• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Akuntansi Zakat Yang Sudah Sesuai Informatif

BAB IV PEMBAHASAN

C. Pembahasan

2. Penerapan Akuntansi Zakat Yang Sudah Sesuai Informatif

BAZNAS Makassar dalam penerapan akuntansi zakat sudah sesuai dengan nformatif hal yang ditunjukkan dalam laporan perubahan dana dan laporan arus kas akan penulis ungkapkan sebagai berikut : laporan perubahan dana BAZNAS Makassar sudah merincikan penerimaan dana zakat yang diberikan oleh Muzakki, pada laporan perubahan dana. Penerimaan dana zakat Makassar diberikan oleh Muzakki individu (zakat maal), Muzakki entitas (zakat PNS, zakat TPP, Bank Muamalat, Bank Syari’ah Makassar). BAZNAS Makassar hanya

menerima dana zakat dalam bentuk zakat maal. Sumber dana zakat berperan penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan lembaga amil zakat dengan sumber dana zakat yang berhasil dihimpun, lembaga amil dapat menggunakan dana tersebut untuk didistrribusikan kepada Mustahiq baik pendayagunaan dana zakat yang bersifat konsumtif maupun pendayagunaan dana zakat bersifat produktif semua harus dilakukan dengan transparan.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang telah diperoleh dari badan amil zakat makassar (BAZNAS) kota Makassar, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perlakuan akuntansi zakat dalam penyajian laporan keuangan pada BAZNAS Makassar sudah menerapkan akuntansi zakat menggunakan PSAK No.109.

2. Dalam prakitk penghimpun dana zakat yang dilakukan oleh BAZNAS kota Makassar menggunakan beberapa sarana penghimpun, salah satunya adalah membentuk Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) dibeberapa instansi pemerintah kota Makassar

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada penelitian mengenai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Keterbatasan yang ada didalam ini adalah terbatasnya dalam pengumpulan data. Hasil pengumpulan perolehan data yang diharapkan peneliti belum maksimal berkaitan dengan kebijakan lembaga, terkait dengan kebijakan lembaga, terkait dengan rahasia lembaga.

69

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan peneliti diatas maka penulis memberikan saran antara lain:

1. Melihat proses penyusunan laporan keuangan BAZNAS Kota Makassar yang langsung dikelola oleh Bendahara BAZNAS Makassar sebaiknya kedepannya BAZNAS kota Makassar perlu mengangkat seorang akuntan yang ditugaskan khusus untuk menyusun laporan BAZNAS yang sesuai dengan PSAK No.109 dan membenahi proses pencatatan laporan keuangan

2. Sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih lama agar informasi yang didapatkan lebih akurat dan lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah, terj. Iqtishadiyatu az-Zakat Wa’tibaratus siyasah al-maliah wa-naqdiyyah, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1991), hlm, 125-136.

Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, 1998.

Al- Qurthubi, Ahkam Al-Qoran, (Kairo : Dar al-Kutub, 1993) hlm. 113.

Ali Yafie, Mengganggas Fiqh Sosial, (Mizan Bandung, 1949), hlm. 223.

Alwi Shihab, Islam Insklusif, Cet. V (Bandung : Mizan, 1999) hlm. 270.

Andri Soemitra, M. A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:

Penerbit Kencana.

Fiqh al-Ibadah (T. Tp: As-Sa’dah, 1978 M – 1998 M) hlm. 218.

Gustian Djuanda, S.E., M.M. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada).

Hadi Purnomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Cet. 11 (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995) hlm. 77

Ibid., hlm. 113 Ibid., hlm 70-71

Iman Abi Abdillah, “Shalih Bukhori Juz 1” Darul Kutub Al Ilmiyah”, Berut Libanon : hlm. 428

Ismail Al-Kahlani Al-Shan’ani, Subulus-Salam, Juz 2, hlm. 120.

Keputusan Menteri Agama (KMA), UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Ibid.

Moleong, Lexy J.2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta.Akademi Manejemen Perusahaan.

