• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatan

Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun teritorial sebagai pengelolanya. Menurut Soeharja dan Patong (1973), usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Menurut Hernanto (1989) ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi yaitu :

1. Tanah

Tanah merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu, tanah memiliki beberapa sifat yaitu : (1) luasnya relatif tetap atau dianggap tetap, (2) tidak dapat dipindah-pindahkan dan (3) dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani digolongkan kedalam tiga jenis yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan,

ketrampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, dan faktor alam. Oleh karena itu dalam prakteknya, digunakan satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan kerja mulai dari persiapan hingga pemanenan dengan menggunakan inventarisasi jam kerja (1 hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total (HK total). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga.

3. Modal

Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta manajemen menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian. Dalam usahatani, yang dimaksud dengan modal adalah tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, ikan di kolam, bahan-bahan pertanian, piutang di bank, serta uang tunai. Menurut sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yakni modal tetap yang meliputi tanah bangunan dan modal tidak tetap yang meliputi alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak, ikan di kolam. Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.

4. Manajemen

Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaik- baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian sedemikian rupa sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai; (d) daya dukung faktor yang dikuasai dan (e) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan

perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan dan (f) ukuran- ukuran keberhasilan yang lazim.

Pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan. Hal ini dilakukan agar ia dapat mencapai tujuan sebaik²baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesukaran- kesukaran lain yang yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 1986). Seorang penyuluh pertanian memiliki peran yang penting dalam memberikan petunjuk kepada petani dengan cara membantu petani melihat permasalahannya, menganalisis permasalahan tersebut dan mengambil keputusan dengan benar.

Lebih lanjut Soekartawi (1986) menambahkan bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara ilmu usahatani dengan ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan ilmu usahatani pada dasaranya memperhatikan cara-cara petani dalam memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ekonomi. Penelitian usahatani dianggap mempunyai sifat multi disiplin karena harus memperhatikan informasi, prinsi dan teori dari ilmu yang sangat erat kaitannya, seperti sosiologi dan psikologi maupun berbagai bidang ilmu tanaman dan ilmu hewan. Menurut Soekartawi (1986) umumnya penelitian usahatani merupakan penelitian terapan dan mempunyai salah satu atau kedua tujuan umum di bawah ini:

1. Menyediakan informasi yang dapat membantu petani dalam mengelola usahataninya sehingga mereka lebih mampu mencapai tujuannya.

2. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai petani dan pengelolaannya sehingga membantu di dalam perumusan kebijsanaan dan perencanaan pembangunan yang lebih baik.

3.1.2. Keuntungan Usahatani

Terdapat dua jenis keuntungan suatu usahatani, yaitu yang dapat dihitung secara ekonomi (tangible) dan yang tidak dapat dihitung ke dalam satuan uang

(intangible). Keuntungan ekonomi adalah keuntungan berupa besar atau tidaknya pendapatan dan efisien atau tidaknya suatu penelitian yang digambarkan oleh nilai rasio R/C nya. Keuntungan non ekonomi terdiri dari kesuburan lingkungan, pemandangan yang menjadi indah dan sebagainya.

Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai selisih pengurangan dari nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses usahatani. Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi, karena itu pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dipakai untuk membandingkan keragaan beberapa usahatani (Mariani, 2007).

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditentukan. Kegunaan anailisi ini adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan di masa yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973)

Menurut Soekartawi (1986), penerimaan usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan usahatani mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan. Penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produk dengan harga pasar yang berlaku, sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan kepada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dan berasal dari usahatani itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk memperhitungkan berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai dalam proses produksi tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja kerluarga. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang,

seperti biaya pembelian saran produksi, biaya untuk membayar tenaga kerja. Pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja kerluarga diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu masalah yang dihadapi negara Indonesia sekarang ini adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan melalui pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pertanian. Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyak digalakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub sektor pangan adalah usahatani padi. Petani padi dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran yang digunakan dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut.

