• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B. Karakter Siswa

2. Jenis-jenis Karakter

Keating (2001 : 23-31) mengungkapkan delapan karakter manusia yakni sebagai berikut :

a) Ekstrover

Orang yang bersifat ekstrover menampilkan diri apa adanya, misalnya : jika perasa bertingkah laku sebagai perasa dan jika pemikir akan bertindak sebagai pemikir. Orang ekstrover tidak mempunyai kecenderungan mengatur jarak atau menahan diri apabila harus berhadapan dengan orang lain sehingga orang ekstrover lebih pandai dan mampu bergaul.

b) Introver

Seorang introver mengungkapkan diri secara bertahap, pada awalnya dia menyembunyikan kemampuan yang dimilikinya dan menutup-nutupi diri sampai benar-benar mempunyai hubungan yang erat dengan orang lain. Orang introver cenderung menahan diri, walaupun hal ini di luar kemampuannya.

c) Pengindera

Orang-orang yang memiliki kepekaan inderawi (sensing personalities)

segera akan memahami keadaan sekitarnya jauh sebelum orang lain dapat merasakannya. Orang ini termasuk corak manusia cermat dan peka.

d) Intuitif

Orang intuitif lebih banyak memperhatikan masa yang akan datang dari pada masa kini. Mereka tidak pernah merasa tenang dengan kehadirannya pada masa kini. Orang seperti ini adalah perencana yang memimpikan bagaimana segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik.

e) Perasa

Perasa menampung informasi dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan terhadap perasaan pribadi dan orang lain. Orang perasa ingin menjaga perasaan orang lain, maka keputusannya bisa jadi tidak obyektif, walaupun tidak dimaksudkan demikian. Mereka dapat menilai secara logis dan sensivitas tertentu, tetapi emosi tetap sangat menentukan proses pengambilan keputusan itu. Para perasa memilih hidup berdasarkan emosi.

f) Pemikir

Pemikir memanfaatkan informasi yang mereka peroleh, entah lewat kelima indera atau dengan intuisi untuk menentukan keputusan berdasarkan hukum yang logis dan rasional. Mereka juga bisa tampil acuh tak acuh atau dingin

karena keterpusatannya pada rasionalitas. Para pemikir lebih berdasarkan hukum logis dan rasional.

g) Pengamat

Para pengamat lebih menikmati hidup dan tidak terlalu peduli dengan tata tertib (aturan) serta pembagian waktu. Mereka tidak merasa terikat untuk membuat keputusan berkaitan dengan apa yang mereka ketahui. Mereka hanya merasa puas dengan kehidupan ini dan tidak butuh suatu kontrol.

h) Penilai

Para penilai membutuhkan kontrol diri karena mereka ingin tahu apa yang dikerjakan. Mereka menyukai jadwal dan aturan, serta membutuhkan ketegasan perencanaan, walaupun tidak berarti harus selalu dilaksanakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Keating, (2001: 23-31), manusia memiliki delapan jenis karakter yakni ekstrover, introver, pengindera, intuitif, perasa, pemikir, pengamat dan penilai. Setiap manusia atau pribadi tentunya memiliki karakternya masing-masing. Ada yang ekstrover namun ada pula yang introver. Hal ini mau menegaskan bahwa dalam setiap pribadi memiliki kekhasannya masing-masing. Boleh dikatakan bahwa ada beraneka ragam karakter manusia antara satu dengan yang lain. Masing-masing karakter tersebut menunjukkan kekhasannya masing-masing pula. Hal ini merupakan ciri khas dari setiap karakter yang ada.

Littauer dalam bukunya ”Personality Plus” menguraikan empat jenis

karakter dasar manusia yakni sanguinis, melankolis, koleris dan pleghmatis. Keempat jenis karakter tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tipe pertama adalah golongan sanguinis. Mereka ini cenderung ingin populer dan ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna warni. Mereka sangat senang untuk berbicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada waktu tertentu ia berteriak kegirangan dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu. Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir pendek dan hidupnya serba tidak teratur.

Orang sanguinis punya pembawaan mencari kesenangan dan permainan, dan sejak saat mereka masih kecil mereka suka menyelidiki dan periang. Bayi sanguinis bermain-main dengan apa saja yang bisa mereka temukan, tertawa dan mengoceh dan senang bersama dengan orang lain. Sanguinis yang populer mungkin tidak punya bakat atau kesempatan yang lebih banyak dari pada orang dengan watak lainnya, tetapi mereka tampaknya seperti lebih banyak memiliki kesenangan. Kepribadian mereka yang meluap-luap dan kharisma mereka yang alami menarik orang kepada mereka (Littauer, 1996: 30).

Tipe yang kedua adalah golongan melankolis. Golongan ini agak berseberangan dengan tipe sanguinis. Orang melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal dan tersususun sesuai dengan pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja

mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, kalau berbicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali. Orang melankolis

selalu ingin serba sempurna dan segala sesuatu ingin teratur.Kalau sanguinis yang

populer bicara, orang koleris yang kuat berbuat, dan orang phlegmatis yang damai mengawasi, orang melankolis yang sempurna berpikir, merencanakan, mencipta dan menemukan. Orang melankolis bisa menekuni kegiatan yang membosankan kalau mereka bisa melihat hasilnya di masa mendatang.

