• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Pendidikan Kristianitas

4. Pendidikan Kristianitas Dalam Konteks Khusus

Pendidikan kristianitas dalam Gereja Katolik dibagi atas dua bagian yakni pendidikan kristianitas secara umum dan pendidikan kristianitas secara khusus. Tentunya keduanya memiliki sasaran dan tujuan yang berbeda pula dalam tugas dan pelayanan Gereja Katolik. Pendidikan kristinitas secara umum diperoleh semua orang kristiani sebagai salah satu bentuk pendidikan kristiani. Sedangkan pendidikan kristiani secara khusus merupakan salah satu bentuk pendidikan kristiani yang diberikan oleh orang-orang tertentu untuk suatu tugas khusus. Dengan demikian maka untuk melaksanakan suatu tugas khusus diperlukan

pendidikan yang khusus pula.

Adapun beberapa macam bentuk tugas dan pelayanan dalam Gereja Katolik. Misalnya sebagai Paus, Uskup, imam, diakon, biarawan biarawati dan rasul awam. Semua bentuk pelayanan tersebut memiliki kekhususan masing-masing dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing-masing-masing pula. Tentunya untuk menjadi pelayan-pelayan khusus tersebut maka harus membutuhkan sebuah pendidikan khusus pula. Tujuannya adalah mempersiapkan para pelayan tersebut secara baik agar mereka dapat menjalankan tugas mereka secara baik pula untuk mewartakan Injil.

Dalam Petunjuk Umum Katekese (200: 195) ditegaskan bahwa di dalam semua pelayanan yang dilaksanakan Gereja partikular untuk mewujudkan misi pewartaan, katekese menduduki tempat yang penting. Di dalam keuskupan, katekese merupakan pelayanan yang unik yang di laksanakan bersama-sama

dengan para imam, diakon, biarawan-biarawati dan kaum awam dalam kesatuan dengan Uskup.

Semua komunitas kristiani harus merasa bertanggungjawab bagi pelayan ini. Bahkan bila para imam, diakon, biarawan-biarawati dan kaum awam berkatekese secara umum, mereka melaksanakannya dengan cara yang berbeda-beda masing-masing sesuai dengan keadaannya yang khusus dalam Gereja (pelayan-pelayan tertahbis, kaum hidup bakti, dan umat beriman kristiani). Melalui mereka semua dan fungsi mereka yang berbeda-beda, pelayanan kateketik meneruskan sabda dengan cara yang sempurna dan memberi kesaksian tentang realitas Gereja. Seandainya satu dari unsur-unsur ini tidak ada, maka katekese akan kehilangan sesuatu dari kekayaan serta artinya yang sesungguhnya. Pada bagian ini penulis hanya menguraikan dan menjelaskan tentang tentang rasul awam sebagai salah satu sasaran dan tujuan dari pendidikan kristianitas di SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan yakni mempersiapkan peserta didik menjadi rasul awam yang handal dan tangguh serta berkeperibadian yang utuh di tengah Gereja dan masyarakat. Hal-hal yang akan diuraikan meliputi pengertian rasul awam, arah dan tujuan kerasulan awam, tugas para awam, bidang kerasulan awam, bentuk kerasulan awam, spiritualitas kerasulan awam dan pendidikan rasul awam yang sesuai dengan berbagai bentuk kerasulan sebagai salah satu bentuk pelayanan dalam Gereja Katolik.

a. Pengertian Rasul Awam

Konsili Vatikan II memberikan gambaran mengenai kerasulan sebagai berikut: “Gereja dilahirkan untuk menyebarkan kerajaan Kristus di seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan demikian semua manusia mengambil bagian dalam penebusan yang menyelamatkan dan lewat mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan kepada Kristus. Semua usaha Tubuh Mistik yang mempunyai

tujuan ini dinamakan kerasulan. Kerasulan dijalankan Gereja melalui anggotanya,

walaupun dengan cara yang berbeda-beda; karena panggilan Kristen dari kodratnya adalah juga panggilan untuk kerasulan.

