• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis Pembangunan Kota Padang

Dalam dokumen RPJMD Revisi Kota Padang terbaru 1472011 (Halaman 73-79)

ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KOTA

4.2 Isu Strategis Pembangunan Kota Padang

Masalah pembangunan kota yang dikemukakan di atas merupakan masalah pokok yang mempengaruhi kesiapan Kota Padang menuju metropolitan terkait dengan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum yaitu kemampuan aparatur pemerintahan daerah dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Keduanya mempengaruhi kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2009-2014.

Dari masalah pokok di atas, maka isu strategis pembangunan Kota Padang 2009-2014 adalah

1. Kemampuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diukur dari proses administrasi dan pelayanan umum yang tanggap terhadap perubahan sehingga perlu dikembangkan tolok ukur kepuasan masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Sistem administrasi yang baik didukung oleh budaya kerja yang produktif untuk menghindari ekonomi biaya tinggi akibat birokrasi yang tidak efektif dan efisien. Sistem pelayanan satu atap dan satu pintu merupakan salah satu ukuran pelayanan yang baik karena dapat menghindari peluang tindak korupsi dan kolusi. Selain itu ketersediaan data dan informasi yang tepercaya sebagai dasar merencana dan mengembangkan pola kerja yang terarah, terpadu, terkendali melalui peningkatan koordinasi dalam pembangunan. Mekanisme birokrasi dalam pelayanan umum yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat akan mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah. Kepuasan terhadap pelayanan umum memberi rangsangan untuk berpartisipasi dalam pembangunan karena dianggap ada korelasi positif antara tingkat kepuasan dan partisipasi masyarakat. Jika dianggap tingkat kepuasan relatif rendah maka partisipasinya juga rendah, sehingga perlu dikembangkan pendekatan yang akan meningkatkan kepuasan sekaligus partisipasi secara simultan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan adalah jumlah dan mutu pelayanan serta pola layanan yang cepat, tepat dan menyenangkan, sedangkan tingkat partisipasi dipengaruhi oleh kepuasan terhadap pelayanan. Selain itu ada faktor internal yaitu dorongan untuk berpartisipasi dan faktor eksternal yaitu regulasi. Dorongan untuk berpartisipasi dipengaruhi faktor kompetensi publik yang terkait dengan kesadaran yaitu sikap dan tindakan dalam partisipasi juga kepatuhan yaitu ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-

undangan yang dipengaruhi faktor informasi dan komunikasi. Keseluruhan persoalan tersebut belum sepenuhnya dapat diatasi, sehingga partisipasi dalam membangun dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan pembangunan dalam jangka menengah dan panjang. Oleh karena itu peningkatan kompetensi publik dalam pembangunan melalui proses pendidikan dan pelatihan terutama generasi muda dalam proses pembentukan sikap kepemimpinan merupakan faktor kunci utama. Untuk mengatasi kedua persoalan tersebut yang menyangkut kinerja dan citra lembaga, maka pemerintahan harus kuat dan amanah serta bersih dan berwibawa. Pemerintahan yang kuat ditunjukkan oleh kemampuan dalam mengatur sesuai peraturan perundangan dan mengendalikan serta menindak secara konsisten dan konsekuen. Pemerintahan yang amanah ditandai oleh kesadaran terhadap kedudukan dan kewenangan sehingga tugas dan fungsi dilaksanakan sebagai ibadah dengan sikap ikhlas dan sabar. Pemerintahan yang bersih ditandai oleh keterbukaan dalam mengelola sumber dana untuk pembiayaan pembangunan serta akuntabel untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat seterusnya minat berpartisipasi. Pemerintahan yang berwibawa ditandai oleh kemampuan menjaga kinerja dan citra sebagai wujud dari pemerintah yang pro rakyat dan mengajak masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban umum. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan pelayanan umum adalah pelimpahan kewenangan kepada unit pemerintahan tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Beberapa SKPD dapat membentuk unit kerja di Kecamatan sebagai perpanjangan tangan untuk urusan administrasi dan/atau pelayanan umum bagi peningkatan kepuasan masyarakat. Perpanjangan tangan tersebut memberi kemudahan bagi SKPD dalam mewujudkan visi dan misi sesuai rencana strategis sehingga terbentuk kinerja dan citra yang baik. Konsekuensi dari "pemekaran" fungsi kecamatan maka eselon kecamatan perlu ditingkatkan sehingga sebanding antara tugas dan penghargaan. Pola pelimpahan ini perlu pengkajian yang mendalam untuk mencapai tujuan ‘pemekaran’ bagi peningkatan kapasitas kecamatan dan kelurahan untuk kepuasan masyarakat. Proses ini sejalan dengan upaya pengembangan kawasan pinggiran melalui pembentukan pusat-pusat perkotaan baru sebagai bagian dari proses menuju metropolitan.