Dalam usahatani padi diharapkan adanya peningkatan pendapatan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani padi pada khususnya. Hal ini menjadi salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat yaitu adanya peningkatan pendapatan dari petani tersebut.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan usaha tani padi, pemerintah mengeluarkan salah satu kebijakan baru yaitu Sistem Resi Gudang (SRG). Namun pada pelaksanaannya belum banyak petani di Indonesia yang sudah memanfaatkan peraturan ini. Salah satu Resi Gudang tersebut berada di daerah Indramayu, Jawa Barat. Tujuan dibangunnya Gudang tersebut di Indramayu karena Indramayu merupakan sentra penghasil padi di Jawa Barat, dimana Jawa Barat merupakan wilayah penghasil padi terbanyak di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan pendapatan usahatani petani padi di Kecamatan Anjatan Indramayu yang telah memanfaatkan SRG dengan petani yang belum memanfaatkannya. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian yang membandingkan konsep usahatani konvensional dan yang memanfaatkan Resi Gudang ini diharapkan dapat membantu pihak terkait khususnya petani dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan atau menerapkan sistem usahatani yang mana yang lebih

menguntungkan bagi petani. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Usahatani Gabah dengan Memanfaatkan Sistem Resi Gudang Studi Kasus Gapoktan Jayatani Indramayu

Pendapatan yang diperoleh petani gapoktan Jayatani rendah.

Petani SRG

Manfaat non ekonomis Manfaat ekonomis

Analisis Pendapatan Usahatani

xAnalisis keragaan usahatani

xAnalisis pendapatan usahatani

- Penerimaan usahatani

- Biaya usahatani

xAnalisis efisiensi usahatani

Rekomendasi kepada petani dan pemerintah tentang pemanfaatan Sistem Resi Gudang dalam usahatani di Desa Mangunjaya Indramayu

xUpaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

xPembangunan di bidang pertanian sub sektor pertanian pangan.

xPeraturan pemerintah tentang Sistem Resi Gudang.

xJawa Barat merupakan sentra penghasil padi di Indonesia.

xPembangunan Gudang di Indramayu

J B t

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mangunjaya, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang sudah memanfaatkan Sistem Resi Gudang dan para petani yang belum memanfaatkan sitem tersebut yang tergabung dalam Gapoktan Jayatani. Pemilihan lokasi ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa daerah tersebut dekat dengan letak Gudang Resi Gudang yang ada di Indramayu. Penelitian lapang dilakukan selama tiga bulan, dimulai pada bulan April 2011 sampai bulan Juli 2011 untuk pengumpulan data. Karena pada saat tersebut di wilayah Desa Mangunjaya dalam musim panen dan menunggu hasil penjualan gabah yang ada di gudang SRG.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan sebagai sumber data dan informasi adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari pengamatan langsung ke lapangan, yaitu hasil wawancara dengan petani responden yang belum dan sudah memanfaatkan SRG dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan pendukung data primer yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, PT. Pertani selaku pengelola gudang, dan instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui beberapa literatur berupa data pemanfaatan SRG yang pernah dilakukan berkaitan dengan kegiatan penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara melalui pengisian kuisioner yang pertanyaanya disampaikan kepada petani responden. Penentuan petani responden dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu pengambilan contoh secara acak (stratified sampling) untuk petani yang belum memanfaatkan SRG dan metode teknik sensus untuk petani yang sudah memanfaatkannya.

Pengambilan petani responden didasarkan pada petani yang tergabung didalam suatu gabungan kelompok tani. Jumlah responden yang diambil sebanyak 33 orang petani responden yang terdiri dari 29 petani yang belum memanfaatkan SRG dan empat orang petani responden yang sudah memanfaatkan SRG. Jumlah responden untuk petani yang belum memanfaatkan SRG diambil berdasarkan kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Jaya Tani yang menanam padi. Kemudian setelah dibagi menjadi lima kelompok tani, untuk menentukan contoh di tiap kelompok tani dilakukan dengan cara acak dan didapat 29 orang petani responden. Sementara itu pemilihan petani yang telah memanfaatkan SRG sebanyak empat petani karena dalam Gapoktan tersebut hanya empat petani tersebut saja yang memanfaatkan SRG dengan menggunakan metode teknik sensus.

4.4. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilalanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Analisis kualitatif dilakukan bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani gabah di Desa Cipancuh sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani yang sudah memanfaatkan Sistem Resi Gudang dan yang belum memanfaatkanya berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani yang dikeluarkan, sedangkan R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani.

