi S3

Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam

persiapan penelitian.

7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc

yang memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti

Program Doktor.

8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H

Sp.A(K), Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang,

MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr.

Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh.

Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB), Prof. Dr. Sutyastie

(10)

memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori

maupun pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti

perkuliahan pada Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, M.Si selaku Kepala Dinas Tarukim Provinsi

Sumatera Utara beserta Staf yang telah menerima penulis untuk In-depth

Interviu, pelaksanaan Focused Group Discusion, pengisian kuesioner, dan izin

beliau untuk menggunakan ruang rapat Kadis Tarukim dalam pelaksanaan

Focused Group Discusion yang penulis lakukan.

10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera

Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta

penggunaan ruangan rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan

penelitian yang penulis lakukan.

11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara

beserta Staf, Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan

Staf, Bapak Pimpinan Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara

beserta staf, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

disini, yang telah bersedia memberikan data yang penulis butuhkan baik dalam

In-depth Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.

12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3)

(11)

13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan

Wilayah yang telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3)

Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih

dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis,

papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan

mama Mindamora yang telah bersusah payah membesarkan, menyekolahkan,

membiayai dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan do’a yang

tiada hentinya. Demikian juga kepada kedua almarhum mertua saya yang

semasa hidup mereka sangat menyayangi kami.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas

pengorbanan, kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menyelesaikan studi dan dengan penuh pengertian tetap setia mendampingi

penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam penyelesaian Disertasi ini.

Kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat kubanggakan, ananda

Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG, dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian

selama papa menyelesaikan studi. Kepada kakaku Liany, Smh dan adik-adikku

(12)

memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.

Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya,

semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan

limpahan rahmadNya kepada mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.

Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari

kesalahan yang ada diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan

senang hati akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaannya.

Medan, 01 Pebruari 2008.-

Hormat Penulis

(13)

Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap (almarhum) dengan Mindamora.

Pendidikan dasar diselesaikan di SR Negeri 10 pada tahun 1959, pendidikan

Menegah Pertama di SMP Negeri III Padang Sidimpuan selesai pada tahun 1962,

pendidikan Menegah Atas (SMA) jurusan IPA juga di Padang Sidimpuan dan

selesai pada tahun 1965. Penulis masuk ke Perguruan Tinggi pada tahun 1965 di

Fakultas FIPIA jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara dan memperoleh

gelar BSc pada tahun 1969 dan Sarjana lengkap pada tahun 1973 dengan gelar

Drs. Pada tahun 2002 Penulis melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, program studi Matematika dan selesai dengan

kelulusan Cumlaude pada tahun 2004 dengan gelar M.Si. Kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan pada program studi S3 Perencanaan Wilayah di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara penulis peroleh pada tahun 2005.

Penulis mulai bekerja sebagai Assisten dosen pada tahun 1968 dan

diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun pada tahun 1971 sebagai

Assisten Muda Gol. II/b di Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera

Utara. Pada tahun 1973 sebagai Assisten Ahli Madya, Gol.III/a, tahun 1975

sebagai Penata Muda Gol.III/b, tahun 1977 sebagai lektor Muda Gol.III/c, pada

tahun 1979 sebagai Lektor Madya Gol.III/d, tahun 1981 sebagai Lektor Gol. IV/a,

tahun 1984 sebagai Lektor Kepala Gol.IV/b dan sebagai Lektor Kepala Gol. IV/c

mulai tahun 1987 sampai sekarang. Penulis pernah menjadi Guru SMP di

Perguruan Sutomo Medan pada tahun 1968-1978 dan guru SMA/ Wakil Kepala

Sekolah di SMA Tribukit Medan pada tahun 1970-1980. Pada tahun 1980-1984

menjadi Kepala Sekolah SMA di Perguruan Husni Thamrin Medan. Selain tugas

sebagai dosen di FMIPA Universitas Sumatera Utara, penulis juga diperbantukan

di Biro Rektor USU sebagai Asisten Rektor dibidang kemahasiswaan dari tahun

1978-1986 dan sebagai Staf Ahli Rektor USU pada tahun 1987 sampai sekarang.

(14)

Utara pada tahun 2007 sampai sekarang.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dikegiatan organisasi mahasiswa

dan kegiatan olahraga dan seni mahasiswa dan sebagai mahasiswa pernah menjadi

King University pada tahun 1970. Penulis juga aktif di organisasi kemasyarakatan

diantaranya sebagai Ketua Umum Shidoka Sumatera Utara (1980-sekarang),

Ketua Komite Olahraga Nasional/KONI Kota Medan selama 3 priode, Pengurus

KONI Sumatera Utara sejak tahun 1992-sekarang (3 priode), pernah menjadi

Ketua BAKOM PKB Sumatera Utara selama 2 priode, Seketaris BAKOR USU,

Sekjen BAPOMI Sumatera Utara, Ketua harian Pengda PERBASI Sumatera

Utara, Wanhat Golkar Kotamadya Medan, BAPEDA Golkar Sumatera Utara dan

organisasi lainnya. Selama menjadi staf pengajar penulis menjadi anggota

Himpunan Matematikawan Indonesia, Himpunan Statistikawan Indonesia, Sout

East Asian Mathematical Assosiation, Ikatan Alumni dan keluarga FMIPA USU,

Asosiasi Dosen Indonesia, Dewan Pakar Ikatan Guru Matematika Sumatera Utara

dan organisasi ilmiah lainnya.

Penulis pernah menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya 20

Tahun dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden Republik Indonesia

pada tahun 1999 dan pada tahun 2003

Dalam kegiatan ilmiah penulis aktif manulis baik di forum nasional maupun

internasional, diantaranya :

1. Two Types of Rectanggular Formula Combination For Getting The Better

Numerical Integration Method, International Conference On Mathematics

And Applications, Yogyakarta, 1999

2. Application of Numeric Integration In Determining The Width Limited

By Sun Intensity And Time Coordination System, Jurnal Discovering

Mathematics,Malaysian Mathematical Sciences Society, Vol.24 No.1,

2002.

3. Modefication of Simpson’s 1/3-Rule, Jurnal Matematika Murni Dan

Terapan, Vol. 1 No.1, 2003

(15)

6. Pengembangan Model Penentuan Urutan Prioritas Mesin Dengan Metode

Analytic Hierarchy Process(AHP), Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 21 No.

1, 2005.

7. Minimasi Fungsi Boolean Pada Suatu Rangkaian Sirkuit Dengan K-Map,

Proceding Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Multi Media,

Medan, 2004.

8. Prosedur Memperthankan Urutan Prioritas Dalam Penembahan Alternatif

Pada Analytic Hierarchy Process, Prosiding Konfrensi Nasional

Matematika XII, Bali, 2004

9. Model menentukan Pilihan Investasi Modal Dengan mengggunakan

Analytic Hierarchy Process, Jurnal Ilmiah SAINTEK, Vol. 22 No. 2, 2005.

