• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori-Teori dalam Bermain

Dalam dokumen PERMAINAN KECIL TEORI DAN APLIKASI (Halaman 50-68)

1. Surplus energy theory: Herbert Spencer

Lahir di Inggris tepatnya di Derby pada 27 April 1820, dialah Herbert Spencer, seorang filsuf, sosiolog, antropolog, psikolog, dan bahkan juga politikus yang mendunia pada masanya. Pada usia 17 tahun, pria yang kerap disapa Spencer ini sudah menjadi insinyur di pembanguan jalan kereta api. Ketertarikannya pada ilmu biologi muncul dari pekerjaannya di Brimingham sebagai insinyur jalan kereta api. Hal inilah yang selanjutnya menarik perhatiannya di bidang evolusi, yaitu ketika ia memulai melakukan investigasi pada fosil yang diambil dari potongan kereta api. Filsuf sosial Inggris yang pernah dekat dengan Marian Evans ini melanjutkan karirnya di bidang jurnalistik, menjadi penulis dan redaktur

“The economist. Sebuah tabloid mingguan yang penting

pada saat itu untuk kelas menengah atas di tahun 1850. Sepanjang hidupnya, Spencer tekun mempublikasikan

berbagai karya ilmiahnya, antara lain: a) Social statistics

(1850); b) Principles of psychology (1855); c) Principles of

biology (1861); dan d) Principles of sociology (1873),

Principles of ethics (1893). Spencer meninggal di tahun

Salah satu teori yang paling menonjol muncul dari karya filsuf dan sosiolog Inggris ini adalah penguaraiannya tentang teori surplus energi yang menjelaskan alasan hewan terlibat dalam kegiatan bermain. Spencer mengembangkan pandangan Schiller bahwa pada prinsipnya terdapat hubungan antara bermain, seni, dan estetika. Dirinya percaya, perhatian dengan penampilan estetika terwujud pada manusia

yang bertindak atas dorongan “untuk mempertahankan

kenikmatan kebutuhan luar” dan dengan demikian dapat

merangsang imajinasinya dalam mewujudkannya. Kebutuhan luar dalam perspektif Spencer adalah perjuangan untuk bertahan hidup dalam masa evolusi hewan.

Gambar 2.1

Herbert Spencer (www.google.com)

Hewan yang memiliki tingkat evolusi lebih rendah, misalnya serangga, katak, dsb. memiliki sumber energi yang terbatas sehingga untuk mempertahankan hidupnya harus mengeluarkan energi yang lebih besar. Surplus energi ini

dapat diilustrasikan sebagai sistem kerja air atas gas yang akan menekan ke semua arah untuk mencari penyalurannya. Jika volume air atau gas tersebut melimpah atau meluap melebihi daya tampungnya, maka butuh penyaluran yang lebih banyak pula sehingga air atau gas tersebut dapat tersalurkan secara baik (Hartati, dkk., 2012:7). Bermain yang

diperlukan untuk memungkinkan anak-anak untuk

melepaskan energinya yang terpendam. Spencer berargumen bahwa alam melengkapi manusia dengan sejumlah energi yang akan digunakan dalam proses hidup. Jika energi ini tidak digunakan untuk tujuan itu, harus dibuang entah bagaimana caranya dan anak-anak melepaskan kelebihan energinya dengan bermain. Dalam berbagai tulisannya, Spencer mengungkapkan bahwa belajar harus dibuat menyenangkan seperti halnya dengan bermain.

2. Recreation theory: Moritz Lazarus

Filsuf dan psikolog Jerman ini lahir di kota Filehne (sekarang Wielen), Polandia pada tahun 1824. Pada tahun 1850 Lazarus memperoleh gelar Ph.D. di University of Berlin dan pada tahun yang sama menikahi Sarah Lebenheim (istri pertamanya). Ia pertama kali di angkat sebagai profesor

kehormatan di University of Bern. Setelah itu menjadi dekan

fakultas filsafat, dan akhirnya menjadi rektor. Lazarus kembali ke Berlin dan di angkat sebagai profesor di University of Berlin pada tahun 1873. Pada tahuan 1850,

buku pertama Lazarus berjudul: “Die sittliche berechtigung preussens di deutschland, ia mengklaim keunggulan Prusia di Jerman dan mulai metode penelitian psikologis barunya. Menjelang akhir hidupnya (13 April 1903), Lazarus terserang penyakit dan menetap di Meran (sekarang Italia), sebuah

resort kesehatan, di mana ia menyelesaikan karya besarnya yaitu ethik des judentums (2 jilid, 1898-1911) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Henrietta Szold

sebagai ethics of judaism (2 jilid, 1900-1901). Lazarus

menulis banyak karya tentang psikologi bangsa (voelker

psychologie), karyanya yang paling terkenal adalah “Das

leben der seele (3 jilid, 1883-1973) yang diterbitkan dalam

beberapa edisi.

