• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasional dan Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Dalam dokumen 28. Strategi Pembelajaran (Halaman 104-108)

embelajaran yang diselenggarakan di SD-MI adalah pembelajaran yang mendidik, yakni pembelajaran yang secara serentak berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran untuk mewujudkan indikator/kompetensi, tetapi juga berupaya mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih umum yakni pembentukan jati diri dan kepribadian murid. Pembelajaran yang mendidik bertujuan untuk pengembangan ranah kognitif (pengetahuan dan atau pemahaman), ranah psikomotorik (ketrampilan fisik, sosial, dan atau intelektual), serta ranah afektif (nilai dan sikap) secara seimbang dan selaras. Menurut Conny Semiawan, dkk (1985: vii) inti pendidikan yang bertujuan pengembangan seluruh kepribadian adalah kreativitas , dan pengembangan kreativitas itu dapat terlaksana jika diterapkan pendekatan ketrampilan proses Dengan kata lain, penerapan PKP dalam pembelajaran akan memberi peluang tumbuh-kembangnya kepribadian murid secara optimal.

A. Rasional Penerapan PKP Dalam Pembelajaran

Pendekatan Ketrampilan Proses, seperti telah ditegaskan sebelumnya, adalah pendekatan yang menekankan penggunaan ketrampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran yang dikembangkan sebagai konsep terlaksana untuk menerapkan Pendekatan CBSA. Oleh karena itu, alasan dikembangkannya PKP ini tidak berbeda secara prinsip dengan rasional Pendekatan CBSA. Rasional penerapan PKP dalam pembelajaran (Conny Semiawan, dkk,1985: 14-16; Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 12-14) sebagai berikut:

1. Percepatan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan bahan ajar, yang bersumber dari ilmu pengetahuan itu makin banyak (makin luas dan atau mendalam) sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep itu kepada muridnya dalam pembelajaran di sekolah. Kalau guru tetap berusaha mengajarkan semua fakta dan konsep itu, maka guru biasanya memilih cara praktis dengan metode ceramah. Akibatnya, murid mengetahui banyak fakta dan konsep yang diajarkan itu, tetapi murid tidak dilatih untuk menemukan dan atau mengembangkan fakta, konsep, dan atau prinsip, dengan kata lain, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Perkembangan kognitif murid SD-MI yang masih berada pada tahap operasi konkrit sehingga masih memerlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit, utamanya dengan memperaktekkan sendiiri upaya menemukan konsep itu. Hal itu sesuai dengan salah satu prinsip PKP yakni perkembangan kognitif sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan, seperti pendapat Jean Piaget “….. mengetahui sesuatu obyek tak lain daripada memperlakukannya”; esensi pengetahuan adalah aktivitas, baik fisik dan terutama mental. Tugas guru adalah menyiapkan suatu lingkungan belajar yang menggiring murid untuk bertanya, mengamati, mengadakan percobaan, dll untuk menemukan fakta, konsep, dan atau prinsip. Murid mulai belajar menjadi seorang „ilmuwan‟.

3. Penemuan ilmu pengetahuan hanyalah suatu kebenaran relatif yang masih tetap terbuka untuk dikaji dan diuji kembali. Hal tersebut menuntut suatu sikap ilmiah dari para ilmuwan yakni mampu dan mau mengkaji dan menguji kembali sesuatu yang telah dianggap benar. Sikap ilmiah itu seharusnya mulai ditanamkan pada setiap murid SD-MI. Dari sisi lain, murid mulai dibiasakan untuk mempertanyakan dan mencari kemungkinan-kemungkinan lain, dengan kata lain, murid dibiasakan untuk berpikir dan bertindak kreatif. 4. Setiap pembelajaran harus tetap berusaha untuk mengembangkan kepribadian

murid secara holistik. Meskipun suatu pembelajaran berada dikawasan ranah kognitif, tetapi pembelajaran itu tidak boleh dilepaskan dari ranah afektif dan atau psikomotorik. PKP yang menekankan pengembangan ketrampilan memproseskan perolehan (kawasan psikomotorik: ketrapilan fisik/intelekual) akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep (ranah kognitif) dan pengembangan sikap dan nilai (ranah afektif).

Demikianlah beberapa alasan yang mendorong dikembangkannya PKP sebagai konsep terlaksananya penerapkan Pendekatan CBSA, namun bukanlah pengaktifan murid yang “…..tanpa isi, tanpa pesan, tanpa rancangan, dan tanpa arah. ……..[Tetapi] yang dipraktekkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan ketrampilan proses perolehan.” (Conny Semiawan, dkk, 1985: 16). Pembelajaran aktif dan bermakna itu menuntut aktivitas murid yang bukan hanya bersifat fisik, melainkan yang utama adalah keterlibatan mental (intelektual dan atau emosionl). Pembelajaran yang bermakna itu akan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas murid dalam pembelajaran, serta akan mendorong perkembangan mental yang kadarnya tinggi dalam 2 (dua) komponen penting yakni (1) berpikir kritis dalam mencari kebenaran fakta, konsep, prinsip, dan atau teori, dan (2) kreativitas dalam mencari kebermaknaan (Siler, 1990, dan Lipman, 1991, dari Conny

R.Semiawan, 1993:17-19). Seperti diketahui, proses berpikir dapat dibedakan dalam 2 (dua) fungsi utama, yakni (1) berpikir kritis, rasional logis, konvergen (memusat) sebagai fungsi utama dari belahan otak kiri, dan (2) berpikir kreatif, divergen (memencar) sebagai fungsi utama dari otak kanan. Kedua sisi fungsi berpikir itu saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan, dan keduanya seharusnya dikembangkan secara seimbang, serasi dan selaras dalam pembelajaran di SD-MI. Dalam pengamatan tentang pembelajaran di SD-MI, diperoleh kesan bahwa berpikir kreatif belum cukup dikembangkan.

