• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Manfaat Sistem Resi Gudang

Dalam penerapan SRG yang dilakukan oleh petani responden di Gapoktan Jaya Tani, ada beberapa manfaat yang dirasakan oleh petani responden. Manfaat tersebut terdiri dari dua jenis manfaat. Manfaat pertama adalah manfaat dari segi non ekonomis dan yang kedua adalah manfaat dari segi ekonomi.

Manfaat dari segi non ekonomis yang dirasakan oleh petani responden yang telah memanfaatkan SRG terdiri dari manfaat penyimpanan, manfaat keamanan, manfaat jaminan mutu dan manfaat pemasaran. Manfaat penyimpanan yang dirasakan oleh petani responden adalah gabah yang dimiliki oleh petani bisa dititipkan di gudang SRG karena tidak memiliki tempat penyimpanan yang besar. Manfaat kedua yang dirasakan adalah manfaat keamanan, yaitu mendapatkan asuransi atas gabah yang mereka simpan. Berdasarkan asuransi atas gabah yang petani simpan di gudang SRG, maka petani akan mendapatkan jaminan keamanan atas gabah mereka. Hal ini menurunkan resiko yang diterima oleh petani atas gabah mereka.

Asuransi didapatkan petani setelah gabah lolos uji mutu yang dilakukan oleh LPK yang ditunjuk pengelola gudang. Menurut petani responden, biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk menyimpan dan mendapatkan asuransi atas gabah mereka sangat ringan yaitu Rp 75,00 per kilogram untuk jangka waktu penyimpanan tiga bulan.

Manfaat ketiga yang dirasakan oleh petani responden adalah manfaat jaminan mutu. Manfaat jaminan mutu yang didapat petani adalah gabah milik petani yang disimpan di gudang SRG sudah dipastikan merupakan barang dengan kualitas mutu yang baik. Mutu yang baik ditentukan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh LPK, dimana standar mutu yang diacu oleh LPK adalah standar mutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Berdasarkan jaminan mutu pada gabah yang dimiliki oleh petani, petani dapat meningkatkan posisi tawar mereka kepada calon pembeli gabah. Peningkatan posisi tawar petani responden didapatkan karena petani memiliki gabah dengan kualitas yang baik dimana hal ini dibuktikan

dengan adanya sertifikat uji mutu yang dimiliki oleh petani. Petani bisa mengklaim bahwa gabah yang dimiliki oleh mereka memiliki kualitas yang lebih baik dari gabah petani lain yang tidak memilii sertifikat standar mutu. Dengan demikian, petani mampu meningkatkan posisi tawarnya agar mendapatkan harga yang tinggi dari calon pembeli gabah.

Manfaat non ekonomis terakhir yang dirasakan oleh petani responden dari pemanfaatan SRG adalah manfaat pemasaran. Manfaat pemasaran yang didapatkan oleh petani responden dalam penerapan SRG adalah petani bisa memantau harga di pasaran. Informasi harga didapat petani dengan bertanya langsung kepada pengelola gudang. Pengelola gudang akan memberikan perkembangan harga yang ada di pasaran kepada petani responden yang memanfaatkan SRG.

Selama ini, petani merasa informasi harga yang mereka dapat terkadang tidak sesuai dengan kenyataan, dimana informasi harga terkadang sering ditutup- tutupi oleh tengkulak, contohnya ketika tengkulak memberi informasi bahwa jika petani menjual hasil panennya pada waktu tertentu, harga yang diberikan oleh tengkulak ternyata lebih rendah dari harga pasaran yang sedang berlaku. Petani menganggap dengan adanya informasi harga terkini, petani bisa menentukan kapan penjualan gabah harus dilakukan sehingga petani bisa mendapatkan harga terbaik. Pada manfaat pemasaran selain mendapatkan informasi harga, petani mendapatkan bantuan dalam memasarkan gabah mereka dimana pengelola SRG juga akan memberikan informasi tentang gabah yang dimiliki petani responden kepada calon pembeli.

