• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISA DAN INTERPRETASI

B. Pasangan 2

5. Interpretasi Intra Responden 3

Tabel 9. Interpretasi Intra Responden 3

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis

Pernikahan pariban

Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang dilakukan dengan anggota kerabat, pernikahan pariban bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi antar keluarga. Pernikahan AS dengan pariban terjadi karena dijodohkan, AS yakin untuk menjadikan pariban sebagai istri karena memang sudah mengenal pasangan dan mengenal keluarga pasangan dengan baik. Menikah dengan pariban membuat ikatan kekeluargaan AS dengan pasangan menjadi erat selain itu harta keluarga tidak jatuh kepada orang lain.

Menurut Tambunan (1982) Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda di nikahkan dengan pemudi yang tidak lain adalah

anak dari tulang (mama‟)

pemuda.

Kepuasan

pernikahan :

Personality issue

Penyesuaian dalam pernikahan AS dengan istri seperti sifat, perilaku dan kebiasaan berjalan dengan mudah. AS merupakan pribadi yang suka bercanda sedangkan istri merupakan pribadi yang kurang suka bercanda dan tersenyum. Perbedaan tersebut sering menjadi pemicu permasalahan di dalam rumah tangga namun AS mencoba untuk memahami istri dan mencoba merubah sifat yang dimiliki istri secara pelan-pelan. Pada awal pernikahan AS harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang ada di rumah pasangan, karena AS tinggal dengan keluarga istri. Awalnya AS merasa susah untuk mengikuti aturan yang ada di rumah pasangan namun akhirnya AS bisa mengikuti

Menurut Olson & McCubbin (1983) setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di inginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.

kebiasaan yang ada di rumah istri. Penyesuaian pernikahan menjadi lebih mudah dilakukan karena AS menikah dengan pariban, hal ini karena AS sudah mengenal istri dari kecil walaupun mengenal istri lebih dekat setelah menikah.

Communication Hubungan komunikasi Antara AS dengan istri cukup lancar. AS merupakan orang yang terbuka namun istri merupakan orang yang kurang terbuka. Jika tidak suka istri akan diam. Jadi saat pasangan diam, AS akan mencairkan suasana dengan bercanda. Namun hal tersebut sering membuat istri salah tanggap sehingga AS harus meyakinkan istri dengan cara berkomunikasi yang lebih baik. Walaupun komunikasi dengan istri kurang lancar, AS selalu mendengarkan, dan percaya dengan ucapan istri. Menurut AS, saat berbicara nada suaranya tinggi seperti orang yang sedang marah, tapi hal itu bukanlah menandakan kalau AS sedang marah. Itu merupakan ciri khas dari Budaya AS, orang Batak selalu berbicara dengan lantang tapi bukan berarti marah. Untuk hal ini istri sudah mengerti karena istri juga berasal dari Budaya yang sama. Di dalam hubungan pernikahan, komunikasi adalah hal yang sangat penting karena dengan adanya komunikasi di dalam sebuah keluarga maka rumah tangga bisa berjalan dengan baik. AS selalu menjaga sikap dalam berkomunikasi supaya istri tidak salah menanggapi apa yang disampaikan oleh AS.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan.

Karena menurut AS memiliki masalah dengan pariban sama halnya dengan membuat kedua keluarga bertengkar.

Conflict resolution Resolusi konflik di dalam rumah tangga selalu berjalan dengan baik. Jika terjadi perbedaan pendapat antara AS dengan istri, istri akan mengalah dan AS akan mencoba mencari pemecahan dari masalah yang dihadapi. AS merupakan orang yang terbuka, saat memiliki masalah. AS berharap istri juga melakukan hal yang sama, istri lebih terbuka dan komunikatif dalam bicara. Dengan adanya keterbukaan dalam rumah tangga akan membuat hubungan keluarga menjadi lebih baik. Karena istri bukan orang yang terbuka membuat AS jarang mengetahui masalah istri. Dalam rumah tangga AS selalu berusaha agar tidak terjadi masalah yang besar. Karena dalam pernikahan pariban, saat suami istri ada masalah tidak hanya pasangan saja yang akan bermasalah tapi juga kedua keluarga besar. Makanya AS selalu berusaha menyelesaikan saat masalah terjadi.

Kurang puas ketika menghadapi konflik karena pasangan lebih memilih diam daripada membicarakan masalah. Menurut Olson & McCubbin (1983) di perlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Financial management

Pengaturan keuangan rumah tangga sepenuhnya diatur oleh istri. Sifat royal AS membuat AS memutuskan istri yang memegang keuangan. Cara istri mengatur keuangan membuat AS senang, karena dalam hal ini istri sangat terbuka dan tidak pelit. Istri mampu mengelola keuangan dengan baik. AS juga tidak pernah keberatan dengan cara istri dalam mengatur keuangan. Pendapatan di dalam

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik.

rumah tangga AS tidak hanya ditopang oleh AS sendiri, istri juga memiliki pendapatan. Dan gaji istri tidak pernah dipermasalahkan oleh AS. Menikah dengan pariban membuat AS tidak pernah curiga saat pasangan mengirim uang kepada mertua, karena menurut AS uang yang dikirim juga buat keluarga.

Leisure activity Di dalam pernikahan AS dengan pasangan jarang menghabiskan waktu berdua. AS lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman karena dengan berkumpul bersama teman, AS bisa mendapat info pekerjaan, dan istri juga mengerti dengan kondisi tersebut. Kalau ada waktu luang AS hanya mengajak anak dan istri untuk menonton TV di rumah. Dan dalam pemilihan aktivitas, AS lebih banyak menentukan daripada istri. Karena menikah dengan pariban, istri tidak pernah mempermasalahkan aktivitas yang jarang dilakukan bersama AS. Menurut AS pasangan mencoba untuk memahami kondisi tersebut. AS merasa puas dengan aktivitas yang dilakukan karena menurut AS berkumpul dengan keluarga itu sudah cukup. Kalau untuk berjalan-jalan dan bersenang-senang belum saatnya untuk itu.