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan

pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah (Soekartawi, 1986) :

TR = P x Q

TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan

ʌDWDVELD\DWXQDL = TR - biaya tunai

ʌDWDVELD\DWRWDO = TR ± TC Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani yang dijual dalam bentuk gabah (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)

P : harga output (Rp/Kg) Q : jumlah output (Kg)

ʌ : pendapatan atau keuntungan (Rp)

Pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) adalah analisis R/C. Analisis R/C rasio dalam usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. Selain itu R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1986) :

R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1986).

Tabel 5. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio per Hektar per Tahun Tanaman Tahunan

No Keterangan Jumlah Harga per

Satuan (Rp) Total (Rp) A Penerimaan B Biaya tunai 1 Bibit 2 Pupuk 3 Obat-obatan

4 Tenaga kerja luar keluarga 5 Irigasi

Total biaya tunai

C Biaya yang diperhitungkan

1 Penyusutan 2 Sewa lahan

3 Tenaga kerja keluarga

Total biaya yang diperhitungkan D Total biaya (B+C)

E Pendapatan atas biaya tunai (A-B) F Pendapatan atas biaya total (A-D) G R/C atas biaya tunai (A/B)

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Wilayah dan Topografi

Desa Mangunjaya memiliki wilayah administratif dengan batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Cilandak, sebelah selatan dengan Desa Bugis Tua, sebelah barat dengan Mekarjaya Kabupaten Subang, dan sebelah timur dengan Desa Bugis. Desa Mangunjaya memiliki luas wilayah sebesar 11.063,37 hektar dan dihuni oleh 6.428 jiwa penduduk (Monografi Desa Mangunjaya, 2010).

Topografi Desa Mangunjaya memiliki rata-rata ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Desa Mangunjaya memiliki kondisi iklim yang cukup tinggi dengan suhu rata-rata tiap bulan mencapai 29,5°C dengan suhu terendah 25°C dan suhu tertinggi 34°C. Tingkat kelembaban udara yang dimiliki yaitu sebesar 70 persen dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 2000 mm dan curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari dan Februari. Kondisi alam tersebut mendukung potensi agribisnis pada Desa Mangunjaya, seperti padi dan tanaman palawija.

Padi merupakan salah satu potensi agribisnis yang sangat potensial untuk dikembangkan di Desa Mangunjaya dimana luas lahan sawah di Desa Mangun jaya yang mencapai 480 hektar atau sekitar 4,3 persen dari total luas wilayah. Selain padi, hortikultura merupakan salah satu potensi agribisnis yang dapat dikembangkan lagi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

5.2 Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa persebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Mangunjaya terdapat 12 jenis pekerjaan, dimana sektor pertanian menempati peringkat pertama dengan total 4.213 penduduk atau 65,64 persen dari total penduduk Desa Mangunjaya. Hal ini menunjukkan bahwa bidang pertanian memiliki potensi yang besar dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk dapat berkembang lagi. Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada tingkat usia kerja di bidang pertanian dan diikuti dengan penduduk di usia sekolah.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Warga Desa Mangunjaya Berdasarkan Lokasi Dusun Tahun 2010 (Orang)

Jenis Pekerjaan

Lokasi

Persentase (%)

No Mangunsari Bodas Karangjaya Jumlah

1 PNS 7 9 6 22 0,37 2 TNI/Polri 0 0 2 2 0,04 3 Pensiunan 0 0 1 1 0,02 4 Wiraswasta 2 31 41 73 1,14 5 Industri kecil 7 1 5 13 0,20 6 Pedagang 14 51 50 115 1,80 7 Nelayan 0 0 0 0 0 8 Petani 708 644 699 2.051 31,94 9 Buruh tani 793 674 695 2.162 33,70 10 Pelajar 362 504 491 1.357 21,20 11 Mahasiswa 16 12 11 39 0,64 12 Lain-lain 294 129 152 575 8,95 Total 6.428 100

Sumber: Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Mangunjaya 2010

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa di Desa Mangunjaya masih banyak warga yang tidak bersekolah, yaitu sebanyak 444 orang (20,96 persen). Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan SD, yaitu sebanyak 706 orang (33,33) warga. Tingkat pendidikan paling tinggi adalah perguruan tinggi sebanyak 139 orang (6,56 persen). Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Mangunjaya kesadaraan akan pentingnya pendidikan masih rendah.