Tondowidjojo, CM (1990: 15) menegaskan bahwa sebenarnya “kerasulan awam” ini sudah muncul di dalam Gereja sejak zaman Tuhan Yesus Kristus di Yerusalem, zaman Gereja perdana di mana Yesus Sang utusan Bapa mengelilingi daerah Palestina untuk menyampaikan kasih Allah pada manusia yang berdosa ini. Namun baru pada Konsili Vatikan II pemikiran mengenai “kerasulan awam” ini dirumuskan dan diputuskan di dalam suatu Dekrit Konsili yang disebut “Dekrit

tentang Kerasulan Awam” atau “Apostolicam Actuositatem”. Istilah untuk

“awam” yang dipergunakan pada zaman Perjanjian Baru adalah “apostolos” yang berarti “ yang diutus”. Luk 6:13 memakai sebutan “rasul” untuk dua belas orang yang dipilih dari antara para murid Yesus. Namun juga dipakai istilah “ utusan” misalnya Luk 11:49; Kis 13:3 dan 14:4; Yoh 13:36.

Dalam Apostolicam Actuositatem, kata “kerasulan” diberi pengertian

yang sangat luas dan menyeluruh. Kerasulan mencakup setiap kegiatan Tubuh mistik apapun bentuknya. Asalkan kegiatan ini mengarah pada tujuan Gereja yang

disebut “kerasulan”, entah yang dilakukan di dalam Gereja maupun di dalam masyarakat atau dunia. Di dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, tentang “kerasulan” dikatakan sebagai berikut: “ Awam siapa pun, yang dihimpun dalam Umat Allah dan disejajarkan dalam satu Tubuh Kristus di bawah satu kepala, sebagai anggota yang hidup, dipanggil untuk menyumbangkan seluruh tenaganya, yang diterima karena kemurahan Pencipta dan rahmat Juru Selamat, bagi pengembangan dan pengutusan Gereja yang berkesinambungan. Maka kerasulan awam adalah peran serta dalam perutusan penyelamatan Gereja.

Untuk kerasulan ini semua orang ditugaskan Tuhan sendiri, lewat permandian dan penguatan. Tetapi secara khusus awam dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan dalam keadaan-keadaan itu, dimana Gereja tidak bisa menjadi garam dunia terkecuali dengan perantaraan mereka (LG 33). Oleh karena itu “kerasulan awam” dapat disebut sebagai partisipasi dalam misi keselamatan Gereja serta sebagai usaha untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja, khususnya bilamana hanya melalui merekalah Gereja dapat hadir.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerasulan awam merupakan tugas perutusan semua orang yang mengikuti Kristus. Gereja hadir di dunia ini untuk mewartakan Kristus demi memuliakan Allah Bapa. Semua orang yang mengikuti Kristus diundang dan dipanggil untuk mewartakan Kristus melalui

tugas dan pewartaan. Dokumen Apostolicam Actuositatem menegaskan bahwa

kerasulan mencakup setiap kegiatan Tubuh Mistik apa pun bentuknya. Asalkan kegiatan ini mengarah pada tujuan Gereja. Hal ini merupakan inti dari kerasulan

itu sendiri. Kerasulan awam juga merupakan peran serta dalam perutusan penyelamatan Gereja.

b. Arah dan Tujuan Kerasulan Awam

Kerasulan awam merupakan keikutsertaan pada perutusan keselamatan Gereja sendiri (LG 48;33). Oleh karena itu pelayanan kerasulan awam tidak lain hanya demi perutusan Gereja sendiri. Dekrit Kerasulan Awam menegaskan tujuan yang sama yang dikejar karya penebusan Kristus, dan kegiatan yang menyelamatkan dari Gereja, yang diemban oleh para awam di lingkungannya. Karena menurut kodratnya menyangkut penyelamatan manusia, maka karya penebusan Kristus mencakup juga pembaruan seluruh tata hidup duniawi. Oleh sebab itu, perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil.

Jadi para awam melaksanakan perutusan Gereja ini, menjalankan kerasulan baik di dalam Gereja maupun dalam tata dunia (AA 5). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa maksud dan tujuan kerasulan awam itu identik atau sama dengan maksud dan tujuan kerasulan Gereja sendiri. Dengan demikian, setelah menyadari diri mengenai panggilan serta perutusannya, perlulah kaum awam mengerti isi atau tujuan dari perutusan Gereja itu sendiri dengan sebaik baiknya. Kerasulan awam bukanlah kerasulan yang dilakukan sebagai sekadar hobi saja, tetapi yang muncul dari kodrat panggilannya sendiri untuk mengadakan suatu kegiatan yang dinamakan kerasulan.

