• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Jenis-Jenis Zakat

Jenis-jenis zakat ada dua macam, yaitu:

1. Zakat yang berkaitan dengan badan (zakat an’nafs), yaitu zakat fitrah.

Diwajibkan kepada segenap kaum muslim, laki-laki maupun perempuan, orang dewasa maupun anak kecil termaksud bayi yang masih dalam kandungan, orang tuanya wajib mengeluarkan zakat bayinya.

2. Zakat yang berkaitan dengan harta.

Zakat harta (zakat maal), yaitu zakat yang diwajibkan kepada pemilik harta ketika terpenuhi syarat-syaratnya seperti nishab dan haul, walaupun tidak semua zakat maal ada nishab dan haul.

H. Kerangka Pikir

Badan Amil Zakat Nasional Makassar merupakan salah satu Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) yang dibentuk oleh Pemerintah berdasarkan Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Baznas bergerak dibidang pengumpulan, administrasi, pendistribusian, dan pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. Untuk pencatatan zakat, infaq dan shadaqah, Baznas Makassar dapat dilihat dari penyajian laporan keuangan yaitu: Neraca, Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelola, dan Catatan Atas Laporan Keuangan sesuai dengan PSAK No.109 sehingga dapat menambah kepercayaan muzzaki.

Pada OPZ seperti Baznas memerlukan adanya sistem akuntansi yang baik dalam mengumpulkan, mengolah dan menyalurkan dana zakat, infaq dan shadaqah. Salah satunya dengan adanya perlakuan akuntansi zakat yang baik. Untuk itu penelitian dilakukan menggunakan PSAK No.109 yaitu menerangkan tentang Akuntansi Zakat yang bertujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan Baznas telah sesuai dengan PSAK No.109 sehingga penyajian laporan keuangan dapat lebih relevan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1 Kerangka Pikir

BAZNAS

(Badan Amil Zakat Nasional)

ZIZ

(Zakat Infaq dan Shadaqah)

Akuntansi Zakat

Laporan Keuangan

- Laporan Neraca

- Laporan Perubahan Dana

PSAK No. 109 - Laporan Perubahan Aset

Tentang Akuntansi Zakat, Kelolaan

Infaq dan Shadaqah.

- Arus Kas

- Catatan Atas Laporan

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif. Penggunaan pendekatan metode kualitatif digunakan bertujuan berdasarkan alasan saya mengambil judul mengenai Pengelolaan Zakat karena di Indonesia sendiri penyaluran Zakat bermacam-macam. Maka pengelolaan Zakat ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Kemudian saya mengambil BAZNAS sebagai objek penelitian karena BAZNAS dalam pengelolaan datanya dilakukan secara transparan dan juga saya ingin mempelajari atau mengenal lebih dalam organisasi BAZNAS tersebut.

B. Fokus Penelitian

Pada fokus penelitian ini menunjukkan bahwa objek kajian akan dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif di mana dalam penelitian ini berfokus pada mendeskripsikan mengenai analisis PSAK 109 pada penyaluran dana Zakat Infaq/Shadaqah produktif agar mampu dibahas secara mendetail dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, peneliti memiliki ketertarikan pada penelitian mengenai penyaluran dana Zakat produktif karena merupakan masalah yang harus dikaji lebih dalam agar dapat masyarakat mengetahui bagaimana proses penyaluran dana Zakat yang berada pada LAZ tersebut dan pelaksana dapat berjalan secara maksimal. Adapun tujuan analisis data kualitatif yakni mencari makna dibalik data yang melalui pengakuan subyek perlakuan. Peneliti dihadapkan kepada berbagai objek penelitian yang semuanya menghasilkan data yang

51

membutuhkan analisis. Data yang didapat dari obyek penelitian memiliki kaitan yang masih belum jelas. Oleh karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan tersebut secara jelas sehingga menjadi pemahaman umum.

C. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar, bertempat dijalan Teduh Bersinar No. 5, Rappocini, Gn. Sari, Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Penelitian sudah dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan. 3 September 2020 s/d 3 Oktober 2020.

D. Sumber Data 1. Data Primer

Data yang diambil secara langsung dari objek penelitian (BAZNAS Kota Makassar) yang belum diolah dan perlu dikembangkan sendiri oleh penulis, misalnya hasil wawancara dengan bagian karyawan Badan Amil Zakat dan para mustahiq yang dapat memberikan informasi yang diperlukan.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh lewat dokumen-dokumen dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah yang teliti, baik dari literatur maupun dari perusahaan yang bersangkutan

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Peneliti ini melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pengurus atau pimpinan BAZNAS Kota Makassar dan mustahiq.