10. Penentuan Distribusi Perjalanan Angkutan Udara Dari Medan Ke-Jakarta,

Banda Aceh, Padang, Dan Pekan Baru Menggunakan Gravitasi Voohees,

Prosiding SeminarNsional Matematika Dan Statiska, Padang, 2005

11. Generalized Distance Approach Of A Multiobjective Programming,,

Proceedings Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, st Statistics And Their Applications, Parapat, 2005

12. Optimization Models For Communication Network Design, Proceedings

Of The 1 IMT-GT Regional Conference On Mathematics, Statistics And st Their Applications, Parapat, 2005.

13. Menentukan Pilihan Kota Tempat Berobat Warga Provinsi Suamtera Utara

Dengan Menggunakan Analitik Hierarkhi Proses, Proceeding Of National

Seminar On Operations Research/ Management Sciences, Jakarta, 2005.

14. Portofolio Optimasi Dengan Vektor Target - Shortfall Probability, Journal

(16)

Dan Kerjasama Antar Daerah, Jurnal Perencanaan & Pengembangan

Wilayah “WAHANA HIJAU”, Volume 1 No. 3, 2006.

17. Peran Infrastruktur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,

Prosiding Perencanaan Dan Perubahan Bangsa di Masa Yang Akan

Datang, 2007.

18. Dan kegiatan ilmiah lainnya.

Dimana sebagian dari karya ilmiah Penulis tersebut berkaitan dengan penulisan

(17)

infrastruktur. Berbagai literatur telah menunjukkan bahwa negara-negara seperti Cina, Bangladesh, Afrika Selatan, dan sebagainya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka dengan mengembangkan infrastruktur. Namun untuk dapat mencapai tujuan tersebut, harus disusun suatu rencana yang tepat, berguna dan terarah dengan baik.

Ketersediaan infrastruktur yang baik dalam hal kualitas dan kuantitas di suatu wilayah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya dan merupakan daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di wilayah tersebut. Akan tetapi untuk membangun dan memelihara infrastruktur diperlukan dana yang sangat besar, dipihak lain dana yang dimiliki pemerintah terbatas. Kasus ini menjadi masalah dan beban bagi pemerintah, sehingga pemerintah memerlukan urutan prioritas dalam perencanaan pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Karena masyarakat lokal adalah pengguna sekaligus penerima dampak kebijakan pembangunan, maka dalam otonomi daerah preferensi mereka harus diikut sertakan dalam perencanaan pembangunan.

Di Provinsi Sumatera Utara terdapat dua pemerintahan lokal yang bertanggung jawab terhadap pembangunan infrastruktur di wilayah masing-masing, yaitu pemerintah kabupaten (sebanyak 18 kabupaten) dan pemerintah kota (sebanyak 7 kota) yang akan menjadi fokus dari disertasi ini. Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan, maka disertasi ini akan menentukan rating (urutan prioritas) dari 18 kabupaten dan rating dari 7 kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara secara terpisah, dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur antar wilayah secara simultan. Salah satu metode yang sangat dikenal, yang dapat digunakan untuk menangani masalah ini adalah Analytic Hierarchy Process(AHP).

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode yang banyak digunakan

dalam me-rating (memeringkat) berbagai masalah dan telah menunjukan hasil yang mengagumkan. Metode ini menyelesaikan permasalahan dengan memecah masalah sampai kebagian yang paling kecil. Metode ini juga memiliki banyak keistimewaan, seperti dapat digunakan tanpa data statistik dan dalam analisisnya mengunakan preferensi dari ahli. Namun demikian, metode AHP membutuhkan responden yang benar-benar ahli dalam bidang yang dianalisis. Dipihak lain dalam otonomi daerah preferensi masyarakat lokal harus diikutsertakan dalam perencanaan pembangunan, hal ini menjadi masalah dalam menggunakan metode AHP. Disertasi ini akan menunjukkan bagaimana metode Analytic

Hierarchy Process(AHP) dapat dikembangkan sehingga preferensi masyarakat dalam

menentukan urutan prioritas dapat diikutsertakan.

Hasil disertasi ini memberikan peringkat (rating) kabupaten dan rating kota di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan nilai infrastrukturnya. Untuk melihat validasi hasil disertasi, dilakukan pengukuran korelasi antara rating yang diperoleh dengan PDRB dan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh investor lokaldan investor luar negeri di kabupaten dan kota berkaitan.

(18)

ABSTRACT

Conceptually, the main objective of regional development is to increase society welfare of a region. There are various sectors need to be develop to fullfil this regional development objective, one of them is infrastructure. Various literature show that countries such as China, Bangladesh, South Africa, etc can increase their economic growth by developing infrasructure. However, to achieve such goal, an appropiate, useful and well-directed plan should be developed.

Availability of well-managed infrastructure, in both quality and quantity, in a region is extremely needed by the society to accomplish their activities and can attract investors, to invest in the region. However, building and maintaining infrastructures need a large amount of fund. In the other side, our government has limited fund. This case become government’s problem and burden, so government needs priority order in infrasructure development planning of the region. Since local society is the user and one who receives the effect of development policy, therefore, in regional autonomy, their preference should be involved in development planning.

In North Sumatera Province, there are two local governments which are responsible for infrastructure development in each region, that are regencies government (18 regencies) and municipalities government (7 municipalities), which will be the focus of this dissertation.

According to the description mentioned above, this dissertation will determine rating of 18 regencies and of 7 municipalities in North Sumatera Province separately, considering inter-region infrastructure condition simulataneously. One well-known method that can be use to solve this problem is Analytic Hierarchy Process (AHP).

Analytic Hierarchy Process (AHP) is a widely used method in rating various problems and have point out astonishing result. This method solves problem by splitting it into the smallest part. This method also has a lot of features, such as it can be used without statistical data and its analysis used experts preference. Nevertheless, AHP method requires respondents, who are really expert in the analyzed field. While in regional autonomy, local society preferences should be involved in development planning, this has become a problem in using AHP method. This dissertation will show that Analytic Hierarchy Process (AHP) can develope so that society preferences can be involve in determining infrastructure development priority ranking of their region.

The result of this dissertation gives regencies and municipalities rating in North Sumatera Province based on their infrastructure value To validate the result, the corelation between rating is measured, which is obtained Gross Regional Domestic Product (GRDP), manpower absorbed by local and foreign investors in the acccording regencies and municipalities.

(19)

berjudul : “Penentuan Rating Kabupaten-Kota Untuk Mendukung Pengembangan

Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur Di Wilayah Sumatera Utara”. Disertasi ini

merupakan tugas akhir penulis pada Program Studi S3 Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan kesempatan serta bantuan

biaya bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor Ilmu Perencanaan Wilayah di

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga atas kesediaan beliau sebagai

Ketua Tim Penguji Ujian Disertasi bagi penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas bagi

penulis untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana di Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Doktor (S3)

Perencanaan Wilayah dan juga sebagai Ko-Promotor penulis yang selalu

memberikan arahan, petunjuk dan waktu beliau untuk berkonsultasi dan

(20)

kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga Disertasi ini dapat

penulis selesaikan.

5. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ko-Promotor penulis yang telah

menyediakan waktu beliau untuk berdiskusi serta banyak memberikan asupan bagi penulis

dalam menyelesaikan Disertasi ini.

6. Bapak Dr. Ramli, SE, MS selaku seketaris maupun sebagai Staf Pengajar Program Doktor

(S3) Perencanaan Wilayah, yang banyak memberikan petunjuk kepada penulis dan

rekan-rekan Angkatan II Mahassiswa Program Studi Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara dalam persiapan penelitian.

7. Bapak Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddy Marlianto, MSc yang

memberikan rekomendasi dan dorongan bagi penulis untuk mengikuti Program Doktor.

8. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Chairuddin P Lubis DTM&H Sp.A(K), Prof.

Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono,

MS, Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Dr. Ramli, SE, MS, Dr. Polin Pospos, Dr. Ir

Chairul Muluk, M.Sc, Dr. Ir.. Moh. Sofyan Asmirza Silalahi, Prof Dr. Affandi Anwar (IPB),

Prof. Dr. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS (UNPAD), Dr. Ir Teti Armiati Argo (ITB), Dr.

Ir. Ibnu Syabri, M.Eng (ITB), Ir. Tata Wiranto, MURP (BAPPENAS) yang telah

memberikan bekal yang sangat berharga berupa Ilmu pengetahuan baik teori maupun

pengalaman beliau serta motivasi penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program

Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(21)

Group Discusion yang penulis lakukan.

10. Bapak IR. RE. Nainggolan, MM selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Sumatera

Utara beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan Focused Group Discusion dan pengisian kuesioner serta penggunaan ruangan

rapat untuk Focused Group Discusion berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.

11. Bapak Dr. Ir. Gindo , M.Si selaku Wakadis Pengairan Provinsi Sumatera Utara beserta Staf,

Bapak Kasubdis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dan Staf, Bapak Pimpinan

Badan Investasi Dan Promosi Provinsi Sumatera Utara beserta staf, dan pihak-pihak lain

yang tuidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang telah bersedia memberikan data

yang penulis butuhkan baik dalam Indeph Interviu maupun dalam pengisian kuesioner.

12. Rekan-rekan penulis khususnya Angkatan II mahasiswa Program Doktor (S3) Perencanaan

Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menunjukkan rasa

kebersamaannya dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini.

13. Kepada Sdr. M.Yusuf dan seluruh staf Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah yang

telah melayani penulis selama studi di Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

14. Secara khusus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tarima kasih

dan sayang yang mendalam kepada yang amat mulia kedua orangtua penulis,

papa Alm. Lisannuddin Harahap gelar Baginda Bandaharo Harahap dan

(22)

Terima kasih yang tak terhingga kepada Isteri tercinta Diana Novalyta atas pengorbanan,

kerelaannya memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan dengan

penuh pengertian tetap setia mendampingi penulis dalam mengatasi berbagai masalah dalam

penyelesaian Disertasi ini. Dan kepada anak-anakku yang kusayangi dan amat

kubanggakan, ananda Valentino, SE, Silviana Realyta, S.Psi, Kriswandy Putra, SKG,

dan Rizaldy Putra atas pengertian dan kerelaan kalian kurang mendapatkan perhatian papa

selama papa menyelesaikan studi. Kakak Liany dan adik-adikku yang selalu memberikan

dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.

Akhirnya, sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setulus-tulusnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang

maha Esa selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan limpahan rahmadNya kepada

mereka atas kebaikan-kebaikan tersebut.

Penulis menyadari bahwa Disertasi ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan yang ada

diluar kemampuan penulis. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menerima kritik

dan saran demi kesempurnaannya.

Medan, Januari 2008.-

Hormat Penulis

(23)

KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... x DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... ... 1 1.1 Latar Belakang ... ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... ... 15 1.3 Tujuan Penelitian ... ... 16 1.4 Manfaat Penelitian ... ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 20 2.1 Pengembangan Wilayah... 20 2.1.1 Sejarah Pengembangan Wilayah di Indonesia ... ... 20 2.1.2 Pengertian Pengembangan Wilayah... 29 2.1.3 Perkembangan Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah... 33 2.1.4 Permasalahan Praktek Perencanaan Pengembangan Wilayah... 38 2.1.5 Konsep Pengembangan Alternatif...……. 44 2.2 Infrastruktur ... 47 2.2.1 Infrastruktur Sebagai Katalis Pembangunan………... 47

2.2.2 Peran Infrastruktur Dalam PengembanganWilayah di

(24)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL... ... 118

3.1 Konseptual Penelitian ... ... 118

3.2 Hipotesis Penelitian... ... 121

3.3 Kerangka Konseptual ... ... 123

BAB IV METODE PENELITIAN ... 124 4.1 Studi Pendahuluan... 124 4.2 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan

Infrastruktur Yang diukur... 125 4.3 Penggabungan Preferensi untuk memperoleh Kesepakatan

Indikator Infrastruktur Dalam merangking Daerah Otonom

Kabupaten-Kota ... ... 126 4.4 Perancangan Dan Penyepakatan Kuesioner Uji Coba Pengukuran

Kinerja Infrastruktur... ... 129 4.5 Uji Coba Pengukuran Infrastruktur Wilayah untuk rating daerah

Otonom Kabupaten-Kota ... 129 4.6 Penyempurnaan Indeks Infrastruktur………... 130 4.7 Lokasi, populasi, sampel dan Asumsi Penelitian... 131 4.8 Penetapan Jenis Infrastruktur... 132 4.9 Menentukan Nilai Koefisien Infrastruktur dan Indikatrornya... 134 4.10 Penetapan rating Kabupaten-Kota... 134 4.11 Uji Hipotesis... 135

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 130 5.1 H a s i l

5.1 .1 Gambaran Umum Lokasi dan Keadaan Geografis Penelitian... 136 5.1.2. I k l i m ... ... 139 5.1.3. Pemerintahan ... 139 5.1.4. Ketenagakerjaan... ... 140 5.1.5. Jumlah Penduduk... 141 5.1.6. Gambaran Umum FGD... 147

5.1.7. Pendapatan Daerah Kabupaten-Kota Provinsi Sumatera Utara... 149

5.2. Analisis Data Infrastruktur Kota di Provinsi Sumatera Utara

dengan AHP.

