• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Ketrampilan Proses

Dalam dokumen 28. Strategi Pembelajaran (Halaman 111-117)

Keterampilan Proses dan Penerapannya dalam Pembelajaran di SD-MI

A. Jenis-Jenis Ketrampilan Proses

Terdapat berbagai ketrampilan proses yang perlu diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses itu (Conny Semiawan, dkk, 1985:19-34; Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 15-19) sebagai berikut:

1. Observasi atau Pengamatan

Sebagai ketrampilan ilmiah yang mendasar, mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indra (untuk melihat, mendengar, meraba, mencium, dan atau mengecap) dengan seksama untuk memilah-milahkan sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting. Murid dalam kehidupannya sehari-hari pasti banyak melihat benda, binatang, tumbuhan, dan atau orang disekitarnya, atau mendengar kicauan burung, bunyi klakson kendaraan, dll, atau merasakan hembusan angin, dsb. Tetapi penglihatan, pendengaran, perabaan, dll itu hanya sepintas dan kurang saksama, sehingga kegiatan itu bukan observasi atau pengamatan. Prasyarat utama

dalam observasi adalah pemusatan perhatian, ketelitian, dan kecermatan dalam melihat, mendengar, dsb sehingga dapat memilahkan yang penting dari yang lainnya. Murid seharusnya dilatih melalui pembelajaran untuk melakukan observasi atau pengamatan dengan cermat dan terarah, dan tidak sekadar melihat/mendengar sesuatu itu sepintas lalu.

2. Penghitungan

Menghitung merupakan ketrampilan mendasar yang banyak sekali dipergunakan para ilmuwan dalam bekerja Oleh karena itu, menghitung harus dilatihkan melalui pembelajaran di SD-MI, bukan hanya dalam pembelajaran matematika tetapi juga pembelajaran lainnya, seperti dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (menghitung jumlah daun, kaki belalang, dsb), pembelajaran ilmu pengetahuan social (menghitung jumlah anggota keluarga, penduduk satu wilayah), pembelajaran Bahasa Indonesia (menghitung jumlah kata dalam setiap kalimat, jumlah kalimat dalam satu alinea, dsb), dan lain-lain. Hasil perhitungan itu dapat dilaporkan dengan membuat tabel, grafik, dan atau histogram, Tingkat kesulitan penghitungan itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid, di kelas awal dengan penghitungan sederhana, sedangkan untuk kelas-kelas lanjut dengan penghitungan dan cara pelaporan yang lebih rumit.

3. Pengukuran

Ketrampilan pengukuran adalah salah satu ketrampilan penting dan banyak dipergunakan para ilmuwan dalam pekerjaannya; oleh karena itu, ketrampilan pengukuran harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran di SD-MI. Pengukuran didasarkan pada perbandingan, seperti membandingkan panjang, luas, volume dari benda, membandingkan kecepatan, suhu, dsb. Melatih murid melakukan berbagai pengukuran haruslah menjadi .Bagian penting dalam pembelajaran di SD-MI. Pelatihan pengukuran itu dilakukan secara bertahap, pada awalnya hanya membandingkan panjang, besar, berat, dll terhadap benda di sekitarnya, kemudian mulai diperkenalkan dengan ukuran seperti meter, gram, liter, dll yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid.

4. Klasifikasi

Ketrampilan klasifikasi atau menggolong-golongkan sesuau merupakan pekerjaan rutin seorang ilmuwan, dan karena itu murid SD-MI sejak dini harus diperkenalkan dengan ketrampilan klasifikasi ini. Murid harus terlatih melihat

persamaan dan perbedaan sesuatu sebagai dasar klasifikasi itu, baik berdasarkan ciri khusus, tujuan, maupun untuk kepentingan tertentu. Melalui pembelajaran, murid ditugaskan melakukan penggolongan berbagai benda disekitarnya, umpama klasifikasi klereng berdasarkan warnanya, kancing baju berdasarkan besarnya, daun-daunan bedasarkan bentuknya, dsb. Dengan demikian, murid akan terlatih mengamati sesuatu secara cermat, mengenal persamaan dan perbedaan benda-benda tersebut, serta mampu menggolong-golongkannya sesuai ciri-ciri khususnya masing-masing. Di kelas awal, cara klasifikasi yang ditugaskan masih sederhana, dan makin lanjut kelas dengan kemampuan murid yang mulai berkembang, tugas klasfikasi makin sulit, baik isi tugasnya maupun cara pengolahan hasil klasifikasi itu dalam pelaporan.