Manfaat ekonomis pertama yang dirasakan oleh petani responden adalah manfaat pembiayaan, dimana petani bisa mendapatkan bantuan pinjaman bagi usahataninya. Pinjaman didapatkan petani responden dari bank yang bekerja sama dengan pihak SRG yaitu bank BRI dan bank BPD Jabar dengan menggunakan dokumen resi gudang sebagai agunan bagi pinjaman yang mereka lakukan. Dengan memanfaatkan SRG petani bisa memperoleh pinjaman sebesar 70 persen dari total nilai komoditi yang tertera di dokumen resi gudang. Dalam pemberian pinjaman tersebut petani harus membayar bunga pinjaman yang dirasa tidak memberatkan, yaitu sebesar 1,5 persen untuk masa pinjaman selama tiga bulan.

Proses untuk mengurus dokumen SRG selama dua hari dan dua hari lagi untuk mengurus pinjaman hingga pinjaman bisa dicairkan membantu petani dalam pembiayaan usahatani dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini membatu petani yang menjual hasil panennya ke tengkulak, dimana terkadang pembelian yang dilakukan oleh tengkulak mengalami kelambatan pembayaran dari waktu yang telah disepakati. Selama ini petani mengalami kesulitan dalam pembiayaan usahataninya yang menyebabkan petani terpaksa harus menjual gabahnya tanpa ada kesempatan untuk menunggu harga terbaik bagi gabahnya. Penjualan gabah oleh petani dikarenakan petani harus memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk melakukan kembali usahataninya. Dengan memanfaatkan SRG petani bisa memenuhi kebutuhannya dan melakukan usahataninya melalui pinjaman yang diperoleh sambil menunggu harga yang terbaik bagi gabahnya.

Manfaat ekonomis kedua adalah petani SRG mampu mendapatkan harga yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak memanfaatkan SRG. Harga yang lebih baik ini didapatkan petani dengan cara memanfaatkan metode tunda jual. Dengan memanfaatkan metode tunda jual, petani menunggu harga terbaik yang akan didapat saat menjual gabahnya. Hal ini dilakukan petani saat musim panen tiba. Ketika musim panen tiba harga yang diterima petani lebih rendah karena jumlah gabah yang ada di pasaran masih banyak, namun ketika petani menunggu hingga tiga bulan atau sesuai dengan batas masa penyimpanan gabah mereka di gudang SRG, maka petani akan mendapatkan harga yang lebih baik. Hal ini dikarenakan jumlah gabah yang ada di pasaran lebih sedikit dibandingkan saat musim panen.

7.2. Kendala Pemanfaatan Sistem resi Gudang

Dalam pelaksanaan pemanfaatan SRG petani responden juga mengalami beberapa masalah. Seluruh petani reponden mengalami dua masalah utama yang sama yaitu masalah dengan pengeringan gabah dan hambatan dari keluarga yaitu istri petani responden. Kesulitan dalam menjemur gabah terjadi karena di Desa Mangunjaya sering terjadi hujan, sehingga menyebabkan petani responden kesulitan untuk menjemur gabahnya dan menghasilkan gabah yang sesuai standar mutu dalam waktu cepat. Adapun hambatan petani yang berasal dari keluarga

karena istri petani yang biasanya mengatur keuangan keluarga merasa bahwa SRG ini belum terbukti memberikan keuntungan secara nyata, selain itu istri petani takut mengalami kegagalan jika menerapkan sistem ini. Selain itu istri petani sudah terlebih dahulu skeptis dalam menanggapi munculnya program baru dari pemerintah. Hal ini dikarenakan sudah beberapa kali petani sering dikecewakan dengan program-program yang di ajukan oleh pemerintah.

Untuk mengatasi permasalahan utama yang muncul tersebut, petani responden menerapkan dua jenis cara, yaitu petani menjemur gabahnya di dalam gudang penyimpanan beras pada saat turun hujan dan menjemur di bawah sinar matahari langsung pada saat hari cerah. Untuk permasalahan meyakinkan istrinya, petani responden meyakinkan istrinya secara perlahan dan dibantu petani lain dan juga diajak ikut untuk menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh pengelola gudang saat sosialisasi SRG dengan demikian istri petani menyetujui agar petani responden menerapkan Sistem Resi Gudang.

Dokumen terkait