2. Observasi

Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan melakukan dokumentasi yang dianggap penting, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya struktur organisasi perusahaan dan laporan keuangan.

3. Studi Perpustakaan

Yaitu peneliti yang didasarkan pada bahan-bahan studi perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari literature, buku, bahan tulisan dan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah BAZNAS

Lahirnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang yang melakukan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dana sosial keagamaan sosial lainnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.

BAZNAS Merupakan lembaga resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah di kota Makassar yang pengurus (unsur

pimpinan) diangkat Wali kota Makassar nomor : 1762/451.12/KP/XII/2015 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) pada tingkat Kota Makassar.

Baznas Kota Makassar Sebagai lembaga pemerintahan non struktural yang bersifat mandiri, merencanakan dan melaksanakan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq dan sedekah dan dana sosial lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan penanggulangan kemiskinan kota Makassar.

Dengan demikian, Baznas Kota Makassar bersama Pemerintah Kota Makassar bertanggungjawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berzakat : Syariat Islam, Amanah, Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian Hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

54

2. Visi dan Misi BAZNAS Makassar

Adapun visi, dan misi Baznas Makassar adalah : a. Visi Nilai Baznas

“Makassar kota zakat berkat dan nyaman untuk semua”

b. Misi:

1. Meningkatkan Kesadaran muzaki berzakat, infaq/bersedekah.

2. Mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq, Sedekah untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan mustahik.

3. Terciptanya manajeman BAZNAS yang profesional dengan didukung system informasi teknologi.

3. Nilai-Nilai BAZNAS Mencakup Semua Nilai Luhur Dan Unggul Islami, Diantaranya:

a. Visioner b. Optimis c. Jujur d. Sabar e. Amanah f. Keteladanan g. Profesional

h. Perbaikan Berkelanjutan i. Entrepreneurial

j. Transfornasional.

4. Kebijakan Mutu dan Tujuan Mutu BAZNAS Makassar a. Kebijakan Mutu Baznas diantaranya:

1. Meningkatkan kesadaran berzakat sesuai syariat dan peraturan undangan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahiq.

2. Memberikan layanan terbaik bagi muzakki dan mustahiq.

3. Membuat program pendayagunaan zakat sesuai dengan syariah secara terencana, terukur dan berkesinambungan dalam meningkatkan kesejahteraan mustahiq.

4. Membina, mengembangkan dan mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupate /Kota dan LAZ.

5. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang handal untuk menyajikan data penerimaan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat secara nasional.

6. Mengembangkan manajemen yang profesional, transparan dan akun tabel yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah.

7. Membina dan mengembangkan amil yang amanah, berintegrasi dan kompeten yang mampu menumbuhkan budaya kerja Islami.

8. Mengembangkan model-model terbaik pengelolaan zakat yang dapat dijadikan acuan dunia.

b. Tujuan Mutu BAZNAS diantaranya:

1. Mengoptimalkan penghimpun ZIS dari kementrian, lembaga, instansi pemerintah, BUMN, BUMD, Perusahaan swasta dan masyarakat sesuai peraturan perundangan.

2. Mengoptimalkan program pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS

Kabupaten/Kota, LAZ dan berbagai institusi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan mustahiq.

3. Menguatkan kapasitas, kapabilitas dan tata kelola BAZNAS dan LAZ.

4. Menguatkan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan Islam dn pihak-pihak lain yang relevan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi ZIS serta dakwah.

5. Membangun sistem Manajemen BAZNAS yang kuat melalui penerapan standar operasional baku dan implementasi sistem online berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada semua aspek kerja.

6. Membangun sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel sesuai dengan syariah dan PSAK 109.

7. Menyiapkan sistem dan infrastruktur BAZNAS dan LAZ sebagai lembaga keuangan syariah dibawah pengawasan OJK.

8. Mengembangkan sistem manajemen sumber daya insani yang adil, transparan dan membudayakan.

5. Program Lembaga Amil Zakat Baznas Makassar a. Makassar Takwa

Makassar takwa adalah program pengembangan aqidah akhlak bagi mustahik kota Makassar, diantaranya adalah.

10.Bantuan Rumah Ibadah.

11.Peringatan Hari Besar islam.

12.Peningkatan takwa Mustahik.

2. Makassar Makmur

Makassar makmur merupakan program yang bersifat pemberdayaan terhadap mustahik kota Makassar. Dalam hal ini adalah upaya mustahik Kota Makasar untuk lebih mandiri dan sejahtera.