.5. Pengenalan Ruang dan Waktu serta Hubungan Keduanya Ketrampilan berkaitan dengan pengenalan bentuk-bentuk ruang (lingkaran,

persegi empat, segi tiga, kubus, silinder, dll), pengenalan arah (bawah, atas, belakang, depan, kiri, kanan, dll), pengenalan waktu (menit, jam, sehari, seminggu, sebulan dll) serta hubungan yang satu dengan lainnya (arah, jarak, dan waktu, seperti lamanya mengelilingi suatu lingkaran, dll) termasuk ketrampilan yang sering dipergunakan ilmuwan dalam bekerja. Oleh karena itu, ketrampilan ini perlu dilatihkan kepada murid SD-MI melalui pembelajaran., seperti menetapkan bentuk suatu ruang atau benda, arah suatu gerakan, lamanya waktu yang dipakai untuk mengelilingi lapangan olah raga dengan berjalan kaki atau berlari, dsb.

6. Pembuatan Hipotesis

Pembuatan hipotesis merupakan ketrampilan yang sangat penting bagi seorang ilmuwan. Suatu hipotesis adalah suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu masalah, penjelasan suatu keadaan, dll, yang selanjutnya diuji kebenarannya melalui penelitian, eksperimen, dsb. Murid SD-MI perlu memperoleh latihan untuk membuat hipotesis yang kemudian diuji dengan eksperimen sederhana melalui berbagai pembelajaran di sekolah. Sebagai contoh: karena setiap pembakaran memerlukan oksigen yang ada diudara, maka lilin yang menyala akan mati apabila ditutup rapat; atau lilin menyala yang penutupnya kecil akan padam lebih dahulu dari pada lilin menyala yang penutupnya lebih besar. Karena tanaman memerlukan air, maka tanaman yang disiram teratur akan lebih subur dari pada tanaman yang kurang/jarang disiram (dengan catatan: kedua tanaman itu ditempatkan pada tempat yang tidak kena hujan). Pembuatan dan pengujian hipotesis melalui eksperimen akan menumbuhkan/mengembangkan berbagai ketrampilan mendasar seperti yang

diperlukan para ilmuwan dalam bekerja, tetapi juga murid akan menemukan sendiri pengetahuan-pemahaman yang ilmiah, dan serentak dengan itu, akan menumbuhkan/mengembangkan sikap ilmiah.

7. Perencanaan Penelitian/Eksperimen

Eksperimen atau percobaan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan melakukannya secara trial and error saja; demikian pula dengan anak, sering melakukan percobaan trial and error dengan mainannya, dengan binatang peliharaannya, dan sebagainya. Berbeda dengan kebanyakan orang, para ilmuwan melakukan eksperimen dalam rangka penelitian untuk menguji hipotesisnya. Para ilmuwan melakukan penelitian/eksperimen dilandasi oleh dasar teoritis, serta dilakukan secara sistimatis dan terarah yang dipandu oleh hipotesisnya. Oleh karena itu, pembelajaran di SD-MI seharusnya meningkatkan kemampuan murid yang biasa melakukan percobaan secara trial and error saja menjadi suatu eksperimen yang dipandu oleh suatu hipotesis yang dilandasi dasar teoritis, dan dilakukan secara sistimatis dan terarah. Melalui pembelajaran, disamping eksperimen, murid dibiasakan pula melakukan berbagai penelitian sederhana, seperti: jumlah anak dari setiap orang tua murid di kelasnya, tinggi badan seluruh murid di kelasnya, dsb. Dapat pula melakukan penelitian yang lebih rumit, umpama hubungan antara tinggi badan dan berat seseorang, hubungan antara tinggi badan dengan nomor sepatu yang dipakainya, dsb. Perlu ditekankan bahwa setiap penelitian/eksperimen harus didahului oleh perencanaan yang matang, sehingga penelitian/eksperimen itu dapat berlangsung seperti yang diinginkan. Dengan perencanaan itu, dapat diketahui jenis dan jumlah alat dan bahan yang diperlukan, faktor atau variabel yang harus diperhatikan/dikendalikan, prosedur kerja yang harus ditempuh, cara mencatat, mengolah, dan menginterpretasi data untuk membuat kesimpulan, dsb. Kesulitan dan kerumitan penelitian/eksperimen itu disesuaikan demgam tingkat perkembangan dan kemampuan murid.