Mulyadi, 1993. Sistem Akutansi. Edisi ketiga. Yogyakarta: Sekolah TinggiIlmu Ekonomi YKPN

Nurhayati Sri, dan Wasilah, 2011, Akutansi Syariah di Indonesia. Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat.

Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fisikal, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 187.

PSAK 109 Akutansi Zakat dan Infak / Sadaqah.

PSAK No. 109, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008, Jakarta.

Saiful Muchlis, Akutansi Zakat 2014 (Jl. Sultan Alauddin No. 36 Samata-Gowa).

Sanihah, Dzariatus, 2014, Pengelolaan Dana Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan UMKM. Malang. UIN Maliki Malang.

Sartika, Mila. 2008. Pengaruh Pendayagunaan Zakar Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahik pada LAZ Yayasan Solo Peduli Sukarta. Vol. II No. 1. Universitas Islam Indonesia.

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 1 (Lebanon : Dar al-Fikr, 1400 H – 1980 M) hlm 276.

Sulaiman Rasyid, 1986, Fiqih Islam,Bandung, Sinar Baru Algesindo.

Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

Wahbah Zulhaily, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz 111 (Beirud : Dar al-Fikr, 1997 M – 1418 H), hlm. 1788.

Widiastuti, Tika, 2016, Model Pendayagunaan Zakat Produktif Oleh Lembaga Zakat Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq. Universitas Indonesia, Fakultas Syariah dan Bisnis.

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zaka, Jilid 1 (Beirud : Muassash ar-Risalah, 1993 M – 1413 H), hlm. 37.

LAMPIRAN

Lampiran . 1

Transkrip Wawancara :

Teknik Pengumpulan Data : Wawancara

Hari,Tanggal : Senin, 28 Desember 2020

Waktu : 13:40

Kegiatan Mencari informasi terkait perlakuan akuntansi

: sesuai PSAK No.109 tentang akuntansi zakat.

Lokasi Di jalan Teduh Bersinar No. 5, Rappocini, Gn.

: Sari, Makassar, Sulawesi Selatan 90221.

Sumber Data : Primer

Peneliti : Syamsinar

Informan : Hj. Darmawati SE.,MM.

Deskripsi Wawancara :

Peneliti : Bagaimana perlakuan akuntansi zakat, apakah sudah sesuai dengan PSAK no.

109?

Informan : Iya sudah sesuai, setiap tahunnya di audit oleh akuntan publik, jadi dana tersebut sudah terpisah. Menjadi dana zakat, infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.

Peneliti : Mengenai karakteristik, zakat yang diterima oleh amil dan dikelola sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah?

Informan : Iya, jadi dana zakat tersebut nantinya diakui setelah tercatat didata penerimaan KAS.

Sudah dibuatkan Jurnal umum (Buku Kas umum) penerimaan zakat dan sedekah berupa dana aset. Aset lainnya itu sifatnya Non-tunai jadi ada dana yang diterima dalam bentuk barang, cara pencatatan harus mengetahui nilai barang tersebut.

Peneliti : Kemudian penerimaan zakat diakui pada saat dana masuk dikas dan berupa aset lainnya pada saat menerima dana dari muzakki.

Bagaimana ilustrasinya saat menerima dana dari muzakki?

Informan : Dana yang diterima seperti dana zakat,infaq, sedekah dan dana keagamaan lainnya, sudah didistribusikan kedalam delapan asnaf tersebut, dana tersebut dialokasikan sebagai sosial kemanusiaan, sosial kesehatan, sosial pendidikan, sosial ekonomi dakwa dan alokasi, dana tersebut berasal dari dana infaq.

Peneliti : Zakat yang diterima dari Muzakki diakui

sebagai penambah dana zakat yaitu apabila dalam bentuk kas maka, sebesar jumlah yang diterima, jika dalam bentuk Non kas maka sebesar nilai wajar aset. Non kas tersebut bagaimana pengukurannya?

