PENATALAKSANAAN KEHAMILAN LEWAT
5. Intervensi Penatalaksanaan
wanita, berdasarkan kriteria biometri janin dibandingkan dengan penggunaan waktu menstruasi jumlah kehamilan lewat waktu berkurang dari 10,3 % menjadi 2,7 %. Penggunaan hanya waktu menstruasi dalam penentuan umur kehamilan mengakibatkan over-estimasi jumlah kehamilan lewat waktu dan induksi persalinan yang tidak diinginkan. Penggunaan USG pada trimester pertama mempunyai dampak yang besar terhadap diagnosis dan penanganan pada kehamilan lewat waktu (2)
4. Definisi-definisi dari istilah yang dipakai
Definisi internasional tentang kehamilan lewat waktu diambil dari definisi yang dibuat oleh American College of Obstetricians and Gynecologist yaitu kehamilan yang mencapai 42 minggu (42 complete weeks) atau lebih atau melebihi 294 hari dihitung dari hari pertama menstrusi terakhir.
Postdate adalah kehamilan yang melewati taksiran persalinan.
Postmatur merupakan kondisi khusus pada janin dimana janin menampakkan gambaran kehamilan lewat waktu yang patologis.
Sindroma post maturitas dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan janin intra uteri dan terjadi kalau ada insufisiensi plasenta
5. Intervensi Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan kehamilan post term adalah pemantauan kesejahteraan janin dan merencanakan pengakhiran kehamilan.
Cara mengakhiri kehamilan:
Cara pengakhiran kehamilan, tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian pelvik skor (PS).
Penatalaksanaan Kehamilan Lewat Waktu
140
1. Pastikan umur kehamilan
2. Ibu hamil dengan umur kehamilan yang tidak jelas ditangani dengan melakukan NST setiap minggu dan penilaian volume air ketuban. Pasien dengan AFI ≤ 5 cm atau dengan keluhan gerak anak menurun dilakukan induksi persalinan.
3. Jika usia kehamilan sudah diketahui dengan pasti, pemantauan kondisi kesejahteraan janin dimulai sejak umur kehamilan 41 minggu. NST dilakukan 3 kali seminggu, dan USG dilakukan 2-3 kali semiggu 4. Induksi dilakukan pada usia kehamilan 42 minggu, dengan memperhitungkan kondisi serviks (Pelvik skor).
5. Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan serviks
6. Bila PS lebih atau sama dengan 5 dilakukan oksitosin drip. Jika tidak lahir pada induksi seri pertama, induksi seri kedua dilakukan dalam 3 hari 7. Jika terdapat komplikasi seperti hipertensi,
penurunan gerak janin, atau oligohidramnion, maka induksi persalinan, jika perlu dengan ripening serviks dilakukan pada usia kehamilan 41 minggu.
6. Prognosis
Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm antara lain terjadinya perubahan pada plasenta, pengaruh pada janin, dan pengaruh pada ibu.
a. Perubahan Pada Plasenta.
Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya resiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut :
Penatalaksanaan Kehamilan Lewat Waktu
141
- Penimbunan kalsium.
Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intra uterin yang dapat meningkat 2 – 4 kali lipat. - Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan
jumlahnya berkurang.
Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan mekanisme transpor plasenta.
- Degenerasi jaringan plasenta.
Terjadinya proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervili, dan infark vili.
- Perubahan biokimia.
Insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transpor kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga dapat menyebabkan gangguan janin intra uterin.
b. Pengaruh Pada Janin.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali lipat. Akibat proses penuaan dari plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi uteroplasenta akan berkurang 50 % menjadi 250 ml / menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain :
- Berat janin.
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata – rata pertumbuhan
Penatalaksanaan Kehamilan Lewat Waktu
142
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2 – 4 kali lebih besar dari kehamilan aterm.
- Sindromaa postmaturitas.
Tidak semua neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapatkan 12 – 20 % neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm. Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi, tanda postmaturitas dapat dibagi dalam 3 stadium yaitu stadium I (kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas ), Stadium II ( gejala di atas disertai pewarnaan mekonium / kehijauan pada kulit ), dan stadium III ( disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, tali pusat ).
- Gawat janin dan kematian perinatal.
Menunjukkan peningkatan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Umumnya disebabkan oleh makrosomia ( dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb – Duchene, sampai kematian bayi ), insufisiensi plasenta ( yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hipoksia janin, dan keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan terjadinya aspirasi mekonium pada janin), dan cacat bawaan ( akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus ).
Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 55 % dalam persalinan, dan 15 % pasca natal. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.
Penatalaksanaan Kehamilan Lewat Waktu
143
c. Pengaruh Pada Ibu.Morbiditas dan mortalitas ibu meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya distosia persalinan, incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik, dan persalinan traumatis / perdarahan postpartum akibat bayi besar. Aspek emosi, dimana ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati persalinan.
7. Penjelasan-penjelasan sesuai dengan nilai-nilai