• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Model Pembelajaran VAK Berbantuan Pohon matematis .1Belajar dan Pembelajaran .1Belajar dan Pembelajaran

2.1.2.4 Media Pembelajaran Pohon matematis

2.1.2.4Media Pembelajaran Pohon matematis

Menurut Trianto, media pembelajaran diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa dan tidak bersifat verbalistik.

2. Metode pembelajaran lebih bervariasi

3. Siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas 4. Pembelajaran lebih menarik

Menurut Rifa’i & Anni (2009: 196), media pembelajaran adalah alat yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain: (1) media grafis atau media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik atau diagram, (2) media model solid atau media tiga dimensi, seperti model-model benda ruang tiga dimensi, diaroma, dll, (3) media proyeksi, seperti film, slide, (4) media informasi, meliputi komputer, internet, (5) lingkungan. Dengan demikian, dalah satu model yang sejalan dengan media pembelajaran yang dijadikan alternatif pendidik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, adalah media pohon matematis. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan lebih memperdalam tentang media pembelajaran pohon matematis.

Pembelajaran dengan Pohon matematis merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berikir kreatif siswa, namun banyak yang masih kesulitan menerapkannya. Hal ini dapat terjadi, karena “tidak mudah” untuk mengkonstruksi masalah yang memiliki jawaban atau prosedur penyelesaian tidak tunggal. Seperti yang diungkapkan oleh Subanji (2011) bahwa Pohon matematis merupakan perpaduan antara problem posing dan open ended yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa.

Suatu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah pohon matematis. Perpaduan antara pendekatan dari model open ended dan problem posing merupakan kerja dari media pohon matematis. Problem posing mengarahkan siswa untuk mengajukan masalah, sedangkan open ended mengarahkan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang memiliki jawaban atau

cara penyelesaian tidak tunggal. Dalam pembelajaran dengan pohon matematis, guru menyajikan pohon sebagai pokok bahasan, dahan sebagai jawaban atau masalah. Jika dahan berisi jawaban, maka siswa diminta mengkonstruksi soal di daunnya. Jika dahan berisi masalah (syaratnya masalah harus open ended), maka siswa mencari semua jawaban sebagai daunnya. Untuk mengonstruksi pohon matematis ini, siswa harus memahami konsep secara utuh dan mendalam, serta harus berpikir lebih keras, untuk mengkaitkan antara konsep, masalah, dan jawaban yang disediakan. Dalam hal ini, siswa tidak cukup jika hanya mengingat prosedur yang dicontohkan oleh guru. Dalam pembelajaran matematika dengan pohon matematis, semakin banyak masalah yang dibuat, maka pohon tersebut semakin memiliki banyak daun, berarti semakin ‘ rindang’. Sebaliknya bila daun yang dibuat salah, maka daun tersebut menjadi ‘benalu’ yang mengurangi kesuburan pohon. Dari kerindangan pohon matematis ini, dapat dilihat kreativitas siswa (Subanji, 2011).

Sebagai contoh pohon matematis adalah pohon luas persegi panjang, bisa dibuat dahan (stimulus) yaitu “menentukan ukuran pada suatu benda persegi panjang yang luasnya 120 cm2 , siswa diminta untuk mencari sebanyak-banyaknya daun yang berupa gambar persegi panjang yang luasnya 120 cm2 .

Visualisasi yang digunakan dalam pengembangan pola berpikir divergen tersebut adalah menggunakan pola pohon yang berbentuk menyebar dan menjari di bagian cabang dan daun. Visualisasi ini diwujudkan dalam media pembelajaran Pohon matematis yang membantu dalam penggunaan model VAK dalam proses pembelajaran.

Pohon matematis merupakan media pembelajaran matematika berupa gambar pohon dua dimensi yang tersusun dari batang, ranting, dan daun. Fungsi dari masing-masing bagian dari pohon matematis dalam proses pembentukan pemahaman konsep materi yaitu batang digunakan sebagai judul materi yang sedang dibahas, ranting diisi dengan submateri, sedangkan daun adalah detail pokok bahasan dari submateri. Fungsi bagian pohon matematis saat pemberian soal yaitu batang berisi judul materi, ranting berisi soal yang harus diselesaikan siswa, dan daun berisi jawaban-jawaban yang didapatkan siswa dalam penyelesaian soal yang diberikan kepada mereka. Dengan demikian, pohon matematis menjadi salah satu tes untuk mengukur kreativitas siswa yang dalam penelitian ini difokuskan pada berpikir kreatif matematik.

Langkah penyusunan Pohon matematis yaitu sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan dasar yaitu kertas Folio. Kertas tersebut digunakan untuk beberapa bagian yaitu background (alas) dan bagian struktur pohon. a. Background (alas)

Fungsi kertas folio untuk meletakkan gambar struktur pohon matematis. Warna yang digunakan adalah warna yang menarik dan kontras dengan warna kertas yang akan digunakan pada struktur pohon (misalnya warna kuning dan hijau). b. Struktur pohon matematis

Warna kertas yang dipilih seperti warna yang dimiliki sebuah pohon (misalnya hijau untuk warna daun dan coklat untuk ranting).

2. Membentuk pola bagian pohon seperti daun dan batang dari bahan kertas yang disediakan untuk struktur pohon matematis. Tempelkan bagian batang di kertas background. Bagian daun disiapkan sebagai media menuangkan ide bagi siswa. 3. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mempunyai soal-soal tipe mengasah kemampuan berpikir kreatif sekaligus penyelesaian masalah. Selain itu, alternatif jawaban dari LKS pun harus dipersiapkan sehingga dapat dilakukan penilaian hasil penyelesaian masalah dari siswa.

4. Bagian batang diberi tulisan judul materi atau subbab materi yang akan dibahas. 5. Bagian ranting berisi perintah soal yang diberikan kepada siswa untuk dicari

dan ditemukan alternatif-alternatif dari permasalahan yang diberikan.

6. Bagian daun merupakan media siswa menuangkan ide atau jawaban mereka. Semakin banyak daun yang mampu diberikan untuk setiap permasalahan yang diajukan maka semakin banyak pula nilai yang akan mereka kumpulkan. Ketika ada jawaban yang tidak tepat maka daun tersebut gugur dan tidak menambah nilai siswa.

7. Di akhir pembelajaran, dihitung jumlah daun yang masih bertahan menempel di Pohon matematis untuk masing-masing kelompok. Kelompok yang mampu mengumpulkan daun terbanyak yang masih tertempel di Pohon matematis maka mendapatkan nilai tertinggi di kelas.