B.Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)

Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP) adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai ketrampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran itu “Ketrampilan memproseskan perolehan adalah suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk menerapkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) …” (Conny Semiawan, 1985: 3). Penerapan PKP dalam pembelajaran memberi penekanan agar dalam pembelajaran itu para murid dilatihkan ketrampilan-ketrampilan mendasar yang biasa dipergunakan para ilmuwan dalam menghasilkan penemuan-penemuan besar dalam ilmu pengetahuan, seperti: mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dll. Ketrampilan mendasar itu yang telah menghasilkan penemuan besar dalam ilmu pengetahuan, seperti: „pemutarbalikan‟ Copernicus yang mengemukakan bahwa bukan matahari yang mengedari bumi (seperti anggapan umum pada saat itu) tetapi terbalik: bumi yang mengedari matahari, atau penemuan ketidaksadaran (Id/Das unbewuzte) oleh Sigmund Freud dengan aliran Psikoanalisa, atau penemuan gagasan koperasi oleh Muhammad Hatta (Bung Hatta), dsb Penemuan-penemuan besar itu dilakukan karena para ilmuwan tersebut menguasai berbagai ketrampilan mendasar (fisik dan atau mental), meskipun penguasaan fakta, konsep, prinsip dan atau teori dalam bidangnya mungkin masih terbatas.

Ketrampilan-ketrampilan mendasar yang dikuasai para ilmuwan itu pada prinsipnya terdapat juga dalam diri anak, hanya masih potensial dan atau masih sederhana dan belum berkembang. Kalau diperhatikan seorang anak dan seorang ilmuwan menyelidiki sesuatu disekitarnya, umpama seekor kupu-kupu, maka keduanya didorong oleh hasrat ingin tahu yang besar, serta pada dasarnya keduanya menggunakan ketrampilan proses yang sama, yakni kemungkinan keduanya mengamati, menghitung, mengukur, dsb. Perbedaannya hanyalah bahwa para ilmuwan menggunakan ketrampilan proses itu dengan lebih intensif dan berkualitas.

Para ilmuwan bekerja dengan landasan teoritis, lebih terarah dan sistimatis, seperti: ilmuwan itu merumuskan masalah, membuat hipotesis, melakukan penelitian/eksperimen, serta mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasi data, dsb. Intensitas dan kualitas penguasaan ketrampilan proses itulah yang menghantar para ilmuwan menghasilkan penemuan-penemuan besar dalam ilmu pengetahuan. Pembelajaran di SD-MI seyogianya secara dini menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan proses seperti yang dikuasai para ilmuwan itu dengan menerapkan PKP dalam pembelajaranya. Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran, murid dengan memproseskan perolehannya akan mampu menemukan sendiri fakta, konsep, dan atau prinsip (pengembangan pengetahuan-pemahaman dalam ranah kognitif), dan seiring dengan itu, pembelajaran itu secara berangsur tapi berlanjut akan mengembangkan sikap dan nilai pada siswa yang relevan seperti cermat, teliti, jujur, dsb. Dengan kata lain, pembelajaran yang semula menggunakan berbagai ketrampilan proses (fisik, social, dan atau intelektual dalam ranah psikomotorik), akan menghantar murid pada suatu pengetahuan-pemahaman (dalam ranah kognitif), serta seiring dengan itu menumbuhan pula sikap dan nilai yang relevan (dalam ranah afektif). “Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Inilah sebenarnya yang dimaksudkan dengan pendekatan proses” (Conny Semiawan, dkk, 1985: 18).. Pendekatan proses itu akan mengembangkan kreativitas murid, yang pada gilirannya, akan menjadi landasan untuk pegembangan kepribadiannya secara keseluruhan.

Terdapat beberapa manfaat yang dapat dicapai dengan menerapkan PKP dalam pembelajaran di SD-MI (Funk, 1985; dari Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 14) sebagai berikut:

1. Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran, murid akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan;

2. Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran berarti murid bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu.

3. Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran, murid secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.

Penerapan PKP dalam pembelajaran akan menempatkan murid sebagai „ilmuwan‟ dalam menggeluti ilmu pengetahuan itu, dengan kata lain, murid berperan sebagai „produsen‟ bukan sekadar penerima ilmu pengetahuan itu.

Beberapa hari yang lalu Anda telah mengkaji Sub Unit 4.1 Rasional dan Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif, dan Anda telah pula selesai mengkaji Sub Unit 5.1 Rasional dan Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses. Tugas Anda adalah untuk membandingkan kedua kajian itu, sbb:

1 Apakah persamaan dan perbedaan antara rasional Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dan rasional Pendekatan Ketrampilan Proses?

2. Apakah persamaan dan perbedaan antara pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dan pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses?

Dalam dokumen 28. Strategi Pembelajaran (Halaman 104-108)