8. Pengendalian Variabel

Pengendalian variabel atau faktor yang berpengaruh dalam penelitian/eksperimen merupakan salah satu ketrampilan mendasar yang dilakukan para ilmuwan dalam melaksanakan penelitian/eksperimen itu. Pengendalian variabel meliputi baik variabel bebas maupun variabel tergantung (variabel eksperimen). Pengendalian variabel, baik variabel bebas maupun variabel tergantung, sangat penting dalam setiap eksperimen. Dengan demikian, murid perlu segera diperkenalkan dengan ketrampilan pengendalian variabel itu melalui pembelajaran di

SD-MI. Ketrampilan pengendalian variabel dilatihkan secara langsung sewaktu murid melakukan eksperimen. Sebagai contoh eksperimen tentang pentingnya berbagai jenis pupuk bagi tanaman: variabel tergantung (variabel yang akan diteliti adalah pupuk), sedang variabel bebas adalah semua hal yang terkait dengan tanaman, kecuali pupuk, seperti: bibit tanaman, tanah tempat menanam, curah hujan atau penyiraman, sinar matahari, dsb. Dalam eksperimen, murid berlatih mengendalikan variabel bebas agar hal-hal itu sama untuk semua tanaman (baik tanaman percobaan maupun tanaman lain sebagai pembanding), demikian juga dengan variabel tergantung (variabel yang akan dicobakan) yakni penggunaan berbagai jenis pupuk pada beberapa tanaman yang berbeda dan yang tidak dipupuk. Setelah beberapa minggu, keadaan tanaman yang dipupuk dengan pupuk yang berbeda dan yang tidak dipupuk dibandingkan, sehingga akan dapat disimpulkan tentang (1) pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanaman, dan (2) jenis pupuk yang lebih menambah kesuburan tanaman. Dengan latihan pengendalian variabel dalam berbagai eksperimen, murid akan lebih menguasai ketrampilan pengendalian variabel itu

9. Interpretasi Data

Ketrampilan mengintrepretasi atau menafsirkan data adalah salah satu ketrampilan kunci dalam keberhasilan ilmuwan dalam pekerjaannya. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian/eksperimen harus dapat diinterpretasi/ditafsirkan dengan cara-cara sesuai kaidah ilmiah. Pembelajaran di SD-MI seyogianya melatih murid untuk menguasai ketrampilan interpretasi data ini. Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai kegiatan seperti: perhitungan, pengukuran, eksperimen, dan atau penelitian sederhana, diolah dan disajikan dalam berbagai cara seperti: tabel, grafik, diagram, dan atau histogram, yang selanjutnya diinterpretasikan dalam berbagai kesimpulan. Umpamanya, pengukuran tinggi badan murid-murid di kelas sendiri dan disajikan dalam bentuk tabel dapat dibuat tafsiran seperti; tinggi badan berada dalam rentangan dari terendah ke tertinggi, ketinggian berapa yang banyak jumlah muridnya, bahkan dapat dihitung rata-rata tinggi badan murid satu kelas itu, dsb. Dengan pembelajaran yang memberi peluang untuk berlatih menginterpretasi data, murid akan terbiasa membuat kesimpulan yang sesuai dengan kaidah ilmiah, dan bukannya kesimpulan yang direka-reka saja

10. Kesimpulan Sementara (Inferensi) Ketrampilan membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dipergunakan para ilmuwan dalam suatu penelitian, suatu kesimpulan yang masih akan diuji selanjutnya untuk menjadi kesimpulan akhir. Murid dilatih untuk membuat

kesimpulan sementara berdasarkan informasi atau data yang dimilikinya pada suatu waktu tertentu, yang masih akan diuji kembali dengan diperolehnya informasi/data tambahan. Umpamanya: guru menyebutkan tiga ciri suatu hewan (seperti, berkaki empat, lebih besar dari kambing, biasa jadi pacuan), dan Murid menebaknya (kuda)..Kesimpulan sementara itu diselidiki kebenarannya dengan mencari informasi atau data tambahan, seperti tidak bertanduk, mudah dijinakkan, dsb..