Aliran teori rekreasi memandang bermain sebagai cara memulihkan energi dari kelelahan karena tugas-tugas yang telah dilakukan individu dalam kegiatan tertentu. Dengan bermain, energi yang telah dikeluarkan akan kembali normal melalui kegiatan-kegiatan terpilih dalam bentuk permainan. Teori ini kontradiktif dengan terori sebelumnya yang diajukan oleh Herbert Spencer. Artinya, jika dalam pandangan Spencer, individu bermain untuk menyalurkan energi lebih (surplus energy), maka Lazarus berdalil bahwa bermain bukan untuk menyalurkan energi lebih dalam diri individu, melainkan sebagai bentuk pemulihan (recorvery) dari energi yang telah dikeluarkan oleh individu tersebut.

Filsuf Jerman ini membedakan antara energi fisik dan mental, poinnya adalah ketika otak menjadi lelah (asalkan tidak lelah berlebihan), maka perubahan kegiatan teristimewa pada kegiatan fisik akan mengembalikan energi saraf individu. Sehingga perbedaan penafsiran ini sangat jelas, jika Spencer mengutamakan pada kegiatan fisik, maka Lazarus menggunakan media fisik untuk merelaksasikan otak atau mental dari rutinitas kegiatan (misalnya dalam bekerja, dsb.).

Lebih lanjut, recapilation theory dapat diilustrasikan dengan

bekerja sepanjang hari secara bersamaan membuang kelebihan energi fisik dan mengembalikan energi mentalnya. Perjelasan ini semakin mempertegas bahwa manfaat dari kegiatan bermain tidak hanya selalu dikonotasikan dengan melatih kekuatan otot semata, melainkan ada manfaat rehabilitasi untuk kesehatan saraf dan mental individu.

Gambar 2.2

Moritz Lazarus (www.google.com)

3. Pre-exercise theory: Karl Groos

Pria kelahiran Heidelberg, 10 Desember 1861 ini adalah seorang ahli psikologi dan filsuf berkebangsaan Jerman yang mengusulkan teori instrumentalis evolusi

bermain. Profesor University of Basel ini menuturkan

permainan mengandung unsur-unsur untuk berkembang pada diri hewan serta anak-anak. Fondasi teori Groos menyatakan bahwa permainan di masa anak-anak bagi manusia adalah persiapan untuk kehidupan dewasa (kehidupan mendatang). Sambil bermain, anak-anak dapat melatih diri untuk fungsi-

fungsi dikemudian hari dan permainan dinggap penting dalam praktik ilmu pendidikan. Karya-karya Karl Gross

antara lain: a) Die spiele der tiere tahun 1896; b) Das

Seelenleben des kindes tahun 1904; dan c) Der lebenswert

des spieles tahun 1910. Karl Groos meninggal di Tubingen-

Jerman pada bulan Maret tanggal 27 tahun 1946 diusia 85 tahun.

Karl Groos menekuni bidang psikologi dan

pengembangan anak, ia merumuskan teori psikologi dari permainan yang dinamai sendiri sebagai einubungs atau teori pelajaran dengan tenaga sendiri. Diartikan bahwa permainan yang di masa kecil dan remaja, terutama fungsi biologis merupakan persiapan menyenangkan untuk tugas di masa depan dan tanggung jawab memenuhinya pada saat dewasa.

Dalam bukunya yang berjudul: “The play of animals and the

play of man tahun 1898, profesor filsafat ini manyajikan

pandangan yang berbeda tentang bermain. Groos melihat bermain sebagai latihan dan praktik untuk pengembangan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan dikemudian hari (persiapan anak-anak untuk kehidupan dewasa). Aliran teori ini juga masih mangadaptasi teori evolusi Charles Darwin sehingga anak yang terlibat dalam kegiatan bermain dapat membantunya melatih diri untuk fungsi-fungsi dikemudian hari, serta dapat pula mempertahankan hidup dengan berbagai keterampilan motorik yang dimilikinya.