2. Partisipasi dalam pembangunan relatif rendah sehingga ketergantungan terhadap fungsi dan peran pemerintah sangat besar. Keadaan ini tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan dalam era sentralistik dimana arah dan kebijakan pembangunan sebagai hak pemerintah sebaliknya dalam era desentralistik berdasarkan prinsip partisipasi. Oleh sebab itu perlu penyadaran tentang peralihan paradigma tersebut melalui peningkatan kompetensi publik tentang pembangunan sebagai hak sekaligus kewajiban bersama. Ini akan berkait pula dengan kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama antar lembaga dan antar daerah serta kemitraan dalam pengembangan program pembangunan. Proses penyadaran tentang hak, kewajiban, tanggung jawab setiap individu sebagai warga negara dapat diupayakan melalui media pencerahan ajaran agama, adat, budaya agar semangat membangun dari kita, oleh kita, untuk kita dapat terwujud. Jika kesadaran berpartisipasi sebagai bentuk ibadah dan pengabdian pertanda syukur maka pembangunan tidak akan menghadapi kendala sebaliknya terwujud percepatan prosesnya.

3. Kota Padang sebagai kota rawan bencana alam perlu mengembangkan wawasan peduli kebencanaan sebagai proses pembelajaran sekaligus perumusan kebijakan publik yang berorientasi kepada upaya menyelamatkan kehidupan dan lingkungan bagi generasi mendatang. Wawasan Peduli Kebencanaan akan mengamanatkan tentang hakikat bencana dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan lingkungan sehingga menjadi bagian dari proses pembentukan karakter atau jati diri sebagai warga kota yang dalam ancaman bencana. Konsep demikian sudah diterapkan di berbagai belahan dunia yang berada dalam ancaman gempa dan tsunami seperti kota- kota pantai di Jepang dan kota-kota pantai di belahan barat benua Amerika. Mereka sudah memahami hakikat bencana seterusnya sikap dan tindakan apabila terjadi bencana untuk keselamatan diri sendiri dan kelompok serta orang lain yang dikembangkan melalui pembelajaran dan proses pembentukan kompetensi publik. Antisipasi bencana melalui pemahaman tentang jenis dan karakter serta sifat dan pengaruh bahkan sampai kepada dampak bencana terhadap kehidupan termasuk lingkungannya. Pemahaman secara komprehensif tentang hakikat kebencanaan akan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana dalam kerangka ketahanan sosial terhadap bencana untuk keberlanjutan kehidupan dan pewarisannya bagi generasi yang akan datang. Oleh sebab itu perlu dibuat dan disebarluaskan buku saku tentang bencana sebagai pengetahuan publik sekaligus keterampilan serta sikap dan tindakan dalam menghadapi bencana. Selain itu poster yang ditempel di setiap rumah untuk memberi gambaran tentang proses bencana dan upaya yang harus dilakukan oleh setiap individu dan kelompok sehingga antisipasi bencana menjadi kompetensi publik yang berkait langsung dengan kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Mitigasi bencana melalui pemahaman tentang pola sikap dan tindak untuk diri sendiri dan kelompok serta orang lain dalam periode pasca bencana termasuk kesiapan dalam menghadapi situasi dan kondisi terburuk. Mitigasi sebagai bagian dari proses pemulihan pasca bencana harus dipahami karena berbagai bahaya lainnya sebagai ikutan dari bencana dapat membawa pengaruh lebih buruk dari bencana utama itu sendiri. Dalam proses mitigasi bencana akan terlibat banyak orang dan kelompok sebagai relawan yang terlibat sehingga perlu penguatan kerja sama kelompok dalam upaya mengatasi pengaruh dan dampak bencana. Oleh sebab itu perlu dibentuk institusi dan organisasi yang terlibat dalam proses penanganan bencana yang menguasai masalah dan teknik pemecahan serta pola-pola kerja sama dalam penanganan pasca bencana.