(25)

dengan AHP

5.3.1 Analisis Kriteria Infrastruktur Kabupaten di Sumatera Utara... 160 5.3.2 Analisis Infrastruktur Air Bersih Kabupaten di Sumatera Utara... 161 5.3.3 Analisis Infrastruktur Jalan Dan Jembatan Kabupaten

di Sumatera Utara... .. 163 5.3.4 Analisis Infrastruktur Irigasi Kabupaten di Sumatera Utara... 165 5.3.5 Analisis Infrastruktur Terminal Kabupaten di Sumatera Utara... 167 5.3.6 Analisis Infrastruktur Listrik Kabupaten di Sumatera Utara... 169 5.3.7 Analisis Infrastruktur Telepon Kabupaten di Sumatera Utara... 171 5.3.8 Analisis Infrastruktur Kesehatan Kabupaten di Sumatera Utara... 173

5.4 Pengujian Hipotesis... 176

5.4.1 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga konstan... 176 5.4.2 Uji korelasi antara rating kota dengan PDRB Atas Harga Berlaku... 177 5.4.3 Uji korelasi antara rating kota dengan Jumlah Tenaga Kerja... 179 5.4.4 Uji korelasi antara rating kota dengan PAD Kota bersangkutan... 180 5.4.5 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan PDRB Atas Harga

Konstanta dan untuk PDRB Atas Harga Berlaku... 182 5.4.6 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan Jumlah tenaga Kerja... 185 5.4.7 Uji korelasi antara rating kabupaten dengan besar PAD-nya... 187 .

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 194

6.1 Kesimpulan... ... 194

6.2 Rekomendasi... 197

(26)

AHP : Analytic Hierarchy Process

AWR : Algemeene Water Reglement

BPS : Badan Pengelolah Statistik

BAPPEDA : Badan Perencana Pembangunan Daerah

BPU-PLN : Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara

CI : Consitency Index

CR : Consistency Rasio

DPS : Daerah Pengairan Sungai

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

FGD : Focused Group Discusion

HAM : Hak Asasi Manusia

IDC : Interegional Development Centre

LSC : Local Service Centre

LSM : Lembaga Sosial Masyarakat

LP : Lingkungan Pergaulan

KS : Kehidupan Sekolah

KPPOD : Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah

(27)

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PP : Peraturan Pemerintah

P3KT : Program –Program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri

PMA ; Penanaman Modal Asing

PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

PDB : Produk Domentik Bruto

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

PBM : Proses Belajar Mengajar

PK : Pendidikan Keguruan

RDC : Regional Development Centre

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RI : Rasio Indeks

SWS : Satuan Wilayah Sungai

SDA : Sumber Daya Alam

(28)

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 : Perkembangan Lalu Lintas Di Bangladesh Annual Everage

Daily Traffic On FRB Road……….. 60 Tabel 2.2: Skala penilaian perbandingan berpasangan... 104

Tabel 2.3: Matriks perbandingan berpasangan... 106

Tabel 2.4: Matriks perbandingan berpasangan dengan nilai intensitas... 107

Tabel 2.5: Nilai Indeks Acak/ Random Indeks (RI)... 110

Tabel 2.6: Perebandingan Kepentingan Level 2... 113

Tabel 2.7: Matriks Yang Dinormalkan... 114

Tabel 2.8: Penelitian terdahulu... 117

Tabel 5.1 : Letak Geografis menurut Kabupaten- Kota

(Geographical Location Of Regency/City) 2005……….. 137

Tabel 5.2 : Luas Daerah Menurut Kabupaten-Kota

(Area Of Regency/City) 2005... 138 Tabel 5.3 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

menurut Kabupaten-Kota... 142

Tabel 5.4 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,

2001-2005(Juta Rupiah)... 144

Tabel 5.5 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

2000 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara,

2001-2005(Juta Rupiah)... 145

Tabel 5.6 : Realisasi Pendapatan Asli Daerah menurut Jenis dan

Kabupaten/Kota 2005 (Milyard Rupiah)... 146

Tabel 5.7 : Hasil Focused Group Discusion (FGD)………

Tabel 5.8 : Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Investor PMDN

dan PMA menurut Kabupaten-Kota di provinsi

Sumatera Utara 2005 (Milyard Rupiah)... 150

Tabel 5.9 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur 151

Tabel 5.10 : Matriks Perbandingan Berpasangan Air Bersih... . 152

(29)

Tabel 5.14 : Matriks Perbandingan Berpasangan Listrik... 156

Tabel 5.15 : Matriks Perbandingan Berpasangan Telepon... 157

Tabel 5.16 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kesehatan... ... 158

Tabel 5.17 : Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Infrastruktur.. 160

Tabel 5.18 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Air Bersih... 161

Tabel 5.19 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Air Bersih ... . 162

Tabel 5.20 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jalan dan

Jembatan ... 163

Tabel 5.21 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Jalan dan Jembatan... 164

Tabel 5.22 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Irigasi... 165

Tabel 5.23 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Irigasi... 166

Tabel 5.24 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Terminal... 167

Tabel 5.25 Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Terminal ... 168

Tabel 5.26 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Terminal... 169

Tabel 5.27 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Listrik... 170

Tabel 5.28 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Telepon ... 171

Tabel 5.29 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

Untuk Telepon ... 172

Tabel 5.30: : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kesehatan... 173

Tabel 5.31 : Matriks Yang Dinormalkan Dan Eigen Vektor Utamanya

(30)

Tabel 5.32 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB

Atas Harga Konstan... 176

Tabel 5.33 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga

Konstan... 176

Tabel 5.34 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan PDRB

Atas Harga Berlaku... 177

Tabel 5.35 : Rank Spearman untuk rating kota dan PDRB Atas Harga

Berlaku ... 178

Tabel 5.36 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah

Tenaga Kerja... 179

Tabel 5.37 : Rank Spearman untuk rating kota dan Jumlah tenaga kerja... 179

Tabel 5.38 : Bobot rating kota di Provinsi Sumatera Utara dan Besar

PAD-nya... 180

Tabel 5.39 : Rank Spearman untuk rating kota dan rank PAD-nya... 181

Tabel 5.40 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan... 182

Tabel 5.41 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 183

Tabel 5.42 : Correlation (Hasil Analisis dengan SPSS-15)... 184

Tabel 5.43 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan

Jumlah tenaga Kerja... 185

Tabel 5.44 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank Jumlah

Tenaga Kerja... 186

Tabel 5.45 : Bobot rating kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan

Besar PAD-nya... 187

Tabel 5.46 : Rank Spearman untuk rating kabupaten dan rank besar

PAD-nya... 188

(31)

Gambar - 2 : Struktur Hirarki yang incomplete ... 93

Gambar - 3 : Struktur hirarki yang completel... 93

Gambar - 4 : Struktur hirarki dalam pemilihan sekolah... 112

Gambar - 5 : Kerangka Konseptual... 123

Gambar - 6 : Suasana FGD dengan Dinas Tarukim Provinsi

Sumatera Utara... 148

Gambar - 6 : Suasana FGD dengan BAPPEDA Provinsi Sumatera

Utara... 149

(32)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Paradigma baru dalam kehidupan bernegara dewasa ini, dimana sebelum tahun

1997 sangat sentralistik, telah berubah menjadi kehidupan yang lebih bernuansa

demokratik dan desentralistik. Diawali dengan hadirnya Undang-Undang No. 22 dan

No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang penerapannya telah dimulai pada

tahun 2001. Kemudian dengan revitalisasi Otonomi Daerah dan kebijakan

desentralisasi yang diformatkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi peluang sebesar-besarnya

kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi ekonomi daerah. Pemberian

peluang sebesar-besarnya ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena pada