Informan : Dana zakat yang diterima diakui seberapa besar dana yang dimaksud, semisal “

Berzakat Rp. 500.000,- nilai tersebut sesuai dengan nominalnya yang diterima, jika berupa non tunai atau non kas di sesuai dengan harga barang tersebut. Misalkan barang tersebut seharga Rp 500.000,-dinilaikan sebesar Rp.500.000,- sesuai dengan nilai barang tersebut.

Peneliti : Apabila terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurangan dana zakat atau pengurang dana amil tergantung sebab terjadinya kerugian tersebut.

Bagaimana ilustrasinya?

Informan : Seumpan harta saya, 100.000.000

dikeluarkan zakatnya 2,5%. Tahun depan harta saya sisa 80.000.000, tetap ini 80.000.000 dikali 2,5%. Jadi, hanya presentase kecil penggaliannya tentu juga hasilnya kecil. Batas untuk dikeluarkan zakat kalau dia sudah punya sisa 3.700.000 ini tidak wajib kena zakat dan belum wajib kena zakat. Karena, Ia belum bisa membeli beras sebanyak 620an. Jadi, tata cara perhitungannya belum mencukupi biaya hidupnya, tidak wajib mengeluarkan zakat dan itu ada batasannya. Jadi, jika sudah kurang dari wajib kena zakat sudah tidak perlu mengeluarkan zakat.

Peneliti : Terus terkait dengan penyajian dana zakatnya itu amil kan menyajikan dana zakat, dana infaq dan dana sedekah. Dana amil dan dana non halal secara terpisah dalam neraca

(Lap. Posisi Keu) apakah sudah benar-benar dipisahkan atau belum?

Informan : Iya, sudah dipisahkan pencatatannya, buku rekeningnya pun juga sudah dipisahkan, terdapat buku rekening zakat, buku rekening infaq, dan sosial keagamaan lainnya. Dengan program tersebut dana yang digunakan dan dikeluarkan harus sesuai dengan aturan”

yang telah di bikin dan sesuai dengan asnaf.

Peneliti : Semisal dari dana non kas itu biasanya berasal dari Zakat apa ?

Informan : Zakat Fitrah, Ada juga UPZ ( Unit

Pengimbangan Zakat ) Masjid melaporkan dana Zakat maalnya menggunakan data dari UPZ dan disalurkan sendiri atas izin BAZNAS Kota Makassar, alunya dari dilaporkan terlebih dahulu datanya dan diverifikasikan oleh BAZNAS lalu baru bisa disalurkan sendiri. Tetapi sebenarnya pada dasarnya bukan dikategorikan di non-tunai.

Dikarenakan datanya harus dilaporkan terlebh dahulu. Wajar jika tidak kordinasi dahulu ke BAZNAS Kota Makassar, tidak diverifikasi terlebih dahulu, langsung dapat disalurkan menggunakan tanda bukti (Kwitansi).

Peneliti : Terus jumlah dari aset yang disalurkan.

Persentase dari aset yang disalurkan

tersebut total penyaluran selama periode.

Bagaimana dengan ilustrasi ?

Informan : Kalau Aset Yang Kita Salur Paling rata-rata Aset Yang Kita Salur itu penunjang kegiatan Amil. Saperti Kendaraan, AC. Dan sebagainya itu kan tidak disalurkan. Itu rata sumbernya bukan dari dana sakat dan bukan dari dana Amil dan itu bantuan dari pemerintah kota. Dan dari dana sakat, dana infaq dan lain-lain kecil sekali penggunaan pengadaan Aset, karena sebagai besar kita gunakan seperti kantor, kendaraan kecuali kendaraan operasional dari dana infaq tapi tidak setiap tahun itu sekali dalam satu periode jadi. Boleh dikatakan Aset yang kita salur mustahiq itu bantuan konsumsi dalam bentuk tunai. Kan bantuan kita pada mustahiqitu ada 2 macam bantuan dalam konsumtif dan bantuan dalam produktif.

