• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATAN

6.1. Keragaan Usahatani Pad

6.1.2. Input Produks

Sarana produksi atau input yang digunakan pada usahatani padi terdiri dari bibit; pupuk; pestisida; tenaga kerja; dan alat-alat pertanian. Perincian penggunaan bibit, pupuk dan pestisida per hektar pada periode Januari-April 2011 pada usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani antara petani SRG dan petani konvensional dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Padi Petani SRG dan Konvensional per Hektar Periode Januari-April 2011

No Komponen

Input

Petani SRG Petani Konvensional

Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) 1. Bibit 23,25 9000 209.250 18,81 9000 169293 2. Pupuk Urea (kg) 289,73 1650 478.054,5 280.39 1650 462.643,50 SP 36 (kg) 49,67 2100 104.307 98.51 2100 206.871 NPK (kg) 32.64 2350 76.704 Phonska (kg) 226,82 2350 533.027 204.58 2350 480.763 Za (kg) 66,22 1450 96019 13.35 1450 19.357,50 . Kompos (kg) 198,68 800 3 Pestisida Cair (L) 0,83 51.695,77 5,16 330.593,70 Padat (kg) 2,15 64.072,85 2,22 64.563,98 6.1.2.1. Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani baik petani SRG dan konvensional adalah bibit yang dibeli dari kios saprotan yang ada di Desa Mangunjaya. Varietas bibit yang digunakan adalah jenis padi ciherang. Pemilihan jenis padi ciherang dikarenakan menurut petani di lokasi penelitian, harga jual yang didapat relatif lebih tinggi di banding varietas padi yang lainnya seperti padi IR 64. Selain harga yang lebih tinggi, petani memilih menanam padi jenis ciherang karena varietas ini merupakan varietas yang cocok untuk ditanam di musim hujan maupun musim kemarau. Alasan utama petani memilih menanam jenis padi ciherang adalah karena jenis padi ini memiliki umur masa tanam yang lebih pendek dibanding varietas lain seperti IR 64.

Jumlah rata-rata bibit per hektar yang digunakaan oleh petani SRG pada periode tanam Januari-April 2011 adalah sebanyak 15,40 kilogram per hektar. Sedangkan Jumlah rata-rata bibit per hektar yang digunakaan oleh petani konvensional pada periode tanam Januari-April 2011 adalah sebanyak 16,45 kilogram per hektar. Penggunaan jumlah bibit padi akan mempengaruhi total pengeluaran untuk input produksi padi.

6.1.2.2. Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani responden terdiri dari dua macam, yaitu pupuk organik (pupuk kompos) dan pupuk anorganik (pupuk urea, SP36, NPK, Phonska dan Za). Pupuk kompos yang digunakan adalah pupuk yang dibeli dari

kios saprotan yang ada di Desa Mangunjaya. Begitu juga dengan pupuk (pupuk urea, SP36, NPK, Phonska dan Za) diperoleh petani dengan membelinya di kios saprotan yang ada di Desa Mangunjaya. Penggunaan pupuk organik (pupuk kompos) hanya dilakukan oleh seorang petani SRG. Dimana petani lainnya baik petani SRG maupun konvensional masih bergantung terhadap pupuk anorganik saja. Jumlah penggunaan pupuk oleh petani SRG dan konvensional bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Jenis Pupuk, Harga Pupuk dan Penggunaan Pupuk Rata-rata Petani Berdasar Sistem Penjualan Periode Januari-April 2011.

No. Jenis Pupuk Harga per Kg(Rp) Petani SRG (Kg) Petani Konvensional (Kg) 1. Urea 1.650 289,74 280,39 2. Sp36 2.100 49,67 98,51 3. NPK 2.350 - 32,64 4. Phonska 2.350 262,82 204,58 5. Za 1.450 66,22 13,35 6. Kompos 800 198,68 - 6.1.2.3. Pestisida

Pestisida yang digunakan oleh petani tergantung dari petani itu sendiri. Pada saat penelitian dilakukan banyak lahan sawah petani yang terserang hama wereng sehingga menyebabkan banyaknya jumlah pestisida yang digunakan oleh petani. Banyaknya pestisida yang digunakan juga dikarenakan menurut petani hama wereng yang menyerang sawah mereka sudah kebal terhadap pestisida yang diberikan oleh petani, baik itu pestisida bubuk dan pestisida cair. Hal ini dikarenakan petani di Desa Mangunjaya sering memberikan pestisida terhadap tanaman padinya meskipun tanaman padi tersebut tidak sedang dijangkiti hama wereng. Petani responden di Desa Mangunjaya beranggapan dengan memberikan pestisida ke tanamannya maka akan menyebabkan tanamannya tahan terhadap hama.