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan bahwa

pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi. Agar daerah otonomi mampu menjalankan

peran tersebut, daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai pemberian hak

dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Dalam pertimbangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tentang

(33)

pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan, diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses pengaturan sumber daya

daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kepentingan

masyarakat merupakan inti dari penyelenggaraan pembangunan daerah. Masyarakat

harus terlibat dalam kegiatan pengawasan pembangunan dan menuntut tersedianya

informasi seluas-luasnya. Untuk itu seluruh potensi yang ada di daerah harus

tercermin dalam pengembangan wilayah. Proses pengembangan wilayah pada periode

tahun dua ribuan mengalami penyesuaian dan penyempurnaan dalam penerapannya

sampai lahirnya pradigma baru dalam pengembangan wilayah, yaitu dalam era

otonomi saat ini. Agar pendekatan wilayah lebih realistik dan mudah diterapkan,

maka pada awal tahun dua ribuan lebih disempurnakan dengan mengakomodasi

paradigma baru sehingga lebih diperluas lagi wawasannya dan diselaraskan dengan

jiwa otonomi. Dengan demikian pendekatan wilayah sebagai basis perencanaan

pengembangan wilayah harus diorientasikan kepada : kemampuan bertindak lokal

dalam kerangka berfikir global/makro, kemampuan memperhitungkan kelayakan

(34)

kerangka kerja yang pasti, dan kemampuan memfokuskan pada masyarakat setempat

dengan memanfaatkan keterlibatan masyarakat luas (investor, akademis, bisnis, dll).

Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam Pengembangan

wilayah, sesuai dengan tujuan otonomi daerah maka setiap daerah otonomi baik kota

maupun kabupaten harus mampu meningkatkan pembangunan di daerahnya. Salah

satu cara untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di suatu daerah adalah

dengan mengusahakan masuknya pemodal sebanyak-banyaknya ke daerah untuk

melakukan investasi, baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun

Penanaman Modal Asing (PMA). Masuknya investor akan membuka kesempatan

kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan penting

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman

modal, baik dalam bentuk PMDN maupun PMA membutuhkan adanya iklim yang

sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi juga

dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah

yang mampu mendorong sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda

ekonomi. Masuknya investasi ke suatu daerah juga sangat tergantung pada daya tarik

daerah tersebut terutama iklim investasi yang kondusif serta kemudahan-kemudahan

(Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness Perception, 2003)

Berdasarkan identifikasi tingkat dan elemen-elemen untuk tujuan me-rating daya

(35)

para pelaku usaha, masukan para ahli dan hasil pemeringkatan yang dilakukan

Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa infrastruktur mempengaruhi ketertarikan investor untuk

melakukan investasi. Ketersediaan infrastruktur fisik di suatu daerah yakni instalasi

dan kemudahan dasar yang terdapat di daerah menjadi daya tarik bagi investor untuk

berinvestasi di daerah tersebut. Untuk kelancaran investasi, investor perlu didukung

oleh ketersediaan infrastruktur fisik dalam kondisi yang baik (kualitas yang layak)

seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut dan udara, sarana komunikasi,

perbankan, rumah sakit, sumber energi listrik, pelayanan Infokom dan lain-lainnya.

Para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik, pada pertemuan

bulan Agustus 2005 di Jakarta, memiliki kesamaan persepsi mengenai masalah

mendasar dalam pembiayaan infrastruktur dengan menyetujui lima sub-tema sebagai

fokus pembahasan yang mereka jadwalkan. Salah satu sub-tema yang diangkat pada

pertemuan para pakar infrastruktur dari berbagai negara di Asia Pasifik adalah peran

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari pertukaran pemikiran para pakar

mengenai peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di negara

masing-masing baik secara kualitatif maupun kuantitatif, keseluruhannya terlihat bahwa

infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk jangka

pendek akan menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi. Untuk jangka menengah

dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor

terkait (Rating of 200 Districts/Municipalities in Indonesia, A Survey of Bussiness

(36)

Peranan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan juga di

negara-negara Afrika, Bangladesh, China dan beberapa negara-negara lainnya. Sebuah studi

menemukan bahwa negara-negara Afrika (tahun 1980 sampai 1990-an) yang

melakukan pembangunan infrastruktur pada bidang telekomunikasi dan energi

mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 1, 3 persen lebih tinggi

dibandingkan negara-negara di Asia Timur. Sedangkan suatu studi di Amerika Latin

memperkirakan bahwa minimnya investasi infrastruktur sepanjang 1990-an telah

mengurangi pertumbuhan jangka panjang sekitar 1-3 persen. Ditingkatkan

proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan oleh Bank Dunia rata-rata

memberikan return terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara sekitar 20-35 persen

(World Bank, 2004).

Penelitian yang dilakukan Calderon dan Serven (2004) menunjukkan adanya

dampak pengembangan infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi

pendapatan. Studi ini menggunakan sampel data dari 121 negara pada periode

1960-2000. Hasilnya menyimpulkan bahwa: pertama, pembangunan infrastruktur yang

sesuai memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Kedua, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk berdampak negatif pada

pemerataan (equality) pendapatan.

Studi lain yang dilakukan Querioz dan Guatam digunakan untuk menganalisis

hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi yang

(37)

analisis time series dari data nasional AS tahun 1950 sampai 1988. Hasil studi ini

memperlihatkan bahwa kepadatan jalan (km jalan per kapita) memberikan efek yang

positif terhadap pendapatan nasional (Felloni,dkk, 2001).

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Antle digunakan untuk

menganalisis hubungan antara infrastruktur dan pertanian melalui pendekatan fungsi

produksi dengan menggunakan data dari 66 negara pada tahun 1965. Variabel terikat

yang digunakan adalah pendapatan nasional bruto dari produk pertanian, sementara

variabel penjelasannya adalah lahan pertanian, masyarakat pertanian aktif, konsumsi

pupuk kimia dan jumlah (stok) hewan, rasio pendaftaran sekolah menengah, serta

produk nasional bruto dari industri transportasi dan komunikasi per unit lahan

(sebagai ukuran bagi infrastruktur). Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel,

kecuali tingkat pendidikan, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat (Felloni,dkk, 2001).

Musjeri (2002) dalam studinya mengenai lapangan kerja dan kemiskinan di

Bangladesh mengulas tentang pentingnya program pembangunan infrastruktur

pedesaan dalam upaya pengurangan kemiskinan di Bangladesh. Bangladesh

merupakan negara dengan pendapatan per kapita rendah (sekitar $370 pada tahun

2001), dimana satu dari tiga orang penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan ($1

per hari). Bangladesh juga merupakan negara yang surplus tenaga kerja yang besar.

Tingkat pertumbuhan negaranya tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang

(38)

lapangan kerja untuk menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut melalui

program-program pekerjaan publik maupun program-program pembangunan infrastruktur berbasis

tenaga kerja. Program-program ini terbukti mampu menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat miskin, dan bahkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

Bangladesh melalui infrastruktur-infrastruktur yang dibangun tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dan Hossain (1990), yang dilakukan pada

129 desa di Bangladesh, menunjukkan bahwa desa-desa yang infrastruktur

transportasinya berkembang, memperoleh keuntungan yang signifikan dibandingkan

dengan desa-desa yang infrastruktur transportasinya belum berkembang.