Yang terpenting ialah bahwa dalam kerasulan itu ada arah dan tujuan yang hendak dicapai. Tidak sembarang kegiatan mudah disebut sebagai kerasulan. Meskipun arah dan tujuan dari kerasulan para awam tergantung pada kerasulan atau perutusan Gereja, tetapi Gereja sendiri bukanlah tujuan akhir dari kerasulan itu sendiri. Gereja hanyalah sarana atau alat untuk Kerajaan Allah, demikianlah kata Bapa Konsili: “ Di dalam Kristus Gereja merupakan Sakramen, yaitu tanda dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia” (LG 1). Gereja adalah Kerajaan Allah yang sudah ada dalam sejarah. Ia telah ditanamkan dalam hati sanubari keluarga manusia sebagai ”Sakramen keselamatan bagi semua orang” (LG 48).

Dokumen Gereja Evangelii Nuntiandi artikel 70 juga menegaskan bahwa kaum awam yang oleh karena panggilan khusus, mereka di tempatkan di tengah-tengah dunia dan diberi tugas-tugas duniawi yang sangat beraneka macam, justru karena alasan-alasan tadi tentu melaksanakan suatu bentuk pewartaan yang sangat khusus. Tugas mereka yang pertama dan utama bukankah untuk mendirikan dan mengembangkan jemaat gerejani. Tugas ini merupakan peran khusus dari para pastor tetapi untuk menggunakan setiap kemungkinan kristiani dan penginjilan tetapi sudah ada dan aktif dalam urusan-urusan dunia. Bidang mereka di dalam kegiatan evangelisasi ialah dunia politik yang luas dan kompleks, bidang kemasyarakatan dan ekonomi, tapi juga dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan seni, kehidupan internasional, bidang media massa.

Juga mencakup kenyataan-kenyataan lain yang terbuka bagi pewartaan, seperti misalnya cinta kasih manusiawi, keluarga, pendidikan anak-anak dan kaum remaja, kerja profesional, penderitaan. Semakin banyak kaum awam yang mendapat ilham dari Injil, sibuk dalam kenyataan-kenyataan tadi, yang dengan jelas terlibat di dalamnya, mampu untuk memajukannya dan sadar bahwa mereka harus melaksanakan sepenuh-penuhnya kekuatan-kekuatan Kristen, yang kerap kali terkubur dan tercekik, maka semakin siaplah kenyataan-kenyataan tadi untuk melayani Kerajaan Allah dan oleh karenanya juga penebusan dalam Yesus Kristus. Ini semua terjadi tanpa kehilangan atau mengurbankan isi manusiawinya tapi menunjukkannya ke suatu dimensi yang transendens yang kerap kali diabaikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa arah dan tujuan dari kerasulan awam adalah keikutsertaan dan perutusan keselamatan Gereja. Sangat diharapkan agar perutusan Gereja tidak hanya membawa warta Kristus dan rahmat-Nya tetapi juga dapat meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Boleh dikatakan bahwa karya penebusan Kristus tidak hanya mencakup pembaharuan seluruh tata kehidupan duniawi tetapi juga dapat meresapi dan menyempurnakan. Perutusan ini dapat dijalankan baik di dalam Gereja maupun dalam tata dunia itu sendiri. Maksud dan tujuan dari kerasulan awam itu sendiri hendaknya selaras dengan maksud dan tujuan kerasulan dari Gereja itu sendiri agar arah dan tujuan kerasulan dapat tercapai dengan baik.

c. Tugas Para Awam

Di dalam Gereja Yesus Kristus, hanya ada satu perutusan Gereja, yakni menjadi saksi misteri rencana penyelamatan Allah demi penebusan manusia dalam kekuatan Roh Yesus Kristus; semua warga Gereja entah awam atau imam/hirarki (AA 25) sama-sama berperan dalam pengutusan Gereja untuk menyelamatkan (LG 33). Sedangkan perbedaannya hanyalah terletak dalam peranan mereka mewujudkan iman yang sama di tengah dunia.