1. Bantuan Modal Usaha diantaranya - Bantuan Modal Usaha Kecil.

- Bantuan Dana Pemberdayaan Umat.

- Bantuan Usaha Menjahit Bina BAZNAS.

- Bantuan Pengelolaan Ikan.

- Bantuan Modal Usaha Gerobak.

2) Bantuan Pengadaan Gerobak 3) Pelatihan Life Skill diantaranya

- Pelatihan Menjahit.

- Service AC - Service HP - Service Motor.

- Pelatihan Pengelasan

4) Biaya Pembinaan Ekonomi Lemah pada Lokasi ZCD (Zakat Community Development)

B. Hasil Penelitian

1. Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar.

Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar dalam hal pencatatan transaksi dan kegiatan pencatatan akuntansi zakat dijelaskan sebagai berikut:

a. Karakteristik

Wawancara dengan Hj. Darmawari SE.,MM mengenai perlakuan akuntansi sesuai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, beliau mengungkapkan bahwa :

“Iya sudah sesuai, setiap tahunnya di audit oleh akuntan publik, jadi dana tersebut sudah terpisah. Menjadi dana zakat, infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya”.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukandengan “Hj.

Darmawati SE.,MM. Audit internal Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar menjelaskan bahwakarakteristik zakat apabila dilihat dari tata kelola yang baik yaitu memiliki sistem administrasi yang tertib dan harus bersifat transparan serta dana yang dikelola dapat di pertanggungjawabkan kepada stakeholders, muzakki serta masyarakat luas.

Prinsip-prinsip yang wajib diterapkan sesuai dengan syariah Islam pada lembaga agar dapat dikatakan sebagai lembaga yang memiliki tata kelola yang baik yaitu lembaga yang sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini, di mana lembaga tersebut harus menerapkan aturan-aturan yang telah disesuaikan dalam PSAK No.

109 tentang akuntansi Zakat dan sesuai dalam Al-Qura’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang zakat di mana terdapat 8 asnaf pembagian diantaranya fakir, miskin, amil, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu Sabil serta dalam ayat 103 membahas tentang apa-apa saja keutamaan dari zakat.

1. Pengakuan Awal

Dalam PSAK No.109 pengakuan awal dari akuntansi zakat, yaitu penerimaan zakat diakui pada saat terjadinya penerimaan kas atau aset lainnya. Perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional kota Makassar menurut hasil implementasi ialah dalam pengakuan awal sudah sesuai, hal ini dapat dilihat dari adanya penerimaan zakat yang diakui sebagai aset di mana pada saat kas masuk diterima. Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar telah menerapkan cash basic maka proses pencatatan transaksi akan di catatan pada saat terjadi penerimaan kas, sedangkan pencatatan biaya akan diakui pada saat terjadi pengeluaran kas.

Dalam PSAK No.109 tentang akuntansi zakat, tetapi masih terkait tentang pengakuan awal, dana zakat yang diterima dari muzakki akan diakui sebagai penambah dana zakat, apabila dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima, dan jika dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar aset non kas tersebut.

2. Pengukuran Setelah Pengakuan Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, apabila terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diberlakukan sebagai pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM mengenai zakat yang diterima dari Muzzaki diakui sebagai penanbah dana zakat yaitu apabila dalam bentuk kas. Maka, sebesar jumlah yang diterima dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar aset. Non kas tersebut bagaimana pengukurannya, beliau mengungkapkan bahwa:

”Dana zakat yang diterima diakui seberapa besar dana yang dimaksud, semisal “berzakat Rp 500.000,- niai tersebut sesuai dengan nominalnya yang diterima, jika berupa non tunai atau non kas disesuaikan dengan harga barang tersebut”. Misalnya barang tersebut seharga Rp 500.000,- dinilaikan sebesar Rp 500.000,- sesuai dengan nilai barang tersebut” .

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan di lembaga Amil Zakat Nasional bahwa dalam aspek pengukuran setelah pengakuan awal, Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat

berdasarkan apabila terjadi penurunan nilai aset zakat atau kerugian itu disebabkan oleh amil, maka amil harus menanggung risiko atas perbuatannya dengan cara mengurangi dana amil.

3. Penyaluran Zakat

Sesuai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, dan zakat yang disalurkan kepada mustahiq sebesar jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas jumlah tercatat jika dalam bentuk aset non kas. Jadi penyaluran dana zakat yang akan diakui oleh amil pada saat dana tersebut sudah diterima oleh mustahiq. Apabila dana masih dikelola oleh amil/lembaga maka dianggap bukan penyaluran zakat.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM mengenai Semisal dari dana non kas itu biasanya berasal dari Zakat ap, beliau mengungkapkan bahwa :

“Biasanya kalau non kas itu bukan dari zakat yang tunai.

