• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Kegiatan Bermain

Dalam dokumen PERMAINAN KECIL TEORI DAN APLIKASI (Halaman 42-50)

Untuk merealisasikan permainan, guru/ fasilitator dapat memilih jenis kegiatan bermain yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan yang hendak dicapainya demi kepentingan anak. Jenis kegiatan bermain ini sendiri ada berbagai pengelompokkan. Pengelompokkannya tersebut meliputi: 1) Jenis bermain aktif dan pasif; 2) Jenis bermian individual dan beregu; 3) Jenis bermain menggunakan media dan tidak menggunakan media; 4) Jenis

bermain menggunakan lapangan in-door dan out-door; 5) Jenis

bermain menggunakan perlombaan dan tidak menggunakan perlombaan; dan 6) Jenis bermain bola besar dan bola kecil.

Keenam pengelompokkan jenis kegiatan bermain yang dipaparkan di atas saling berkaitan satu dengan lainnya (tidak dapat dipisahkan), sehingga guru/ fasilitator tinggal memilih jenis kegiatan bermain yang sesuai dengan karakteristik situasi dan kondisi anak dan pencapaian tujuan permainan. Jenis-jenis kegiatan bermain yang hendak dijelaskan dalam buku ini hanya merupakan panduan umum bagi guru/ fasilitator untuk

mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran

Penjasorkes. Jenis kegiatan bermain ini dapat meiliputi: 1) Bermain fisik; 2) Bermain intelektual; 3) Bermain ekspresi; 4) Bermain manipulasi; dan 5) Bermain simbolik.

1. Bermain fisik

Bermain fisik meliputi kegiatan yang menggunakan fisiknya dalam menyalurkan energi anak secara bebas dan memberikan kesempatan untuk anak mengembangkan keterampilan motoriknya secara optimal. Bermain fisik juga manfaat kesehatan anak dan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya (pengetahuan dan afektif anak), misalnya pada saat anak merangkak, berjalan, berguling, dan berlari.

Bermain fisik membantu anak untuk mengembangkan hubungan antara sel-sel saraf dan otak dan sebagai koneksi eskalasi keterampilan motorik halus dan kasar anak, sosialisasi, kesadaran pribadi, bahasa, kreativitas, dan pemecahan masalah. Guru/ fasilitator dapat menggunakan bermain fisik sebagai kegiatan yang akseptabel untuk melatih dan mengembangkan berbagai manfaat kesehatan dengan mengurangi resiko kesehatan seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas, dan kondisi kesehatan lainnya.

2. Barmain intelektual

Meskipun dikatakan bermain intelektual bukan serta merta tidak membutuhkan kegiatan motorik lainnya serta sebaliknya bukan menegaskan juga bahwa jenis kegiatan bermain yang lainnya tidak memerlukan intelektual. Pada kegiatan bermain intelektual lebih difokuskan pada kecerdasan intelektual semata. Bermain jenis ini memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi dan hanya sedikit menggunakan kegiatan fisik untuk mengimplementasinya, misalnya dalam permainan catur, billiard, bridge, menembak, dsb.

Meskipun bermain jenis ini juga menjaga bagian dari rumpun kegiatan bermain (salah satu jenisnya), namun tetaplah perlu digaris bawahi bahwa anak-anak dalam masa perkembangan lebih membutuhkan kegiatan fisik yang optimal dalam bermain. Tubuh yang masih muda memerlukan latihan-latihan fisik yang giat dan sistematis untuk meningkatkan fungsi-fungsi organ secara bertahap dan berkelanjutan.

3. Bermain ekspresi

Ekspresi merupakan pengungkapan atau proses untuk menyatakan gagasan, perasaan, maupun maksud dari seorang individu lain disekitar kita. Pada saat anak bermain ekspresi, anak akan melatih perasaannya (bahagia, senang, sedih, terharu, kecewa, benci, dan lain sebagainya) untuk memberikan isyarat kepada orang lain yang berada disekitarnya agar mengerti dan memahami maksud dan tujuan anak. Bentuk-bentuk tertentu dari kegiatan bermain memberikan anak kesempatan dalam mengungkapkan perasaan dengan melibatkan berbagai media disekitarnya.

Jika media yang digunakan dalam bermain ekspresi termasuk kain, pensil, spidol, kertas, air, dsb untuk mencipta sebuah karya seni, maka anak telah melatih ekspresinya secara kreatif pada media tersebut. Namun, jika ekspresi pada anak disalurkan hanya semata-mata untuk membebaskan dirinya dari perasaan tertentu, maka itu merupakan bentuk ekspresi yang tidak kreatif dari anak. Untuk itu, sebagai guru/ fasilitator harus mengambil peran aktif dengan memoderatori situasi dan kondisi secara baik sehingga anak dapat menggunakan media-media tersebut untuk mengekspresikan perasaannya secara kreatif dalam kegiatan bermainnya.

4. Bermain manipulasi

Anak-anak dapat mengontrol atau menguasai

lingkungannya melalui kegiatan bermain pada saat anak bermain manipulasi. Pada dasarnya bermain manipulasi adalah sebuah situasi rekayasa yang memuat beberapa realita untuk menstimulasi respons dunia nyata anak-anak yang terlibat dalam kegiatan bermain. Ketika anak bermain, maka lingkungan distrukturalisasi dan orang lain atau subjek dimanipulasi sedemikan rupa untuk keberlangsungan dan pencapaian makna dari koneksi kegiatan bermain anak dengan dunia nyata.

