• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN AKUNTANSI ZAKAT BERDASARKAN PSAK NO.109 PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLAKUAN AKUNTANSI ZAKAT BERDASARKAN PSAK NO.109 PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

SYAMSINAR NIM 105731114516

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

SYAMSINAR NIM 105731114516

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Judul Penelitian : “Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar“

Nama Mahasiswa : Syamsinar No. Stambuk/ NIM : 105731114516 Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diujiankan serta dipertahankan di hadapan penguji pada Ujian Skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2021 di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Ruangan IQ 7.1 Gedung Iqra Unismuh Makassar.

Makassar, 30 Januari 2020 Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H. Andi Rustam, SE., MM. Ak.CA.CPA Sahrullah, SE., M.Ak.

NIDN : 0909096703 NIDN 0930108804

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si.Ak.CA.CSP NBM. 1 073 428

iii

(4)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi atas Nama SYAMSINAR, NIM 105731114516, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor Nomor: /1442H/2020. Tanggal 30 Januari 2021 M sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 17 Jumadil Akhir 1442 H 30 Januari 2021 M PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof .Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (... ) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (... ) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (... ) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si.,Ak.CA.CSP ( ... )

2. Dr. Edi Jusriadi, SE., MM (……… )

3. Chairul Ihsan Burhanuddin, SE., M.Ak (... )

4. Idil Rahmat Susanto, SE., M.Ak (... )

iv

(5)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Syamsinar

Stambuk : 105731114516 Jurusan : Akuntansi

Dengan judul :“Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar.”

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 30 Januari 2021 Yang Membuat Pernyataan

Syamsinar NIM.105731114516 Diketahui Oleh :

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Program Studi Akuntansi,

Ismail Rasulong, SE.,MM Dr. Ismail Badollahi,SE,M.Si.Ak.CA.CSP

NBM. 903 078 NBM. 1 073 428

v

(6)

Karya sederhana ini penulis mempersembahkan kepada:

1. Kepada keluarga khususnya kedua orang tua penulis tanpa henti senantiasa membimbing dan mendoakanku dalam setiap perjalanan hidupku.

2. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE.,MM.AK.CA.CPA selaku pembimbing 1 dan Bapak Sahrullah, SE.,M.Ak. selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penyelasaian skripsi ini.

3. Teman-teman kelas AK 16D yang selalu memberikan motivasi, semangat dan bantuan.

4. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu dan memberikan pelayanan yang baik selama masa perkuliahan.

MOTTO

“Sebelum engkau memperbaiki hidup seseorang, Perbaikilah hidupmu terlebih dahulu”

vi

(7)

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar” Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam penyelasaian program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Makassar. Istimewa dan Terutama penulis sampaikan terima kasih pada orang tua penulis bapak Nekeng Dg. Ngalle dan Ibu Rukiah Dg. Rannu yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, harapan, pengorbanan, perhatian, kasih sayang, dan Doa tulus hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga apa yang telah mereka berkah kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak prof. Dr H. Ambo asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE,. MM.,Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii

(8)

4. Bapak Dr. H. Andi Rustam, S.E.,MM.,Ak.CA.CPA. Selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Bapak Sahrullah, S.E.,M.Ak., Selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah yang tak kenal lelah dan telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Keluarga Besar Akuntansi 16D Angkatan 2016 yang dalam kurun waktu 4 tahun lebih. telah bersama-sama belajar dan berbagi cerita diFakultas Ekonomi dan Bisnis, teruslah berjuang dan berkarya.

9. Rekan-rekan semua mahasiswa terkhusus anak akuntansi 016 yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang selalu meluangkan waktunya untuk belajar bersama dengan tidak sedikit bantuan dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang telah ikut serta membantu dan memberikan semangt, kesabaran motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat

merampungkan penulis skripsi ini.

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kepada semua

viii

(9)

bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar. Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khairat.

Waassalamualaikum wr.wb.

Makassar, 24 Oktober 2020

Syamsinar

ix

(10)

SYAMSINAR, Tahun 2020. Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No.109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi. Dibimbing oleh H. Andi Rustam dan Sahrullah.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah perlakuan akuntansi sejajar dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam metode ini menggunakan 1 informan, yaitu Sekretaris Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar dalam hal perlakuan akuntansi sudah sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat yaitu mulai dari karakteristik, pengakuan awal, pengukuran setelah pengakuan awal, penyaluran zakat, penyajian zakat serta pengungkapan zakat.

Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Zakat, PSAK No. 109, Lembaga Amil Zakat (BAZNAS).

x

(11)

SYAMSINAR, Year 2020. Zakat Accounting Treatment Based on PSAK No. 109 at the Makassar City National Amil Zakat Board Facult Economics and Business Department of accounting. Supervised by H. Andi Rustam and Sahrullah.

This study aims to Understand whether the accounting treatment is in line with PSAK No. 109 on zakat accounting. Accounting for Zakat aims to regulate the recognition, measurement, presentation and disclosure of zakat transactions for amil in receiving and distributing zakat. This study uses a descriptive method with a case study approach. In this method using 1 informan, namely the secretary of the Makassar City National Amil Zakat Institute.

The results showed that the Makassar City National Amil Zakat Institute interms of accounting treatment was in accourdance with PSAK No. 109 concerning zakat accounting, starting from the characteristic intial recognition, measurement after intial recognition, zakat distribusi, zakat presentation and zakat disclosure.