Kalau sanguinis yang populer ekstrover, orang melankolis yang sempurna adalah introver. Kalau sanguinis yang populer suka bicara dan mengungkapkan segala-galanya, orang melankolis yang sempurna mendalam, tenang dan penuh pikiran. Kalau sanguinis yang populer memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah, orang melankolis yang sempurna dilahirkan dengan sifat pesimistis dan bisa melihat masalah sebelum terjadi serta menghitung biaya sebelum membangun. Orang melankolis yang sempurna selalu menginginkan inti persoalan. Orang melankolis yang sempurna tidak menerima banyak hal menurut nilai nominalnya tetapi menggali kebenaran isinya (Littauer, 1996: 60).

Tipe ketiga adalah golongan koleris. Tipe orang ini suka mengatur, suka menunjuk-nunjuk orang lain atau suka memerintah orang lain. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa ia suruh untuk melakukan sesuatu untuknya. Akibatnya orang koleris tidak mempunyai banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar dan menjauh agar tidak menjadi korban

karakternya yang suka mengatur dan tidak mau kalah. Orang koleris senang dengan tantangan dan suka petualang. Mereka memiliki perasaan bahwa hanya merekalah yang dapat menyelesaikan segalanya. Karena itu mereka sangat goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tidak ada istilah tidak mungkin.

Orang koleris yang kuat adalah orang yang dinamis yang memimpikan hal-hal yang mustahil dan bertujuan meraih bintang yang berada di luar jangkauannya. Orang koleris yang kuat selalu mengincar, meraih dan berhasil. Sementara orang sanguinis yang populer bicara dan orang melankolis yang sempurna berpikir, orang koleris yang kuat mencapai. Dia memiliki watak yang paling mudah dipahami dan mudah diajak bergaul. Orang koleris yang kuat mirip dengan sanguinis yang popuer dalam hal mereka sama-sama mudah bergaul dan optimistis. Orang koleris yang kuat bisa berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain dan tahu segala-galanya akan beres selama ia memegang pimpinan. Orang koleris yang kuat berorientasi pada tujuan dan mempunyai kualitas kepemimpinan bawaan, dia biasanya menanjak ke puncak dalam karir apa saja yang dipilihnya (Littauer, 1996: 92).

Tipe yang keempat adalah golongan phlegmatis. Kelompok ini tidak suka akan konflik. Ia berani melakukan pekerjaan apapun sekalipun mereka tidak menyukai pekerjaan tersebut. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul permasalahan atau pertengkaran ia akan mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia rela mengorbankan segala-galanya asalkan masalahnya tidak berkepanjangan. Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan

serba dingin. Mereka cenderung diam, kalem dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar, ia mau menjadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kadang serba salah bila berurusan dengan para phlegmatis. Mereka ibarat keledai.

Orang phlegmatis yang damai adalah pemberi keseimbangan besar bagi kita semua yang memperlihatkan kepada kita, “ini tidak penting sekali”. Orang phlegmatis yang damai adalah orang yang paling mudah dari semua watak untuk diajak bergaul. Orang phlegmatis yang damai adalah yang paling dekat dengan orang yang memiliki keseimbangan: orang yang tidak berfungsi dalam ekses kehidupan yang paling ekstrim, tetapi berjalan dengan mantap di tengah-tengah, menghindari konflik dan keputusan berada di pihak mana pun. Orang phlegmatis yang damai tidak menyinggung perasaan, tidak menarik perhatian orang lain kepada dirinya sendiri dan dengan diam-diam melakukan apa yang diharapkan dari dirinya tanpa mencari penghargaan (Littauer, 1996: 117).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Florence Littauer, ada empat jenis karakter manusia yakni: sanguinis, melankolis, koleris dan phlegmatis. Keempat jenis karakter ini memiliki kekhasan masing-masing. Karakter koleris cenderung ingin populer dan ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna warni. Karakter melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal dan tersususun sesuai dengan pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Karakter koleris suka mengatur, suka

menunjuk-nunjuk orang lain atau suka memerintah orang lain. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Dan karakter plegmatis memiliki kekhasan tidak suka akan konflik. Ia berani melakukan pekerjaan apapun sekalipun mereka tidak menyukai pekerjaan tersebut. Baginya kedamaian adalah segala-galanya.

Dari kedua ahli tersebut di atas yang telah memaparkan tentang jenis-jenis karakter, ternyata ada perbedaan dan juga ada kesamaan. Keating mengelompokkan jenis karakter menjadi delapan yakni : ekstrover, introver, pengindera, intuitif, perasa, pemikir, pengamat dan penilai. Sedangkan Florence Littauer mengklasifikasikan jenis karakter manusia menjadi empat yakni sanguinis, melankolis, koleris dan phlegmatis. Adapun kesamaan jenis karakter menurut Keating dan FlorenceLittauer. Menurut Florence Littauer karakter sanguinis adalah orang yang memiliki ciri-ciri ekstrover, suka berbicara dan optimis. Karakter melankolis adalah orang-orang dengan ciri-ciri introver, pemikir dan pesimis. Karakter koleris adalah orang dengan ciri-ciri ekstrover, pelaku dan optimis. Sedangkan karakter phlegmatis adalah orang dengan ciri introver, pengamat dan pesimis. Di sini dapat dikatakan bahwa jenis karakter menurut Florence Littauer memiliki kesamaan dengan jenis karakter menurut Keating.

Dokumen terkait