• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISA DAN INTERPRETASI

A. Pasangan 1

5. Interpretasi Intra Responden 1

Tabel 4. Interpretasi Intra Responden 1

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis

Pernikahan pariban

Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang terjadi antara anak perempuan tulang (paman) dengan anak laki-laki dari Bouk (bibi). Pernikahan TL merupakan bentuk pernikahan pariban karena TL menikah dengan anak tulang. Sebelum memutuskan untuk menikah dengan pasangan, TL dan istri melalui proses berpacaran, karena menganggap pacaran banyak efek sampingnya, TL memutuskan untuk melamar pariban. TL merasa yakin untuk menjadikan pariban sebagai istri karena TL melihat istri baik dan rajin beribadah, TL juga sudah mengenal keluarga pasangan. Pernikahan dengan pariban

membuat hubungan

kekeluargaan TL dan istri semakin dekat.

Menurut Tambunan (1982) Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda dinikahkan dengan pemudi yang tidak lain adalah

anak dari tulang (mama‟)

pemuda.

Kepuasan

pernikahan : Personality issue

Pada awal pernikahan TL merasa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan istri meski telah mengenal istri sebelum menikah.Perbedaan kepribadian antara TL yang pendiam dengan pribadi istri yang selalu riang dan cerewet sering membuat TL merasa kesal dan tidak nyaman saat di rumah. TL berharap istri lebih mengerti kondisi TL saat pulang bekerja. Penyesuaian

Menurut Olson & McCubbin (1983) setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di inginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.

Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila responden bisa menyesuaikan diri dan menerima dan menasa puas kepribadian

dalam kebiasaan juga menjadi kendala dalam hubungan TL dengan istri. Menurut TL menikah dengan pariban membuat istri menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaannya. TL merasa kepribadian istri belum seperti yang diharapkan. Walaupun TL tidak suka namun penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena menikah dengan pariban.

pasangan.

Communication Hubungan komunikasi dalam rumah tangga cukup lancar. Meskipun pendiam, TL dan istri selalu terbuka dalam berkomunikasi. Saat TL marah maka komunikasi menjadi kurang lancar karena TL membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sebelum kembali berkomunikasi. Untuk komunikasi TL dan istri saling mempercayai, mendengarkan dan mendukung. Menurut TL komunikasi merupakan faktor penting keharmonisan dalam rumah tangga. Menikah dengan pariban membuat istri lebih berani dalam mengungkapkan pendapat kepada TL.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan.

Conflict resolution Dalam pernikahan, TL selalu berusaha menghindari masalah. TL mengaku malu jika orangtua mengetahui dirinya bertengkar dengan istri. Jika terjadi masalah akan segera didiskusikan dan jika terjadi perbedaan pendapat maka pasangan akan memilih untuk mengalah agar masalah tidak semakin rumit. Dalam mencari pemecahan masalah biasanya TL dan istri selalu saling mendukung dan adanya

Kepuasaan pernikahan tercapai karena adanya keterbukaan dalam memecahkan masalah. Menurut Olson & McCubbin (1983) di perlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

keterbukaan dalam rumah tangga. TL senang dengan cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga. Menurut TL, sikap terbuka istri saat memiliki masalah disebabkan istri adalah pariban TL, karena sudah saling mengenal sejak kecil membuat istri menjadi tidak segan untuk menceritakan masalahnya kepada TL.

Financial management

Dalam pernikahan, yang mengatur keuangan rumah tangga adalah istri. Pada awal menikah, TL yang mengatur keuangan, namun Ibu menyuruh agar pasangan yang mengatur keuangan. Hal ini dilakukan Ibu karena TL jarang berada di rumah. Menurut TL, istri mampu mengelola keuangan dengan baik. Sehingga TL tidak keberatan kalau istri yang mengatur keuangan. TL juga sangat puas dengan cara istri mengatur keuangan dan istri juga mengutamakan keterbukaan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Menurut TL, istri tidak pernah meminta sesuatu yang tidak bisa TL belikan. Istri sangat mengerti bagaimana kondisi ekonomi TL.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik.

Leisure activity TL lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja daripada dengan keluarga. Jika ada waktu luang, TL akan mengajak anak dan istri untuk berjalan-jalan. Biasanya dalam pemilihan kegiatan TL lebih mendominasi, karena TL lebih tahu secara pasti waktu yang ia miliki. Pasangan kadang keberatan dengan kondisi tersebut namun TL mencoba memberi

Menurut Olson & McCubbin (1983) salah satu yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan menghabiskan waktu luang bersama pasangan.