Ide utamanya adalah bermain pada dasarnya berguna, dan sehingga dapat dijelaskan dengan proses normal evolusi

melalui seleksi alam. Ketika hewan “bermain” mereka

berlatih naluri dasar, seperti pertempuran untuk bertahan hidup. Bermain adalah kesenangan, maka tindakan energik

itu sendiri merupakan sumber kesenangan. Eksperimen yang

dilakukan dengan dinamometer, sphygmograph,

pneumatograph, dan plethysmograph menunjukkan bahwa kegiatan yang disertai unsur kesenangan, aktivitas otot, percepatan denyut nadi, respirasi, dan meningkatkan sirkulasi perifer. Hal ini lumrah, bahwa kegiatan energik pada saat bermain koheren dengan perasaan senang. Ketika anak menikmati permainan yang memerlukan banyak pengeluaran energi, maka semua fungsi dipercepat, jantung berdetak lebih cepat, respirasi meningkat di semua frekuensi dan anak-anak mengalami perasaan yang legah.

Gambar 2.3

Karl Groos (www.google.com)

Kegiatan bermain yang dilakukan anak sangat membantu dalam pengembangan keterampilan motoriknya, apakah itu dilakukan sebagai bentuk latihan terhadap physical fitness maupun kognitif dan mentalnya. Artinya bahwa,

kegiatan bermain sebagai bentuk latihan dasar bagi anak yang menjadi modal untuk dikembangkan kepada olahraga prestasi maupun sebagainya. Misalnya pada anak bayi, ia belajar merangkak untuk melatih kemampuan motorik sesuai tahapan perkembangan usianya (contohnya untuk berjalan nanti). Pada anak-anak yang terlibat dalam kegiatan bermain

fast and various dapat melatih keterampilan untuk menjadi

pemain sepakbola, karena karekteristinya motoriknya sama dalam permainan, yaitu kecepatan, kelincahan, kekuatan, dan daya tahan.

4. Recapitulationtheory: Granville Stanley Hall

Granville Stanley Hall adalah presiden pertama dari

American Psychological Association (APA), nama tidak

hanya dikenal di bidang psikologi saja, tetapi juga di bidang pendidikan. Pria kelahiran 1 Februari 1844, di Ashfield, Massachusetts ini menempuh pendidikan doktoralnya (Ph.D)

di Harvard University dalam bidang psikologi yang

dibimbing oleh William James. Selanjutnya ia mengajar di

Johns Hopkins University serta atas semangat visioner,

kegigihannya, dan kerja kerasnya Hall berhasil mendirikan Clark University pada tahun 1888 dan sebagai rektor pertama di kampus terebut. Dirinya dianggap sebagai pelopor dari anak psikologi pendidikan dan gagasan-gagasannya juga

mempengaruhi psychoanalytic theory yang dikembangan

oleh Sigismund S. Freud. Pada tanggal 24 April 1924 akhirnya Hall menutup usianya.

Jejak teori rekapitulasi pertama kali direkam pada masa Egyptian pharaoh psamtik I (664-610 SM), yang digunakan

sebagai hipotesis tentang asal-usul bahasa. Konsep

Secara luas diadakan antara teori tradisional tentang asal-usul bahasa (glottology), yang diasumsikan sebagai premis bahwa pemakaian bahasa anak-anak memberikan wawasan tentang asal-usul dan evolusi. Gagasan ini direplikasi kembali pada tahun 1720 oleh Giambattista Vico dalam bukunya yang

berpengaruh, yaitu Scienza Nuova. Ini pertama kali

dirumuskan dalam ilmu biologi pada tahun 1790-an di antara

para filsuf alam Jerman dan Marcel Danesi

merekomendasikan sehingga segera mendapatkan status hukum biogenetis.

Teori rekapitulasi, juga disebut hukum biogenetis atau parallelism-embriologis dan sering dinyatakan dalam kalimat

Ernst Haeckel “ontogeny recapitulates phylogeny” adalah

hipotesis biologis umumnya mendeskripsikan bahwa dalam perkembangan dari embrio sampai dewasa, hewan melalui tahap-tahap yang menyerupai atau mewakili tahapan dalam evolusi leluhur terdahulu. Embrio juga berkembang dengan cara yang berbeda, dalam bidang biologi perkembangan teori rekapitulasi dipandang sebagai catatan sejarah bukan sebagai dogma. Dengan formulasi yang berbeda, gagasan-gagasan seperti itu telah diaplikasikan dan diperluas ke beberapa bidang ilmu, termasuk asal-usul bahasa, agama, biologi, pengetahuan, kegiatan mental, antropologi, teori pendidikan, dan psikologi perkembangan. Teori rekapitulasi masih dianggap rasional dan diaplikasikan oleh berbagai peneliti dalam bidang seperti studi tentang asal-usul bahasa, perkembangan kognitif, dan pengembangan perilaku dalam spesies hewan.