4. Prasarana dan sarana dalam pengembangan wilayah bertujuan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kawasan. Prasarana meliputi jalan, jembatan, drainase, irigasi dan lain sebagainya termasuk jaringan utilitas umum sedangkan sarana terbagi kepada sarana umum, ekonomi, sosial budaya dan pemerintahan. Ketersediaan prasarana dan sarana bergantung kepada tiga faktor yaitu penyediaan tanah, pembiayaan dan pengelolaan termasuk pemeliharaan. Penyediaan tanah menjadi faktor terpenting karena prasarana dan sarana dibangun diatas lahan yang sesuai dengan aspek lokasi dan teknis. Lokasi yang tepat berkait dengan faktor jarak dan faktor serta biaya dan risiko sehingga lokasi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat selain pengaturan berbagai kegiatan yang terkait. Penyediaan tanah masih menjadi faktor kendala bahkan penghambat karena keengganan pemilik melepas hak milik dengan ganti rugi, tukar guling dan sebaginya. Oleh karena itu perlu diupayakan proses penyediaan tanah melalui

kerja sama dengan berbagai pihak dengan pendekatan yang komprehensif sehingga pelepasan hak tidak menyebabkan proses pemiskinan dan penyingkiran. Pemerintah perlu konsisten dengan rencana tata ruang kawasan sebab bersifat mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang bagi kepentingan pembangunan dan menentukan kawasan reservasi sebagai bank tanah terutama di kawasan pinggiran.

5. Sumber pembiayaan untuk pembangunan prasarana dan sarana relatif terbatas kecuali melalui dana perimbangan untuk proyek-proyek APBN di daerah. Pemerintah kota masih punya beban untuk menyediakan dana pendamping terutama pembebasan tanah karena tidak disediakan dalam pembiayaan proyek tersebut, Jika pembebasan tanah terkendala maka proyek dapat dialihkan ke daerah lain sehingga ketergantungan terhadap persoalan pertanahan menjadi tinggi sebagai faktor penghambat. Kenyataan menunjukkan proses pembebasan lahan masih terkendala baik karena faktor pembiayaan maupun pendekatan sosial seperti jalan Padang-Indarung, jalan Alai-By Pass, jalan akses Unand-Indarung dan jalan terusan Jembatan Siti Nurbaya ke Teluk Bayur. Oleh sebab itu selain pembiayaan juga pendekatan sosial perlu diupayakan untuk mewujudkan pembangunan tersebut.

6. Pengelolaan termasuk pemeliharaan menjadi masalah terpenting selain pembangunan sebab kelangsungan pelayanan prasarana dan sarana bergantung kepada kemampuan dalam pengelolaan dan pemeliharaan. Kenyataan menunjukkan masih ada prasarana dan sarana yang belum mampu dikelola dengan baik sehingga tidak memberi kepuasan bagi masyarakat seperti jalan, jembatan, bangunan sekolah, pasar, dan sebagainya. Proses ini harus melibatkan semua pihak termasuk pengguna dengan cara meningkatkan pajak dan retribusi sebagai kewajiban bersama. Jika masalah pengelolaan belum teratasi maka jadi sulit untuk mengembangkan prasarana dan sarana baru karena anggaran pemeliharaan akan terus meningkat dan membengkak sehingga memperpendek umur teknisnya. Oleh sebab itu perlu dikembangkan pola anggaran yang memberi alokasi untuk pengelolaan termasuk pemeliharaan prasarana dan sarana tersebut.