Peneliti : Berarti sisanya untuk disini ada berapa?

Informan : Iya, kalau untuk Zakat yang disalurkan yaitu sebesar Maksimal, 15% dari total saldo, Untuk infaq sendiri sebesar 20% dari total saldo, jadi sisa saldo sebesar 75% diperuntukkan untuk kegiatan lembaga ditahun berikutnya.

Lampiran. 2

Struktur Organisasi BAZNAS kota Makassar

KETUA DEWAN

PEMBINA

WAKIL KETUA II WAKIL KETUA II WAKIL KETUA I

AUDITOR KEPALA KEPALA KEPALA

SEKERTARIAT

INTERNAL BIDANG 1 BIDANG 2 BIDANG 3

URUSAN URUSAN ADM

KEUANGAN & UMUM

Lampiran . 3

Laporan Posisi Keuangan

STAFF STAFF STAFF

Lampiran 3. Data Laporan Aktivitas

Lampiran .4

Lampiran . 5

Lampiran 6 : Dokumentasi

Gambar.1 Penjelasan Laporan Keuangan

Gambar.2 Wawancara tentang Perlakuan Akuntansi Zakat

BIOGRAFI PENULIS

Syamsinar, lahir di Makassar pada tanggal 21 februari 1998 dari p a s a n g a n suami istri Bapak Neken. Dg.

Ngalle dan Ibu Rukia Dg. Rannu. Peneliti ini adalah anak kelima dari 5 bersaudara. Peneliti sekarang bertempat di Jln. Tamangapa Raya III Bangkala

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Impres Bangkala 3 lulus pada tahun 2 0 1 0 , SMPN 19 Makassar lulus tahun 2 0 1 3 , SMAN 13 Makassar lu lu s ta h un 2016, dan mulai tahun 2016 mengikuti program S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan Skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Syamsinar

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Email :[email protected]

Abstrak

SYAMSINAR, Tahun 2020. Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No.109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi. Dibimbing oleh H. Andi Rustam dan Sahrullah.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah perlakuan akuntansi sejajar dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam metode ini menggunakan 1 informan, yaitu Sekretaris Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar dalam hal perlakuan akuntansi sudah sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat yaitu mulai dari karakteristik, pengakuan awal, pengukuran setelah pengakuan awal, penyaluran zakat, penyajian zakat serta pengungkapan zakat.

Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Zakat, PSAK No. 109, Lembaga Amil Zakat (BAZNAS).

109 at the Makassar City National Amil Zakat Board Facult Economics and Business Department of accounting. Supervised by H. Andi Rustam and Sahrullah. This study aims to Understand whether the accounting treatment is in line with PSAK No. 109 on zakat accounting. Accounting for Zakat aims to regulate the recognition, measurement, presentation and disclosure of zakat transactions for amil in receiving and distributing zakat. This study uses a descriptive method with a case study approach. In this method using 1 informan, namely the secretary of the Makassar City National Amil Zakat Institute. The results showed that the Makassar City National Amil Zakat Institute interms of accounting treatment was in accourdance with PSAK No. 109 concerning zakat accounting, starting from the characteristic intial recognition, measurement after intial recognition, zakat distribusi, zakat presentation and zakat disclosure.

Keywords : Accounting Treatment, Zakat PSAK No. 109, Amil Zakat Institution.

masa, Agama islam dikenal dengan pemahaman-pemahaman mengenai pandangan hidup dengan segala permasalahan manusia. Permasalahan yang sering terjadi yang tak kunjung usai ialah masalah kemiskinan, solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan terwujudnya kepedulian sosial dengan berzakat. Zakat ialah wujud dari salah satu terpenuhinya ekonomi islam dan ekonomi dapat mempertimbangkan keseimbangan dengan keadaan sekitar.

(Yulinartati, 2012). Agama islam menggunakan konsep zakat merupakan solusi dari masalah kemiskinan dan pengelolaan sumber daya ekonomi dalam lingkungan masyarakat. Zakat merupakan wujud nyata operasional dengan landasan syariah demi terwujudnya keseimbangan dan ketentraman masyarakat.