Seumpamanya ada orang yang menyetor zakat dalam bentuk natura. Kalau kita selama ini, hampir dikatakan tidak ada.

Karena, kami tidak menerima zakat dari pertanian juga tidak ada hasil pertanian yang kita terima zakat pertanian. Tetapi, itu dalam bentuk tunai. Biasanya dalam bentuk Beras, jagung, gandum dan sebagainya. Dari hasil pertanian itu kan tetap ada

zakat yang dikeluarkan tapi kita tidak ada. Boleh kata tidak ada perusahaan Makassar. Mungkin, di Kabupaten lain ada”.

Terus jumlah dari aset yang disalurkan. Persentase dari aset yang disalurkan tersebut total penyaluran selama periode.

Bagaimana dengan ilustrasi, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kalau Aset Yang Kita Salur Paling Rata-Rata Aset Yang Kita Salur itu penunjang kegiatan Amil.Saperti Kendaraan, AC. Dan sebagainya itu kan tidak disalurkan. Itu rata sumbernya bukan dari dana sakat dan bukan dari dana Amil dan itu bantuan dari Pemerintah Kota. Dan dari dana sakat, dana infaq dan lain-lain kecil sekali penggunaan pengadaan Aset, karena sebagai besar kita gunakan seperti kantor, kendaraan kecuali kendaraan operasional dari dana infaq tapi tidak setiap tahun itu sekali dalam satu periode jadi. Bole di katakan Aset yang kita salur mustahiq itu bantuan konsumsi dalam bentuk tunai.

Kan bantuan kita pada mustahiqitu ada 2 macam bantuan dalam konsumtif dan bantuan dalam produktif”.

Berarti sisanya untuk disini ada berapa?

“Jadi, (12,5%) biaya amil selebihnya (87,5%) di saldo (15%) disalurkan (72,5%). 7 Asnaf yaitu, fakir, miskin, fisabillah, ibnu sabil, garimin, mualaf, kecuali rikap. Kalau, Aset yang disalurkan rata-rata tidak ada aset yang kita salur paling aset yang kita pakai untuk kegiatan penunjang Amil seperti kendaraan, Ac dan rata-rata itu sumbangan bukan dari Amil, itu bantuan dari Pemerintah Kota dari dana zakat, infaq dan segala kecil sekali penggunaan aset. Karena, sebagian besar ditanggung seperti Kantor, kendaraan. kecuali, ada kendaraan operasional dibeli satu dari dana infaq, tapi tidak setiap tahun.

Paling sedikit satu kali dalam satu Periode. Jadi, boleh kata aset yang disalurkan ke mustahiq itu bantuan dari tunai dalam bentuk bantuan Konsuntif. Kan bantuan kita ada dua macam yaitu, bantuan dalam Konsuntif dan Produktif. Bantuan produktif seperti ada pengusaha, penjual kue dan sebagainya yang kekurangan modal. Dan kita bantu dana yang dipakai untuk modal dengan cara untuk mengembangkan usahanya, dan itu termaksud bantuan produktif. Dan pula, seumpan bantuan beasiswa itu untuk mahasiswa yang kurang mampu dengan melalui bantuan bisa menyelesaikan studinya, setelah studinya selesai kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meringankan beban mereka”.

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Kota Makassar bahwa

dalam aspek penyaluran zakat, Lembaga Amil Zakat Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat berdasarkan penyaluran dana zakat yang disalurkan kepada mustahiq itu kemudian dicatat sebagai pengurang dana zakat apabila dana tersebut belum dicatat sebagai pengurang dana zakat.

4. Penyajian Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, amil menyajikan dana zakat, dana infaq, dana shadaqah dan dana non halal secara terpisah dalam neraca. Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat berdasarkan di dalam laporan keuangan dana zakat, infaq/shadaqah, dana amil, dan dana non halal harus disajikan secara terpisah.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM terkait dengan penyajian dana Zakat itu amil menyajikan dana Zakat.

Dana Infaq dan dana sedekah. Dana Amil dan Dana non halal secara terpisah dalam neraca (lap. Posisi keu) apakah sudah benar-benar dipisahkan atau belum, beliau mengungkapkan bahwa :

“Iya, sudah dipisahkan pencatatannya, buku rekeningnya pin juga sudah dipisahkan. Terdapat buku rekening zakat, buku rekening infaq, dan sosial keagamaan lainnya. Dengan program tersebut dana yang digunakan dan dikeluarkan harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah dibikin an sesuai dengan asnaf”.