pengertian kepada pasangan mengenai kondisi tersebut. Menurut TL kebersamaan bersama keluarga merupakan hal yang penting namun karena waktu yang dimiliki TL sedikit membuat TL jarang bisa berkumpul dengan keluarga. Sexual

relationship

Menurut TL hubungan seksual dalam rumah tangga lancar hanya saja dalam penyesuaian seksual menjadi kurang lancar karena istri kurang terbuka. TL merupakan orang yang terbuka dalam membicarakan hubungan seksual sebaliknya istri kurang terbuka dalam membicarakan mengenai hubungan seksual. Hal ini membuat TL kurang puas karena kurang komunikasi mengenai hubungan seksual. TL berharap istri lebih terbuka saat diajak membicarakan mengenai seksual. Saat pasangan menolak melakukan hubungan suami-istri maka TL marah namun saat kondisi pasangan tidak fit TL tidak akan memaksakan kehendak kepada istri.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan dapat di capai dengan cara kedua pasangan bisa mencapai kesepakatan dalam hal hubungan seksual

Children and marriage

Kehadiran anak tidak mempengaruhi kebahagiaan dalam karena TL belum memiliki anak laki-laki dan TL jarang menghabiskan waktu bersama anak dan kurangnya kedekatan emosional. Sebagai orang yang berasal dari Budaya Batak TL berharap memiliki anak laki-laki yang akan meneruskan garis keturunan (marga). TL jarang mendidik dan mengasuh anak karena tidak memiliki waktu. Untuk pendidikan anak, TL menginginkan pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan.

Religious orientation

Dalam pernikahan, TL merupakan orang yang jarang melakukan kegiatan agama. Sedangkan istri merupakan orang yang taat menjalankan kegiatan agama. Perbedaan ini sering menimbulkan konflik. Perbedaan pola kebiasaan juga menjadi konflik dalam rumah tangga. Dalam mengasuh dan mengajarkan anak mengenai agama lebih banyak dilakukan oleh istri dan Ibu TL. TL merasa puas karena memiliki istri yang taat dalam menjalankan kegiatan agama.

Menurut Olson & McCubbin (1983) setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya.

Family and friends

Hubungan TL dengan keluarga istri terjalin dengan baik. Meskipun jarang bertemu

namun TL selalu

mengutamakan keluarga besar. Pekerjaan TL yang menyita waktu membuat TL jarang menghabiskan waktu baik itu dengan keluarga besar maupun dengan keluarga pasangan. TL merasa kurang puas karena jarang bertemu dan berkumpul keluarga dan teman-teman. Pernikahan pariban membuat hubungan kekeluargaan antara TL dengan istri menjadi lebih baik.

Menurut Olson & McCubbin (1983) kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi.

Menurut Scolnick (dalam Lemme, 1995) Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan kriteria kepuasan yang tinggi.

Egalitarian role Peran TL di dalam rumah tangga sebagai kepala keluarga serta mencari nafkah. Jika ada waktu luang TL akan membantu istri dalam mengurus keluarga.. Secara peran tradisional TL sudah menjalankan perannya dengan baik. Namun TL tidak puas karena hanya menjalankan sedikit peran dalam rumah tangga.

Menurut Olson & McCubbin (1983) suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi.

Gambar 1. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 1

Responden I (TL)

Kepuasan pernikahan pada responden I

Kepuasan pernikahan yang dirasakan TL dalam rumah tangga ada pada aspek communication, financial management, sexual relationship, religious orientation, family and friends. Sebagai seorang suami TL dalam Budaya Batak membuat TL tidak puas dengan personality issue istri karena istri jarang menurut pada TL, aktivitas yang lebih banyak TL habiskan diluar rumah membuat TL tidak puas apalagi dalam Budaya Batak kebersamaan dalam keluarga harus dijunjung tinggi namun TL jarang bisa melakukan hal tersebut. Kehadiran anak juga membuat TL merasa tidak puas karena belum memiliki anak laki-laki yang merupakan penerus keluarga dalam Budaya Batak begitu juga dengan hubungan kekeluargaan

Kepuasan pernikahan pada responden 1 berdasarkan aspek kepuasan pernikahan

Personality issue: TL kurang bisa menerima kepribadian istri Communication: TL selalu menjaga komunikasi dgn istri Conflict resolution: Konflik selalu diselesaikan dgn diskusi Financial management: TL senang dengan cara istri mengatur keuangan

Leisure activity: TL merasa kurang memiliki waktu untuk keluarga

Sexual relationship: TL kurang puas karena istri sulit untuk diajak berkomunikasi masalah seksual

Children and marriage: TL tidak puas karena belum memiliki anak laki-laki

Religious orientation: orientasi agama berjalan baik walau TL jarang melaksanakan ibadah

Family and friends: hubungan terjalin baik antara TL dengan keluarga istri.

Egalitarian role: peran tidak puas hanya menjalankan peran tradisional semata

TL MN Usia : 26 tahun

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan: MAN Usia : 27 tahun Pekerjaan: supir Pendidikan: SMA Proses Pacaran Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban Terjadinya pernikahan pariban Merasa cocok dengan pasangan Harapan orangtua Harapan Budaya

Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak

Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami Meminimalkan masalah yang terjadi

Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga

Mempunyai anak laki-laki Menjadi imam dalam keluarga Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar

Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga

6. Analisa Data wawancara Responden 2

Dokumen terkait