Hirarki melaksanakan pengutusan Gereja dari sudut fungsinya mempersatukan, yaitu agar seluruh jemaat menjadi peguyuban umat beriman. Sedangkan awam menjalankan pengutusan Gereja yang sama dengan meresapi seluruh tata hidup kemanusiaan dengan iman kristiani. Seluruh tata hidup

kemanusiaan yang harus diresapi oleh iman kristiani itu, menurut Gaudium et

Spes meliputi juga segala keprihatinannya: ekonomi, politik, perang-damai,

komunikasi sosial dan sebagainya. Kegembiraan dan kesedihan, harapan dan keputusasaan, sukses dan kegagalan manusia itulah kancah perutusan Gereja.

Dalam LG 1, telah diperlihatkan kesadaran bahwa Gereja itu”sakramen” yaitu tanda dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat

manusia. Jadi Gereja mempunyai fungsi bagi sesuatu yang lain. Dalam Gaudium

et Spes, Gereja mengeksplisitkan kesadarannya sebagai yang “diutus kepada

dunia”. Gereja sadar bahwa berada di dunia. Gereja dan dunia bukanlah dua istilah yang terpisah dan berlawanan. Gereja itu Kerajaan Allah yang sudah ada dalam sejarah. Ia telah ditanamkan dalam hati sanubari keluarga manusia

“sakramen keselamatan” (LG 48). Gereja berada di dunia dan hidup serta bekerja bersama dengannya.

Tugas para awam menurut Konsili berdasarkan panggilan khas mereka yang bersifat sekular adalah ”mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah”. Mereka hidup dalam dunia yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup keluarga dan hidup kemasyarakatan yang biasa. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya, dibimbing oleh semangat Injil mereka menyumbang pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Begitu terutama dengan kesaksian hidupnya, sambil bercahyakan iman, harapan dan cinta kasih, mereka memperlihatkan Kristus kepada orang lain.

Jadi tugas mereka secara khusus ialah: menerangi dan menata semua ikhwal duniawi, yang erat berhubungan dengan mereka, sehingga selalu terjadi dan berkembang sesuai dengan Kristus, merupakan pujian bagi Pencipta dan Penyelamat (LG 31). Menurut Konsili, para awam yang mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja, menjalankan peranannya dalam perutusan seluruh umat Allah di dalam Gereja dan di dalam dunia. Mereka benar-benar menjalankan kerasulan dengan kegiatannya untuk penginjilan dan pengudusan manusia serta untuk meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam tata ikhwal duniawi sehingga kegiatan mereka di bidang ini jelas-jelas memberikan kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia. Karena tugas khusus mereka dipanggil Allah untuk menunaikan kerasulannya

sebagai ragi di dalam dunia dengan semangat Kristen yang berkobar-kobar (AA 2).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua warga Gereja dipanggil untuk menjadi saksi misteri rencana penyelamatan Allah demi penebusan manusia dalam Kristus. Semua warga Gereja juga sama-sama berperan dalam pengutusan Gereja untuk menyelamatkan. Perbedaannya hanya terletak dalam peranan mewujudkan iman yang sama di tengah dunia. Dengan demikian kaum awam dipanggil untuk menjalankan pengutusan Gereja yang sama dengan meresapi seluruh tata hidup kemanusiaan dan iman kristiani. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa tugas para awam adalah mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Para awam juga dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja, menjalankan peranannya dalam perutusan seluruh umat Allah di dalam Gereja dan di dalam dunia. Karena tugas khususnya para awam juga dipanggil untuk menjadi ragi bagi sesama dalam kehidupannya setiap hari.

d. Bidang Kerasulan Awam

Para awam menjalankan kerasulan yang beraneka ragam baik di dalam Gereja maupun di dalam dunia (AA 9). Menurut Konsili Vatikan II bidang-bidang yang paling utama adalah masyarakat Gereja, keluarga, muda-mudi, lingkungan masyarakat, tata hidup nasional dan internasional (AA 9).

Dokumen terkait