(Warno, 2016). Kedudukan zakat begitu penting. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya yaitu Mustahiq (Siptaprawirai dkk, 2015).

Zakat merupakan salah satu dari 5 pilar rukun islam selain mengucap dua kalimat syahadat, mendirikan Shalat, berpuasa pada bulan suci Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu. Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah Subahaallahuta’ala hablumminallah, namun zakat juga sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal kepada manusia hablumminnas. Di Indonesia sendiri, zakat produktif disahkan MUI pada tahun 1982. Juga diperkuat dengan adanya keterangan mengenai zakat yang dikumpulkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) bisa diberikan secara konsumtif untuk keperluan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bisa pula secara produktif meningkatkan usaha yang dilakukakan oleh para mustahiq (Didin Hafidhuddin,2002:142) Pendistribusian zakat produktif tentunya diperlukan dana zakat yang khusus dialokasikan untuk sektor produktif.

Oleh karena itu, penghimpun zakat pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) yang ikut mengelola dana zakat untuk sektor produktif perlu diperhatikan. Perkembangan zakat di Indonesia dalam satu dekade terakhir sangat menggembirakan baik dari sisi penghimpunan maupun pendayagunaan.

tercatat dalam hal menyalurkan dan pendayagunaan ziawaf. IZDR 3 (Internasional Zakat and Develoment Report) mencatat terdapat peningkatan yang disignifikan dalam menyalurkan dana ZISWZF, dari sekitar 42 miliar rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 226 miliar rupiah pada tahun 2008, atau perumbuhan rata-rata sepanjang periode 2004-2008 mencapai 67,2% per tahun.

Menurut PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center), dalam rilis hasil survei mengatakan potensi zakat di Indonesia yang populasinya sekitar 87 persen muslim, sangat besar hingga mencapai 9,09 triliun rupiah pada tahun 2004 yang potensi hanya sebesar 4,45 triliun rupiah. Berbeda dengan PIRAC, Al-fath mengatakan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai 20 triliun rupiah per tahun. Namun dari jumlah itu yang ter gali baru 500 miliar rupiah per tahun (berdasarkan asumsi tahun 2006). Adiwarman A. Karim dan A. Azhar Syarief mengemukakan bahwa beberapa nilainya seperti yang disebutkan diatas, yang pasti itu bukanlah angka yang kecil. Jika semua dana itu terkumpul dan dikelola lembaga yang profesional dalam sistem penyaluran yang baik maka bisa dibayangkan besarnya manfaat yang diperoleh masyarakat yang kurang mampu agar bisa bangkit dari keterpurukan. Yang mulanya sebagai mustahiq dalam beberapa tahun bisa berubah menjadi muzakki (ww.imz.or.id). Pelaksanaan akuntansi zakat diatur dalam PSAK 109 tentang akuntansi untuk Lembaga Amil Zakat/infaq dan Shadaqah akan lebih transparan dan mencapai sasaran sesuai dengan tuntunan syariah. Saat ini sudah banyak Lembaga Amil Zakat ditengah-tengah masyarakat untuk membantu mengumpulkan Zakat dari para muzakki untuk disalurkan kepada mustahiq. Salah satunya adalah Badan Amil Zakat (BAZ) yang merupakan Lembaga 4 Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah guna mengelolah Zakat masyarakat dari tingkat pusat (nasional) sampai tingkat kecamatan. Namun, setelah PSAK 109 disahkan pada Oktober 2011 lalu, masih banyak Organisasi atau Lembaga yang mengelolah zakat, infak dan Sedekah tidak mengaplikasikan secara keseluruhan isi dari PSAK 109 tentang akuntansi zakat tersebut. Di Indonesia tepatnya di Kota Makassar sendiri memiliki Badan

cukup besar diperlukan penyajian data yang lengkap dan Mengimplementasikan PSAK No.109 secara keseluruhan. oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perlakuan Akuntansi Zakat Badan Amil Zakat Nasional di Kota Makassar.