Tabel 7. Data Usia Sekolah Warga Desa Mangunjaya Berdasarkan Lokasi Dusun Tahun 2010 (Orang). Tingkat Pendidikan Lokasi Jumlah Persentase (%) No Mangunsari Bodas Karangjaya

1 Belum Sekolah 66 182 78 326 15,40 2 TK 12 18 20 50 2,36 3 SD 254 190 262 706 33,33 4 SLTP 48 29 96 173 8,17 5 SLTA 160 85 35 280 13,22 6 PT 16 112 11 139 6,56 7 Tidak Sekolah 39 141 264 444 20,96 Jumlah 595 757 766 2118 100

Sumber: Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Mangunjaya 2010

Aktivitas usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Mangunjaya terdiri dari dua jenis komoditas utama, yaitu padi dan hortikultura. Tanaman hortikultura yang menjadi produk andalan adalah tanaman jeruk nipis.

5.3. Gudang Sistem Resi Gudang Indramayu

Gudang SRG terletak di Desa Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu. Gudang SRG ini dibangun pada tahun 2008 sebanyak dua gudang yang dikelola oleh PT Pertani. Dalam pelaksanaannya gudang SRG ini dibagi menjadi dua, yang pertama dijadikan gudang untuk menyimpan komoditi beras dan yang satu lagi dijadikan sebagai tempat penyimpanan komoditi gabah. Kapasitas gudang SRG di Indramayu sebesar 3500 ton untuk masing-masing gudang. Pada tahun 2011 jumlah komoditi yang disimpan di gudang SRG telah mencapai 861,6 ton dengan perincian 350 ton beras milik petani, 200 ton gabah milik petani, 53,6 ton gabah milik gapoktan, 98 ton gabah milik poktan dan 160 ton gabah milik koperasi.

Untuk bisa menjadi gudang SRG suatu gudang harus memiliki persyaratan umum seperti adanya akses jalan, bebas banjir dan longsor. Adapaun berdasarkan peraturan Kepala BAPPEBTI 03/ BAPPEBTI/ PER-SRG/ 7/2007, suatu gudang harus memiliki persyaratan teknis sebagai berikut:

1. Konstruksi : Kerangka, atap, dinding, talang air, pintu dan lantai.

2. Fasilitas : Lorong-lorong air, listrik, hydrant, penangkal petir dan kantor. 3. Peralatan : Timbangan, palet, hygrometer, thermometer, tamgga staple dan

pemadam.

Dalam penerapan SRG, pengelola gudang bertugas untuk menjaga barang yang dititipkan baik dari segi keamanan dan kualitas. Dalam upaya menjaga kualitas brang, pengelola gudang melakukan perawatan dengan fumigasi dan

spraying untuk mencegah munculnya kutu pada beras dan gabah yang dilakukan setiap satu bulan sekali. Gabah dan beras di gudang diletakkan di atas palet atau alas dari kayu. Hal ini dilakukan agar gabah dan beras tidak bersentuhan langsung dengan lantai yang menyebabkan gabah dan beras menjadi lembab. Perawatan yang dilakukan oleh pengelola gudang dilakukan unuk menjaga mutu barang yang dititipkan. Kondisi fisik gudang SRG Indramayu dapat dilihat pada Lampiran 12.

5.4. Profil Gabungan Kelompok Tani Jaya Tani

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Jaya Tani merupakan suatu organisasi petani yang dibentuk pada 4 Januari 2006 di Desa Mangunjaya sebagai wadah menampung aspirasi para petani yang terdapat di Desa Mangunjaya. Gapoktan Jayatani terdiri dari enam kelompok tani dimana lima kelompok tani mengusahakan padi dan satu kelompok tani mengusahakan palawija.

Gapoktan Jaya Tani didirikan dengan tujuan sebagai wadah bagi para petani untuk mengembangkan potensi pertanian di Desa Mangunjaya sehingga jika ada permasalahan tentang pertanian di Desa Mangunjaya maka Gapoktan Jaya Tani akan menjadi lembaga yang akan memberikan bantuan dan solusi bagi para petani dalam menghadapi permasalahan yang muncul. Salah satu peranan utama yang diharapkan dapat dilakukan oleh Gapoktan Jaya Tani adalah meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran hasil panennya. Pada umumnya, tanpa adanya sebuah mekanisme pemasaran yang baik maka posisi tawar petani cenderung rendah dibandingkan dengan para pembeli produk hasil pertanian tersebut. Keberadaan Gapoktan Jaya Tani diharapkan posisi tawar

Dokumen terkait