Implementasi teori rekapitulasi dalam psikologi perkembangan menjelaskan bahwa anak merupakan mata

rantai evolusi, yaitu dari binatang sampai pada manusia, sehingga anak-anak akan mereplikasi kembali kehidupan leluhur dalam kegiatan bermainnya (motorik) sebagai manifestasi dari mata rantai evolusi. Hall menunjukkan pentingnya anak usia dini sampai remaja sebagai titik balik dalam pertumbuhan psikologis. Baginya, masa hanyalah perpanjangan dari perkembangan embriologis. Pada saat bermain, sebernarnya anak tidak melakukan sesuatu yang

benar-benar baru, malainkan melakukan kembali

pengalaman-pengalaman yang sudah ada sebelumnya, sehingga kegiatan yang muncul bukanlah sesuatu yang asing bagi anak melainkan pengalaman motorik yang kental dengan sifat-sifat genetiknya. Meskipun secara motorik direplikasi, namun kegiatan bermain tidak dipandang sebagai bentuk kegiatan yang mengembangkan keterampilan insting masa depan, namun berfungsi berfungsi untuk menyingkirkan keterampilan insting primitif dan konservatif yang tidak perlu dibawa oleh keturunan lanjutan. Anak melewati serangkaian kegiatan bermain sesuai rekapitulasi tahapan budaya dalam bentuk perlombaan maupun pertandingan ataupun bersifat individual maupun regu.

Contoh dari fungsi bermain untuk menghilangkan insting primitif adalah, akar pohon dalam budaya tertentu digunakan sebagai ritual adat, namun dalam perspektif ini akar tersebut meskipun direkapitulasi atau digunakan kembali namun bukan dengan tujuan ritual adat akan tetapi digunakan untuk kegiatan bermain, misalnya akar digunakan sebagai media dalam permainan tarik tambang. Selain itu, kegiatan berlari, berburu, memanjat, berenang yang dilakukan oleh

keberlangsungan hidupnya, namun kegiatan-kegiatan tersebut direplikasi untuk kepentingan bermain dalam mencari kesenangan dan menyalurkan energi lebih pada anak (misalnya permainan benteng, tidak boleh tiga, dan hitam- hijau, dsb.).

Gambar 2.4

Granville S. Hall (www.google.com)

5. Psychoanalytic theory: Sigismund S. Freud

Seorang ateis bernama lengkap Sigismund Schlomo Freud, lahir di Pribor, Republik Ceko pada tanggal 6 Mei 1856, melewati kehidupan normal seperti manusia lainnya dan pada usia yang ke-30 (tahun 1886) anak pasangan Amalia dan Jacob ini melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang wanita bernama Martha Bernays, dalam pernikahannya Freud dikaruniai enam orang anak, yakni: Anna Freud, Ernest L. Freud, Sophie Freud, Oliver Freud, Jean M. Freud, dan Mathulde Freud. Freud meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 yang terjadi secara

eutanasia. Salah satunya karya terbaiknya yang masih

diadaptasi sampai dengan sekarang ini adalah “The ego and

the id” (das ich und das es), buku ini merupakan studi analitis

dalam menjabarkan teori-teori dari kejiwaan tentang id, ego, dan super-ego yang sangat penting dan mendasar dalam pengembangan psikoanalisis. Karya tersebut pertama kali

dipublikasikan pada tanggal 24 April 1923 oleh

Internationaler Psycho-Analytischer Verlag (Vienna), W. W. Norton and Company.

Doktor kesehatan Viennese ini awalnya dilatih dalam bidang neurologi, yang kemudian terinspirasi dari karya- karya Charles Darwin yang menjelaskan perilaku manusia dalam hal evolusi. Atas kinerja dan karyanya yang fenomenal di bidang psikologi, Freud dinobatkan sebagai salah satu trailblazer ahli saraf moderen dan psikiater kritis asal Yahudi yang paling mempengaruhi berbagai pemikiran-pemikiran di abad tersebut. Freud merintis teknik baru untuk memahami perilaku manusia dan usahanya menghasilkan teori yang paling komprehensif tentang kepribadian dan psikoterapi. Pendekatan secara luas dan holistik untuk menyembuhkan neurosis dengan analisis psikologis, tidak hanya terbatas dalam metode investigasi proses mental dan metode terapi, tetapi juga untuk fungsi psikis.

