• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Instrumen Penelitian

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

Keterangan:

: Koefisien korelasi antara X dan Y

� : Banyaknya subjek atau siswa yang diteliti ∑ : Jumlah skor tiap butir soal

∑ : Jumlah skor total

∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal ∑ : Jumlah kuadrat skor total

Hasil yang diperoleh dari rumus korelasi product moment di atas, dikonsultasikan dengan tabel harga kritik r product moment dengan � = , . Menurut Arikunto (2013: 89) jika harga lebih dari harga kritik r product moment, maka korelasi tersebut signifikan, artinya alat ukur tersebut valid.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap dan sistematis. Instrumen dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengetahui profil individu siswa. Instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

3.6.1 Instrumen Utama

Menurut Sugiyono (2006: 306), peneliti merupakan instrumen utama pada penelitian kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih subjek sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Peneliti sebagai instrumen utama artinya peneliti terlibat secara langsung dalam penelitian. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat diutamakan karena pengumpulan data harus dilaksanakan dalam situasi yang sesungguhnya.

3.6.2 Instrumen Pengklasifikasian Gaya Belajar VAK

Instrumen pengklasifikasian gaya belajar VAK berupa instrumen angket digunakan hanya sekedar pemberian klasifikasi setiap siswa untuk penelitian. Adapun model instrumenpada penelitian ini yang dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Bobbi DePorter dalam buku Quantum Teaching (2002).

Berdasarkan hasil pengklasifikasian gaya belajar VAK, peneliti dapat mengetahui gaya belajar setiap siswa, sehingga mendukung proses pembelajaran yang diberikan di kelas dengan model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis.

3.6.3 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa digunakan dalam tes setelah KBM. Tes digunakan untuk mengetahui apakah siswa yang diajar dengan model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan atau tidak.

Tes yang dimaksud adalah tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tipe open-ended dalam bentuk uraian. Tes bentuk open-ended dipilih karena dalam soal memiliki jawaban lebih dari satu jawaban memuat beraneka ragam jawaban dan jikahanya memuat satu penyelesaian, maka soal tersebut dapat dipecahkan dalam beberapa strategi penyelesaian, berbentuk uraian, proses berpikir kreatif siswa, pemahaman siswa terhadap masalah, langkah-langkah pengerjaan, dan ketelitian siswa dapat terlihat.

Sebelum soal tes dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes. Kemudian soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dengan tujuan untuk mengetahui validitas teoritis dari instrumen tes yang akan dibuat. Sebelum tes diberikan kepada kelas penelitian, terlebih dahulu tes tersebut diujicobakan pada kelas uji coba yang telah ditentukan untuk mengetahui kelayakan instrumen yang akan digunakan. Setelah instrumen tes diujicobakan dan direvisi, instrumen tes tersebut diberikan kepada kelas penelitian untuk memperoleh data. Sebelum data diperoleh, peneliti harus melakukan penskoran terhadap hasil tes tersebut.

Penilaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menggunakan acuan yang dibuat Silver (1997:78) yang meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan, sebagai berikut.

Tabel 3.3 Hubungan Komponen Kreatif dalam Penyelesaian Masalah Penyelesaian Masalah Komponen Kreatif Siswa menyelesaikan masalah dengan

bermacam-macam interpretasi solusi dan jawaban

Kefasihan Siswa menyelesaikan (atau menyatakan atau

justifikasi) dalam satu cara, kemudian dengan cara lain

Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian

Berpijak pada penjelasan di atas, kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan:

1. memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

2. menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban (kefasihan) 3. menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan siswa

memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu (fleksibilitas)

4. memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode baru yang berbeda (kebaruan).

Adapun kriterian penilaian dalam mengukur aspek kemampuan berpikir kreatif siswa, sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tes Berpikir Kreatif Matematis

Nomor Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Penyelesaian Masalah Skor Kriteria Penilaian

1, 4 Kefasihan

0 Tidak mampu memberikan lebih dari satu cara penyelesaian

1 Memberikan penyelesaian satu cara, namun tidak lengkap

2 Memberikan penyelesaian lebih dari satu cara, namun belum selesai 3 Mampu memberikan satu cara

penyelesaian, lengkap dan benar 4 Mampu memberikan lebih dari satu

cara penyelesaian, dan benar Siswa memeriksa berbagai metode

penyelesaian atau jawaban-jawaban (pernyataan-2 atau justifikasi-2) kemudian membuat metode lain yang berbeda.

2, 5 Fleksibilitas

0 Tidak memberikan penyelesaian dengan satu cara

1 Memberikan penyelesaian dengan satu cara, namun hasil salah

2

Memberikan penyelesaian lebih dari satu cara, namun cara yang lain tidak mengarah dengan soal atau tidak ada pengembangan

3

Memberikan penyelesaian dengan cara yang berbeda , namun hasilnya ada yang salah

4

Memberikan penyelesaian dengan cara yang berbeda, ada pengembangan dan hasilnya benar.

5 Kebaruan

0 Tidak memberikan penyelesaian 2

Proses perhitungan tidak terarah dalam memberikan dan mengungkapkan gagasan baru dari masalah yang diberikan

4

Memberikan dan mengungkapkan gagasan baru dari masalah yang diberikan, proses perhitungan yang sudah terarah tetapi tidak selesai atau ada yang salah

6

Memberikan dan mengungkapkan gagasan baru dari masalah yang diberikan, namun hasilnya kurang sempurna atau jawaban terlalu sederhana

8

Memberikan dan mengungkapkan gagasan baru dari masalah yang diberikan dengan benar dan selesai dengan hasil yang benar, orisinil.

3.6.4 Instrumen Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasar skala penskoran setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, artinya pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2013: 190). Oleh karena itu, peneliti

harus menyiapkan instrumen berupa pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan, namun sangat terbuka bagi perluasan jawaban (Sugiyono, 2010: 319).

Penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara klinis tidak terstruktur. Wawancara klinis tidak terstruktur merupakan jenis wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan, dalam wawancara tak berstruktur peneliti melakukan analisis terhadap setiap jawaban dari responden untuk mengajukan pertanyaan selanjutnya. Wawancara dilakukan sebagai berikut.

1. Wawancara dilakukan secara face to face, yakni terjadi kontak langsung antara peneliti dan informan.

2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara antara peneliti dan informan.

3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat pokok permasalahan yang sama.

3.7 Keabsahan data