Pestisida yang digunakan oleh petani terdiri dari dua jenis yaitu pestisida cair dan bubuk. Penggunaan pestisida dilakukan dengan cara mencampurkan

konsentrat padat ataupun cair tersebut kemudian disemprotkan ke tanaman padi. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Rata-rata penyemprotan pestisida oleh petani dilakukan sesuai dengan keinginan petani tersebut. Jika oleh petani dinilai tanaman padinya memerlukan pestisida, penyemprotan bisa dilakukan hingga empat kali dalam satu masa tanam.

Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan oleh petani pemilik SRG per hektar lahan pada periode tanam Januari-April 2011 sebanyak 0,828 liter pestisida cair dan 2,15 kilogram pestisida bubuk. Untuk rata-rata jumlah pestisida yang digunakan oleh petani konvensional adalah sebanyak 5,16 liter pestisida cair dan 2,22 kilogram pestisida bubuk. Dengan demikian, rata-rata penggunaan pestisida yang digunakan oleh petani konvensional lebih banyak dibandingkan dengan petani SRG.

6.1.2.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan oleh petani SRG dan petani konvensional terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam semua kegiatan usahatani padi yang dilakukan di lokasi penelitian seluruhnya dikerjakan oleh tenaga kerja laki- laki. Penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyemprotan pestisida dan pemanenan.

Pada jenis kegiatan penanaman terdapat dua cara dalam pembayaran tenaga kerja yang dilakukan. Cara pertama adalah dengan cara ceblok, yaitu petani hanya membayar upah makan dengan kisaran biaya Rp 10.000,00-Rp 15.000,00 dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan akan mendapat kepastian akan dipekerjakan kembali ketika kegiatan pemanenan. Hal ini biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki lahan kecil. Cara kedua adalah dengan cara

borongan, yaitu petani akan membayar upah kepada tenaga kerja sesuai dengan luas lahan yang akan ditanam. Besar upah untuk cara borongan berkisar dari Rp 400.000,00 sampai Rp 500.000,00 per satu bahu atau 0,66 hektar. Untuk kegiatan pemanenan, baik petani SRG maupun konvensional menerapkan cara yang sama dalam pembayaran upah tenaga kerja, yaitu dengan menggunakan cara bawon.

Cara pembayaran bawon adalah cara pembayaran bagi hasil dimana tenaga kerja akan mendapatkan satu per enam dari hasil panen petani. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam analisis usahatani padi menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Di lokasi penelitian lama jam kerja tidak ditentukan oleh petani. Petani hanya menginginkan dengan upah yang dibayar suatu jenis pekerjaan bisa selesai dalam satu hari dimana untuk satu HKP adalah delapan jam per hari.

Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi per hektar periode Januari- April 2011 untuk petani SRG adalah 29,761 HKP untuk tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari 7,53 HKP pada proses penanaman, 14,081 HKP pada proses pemanenan dan 8,15 HKP untuk proses lainnya. Pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani SRG adalah 3,92 HKP. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi per hektar periode Januari- April 2011 untuk petani konvensional adalah 41,49 HKP untuk tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari 10,86 HKP pada proses penanaman, 15,85 HKP pada proses pemanenan dan 7,39 HKP untuk proses lainnya untuk tenaga kerja luar keluarga. Pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani konvensional adalah 4,24 HKP. Dengan demikian, jumlah penggunaan tenaga kerja petani konvensional lebih banyak daripada petani SRG.

6.1.2.5. Alat-Alat Pertanian

Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan padi adalah cangkul, arit, ember, linggis, pompa air, alat semprot hama dan traktor. Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah, arit digunakan untuk menyiangi ilalang yang ada di sekitar lahan sawah, linggis digunakan untuk membalikkan tanah dan memecah tanah keras, pompa air digunakan untuk membantu mengairi sawah, alat semprot hama digunakan sebagai wadah penyemprot pestisida untuk memberantas hama dan traktor digunakan untuk membajak sawah dan menggemburkan tanah. Peralatan yang digunakan oleh petani responden adalah milik pribadi.

Metode perhitungan penyusutan alat pertanian yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Nilai biaya penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi dihitung ke dalam komponen biaya yang diperhitungkan. Nilai rata-rata penyusutan alat pertanian petani SRG adalah

sebesar Rp 794.006,6 dan Rp 818.039,90 untuk nilai rata-rata penyusutan alat pertanian petani konvensional.

Dokumen terkait