Teori psikoanalisis Freud, memandang bermain sama halnya dengan fantasi atau lamunan. Dengan bermain anak

dapat memproyeksikan ekspektasi, konflik, maupun

pengalaman-pengalamannya yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan dalam kehidupannya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya anak dalam memenuhi ekspektasi yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata dengan

mengatasi konflik dan pengalaman yang tidak menyenangkan. Dengan bermain, anak telah mampu memproyeksikan fantasinya untuk menjadi figur atau profesi yang diidamkan oleh anak tersebut di kemudian hari. Teknik ini secara umum telah digunakan oleh sejumlah kalangan. Misalnya anak-anak yang ingin menjadi seorang dokter, maka dirinya akan mememilih kegiatan-kegiatan bermain yang menyerupai seorang dokter (pakaian, media, dsb.) dan memanipulasi lingkungan bermain seperti di rumah sakit. Selain itu, bermain juga sebagai media yang penting untuk

anak menyalurkan dan melepaskan emosinya serta

mengembangkan penghargaan atas diri sendiri ketika anak

dapat menguasai tubuhnya, media, dan sejumlah

keterampilan sosial lainnya pada saat anak bermain.

Gambar 2.5

Sigismund S. Freud (www.google.com)

Contoh lainnya yang paling umum dan dirasakan, dan diamati oleh kita adalah pada perayaan hari ulang tahun

(HUT) RI, di Provinsi NTT selalu melakukan pawai

karnaval, dalam pawai ini juga sebenarnya telah

mengimplementasikan teori Freud tersebut, di mana setiap partisipan akan bermain peran untuk memproyeksikan ekspektasinya kelak, sehingga ada yang berperan sebagai polisi, guru, hakim, petani, politisi, dsb. Dengan peran tersebut, anak terlihat begitu antusias untuk berpartipasi, meskipun mereka harus berjalan dengan jarak yang relatif panjang tanpa adanya pengeluhan, karena memang psikologis anak-anak tersebut telah tersalurkan secara baik dengan bermain peran tersebut (fantasi atau lamunan).

6. Cognitive theory: Jean Piaget

Filsuf, ilmuwan, psikolog, dan pendidik berkebangsaan Swiss ini lahir pada tanggal 9 Agustus 1986 di Neuchatel dari pasangan Arthur Piaget dan Rabecca Jackson. Ayahnya yang

berprofesi sebagai dosen di University of Neuchatel

mendorong Piaget untuk aktif dan partisipatif dalam kegiatan-kegiatan akademik (membaca, menulis, dan meneliti). Sepanjang karirnya, Piaget dianugerahi gelar oleh kalangan ilmuwan lainnya sebagai seorang interaktionis dan juga konstruktivis. Piaget adalah salah satu figur penting

dalam psikologi perkembangan, teori-teorinya dalam

psikologi perkembangan yang menekankan pada unsur kesadaran kognitif masih diadaptasi oleh ilmuwan lainnya di seluruh belahan bumi sampai saat ini. Piaget akhirnya menutup usia pada tanggal 16 September 1980 di Jenewa, Swiss.

Teori kognitif Piaget menjelaskan anak

mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur dan sistematis. Proses berpikir anak merupakan

proses gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual dari konkrit menuju abstrak. Pada tahapan perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur kognitif tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap sangat bergantung kepada pencapaian tahapan sebelumnya (Suyono & Hariyanto, 2011:83). Bermain berasal dari kegiatan anak dari tiga karakteristik mendasar dari modus pengalaman dan perkembangannya. Tiga karakteristik tersebut meliputi: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah proses kognitif di mana anak membentuk persepsi, konsep, atau pengalaman baru secara fisik (bermain) ke dalam skema yang sudah ada dalam pikiran. Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga sesuai dengan rangsangan baru yang diterima anak dalam kegiatan bermain. Sedangkan ekuilibrasi adalah keseimbangan antara

asimilasi dan akomodasi, di mana anak dapat

mengintegrasikan rangsangan baru dengan skema kognitif yang ada di dalam pikirannya untuk mendapatkan keseimbangan kognitif dalam kegiatan bermain. Anak menciptakan sendiri pengetahuan tentang dunianya melalui interaksinya ketika bermain. Karena kegiatan bermain

berhubungan dengan perkembangan kognitif maka

perkembangan kognitif anak juga mempengaruhi kegiatan bermainnya sehingga adanya hubungan interaktif di antara kedua varibel tersebut.