Hasil penelitian yang dilakukan World Bank (1994) menunjukkan bahwa

pembangunan infrastruktur jalan telah mempengaruhi arus lalu lintas di Bangladesh.

Jumlah kendaraan di desa meningkat dengan signifikan. Kondisi ini telah

menciptakan lapangan kerja pada bidang jasa tranportasi desa. Seiring dengan itu,

investasi pada bidang alat-alat transportasi desa menjadi hal yang menarik. Sejalan

dengan perkembangan kondisi jalan desa menjadi jalan beraspal, jenis transportasi

juga berkembang menjadi jenis transportasi mekanik. Perkembangan pembangunan

infrastruktur jalan tersebut meningkatkan aktivitas sosial masyarakat, yang kemudian

meningkatkan aktivitas ekonomi, komunikasi, dan akhirnya dapat meciptakan

berbagai lapangan kerja baru.

Sejak tahun 1985, pembangunan infrastruktur mulai menjadi perhatian

(39)

prioritas nasional. Sejak itu, pembangunan infrastruktur di China meningkat pesat.

Pada akhir tahun 1995, panjang jalan raya mencapai 1157x juta km, jalur kereta

api mencapai 62600 km. Dan lebih dari 100 bandara dibuka untuk lalu lintas

penerbangan sipil, sementara rute pelayanan udara mencapai 1,13x km. Pipa-pipa

saluan air mencapai lebih dari 430x ton per tahun. Jumlah saluran telepon

mencapai 59,993x saluran. Dan sembilan puluh enam persen desa memperoleh

pelayanan pos, akibatnya petumbuhan ekonomi China maju dengan pesat (China

Development Gateway, 2000).

6 10

6 10

9 10

6 10

Dari uraian ini, infrastruktur sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan

negara-negara maupun daerah yang ingin mendorong pertumbuhan ekonominya. Daerah

yang memiliki infrastruktur yang baik dalam kuantitas dan kualitasnya akan menjadi

daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Menyadari pentingnya

infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi dan masuknya investor, maka pemerintah

daerah baik kabupaten maupun kota sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur

selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan

memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan daerahnya. Karena itu

bagi daerah otonom, Kabupaten-kota tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan

pembangunan infrastruktur daerahnya agar mampu bersaing dengan daerah lainnya

dalam usaha menarik masuknya investor.

Dari uraian yang telah disampaikan jelaslah bahwa pembangunan infrastruktur

(40)

yang terjadi di Bangladesh, China, Afrika Selatan dan diberbagai negara lainnya.

Pengalaman telah menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang padat karya

dengan basiskan masyarakat lokal di negara-negara tersebut mampu mengurangi

kemiskinan, jumlah pengangguran, dan mampu meningkatkan pertumbuhan

ekonominya.

Dalam era otonomi daerah-daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera

Utara, ditempatkan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kepada masyarakat dan

pembangunan. Selain dari pada itu dalam kerangka AFTA, adanya pembebasan atau

pengurangan tarif perdagangan barang dan jasa antar negara, menempatkan daerah

otonom kabupaten-kota pada posisi strategis dalam persaingan antar negara karena

persaingan menjadi bergeser pada level daerah otonom kabupaten-kota.

Untuk menarik investor masuk ke Provinsi Sumatera Utara, diperlukan

kemudahan informasi tentang rating daerah otonom kabupaten-kota di wilayah

Sumatera Utara ditinjau dari ketersediaan Infrastrukturnya. Mengingat kondisi

infrastruktur kabupaten dan kota sangat jauh berbeda, maka untuk merating

kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara perlu membedakannya kedalam dua

kelompok, yaitu : kelompok kabupaten dan kelompok kota.

Untuk memperoleh kesepakatan tentang infrastruktur mana saja yang dijadikan

sebagai kriteria penilaian diperlukan penggabungan preferensi semua lapisan

masyarakat. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma, dimana sebelumnya sarat

dengan sentralisasi telah berubah ke desentralisasi, dari arah top-down ke arah

(41)

menjadi semakin penting. Partisipasi publik ditempatkan sebagai means untuk

mencapai esensi perencanaan itu sendiri yaitu collective agreement. Partisipasi publik

merupakan salah satu cara atau metode pengambilan keputusan yang diharapkan

dapat meminimalisasi konflik antar stakeholder. Pada perencanaan partisipatif,

kapasitas masyarakat, pemerintah dan fasilitator meningkat karena terlibat proses

belajar timbal balik. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Jhon Clynton Thomas

(1995, 2) bahwa partisipasi publik dapat memberikan efek dukungan masyarakat

yang lebih luas terhadap program yang dihasilkan melalui proses partisipasi .

Dalam tataran implementasi program, partisipasi publik akan mendorong social

mobilization yang diwujudkan dalam bentuk mobilisasi sumber daya yang dimiliki

masyarakat secara lebih luas.

Dengan demikian diharapkan keputusan yang diambil merupakan gabungan

preferensi yang dapat mewakili seluruh masyarakat dan dapat diterima semua pihak

sehingga dalam implementasinya akan mendapat dukungan masyarakat. Dalam

perencanaan partisipatif seperti ini metode analisis yang diperlukan harus mempunyai

kriteria antara lain : mudah dikonstruksi, dapat diadaptasikan pada kelompok maupun

individu, mudah diterima intuisi dan pemikiran umum, mendorong kompromi dan

pembangunan konsensus, dan tidak membutuhkan spesialisasi yang tinggi untuk

menguasainya. Kebutuhan seperti itu dapat dipenuhi oleh suatu metode yang dikenal

dengan nama Analytic Hierarchy Process (AHP).

Kelebihan metode AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi &

(42)

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai

pada sub-subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan

akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif dan kualitatif (Gualda et.

Al.,2003).

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten

dibandingkan dengan metode-metode lainnya (Minutulo, 2003).

6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki sistem yang mudah dipahami dan

digunakan (Shihan & Kabir, 2003).

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, metode AHP juga memiliki beberapa kelemahan

penggunaan, antara lain:

1. Responden yang dilibatkan harus para pakar dan memahami permasalan dengan

baik.

2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat

tajam/ ekstrim di kalangan responden.

Dalam merating dengan menggunakan AHP didasarkan pada preferensi para pakar,

(43)

itu perlu pengembangan metode AHP yang dapat menyerap preferensi seluruh lapisan

masyarakat sesuai dengan prinsip otonomi daerah.

Preferensi semua lapisan masyarakat baik itu pemerintah, stakeholder, LSM,

DPRD, calon responden, ahli dari Perguruan Tinggi dan lain-lainnya diperoleh

melalui Focused Group Discusion (FGD). Dari FGD akan diperoleh kesepakatan

tentang infrastruktur mana saja yang perlu dinilai dan kriteria apa saja yang harus

ditetapkan untuk penilaian infrastruktur di kabupaten-kota. FGD juga digunakan

untuk memperoleh kesepakatan tentang materi kuesioner yang akan digunakan untuk

memperoleh preferensi semua lapisan masyarakat.