11. Peramalan

Baik ilmuwan maupun orang awam biasa membuat peramalan. Perbedaannya terletak pada dasar peramalan itu. Peramalan orang awam biasanya didasarkan pada pengalamannya, seperti kalau mendung akan terjadi hujan, kalau panen padi gagal akan terjadi harga beras naik, dsb. Peramalan para ilmuwan biasanya didasarkan fakta atau data yang telah dikumpulkannya melalui obervasi, pengukuran, eksperimen, dll, yang memperlihatkan suatu kecenderungan gejala tertentu. Pembelajaran di SD-MI harus memberi peluang kepada murid untuk berlatih membuat peramalan yang didasarkan pada informasi atau data yang telah tersedia. Umpama berdasarkan catatan curah hujan pada bulan tertentu selama 2-5 tahun, murid dapat membuat peramalan banyaknya curah hujan bulan ybs tahun ini. Demikian pula dengan informasi/data lainnya yang teredia dapat dijadikan dasar untuk membuat peramalan.

12. Penerapan (Aplikasi)

Para ilmuwan pada umumnya menguasai ketrampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep, prinsip, dan atau teori untuk memecahkan suatu masalah, menjelaskan suatu peristiwa baru, dsb. Pembelajaran di SD-MI seharusnya melatih muridnya untuk menggunakan ketrampilan penerapan ini, baik dengan langsung melakukannya maupun dengan menunjukkan bukti penerapan itu disekitarnya. Beberapa contoh seperti konsep yang menyatakan bahwa udara mempunyai tekanan dapat diterapkan dengan memompa ban sepeda agar dapat membawa beban yang lebih berat,.bahwa air mengalir dari tempat tinggi ketempat rendah diterapkan dengan menempatkan tempat cadangan air diketinggian agar air dapat mengalir keseluruh bagian rumah (untuk cadangan air di rumah tinggal) atau keseluruh bagian kota (untuk cadangan air Perusahaan Air Minum atau PDAM).

13. Komunikasi

Ketrampilan komunikasi selalu diperguanakan para ilmuwa untuk menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan, dll kepada orang lain, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk

gambar, model, tabel, grafik, diagram, dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang dikomunikasikan itu. Ketrampilan komunikasi ini mutlak dikuasai oleh para ilmuwan, agar gagasan, penemuan, dan sejenisnya dapat tersebar luas dan diketahui orang lain. Murid di SD-MI perlu dibiasakan mengkomunikasikan gagasan, hasil pengamatan, pengukuran, dan atau eksperimen, dsb sesuai kaidah komunikasi ilmiah. Dengan bimbingan guru, murid harus melengkapi laporannya dengan penyajian data yang relevan dengan laporan itu, seperti gambar, tabel, grafik, dll. Demikian juga laporan hasil kerja tugas dalam Lembar Kerja Murid, hasil diskusi atau kerja kelompok, serta kegiatan pembelajaran lainnya yang menghasilkan sesuatu yang perlu dikomunikasikan kepada pihak lain. Dengan latihan ini, murid secara berangsur akan dapat menguasai ketrampilan komunikasi ini, baik lisan maupun tertulis.

Demikianlah berbagai jenis ketrampilan proses yang selalu dipakai oleh para ilmuwan untuk menghasilkan temuan-temuan penting yang telah mengabadikan namanya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Murid-murid SD-MI secara dini, bertahap, tetapi berlanjut harus diberi peluang untuk mengusai ketrampilan proses tersebut melalui pembelajaran di sekolah. Pengembangan ketrampilan proses secara dini harus telah dimulai di kelas-kelas awal dengan memilih ketrampilan yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan murid-murid yang bersangkutan, seperti ketrampilan mengobservasi, perhitungan, klasifikasi, komunikasi, dsb. Untuk kelas-kelas lanjut harus dilatihkan berbagai ketrampilan proses lainnya yang lebih sulit dan rumit; hal itulah yang dimaksudkan dengan latihan melalui pembelajaran secara bertahap tetapi berlanjut. Pengembangan berbagai ketrampilan proses tersebut adalah hasil akumulasi dari diterapakannya PKP itu melalui berbagai pembelajaran dalam berbagai bidang studi .

A. Penerapan Ketrampilan Proses Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam dokumen 28. Strategi Pembelajaran (Halaman 111-117)