Selanjutnya adapun implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam bermain adalah sebagai berikut: a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh sebab itu guru/ fasilitator menggunakkan bentuk komunikasi (bahasa) yang sesuai dengan karakteristik

berpikir anak; b) Anak akan bermain dengan baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru harus membantu anak mengakomodasi lingkungan tersebut sehingga anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya secara optimal; c) Media yang dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai media baru namun tidak asing baginya; d) Anak diberikan kesempatan untuk bermain sesuai dengan tahapan perkembangannya tanpa adanya intervensi lebih dari guru/ fasilitator; dan e) Pada saat bermain, hendakanya anak-anak diberikan kesempatan untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk mengafirmasi keterampilan berpikirnya.

Gambar 2.6

Jean Piaget (www.google.com)

7. Sociocultural theory: Lev Semyonovich Vygotsky

Suami Roza Noevna Smekhova ini lahir di Orsha, Belarusia pada tahun 1896 (17 November). Vygotsky menyelesaikan pendidikan sarjananya pada jurusan hukum di

Moscow State University (1913-1917). Setelah lulus, ia mulai mengajar di berbagai lembaga. Proyek penelitian besar Vygotsky pertama adalah pada tahun 1925 tentang seni psikologi. Beberapa tahun kemudian, ia mengejar karir sebagai seorang psikolog yang bekerja dengan Alexander

Luria dan Leontiev Alexei dan berkolaborasi

mengembangkan pendekatan psikologi Vygotskian.

Meskipun tidak memiliki pelatihan formal dalam psikologi tetapi dirinya terpesona dan terpikat untuk menekuni bidang psikologi dan menghasilkan beberapa karya ilmiahnya,

misalnya: a) Thought and language (1962); b) Mind and

society (1978); dan c) The psychology of art (1971).

Gagasan-gagasannya dikembangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan baik di bidang pendidikan, psikologi, sosiologi, dsb. Pada tanggal 19 Juni tahun 1934 Vygotsky meninggal karena mengidap penyakit tuberkulosis (TBC).

Vygotsky terkenal karena menjadi seorang psikolog pendidikan dengan teori sosiokulturalnya. Teori ini menunjukkan bahwa interaksi sosial menyebabkan perubahan berkelanjutan dalam pemikiran dan perilaku anak-anak yang dapat bervariasi dari setiap kebudayaan. Pada dasarnya teori Vygotsky menunjukkan bahwa perkembangan bergantung pada interaksi antara budaya orang lain dan media-media untuk mengafirmasi pembentukan persepsi anak tentang dunianya sendiri. Ada tiga cara kebudayaan ditularkan kepada orang lain. Pertama adalah belajar meniru, di mana satu anak dapat meniru atau menyalin budaya anak lainnya pada saat bermain. Cara kedua adalah dengan belajar intruksi, di mana anak mengingat kembali instruksi dari fasilitator dan anak menggunakan intruksi untuk mengatur diri sendiri pada

saat bermain. Cara terakhir bahwa yang dilupakan orang lain adalah melalui pendekatan kolaboratif, yang melibatkan sekelompok rekan-rekan yang berusaha untuk memahami satu sama lain dan bekerja sama untuk belajar keterampilan tertentu.

Gambar 2.7

Lev S. Vygotsky (www.google.com)

Empat prinsip dasar pengembangan sociocultal theory

adalah: a) Anak mengkontruksikan sendiri pengetahuannya; b) Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial; c) Pembelajaran dapat menjadi pemandu perkembangan; dan d) Bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan mental. Pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak, dengan bermain akan membantu perkembangan bahasa dan keterampilan berpikir pada anak. Dalam kegiatan bermain, anak akan membuat media-media, tanda-tanda yang dapat membentuk struktur mentalnya secara baik, bermain juga

membebaskan anak dari hambatan yang didapatnya dari

lingkungan. Pada perspektif ini, bermain memberi

kesempatan pada anak untuk melakukan kontrol yang lebih besar terhadap situasi yang dihadapi pada situasi nyata (sesuai realita yang ada). Anak-anak bermain menggunakan makna tertentu sehingga anak dapat mencapai tingkatan proses berpikir yang lebih tinggi dengan simbol dan media

Dalam dokumen PERMAINAN KECIL TEORI DAN APLIKASI (Halaman 50-68)

Dokumen terkait