2. Tinjauan Pustaka

Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah Berdasarkan PSAK No. 109

Sandar akuntansi ZIS yang berlaku saat ini dan digunakan oleh OPS sebagai pedoman dalam pembukuan dan pelaporan keuangan adalah PSAK No.

109 yang dikeluarkan oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 2010.

Penertiban PSAK ini telah mengalami proses yang cukup lama kurang lebih empat tahun dari waktu penyusunan dimulai dengan disusun Eksposure Draft-nya (ED) yang diterbitkan sejak tahun 2008. Namun, saat ini tidak semua OPZ yang ada di Indonesia dapat menerapkan PSAK No. 109. Hal tersebut karena sebagai OPS mengalami beberapa kendala dalam penerapan salah satu faktor kendala adalah adanya kesulitan dan sumber daya manusia yang dimiliki OPZ. Akuntansi zakat yang ada dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.109 bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. PSAK ini berlaku untuk amil yakni suatu organisasi/ entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan pengukurannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, bukan untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan ZIS tetapi bukan kegiatan utamanya.

Untuk entitas tersebut mengacu ke PSAK 101 10 mengenai Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Amil yang tidak mendapatkan izin juga dapat menerapkan PSAK No. 109. PSAK ini merujuk kepada beberapa fatwa MUI (Washilah dan Nurhayati : 2013) yaitu: 1) Fatwa MUI no. 8/2011 tentang amil zakat, 2) Fatwa MUI No. 13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram, 3) Fatwa MUI No.

14/2011 tantang Penyaluran Harta Zakat dalam bentuk Aset Kelola 4) Fatwa MUI No.15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan dan penyaluran harta zakat.

Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 109)

sebagai penambah dana zakat. 2. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil. 3. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai Pengurang dana zakat, dan Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. 4. Zakat yang disalurkan kepada mustahik, diakui sebagai pengurang dana zakat dengan keterangan sesuai dengan kelompok mustahik termasuk jika disalurkan kepada Amil. 5. Amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam menjalankan fungsinya. 6. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. 7. Zakat dikatakan telah disalurkan kepada mustahik non amil hanya bila telah diterima oleh mustahik non amil tersebut. 8. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan) diakui sebagai Penyaluran zakat seluruhnya, dan Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola 12 pemanfaatannya 9. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat

B. Akuntansi untuk Infaq/Sedekah

1. Penerimaan Infaq/Sedekah diakui pada saat kas atau aset non kas diterima dan diakui sebagai penambah dana infaq/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberiannya. 2. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamankan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infaq/sedekah. 3. Penurunan nilai aset infaq/sedekah diakui sebagai pengurang dana infaq/sedekah, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. Dan Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. 4. Dana infaq/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal 5. Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infaq/sedekah sebesar jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas. Dan nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset non kas. 6. Penyaluran infaq/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infaq/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infaq/sedekah

tidak mengurangi dana infaq/sedekah. 8. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infaq/sedekah

c. Dana Non Halal

1) Penerimaan non halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. 2) Penerimaan non halal diakui sebagai dana non halal, yang terpisah dari dana zakat, dana infaq/sedekah dan dana amil. Aset non halal disalurkan sesuai dengan syariah

Laporan Keuangan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal misalnya muzakki, pemerintah, pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi OPZ dan juga masyarakat..Komponen laporan keuangan dalam PSAK 109 terdiri dari laporan posisi keuangan (Neraca), Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelola, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam penyajian laporan keuangan, lembaga Amil menyajikan 17 dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil dan dana non halal secara terpisah

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal misalnya muzakki, pemerintah, pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi OPZ dan juga masyarakat..Komponen laporan keuangan dalam PSAK 109 terdiri dari laporan posisi keuangan (Neraca), Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelola, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam penyajian laporan keuangan, lembaga Amil menyajikan 17 dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil dan dana non halal secara terpisah