7. Pembangunan prasarana dan sarana akan memacu pengembangan sektor perumahan dan permukiman seterusnya membentuk pusat-pusat kota baru dan merangsang sektor perdagangan dan transportasi serta jasa lainnya. Pembangunan prasarana dan sarana mendorong perkembangan kawasan pinggiran sebagai bagian dari politik pemerataan pembangunan. Sebaliknya keseimbangan antara pusat dan pinggiran juga bergantung kepada pola jaringan yang membentuk hubungan antar pusat-pusat. Oleh sebab itu perlu dikembangkan sistem jaringan jalan berupa jalan lingkar luar dan lingkar dalam serta jalan akses. Jalan lingkar luar sebagai bagian dari sistem metropolitan akan menghubungkan Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Solok. Jalan lingkar dalam untuk mendukung pengembangan pusat-pusat baru di empat kawasan yang telah ditetapkan dalam RPJP dan RTRW Kota Padang terutama memacu pengembangan kawasan pinggiran sedangkan jalan akses menghubungkan antar pusat.

8. Pembangunan kota terutama perumahan dan permukiman berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana tidak dapat dilepaskan dari masalah

sebab itu perlu antisipasi terhadap bahaya dan bencana antara lain melalui penataan ruang dan kebijakan yang mengatur perilaku masyarakat berkait dengan bahaya dan bencana serta dampaknya terhadap lingkungan. Penatapan standar hunian yang aman dapat menghindari bahaya gempa dan kebakaran sedangkan standar hunian yang sehat dapat meningkatkan status kesehatan lingkungan. Selain itu juga perlu memenuhi standar hunian yang menyenangkan untuk mewujudkan interaksi sosial yang baik disamping standar hunian yang terjangkau untuk semua lapisan masyarakat. Standar kesehatan lingkungan juga perlu ditetapkan berkait dengan sampah dan limbah sebagai sumber bencana sehingga diperlukan sistem pengelolaan lingkungan berbasis komunitas supaya kesadaran tentang kesehatan lingkungan semakin meningkat. Berbagai bentuk bahaya dan bencana lainnya baik karena faktor alam maupun perilaku manusia perlu dipetakan untuk mengantisipasi dampaknya terutama kesiapan pemerintah bersama masyarakat dalam mengatasinya. Pemetaan kawasan bencana amat penting untuk menentukan bentuk bahaya dan bencana serta dampak lingkungannya termasuk kontrak sosial dengan komunitas yang berada di kawasan tersebut. Berdasarkan kontrak tersebut maka risiko bencana ditanggung sendiri sebagai akibat keengganan pindah dari kawasan bencana sebagai risiko pribadi. Oleh sebab itu perlu dikembangkan kelompok masyarakat yang tanggap dan peduli bencana untuk mengantisipasi dan penanggulangan serta pemulihan kawasan serta masyarakat yang terkena bencana.

9. Masalah ekonomi dan investasi terkait dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran dimana terdapat korelasi kuat diantara keempat faktor tersebut. Dianggap pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya PDRB sebagai wujud semakin berkembang kegiatan ekonomi dan sosial dalam menyerap angkatan kerja untuk mengurangi akan kemiskinan dan tingkat pengangguran. Selain itu pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh kenaikan pendapatan per kapita yang menandai semakin membaiknya tingkat pendapatan untuk mengurangi kemiskinan yang diukur dari Gini Rasio. Hubungan antara perbaikan tingkat kesejahteraan dan kemiskinan melalui distribusi kemakmuran dengan menerapkan pola bantuan dan subsidi kepada kelompok masyarakat termiskin dan miskin.

10. Kebijakan pemungutan zakat dan penyalurannya dapat mengurangi kemiskinan secara sistematik namun harus diawasi perkembangannya agar tidak terjadi ketergantungan orang miskin terhadap bantuan. Ini berarti pola bantuan dan subsidi tidak menjadikan orang miskin menjadi manja sebaliknya meningkatkan akses terhadap peningkatan kesejahteraan. Selain itu mengatur sekaligus mengarahkan berbagai lembaga yang terlibat dalam pemberdayaan orang miskin supaya bantuan dan subsidi lebih terkendali bagi pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan.