Bermain manipulasi dimaksudkan untuk merangsang dan meningkatkan keterampilan berpikir pada anak serta berbagai manfaat-manfaat lainnya yang secara inklusif melatih kecerdasan kinestetik anak. Kecerdasan kinestetik anak dibentuk secara baik dengan manipulasi lingkungan bermain dengan media-media pendukung, misalnya, anak menjatuhkan bola dan guru/ fasilitator mengambilnya, anak membunyikan bola secara sengaja dan fasilitator berusaha

menemukannya, anak menendang bola dan guru/ fasilitator mengembalikan bola untuk ditendang lagi.

5. Bermain simbolik

Permainan ini secara simbolik mengungkapkan masalah-masalah yang dijumpai anak dalam kehidupannya. Anak dapat menggunakan drama atau ilustrasi untuk memperkuat kegiatan bermainnya dengan imajinasi-imajinasi untuk mengubah pengalaman menyakitkan dalam hidupnya. Jika anak yang berada dalam keluarga yang tidak harmonis (kasar), maka anak cenderung berpura-pura menjadi seorang ibu yang mencintai dan memeluk anaknya untuk memberikan kenyamanan dan kedamaian. Atau jika sebaliknya anak

mengadopsi peran “kasar” dalam keluarga, maka anak

cenderung terpolarisasi dengan perilaku antagonis dengan memukul atau berteriak pada temannya atau boneka sebagai media yang melambangkan subjek/ anak lainnya.

Pada kegiatan bermain lainnya, anak mungkin berpura- pura menjadi seorang model/ pahlawan (misalnya superman,

power ranger, naruto, dsb.) yang disimaknya melalui buku

atau televisi. Pada tahapan perkembangan tertentu anak-anak percaya bahwa dirinya dapat terbang atau hilang, selain itu kemanjuran terapi bermain simbolik juga digunakan oleh guru/ fasilitator untuk mengatasi rasa takut pada anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menyenangkan bagi anak (ke sekolah, ke rumah sakit, dsb.).

Tugas dan Latihan

1. Jelaskan pengertian bermain dan permainan menurut Anda!

2. Uraikanlah persamaan dan perbedaan antara bermain (play) dan

permainan (game)!

3. Uraikanlah karakteristik kegiatan bermain menurut Anda!

4. Nilailah kelebihan dari lima jenis kegiatan bermain!

5. Kembangkanlah jenis kegiatan bermain berdasarkan

Bab 2

Bermain, Permainan, dan

Olahraga: Teori dan Aplikasi

Pada saat bermain, fisik anak melakukan kegiatan yang dapat merangsang perkembangan gerak halus dan gerak kasar. Anak juga mendapatkan sistem keseimbangan, misalnya pada saat anak melompat atau berayun.

Anak juga berkesempatan untuk melibatkan koordinasi mata dan tangan (Khasanah, dkk., 2011:95).

A. Pendahuluan

Jika kita mencermati atlet-atlet profesional dalam bidang olahraga (peak performance), mereka begitu lincah dan anggun dalam mengelolah tubuhnya serta mampu menguasai media- media yang digunakan dalam suatu pentas olahraga (misalnya: sepakbola, bolavoli, silat, senam, dsb.). Sebut saja Leonel Andres Messi, kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar baik itu

control, passing, dan shooting sangat anggun dan memiliki

akurasi serta nilai estetika yang tinggi, maka tidak heran dirinya

pernah menyabet pemain terbaik dunia (Ballon d’Or) sebanyak

empat kali beruntun. Peak performance tersebut, menegaskan

bahwa ada level-level yang sudah tentu dilewati oleh atlet untuk

mengklasifikasikan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Guttman (lihat gambar 2.8), maka olahraga (sport) adalah kulminasi dari kegiatan bermain (play) dan permainan (games). Ada sejumlah teori yang sudah dikembangkan oleh para pakar terkait dengan kegiatan bermain dan permainan, di antaranya: 1)

Surplus energy theory (Herbert Spencer); 2) Recreation theory

(Lazarus Moritsz); 3) Pre-exercise theory (Karl Groos); 4)

Recapitulation theory (Granville S. Hall); 5) Psychoanalytic

theory (Sigismund S. Freud); 6) Cognitive theory (Jean Piaget);

dan 7) Sociocultural theory (Lev S. Vygotsky).

Plato, Aristoteles, dan Frobel mengungkapkan bermain sebagai kegiatan yang bernilai praktis. Artinya, bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan praktis (Hartati, dkk., 2012:6-7). Permainan merupakan kegiatan bermain yang diorganisasikan serta melibatkan kompetisi, dengan demikian permainan memiliki anturan-aturan untuk para pemainnya. Situasi alamiah yang membawa anak dalam kegiatan bermain dan permainan memberi implikasi dalam melatih pengalaman gerak anak baik lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Sedangkan olahraga memiliki

karakteristik permainan yang telah dilembagakan serta

mempertunjukkan keterampilan-keterampilan yang khas dalam mencapai kemenangan.

Untuk mengaplikasikan kegiatan bermain, permainan, dan olahraga secara tepat, tentu harus dipahami terlebih dahulu tentang definisi, ruang lingkup, dan landasan teori secara komprehensif tentang kegiatan-kegiatan tersebut. Pembelajaran Penjasorkes misalnya, kegiatan bermain dan permainan dapat dipilih sebagai model dan metode yang tepat untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran tersebut menggunakan

kegiatan jasmani, karena sifat gerak anak yang heterogen serta tujuan pendidikan yang holistik, maka metode bermain dan

permainan sangat feasibel. Sedangkan olahraga dapat

diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler untuk mempersiapkan anak-anak yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus untuk berkompetisi dalam sebuah iven yang telah dikategorisasi berdasarkan induk organisasinya.

Dalam dokumen PERMAINAN KECIL TEORI DAN APLIKASI (Halaman 42-50)

Dokumen terkait