5. Pengungkapan Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas, penyaluran dana penerima.

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Kota Makassar dalam aspek pengungkapan zakat, Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai. Hal ini bisa dilihat, berdasarkan laporan keuangan yang ada pada lembaga laporan keuangan Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar. Dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil dan dana non halal, kebijakan pembagian dana non amil atas penerimaan zakat, metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat non kas dan rincian jumlah penyaluran dana zakat diungkapkan dalam laporan keuangan.

C. Pembahasan

1. Perlakuan akuntansi zakat BAZNAS Makassar

Perlakuan akuntansai zakat makassar sudah sesuai dengan PSAK No.109 ini ditunjukkan dalam hal penyajian dan pengungkapan zakat.

Berikut ini perlakuan akuntansi zakat BAZNAS Makassar sudah sesuai dengan PSAK No. 109 akan penulis jabarkan sebagi berikut : 1. Penyajian

Penyajian yang di lakukan BAZNAS Makassar sudah sesuai dengan PSAK No. 109 (paragrap :12) menyatakan bahwa zakat yang diterima yang diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat dan bagian non amil.

Didalam laporan arus kas yang disajikan BAZNAS Makassar mencantumkan akun pembelian aset di arus kas aktivitas pendapatan yang dibuat oleh auditor selaku pembuat laporan keuangan seharusnya pembuat laporan keuangan mengikuti auditor sebelumnya. Menurut PSAK No.02 alur pembelian aset dicantumkan di aktivitas arus kas investasi sebagaimana konsep dasar akuntansi yaitu :

1. Going Concert (berkesinambungan), pendirian perusahaan diasumsikan untuk tidak satu periode saja melainkan secara terus menerus secara berkesinambungan.

2. Consistent (konsisten), dalam penerapan metode pencatatan harus tetap, tidak bisa berubah-ubah sewaktu-waktu.

3. Transparan,dalam penyajian laporan keuangan harus jelas pengungkapannya sehingga tidak ada keraguan dalam penggunaanya (Mnurisya, 2016)

2. Pengungkapan

Pengungkapan yang dilakukan BAZNAS Makassar sudah sepatutnya sesuai dengan PSAK No. 109 (Paragraf 35) amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat. Amil mengungkapkan kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerimaan dana zakat.

Dan pembahasan diketahui bahwa penyedia akuntansi zakat BAZNAS Makassar sudah sesuai dengan PSAK No. 109 karena SDM sudah profesional dalam mengelolah dana ZIS. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan setiap priode dibuat oleh auditor yang berbeda dengan metode pencatatan berbeda tidak mengikuti auditor sebelumnya.

2. Penerapan Akuntansi Zakat Yang Sudah Sesuai Informatif dalam Penyajian Laopran Keuangan BAZNAS Makassar

BAZNAS Makassar dalam penerapan akuntansi zakat sudah sesuai dengan nformatif hal yang ditunjukkan dalam laporan perubahan dana dan laporan arus kas akan penulis ungkapkan sebagai berikut : laporan perubahan dana BAZNAS Makassar sudah merincikan penerimaan dana zakat yang diberikan oleh Muzakki, pada laporan perubahan dana. Penerimaan dana zakat Makassar diberikan oleh Muzakki individu (zakat maal), Muzakki entitas (zakat PNS, zakat TPP, Bank Muamalat, Bank Syari’ah Makassar). BAZNAS Makassar hanya

menerima dana zakat dalam bentuk zakat maal. Sumber dana zakat berperan penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan lembaga amil zakat dengan sumber dana zakat yang berhasil dihimpun, lembaga amil dapat menggunakan dana tersebut untuk didistrribusikan kepada Mustahiq baik pendayagunaan dana zakat yang bersifat konsumtif maupun pendayagunaan dana zakat bersifat produktif semua harus dilakukan dengan transparan.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang telah diperoleh dari badan amil zakat makassar (BAZNAS) kota Makassar, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perlakuan akuntansi zakat dalam penyajian laporan keuangan pada BAZNAS Makassar sudah menerapkan akuntansi zakat menggunakan PSAK No.109.

2. Dalam prakitk penghimpun dana zakat yang dilakukan oleh BAZNAS kota Makassar menggunakan beberapa sarana penghimpun, salah satunya adalah membentuk Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) dibeberapa instansi pemerintah kota Makassar

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada penelitian mengenai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Keterbatasan yang ada didalam ini

Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada penelitian mengenai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Keterbatasan yang ada didalam ini