Menurut Olson & McCubbin (1983) salah satu yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan bersama pasangan.

Sexual relationship

Penyesuaian hubungan seksual di dalam rumah tangga lancar. Menurut AS dalam melakukan hubungan seksual harus ada kesepakatan dan saling mengerti. Saat AS melihat bahasa tubuh istri sedang tidak

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan dapat di capai dengan cara kedua pasangan bisa mencapai kesepakatan dalam hal hubungan seksual

ingin berhubungan seksual maka AS tidak akan memaksakan kehendak walau merasa kesal. Terkadang AS akan menanyakan kepada istri kenapa tidak ingin melakukan hubungan seksual. Ada rasa keberatan pada diri AS disaat ingin melakukan hubungan suami istri namun istri menolak karena menurut AS hubungan seksual di dalam rumah tangga juga merupakan hal yang penting dalam sebuah pernikahan.

Children and marriage

Hadirnya anak di dalam rumah tangga membuat AS lebih termotivasi dalam menjalani hidup. Dalam pernikahan AS memiliki anak laki-laki dan perempuan. Dengan hadirnya anak laki-laki di dalam pernikahan sudah membuat AS senang karena memiliki anak laki-laki pada pernikahan Batak adalah suatu kehormatan karena anak laki-laki sebagai penerus marga. Dalam mengasuh anak dan mendidik anak lebih banyak dilakukan oleh istri. AS dan istri mempunyai perbedaan dalam cara mengasuh anak, namun perbedaan tersebut tidak membuat hubungan AS dengan pasangan menjadi memburuk. AS merasa puas dengan kehidupan rumah tangganya karena sudah memiliki anak laki-laki dan perempuan apalagi dalam budaya Batak memiliki anak laki-laki membuat pernikahan menjadi lebih sempurna karena anak laki-laki sebagai penerus marga keturunan.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan.

orientation istri selalu menjalankan dan mengutamakan pelaksanaan perintah agama. Selain taat menjalankan perintah agama AS mulai memberikan pengetahuan dan menerapkan agama kepada anak dengan cara mengajak ke Masjid. AS merasa sangat senang menjalankan ibadah bersama dengan istri. AS juga senang karena memiliki istri yang taat menjalankan ibadah agama. Sebagai seorang suami, AS selalu mengusahakan untuk menjadi imam bagi keluarga.

(1983) setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya.

Family and Friends

Hubungan AS dengan keluarga besar istri sangat baik. Bahkan AS merupakan menantu kesayangan karena AS adalah saudara dari mertua. Hubungan dengan saudara istri juga semakin baik setelah menikah. AS mengaku kurang begitu mengenal teman-teman istri Menurut AS ketika berada di antara keluarga sendiri dengan berada didalam keluarga istri sama-sama nyaman dan menyenangkan. AS memang selalu menjaga agar hubungan keluarga selalu baik.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi.

Menurut Scolnick (dalam Lemme, 1995) Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan criteria kepuasan yang tinggi.

Egalitarian Role AS memiliki peran yang beragam di dalam rumah tangga. AS tidak hanya sebagai kepala keluarga namun juga sebagai panutan bagi anak-anak dan membantu istri dalam mengurus rumah tangga. Banyaknya peran yang AS jalankan tidak membuat AS keberatan malah AS merasa senang dengan peran-peran tersebut. AS juga mendukung istri untuk bekerja agar istri bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.

Menurut Olson & McCubbin (1983) suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi.

Gambar 3. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 3

Responden 3 (AS)

Kepuasan pernikahan pada responden 3

Kepuasan pernikahan yang dirasakan AS dalam rumah tangga ada pada aspek

personality issue, financial management, leisure activity, sexual relationship, children and marriage, religious orientation, family and friends, egalitarian role. AS tidak puas dalam aspek communication dan conflict resolution karena istri sangat tertutup dalam berkomunikasi begitu juga dalam pemecahan masalah, istri susah untuk memberitahukan masalah yang sedang ia hadapi dan jarang memberikan

Kepuasan pernikahan pada responden 3 berdasarkan aspek

Personality issue: AS mencoba mmenerima kepribadian istri Communication: AS kurang suka dengan ketertutupan istri dalam berkomunikasi

Conflict resolution: AS kurang puas dengan pemecahan masalah dalam rumah tangga

Financial management: AS puas dengan cara istri mengatur keuangan

Leisure activity: AS lebih senang menghabiskan waktu bersama teman daripada istri

Sexual relationship: seiring berjalan waktu hubungan seksual dalam rumah tangga AS semakin membaik

Children and marriage: kehadiran anak sangat membuat AS bahagia

Religious orientation: orientasi agama dalam rumah tangga sangat baik

Family and friends: AS memiliki hubungan yang baik dengan keluarga istri

Egalitarian role: Peran dalam rumah tangga membuat AS senang AS DS Usia : 33 tahun Pekerjaan: Apoteker Pendidikan: Sarjana Usia : 32 tahun Pekerjaan: Guru Pendidikan: Sarjana Perjodohan Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban

Terjadinya pernikahan pariban

Keinginan yg kuat utk segera menikah Harapan orangtua Harapan Budaya

Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak

Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami

Meminimalkan masalah yang terjadi dalam rumah tangga

Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga

Mempunyaianak laki-laki Menjadi imam dalam keluarga

Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar

Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga

6. Analisa Data Wawancara Responden 4

Dokumen terkait