Melalui FGD akan diperoleh kriteria-kriteria, alternatif-alternatif,

indikator-indikator yang diperlukan yang merupakan kesepakatan semua pihak yang

merupakan dasar bagi penyusunan kuesioner.

Kuesioner yang telah diuji coba, dibagikan kepada responden yaitu para pakar

dan praktisi di bidang infrastruktur untuk memperoleh preferensi mereka dalam

membandingkan secara berpasangan kriteria maupun alternatif yang ada. Selanjutnya

hasil kuesioner yang diperoleh akan dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy

Process (AHP), untuk memperoleh rating dari kabupaten–kota di wilayah Sumatera

Utara.

Pentingnya rating di berbagai bidang kegiatan ditunjukkan oleh banyaknya

penelitian yang dilakukan baik secara nasional maupun internasional oleh para pakar

dalam menentukan rating di berbagai bidang. Beberapa diantaranya dapat dilihat

(44)

Sutarman (2005), ”Memeringkat Kawasan Dati-II di beberapa Dati-I Pulau

Sumatera Indonesia berdasarkan kwaliti Sekolah Dasar dan Menengah”. Penelitian

dilakukan sebagai Desertasi Doktor di University Kebangsaan Malaysia, Kuala

Lumpur.

KPPOD (2003), ”Regional Investment Attractiveness, A Survey of Business

Perception”, yakni penelitian yang dilakukan atas kerjasama dengan The Asian

Fundation dalam menentukan rating dari 200 daerah kabupaten-kota di Indonesia

dengan menggunakan metode AHP.

Muhammad Ali Ramdhani (1997), ”Penerapan Prioritas Lokasi Perumahan

Berdasarkan Penggabungan metode AHP dan Promethee”, suatu penelitian untuk

menentukan rating lokasi yang sesuai untuk perumahan.

Word Economic Focused (1997), melakukan penelitian untuk menentukan rating

dari 52 negara menurut daya saing internasionalnya, penelitian ini menggunakan 8

indikator yang salah satu diantaranya adalah infrastruktur.

Widodo (2005), melakukan penelitian untuk menentukan pemilihan Bentuk

Peran Serta Swasta dalam pengelolaan terminal di pelabuhan : “Kasus PT. Pelabuhan

Indonesia II Cabang Tanjung Priok”. Penelitian ini berhasil menentukan rating

bentuk peran swasta dalam pengelolaan Terminal Cabang Tanjung Priok dengan,

menggunakan AHP.

Haryono Sukarto (2006), ”Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta dengan

Analisis Kebijakan AHP”, yang berhasil menentukan rating model transportasi yang

(45)

Heru Purboyo, dan Ridwan Sutriadi (2004), ”Penelitian Tentang Kajian

Pengembangan Sistem Penilaian dan penentuan peringkat kota dan kabupaten

berdasarkan nilai infrastruktur wilayah di Jawa Barat”. Penelitian yang dilakukan

berhasil menentukan rating kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat dengan

menggunakan metode AHP, dan berbagai penelitian lainnya.

Dengan diperolehnya rating daerah kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara

ini akan memudahkan bagi investor untuk memilih dan memutuskan daerah

tempatnya berinvestasi. Peringkat ini juga diperlukan untuk memotivasi daerah untuk

bersaing dalam meningkatkan daya tarik daerahnya dengan jalan membenahi

infrastruktur di daerah masing-masing. Rating daerah otonom kabupaten-kota

wilayah Sumatera Utara ini bukan saja bermanfaat bagi para investor dan memotivasi

persaingan antar daerah otonom kabupaten–kota. Namun juga diperlukan oleh

pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam pengelolaan dan bantuan

pengelolaan infrastruktur antara wilayah kabupaten-kota dalam hal menentukan

urutan prioritas yang dilatarbelakangi masalah yang konvensional yakni masalah

keterbatasan dana pembangunan yang dimiliki pemerintah provinsi maupun

pemerintah pusat. Rating daerah otonom kabupaten–kota yang diperoleh akan

bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Perencanaan Wilayah.

Dari uraian yang telah disampaikan dapat dirasakan betapa pentingnya

pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat baik di

Bangladesh, China, Afrika Selatan, maupun di beberapa negara lainnya. Sejarah telah

(46)

bersangkutan telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

mensejahterakan rakyatnya. Karena itu pemerintah provinsi Sumatera Utara harus

segera mencari strategi pembangunan infrasrtuktur di daerah Sumatera Utara dan

menentukan urutan prioritas pembangunannya. Hal ini perlu mengingat bahwa

pembangunan infrastruktur memerlukan dana yang cukup besar sedangkan

kemampuan pemerintah terbatas. Pembangunan infrastruktur yang dipilih haruslah

pembangunan infrastruktur yang padat karya, adil dan melibatkan masyarakat lokal

sebagai basis pembangunan dan tidak bias perkotaan

1.2 Perumusan Masalah

Dari keseluruhan uraian sebelumnya dapatlah dirumuskan bahwa permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan metode AHP untuk menentukan rating Kabupaten

Kota berdasarkan nilai infrastruktur yang mampu menyerap

preferensimasyarakat.

2. Bagaimana memperoleh rating daerah otonom kabupaten–kota di wilayah

provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan perencanaan partisipatif.

3. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PDRB

kabupaten-kota berkaitan?

4. Apakah ada korelasi positif antara rating kabupaten-kota dengan PAD

kabupaten-kota berkaitan?

(47)

kerja yang diserap investor yang masuk ke kabupaten-kota bersangkutan.

1.3 Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa tujuan yang ingin dicapai,

di antaranya:

1. Diperolehnya pengembangan metode AHP yang mampu menyerap preferensi

masyarakat, sesuai dengan prinsip pelaksanaan otonomi daerah.

2. Diperolehnya rating kabupaten – kota di wilayah Sumatera Utara.

3. Diperolehnya informasi tentang hubungan antara rating kabupaten-kota dengan

besarnya PDRB, PAD dan jumlah tenaga kerja yang diserap PMDN dan PMA di

kabupaten-kota bersangkutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan mempunyai tingkat objektivitas yang cukup baik tidak

hanya dalam menghasilkan rating kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara,

tetapi juga memberikan semacam preskripsi bagi daerah yang dikaji dalam

peringkat tersebut, karena peneliti independen dalam melakukan penelitian.

2. Hasil pengembangan metode AHP dapat digunakan sebagai model analisis pada

perencanaan partisipatif, sesuai prinsip pelaksanaan otonomi daerah dimana

(48)

3. Hasil penelitian dapat menjadi embrio dari sebuah sistem tolok ukur penilaian

infrastruktur yang bersifat regional maupun nasional, yang selanjutnya akan

sangat dibutuhkan dalam menciptakan suatu iklim parsaingan sehat, dalam

penyediaan infrastruktur wilayah.