11. Investasi daerah. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh peningkatan investasi melalui akumulasi kapital dan/atau penambahan modal melalui pinjaman dari lembaga keuangan. Investasi secara umum dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu budaya kerja produktif termasuk kinerja dari birokrasi anti rente ekonomi, dukungan prasarana dan sarana serta jaminan keamanan dan ketertiban. Investasi ini berasal dari pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat dalam bentuk pembangunan prasarana dan sarana untuk meningkatkan aset sebagai dasar bagi perhitungan kekayaan. Investasi membuka peluang usaha dan kesempatan kerja seterusnya mengalirkan

pendapatan dan akumulasi kapital sehingga terjadi proses pembentukan kesejahteraan. Investasi amat bergantung kepada kinerja pemerintah yang mengelola prasarana dan sarana serta keamanan dan ketertiban umum sehingga perlu peningkatan kapasitas aparatur untuk mendukung upaya peningkatan investasi di daerah. Investasi sering terkendala oleh kinerja birokrasi sehingga perlu dikembangkan kebijakan pelayanan investasi metode satu pintu dan satu atap dan memberi perlindungan terhadap pelayanan investasi dari rente ekonomi. Investasi diarahkan kepada sektor dan kawasan yang potensial mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan industrialisasi untuk meningkatkan daya serap angkatan kerja serta kesempatan berusaha. Investasi juga diarahkan kepada kegiatan yang merangsang perubahan sosial melalui kebijakan modernisasi terutama pada sektor pendidikan dan kesehatan serta perdagangan dan kepariwisataan. Investasi pemerintah didorong untuk mempercepat pengembangan wilayah yang termasuk dalam kawasan metropolitan agar proses pembangunan ekonom dan sosial semakin terpacu. Diharapkan investasi memberi efek kumulatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial sehingga proses pembentukan metropolitan dapat dipercepat.

12. Kerja sama dan kemitraan serta jejaring kerja sebagai masalah bersama yang terjadi oleh karena perbedaan visi dan misi serta upaya untuk mewujudkannya. Selain itu mekanisme kerja yang tidak berlandaskan SOP dan NSPM termasuk penetapan indikator kinerja bagi pengukuran keluaran dan hasil. Oleh sebab itu perlu dibangun kerja sama antar lembaga untuk mempercepat proses pembangunan yang memiliki keterkaitan kuat sehingga dapat dicapai tingkat pemanfaatan sumber daya secara optimal. Kerja sama antar daerah dapat mengatasi mobilitas penduduk antar daerah terutama perpindahan penduduk miskin dari pedesaan ke perkotaan. Setiap daerah dapat menerapkan kebijakan yang memberikan perlindungan kepada warga kota sebagai kelompok yang mendapat perhatian utama dan peluang untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan sosial. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi mobilitas sebaliknya terbangun kemitraan antara komunitas lokal dan pendatang dalam pengembangan kegiatan ekonomi dan sosial melalui usaha bersama. Kerja sama dan kemitraan antar lembaga dikembangkan dalam kerangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui proses pelembagaan supaya semua kebijakan dapat dikembangkan secara paralel dan simultan tanpa konflik kepentingan.

13. Perubahan orientasi kebijakan dan perekonomian Singapura dari mengutamakan perannya sebagai negara kawasan transit bebas untuk ekspor impor service kepada kegiatan pelayanan jasa keuangan dan informasi bisnis dunia. Selain itu adanya pembukaan dan pembangunan pra kanal di Suratthani Thailand akan membuka peluang bagi peningkatan fungsi Kota Sabang di Ujung Pulau Sumatra sebagai pelabuhan perdagangan internasional. Hal ini lebih lanjut akan mendorong pergerakan aktivitas di Pantai Barat Sumatra sehingga peningkatan fungsi Pelabuhan teluk Bayur akan terdorong pula peranannya dalam aktivitas pelayaran internasional. Ha ini tentunya akan berdampak kepada perkembangan Kota Padang kedepan, apalagi setelah ditetapkannya Kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang merupakan satu-satunya Kota yang diprioritaskan di Wilayah Pantai Barat Sumatra.

RPJM PADANG

Dalam dokumen RPJMD Revisi Kota Padang terbaru 1472011 (Halaman 73-79)