4. Aspek yang lebih penting dari penelitian ini adalah tindakan dari hasil pengurutan

(rating) tersebut. Atau dalam dunia perencanaan wilayah dan kota lebih mengarah

kepada suatu preskripsi. Preskripsi ini diarahkan sebagai rancangan yang berupa

rencana-rencana tindak bagi daerah sesuai dengan urutan tersebut. Isi preskripsi

dari program tindak tersebut dapat berupa arahan pengembangan infrastruktur,

serta arahan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur wilayah yang ada.

5. Penelitian ini tidak hanya menerapkan teori pada suatu kasus tertentu, melainkan

para aktor (stakeholder) yang terkait dengan studi kasus ini turut memberikan

pengaruh terhadap identifikasi, analisis, serta kesimpulan dari penelitian yang

dilakukan. Begitu pula dalam membuat rating daerah otonom Kabupaten – Kota

tidak semata-mata berdasarkan kelengkapan infrastruktur wilayahnya saja,

melainkan jenis infrastruktur serta kriteria dan indikatornya pun ditentukan oleh

para stakeholder.

6. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai arahan pada daerah

otonom baik kota maupun kabupaten untuk membangun basis data infrastruktur

wilayah yang lengkap dan terpadu. Sehingga tiap jenis data yang berkaitan

dengan infrastruktur dapat tersedia dan memiliki keseragaman yang standar antar

(49)

7. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dalam menentukan urutan prioritas pengelolaan dan bantuan pengelolaan

infrastruktur kepada daerah otonom kabupaten-kota di wilayah Sumatera Utara

dengan keterbatasan dana pembangunan yang tersedia.

8. Rating kabupaten–kota dari penelitian ini dapat digunakan para investor sebagai

informasi dalam menentukan daerah tempatnya berinvestasi, dan akan menjadi

pendorong bagi daerah otonom kabuapten–kota di wilayah provinsi Sumatera

Utara untuk meningkatkan daya saing daerahnya masing- masing.

Latar belakang yang telah diuraikan seblumnya dapat dilihat dalam bentuk

(50)

Gbr –1: Latar Belakang Permasalahan Infrastruktur Pengelolaan Infrastruktur Wilayah Kemampuan Kab-Kota Pusat Permasalahan Kab-Kota Sistem Perencanaan Sistem Politik Potensi Kab-Kota Lahan dan Infrastruktur Wilayah Penduduk dan Kegiatan Usaha Supply Demand Kab-Kota Sistem Sosial-Masyarakat Pengoperasian dan Pemeliharaan Infrastruktur Pengembangan Infrastruktur Pembiayaan Pembangunan Desentralisasi Provinsi Kab-Kota

Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten dan bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-Kabupaten yang Strategis

Di Tingkat provinsi

Pedoman Pengelolaan Infrastruktur Antar Wilayah Kota-Kabupaten Serta Bantuan Pengelolaan Infrastruktur Kota-kabupaten yang Strategis

Di Tingkat Nasional Keterbatasan Anggaran Kebutuhan Akan Rating

Kab-Kota

Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayahyang

Strategis di Tingkat Nasional Prioritas Penanganan Infrastruktur Wilayah yang Strategis di Tingkat Provinsi

Mampukah Menyelesaikan Permasalahan? LSM ? Pengembangan Wilayah Kab-Kota Yang Terbelakang dan tertinggal

(51)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengembangan Wilayah

2.1.1 Sejarah pengembangan wilayah di Indonesia

Pengembangan Wilayah (Regional Development) merupakan usaha peningkatan

kinerja wilayah, dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi serta

kelestarian lingkungan wilayah. Permasalahan wilayah telah berubah dan

berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan penduduk beserta

kegiatannya. Dalam menanggapi perubahan dan perkembangan masalah wilayah,

pemikiran pada pendekatan pengembangan wilayah juga telah berubah dan

berkembang. Untuk memahami dengan baik perubahan dan perkembangan tentang

pengembangan wilayah di Indonesia, maka dicoba untuk menelusuri keadaan

pengembangan wilayah mulai periode 60-an.

Kebijakan Pembangunan Nasional pada periode 60-an merupakan awal bagi

pembangunan terencana di Indonesia, pembangunan pada era ini dititikberatkan pada

pertumbuhan ekonomi yang tinggi; perencanaan lebih diwarnai oleh

pendekatan-pendekatan sektoral dan parsial, serta nampak jelas adanya garis pemisah antara kota

dan desa dan lebih terfokus pada perencanaan perkotaan, sementara di pedesaan

sering ditemui stagnasi dan kemiskinan.

Adanya dikotomi antara perencanaan kota dan perencanaan daerah/ desa dan

(52)

kurang menguntungkan secara regional. Pendekatan yang mengutamakan

pertumbuhan tanpa memberi perhatian pada pemerataan ternyata lambat laun

menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan menghambat

pertumbuhan itu sendiri. Sehingga hubungan keterkaitan atau sering disebut

interdependency antara kota dan desa/kawasan produksi tidak mungkin dapat terjadi

dengan pola tersebut. Selayaknya kota dan hinterland-nya harus dipandang sebagai

satu mekanisme pengembangan wilayah. Karena itu diperlukan suatu pengembangan

pemikiran untuk menjembatani kesenjangan antara kota dengan desa/ kawasan

produksi, serta bagaimana mengoptimalkan pemamfaatan ruang/lahan dan

sumberdaya lokal. Dalam hal ini diperlukan suatu pendekatan yang dapat

menggabungkan kota, desa, kawasan produksi dan sarana prasarana pendukungnya

sebagai satu kesatuan wilayah/ kawasan.

Pada awal priode 70-an perencanaan secara kewilayahan sudah mulai diminati

meskipun konsepnya baru sebatas untuk kepentingan (ego) sektoral dan diantara

sektor masih berjalan sendiri-sendiri. Pada sektor pertahanan misalnya dilakukan

perencanaan tata guna tanah dengan mendasarkan kepada penilaian kondisi dan

potensi lahan yang ada sehingga diperoleh rencana peruntukan/ penggunaan lahan

(zoning plan). Di sektor kehutanan diintroduksikan cara-cara penatapan fungsi/ status

hutan melalui kriteria jenis tanah, kemiringan lahan dan curah hujan. Di sektor

pengairan dikembangkan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan

pengamatan potensi dan kapasitas

Gambar

Tabel  2-1 : Perkembangan Lalu Lintas di Bangladesh                          Annual averange daily traffic on FRB road
Gambar-3:  Struktur Hierarki yang completePengambilan keputusan dalam metodologi  AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok,
Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tabel 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, kepada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

7) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu

1) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara bertempat..

Pupuk Iskandar Muda dapat memenuhi kebutuhan pupuk untuk petani dan perkebunan yang sangat luas di wilayah Sumatera bagian utara (Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Memperhatikan kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor yang cukup besar terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara, kepada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

ANALISIS KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR WILAYAH KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Meja Hijau Di Fakultas Ekonomi Dan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, untuk mengetahui apakah terdapat ketimpangan