Keywords : Accounting Treatment, Zakat PSAK No. 109, Amil Zakat Institution.

xi

(12)

SAMPUL...i

HALAMAN JUDUL...ii

LEMBAR PERSETUJUAN...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...x

ABSTRACT...xi

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...7

E. Hasil Penelitian Yang Relevan...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori...9

B. Konsep Pengumpulan Zakat...25

C. Metode Pengumpulan Zakat...38

xii

(13)

F. Syarat Wajib dan Syarat Sah Zakat ... 45

G. Jenis-Jenis Zakat ... 46

H. Pengelolaan Zakat ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Fokus Penelitian ... 52

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

D. Sumber Data ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umun Objek Penelitian ... 55

1. Sejarah BAZNAS... 55

2. Visi dan Misi BAZNAS Makassar ... 56

3. Nilai-Nilai BAZNAS Mencakup Semua Nilai Luhur Dan Unggul Islami 4. Kebijakan Mutu Dan Tujuan Mutu BAZNAS Makassar...57

5. Program Lembaga Amil Zakat Baznas Makassaar...58

B. Hasil Penelitian...59

1. Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar...59

C. Pembahasan...65

1. Perlakuan akuntansi zakat BAZNAS Makassar...65

2. Penerapan Akuntansi Zakat Yang Sudah Sesuai Informatif dalam Penyajian Laopran Keuangan BAZNAS Makassar...67

xiii

(14)

B. Keterbatasan Penelitian...68 C. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

(15)

Tabel 2.1 Neraca (Laporan Posisi Keuangan)...17 Tabel 2.2 Laporan Perubahan Dana...18 Tabel 2.3 Laporan Perubahan Aset Kelolaan...19

xv

(16)

xvi

(17)

Lampiran. 2 Struktur Organisasi BAZNAS kota Makassar...77

Lampiran 3. Data Laporan Aktivitas...78

Lampiran 4. Catatan Atas Laporan Keuangan...82

Lampiran 5. Rincian Penerimaan ZIS dan DSKL...86

Lampiran 6 : Dokumentasi...88

xvii

(18)

A. Latar Belakang

Agama islam dikenal dengan sifatnya yang Universal dan berlaku sepanjang masa, Agama islam dikenal dengan pemahaman-pemahaman mengenai pandangan hidup dengan segala permasalahan manusia.

Permasalahan yang sering terjadi yang tak kunjung usai ialah masalah kemiskinan, solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan terwujudnya kepedulian sosial dengan berzakat. Zakat ialah wujud dari salah satu terpenuhinya ekonomi islam dan ekonomi dapat mempertimbangkan keseimbangan dengan keadaan sekitar. (Yulinartati, 2012)

Agama islam menggunakan konsep zakat merupakan solusi dari masalah kemiskinan dan pengelolaan sumber daya ekonomi dalam lingkungan masyarakat. Zakat merupakan wujud nyata operasional dengan landasan syariah demi terwujudnya keseimbangan dan ketentraman masyarakat. (Warno, 2016). Kedudukan zakat begitu penting. Demikian penting kewajiban zakat, sehingga para ulama ada yang mensejajarkan antara zakat dan shalat. Al-Qur’an menyebutkan zakat dan shalat dalam 82 ayat, diantaranya firman Allah dalam QS Al-Baqarah/2:43.

ٰ ْ َ ََُّْ َ ْ َ

٣٤ ﻧﯾَ

ر م ا و ر ٱ

وۡ َ◌و ءوﺗﺎازوة َ◌و ﯾﻘواوﻟة

َِِّ ََ ُ َ ٰ ََ َّٰ ُ ِ َ

Terjemahnya:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang- orang yang rukuk.

1

(19)

Mustahiq (Siptaprawirai dkk, 2015). Zakat merupakan salah satu dari 5 pilar rukun islam selain mengucap dua kalimat syahadat, mendirikan Shalat, berpuasa pada bulan suci Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu. Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah Subahaallahuta’ala hablumminallah, namun zakat juga sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal kepada manusia hablumminnas.

Di Indonesia sendiri, zakat produktif disahkan MUI pada tahun 1982. Juga diperkuat dengan adanya keterangan mengenai zakat yang dikumpulkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) bisa diberikan secara konsumtif untuk keperluan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bisa pula secara produktif meningkatkan usaha yang dilakukakan oleh para mustahiq (Didin Hafidhuddin,2002:142)

Pendistribusian zakat produktif tentunya diperlukan dana zakat yang khusus dialokasikan untuk sektor produktif. Oleh karena itu, penghimpun zakat pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) yang ikut mengelola dana zakat untuk sektor produktif perlu diperhatikan.

Perkembangan zakat di Indonesia dalam satu dekade terakhir sangat menggembirakan baik dari sisi penghimpunan maupun pendayagunaan.

Zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) yang berhasil dikelola menunjukkan tren peningkatan yang sangat disignifikan dari waktu ke waktu. Tren serupa juga tercatat dalam hal menyalurkan dan pendayagunaan ziawaf. IZDR

2

(20)

rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 226 miliar rupiah pada tahun 2008, atau perumbuhan rata-rata sepanjang periode 2004-2008 mencapai 67,2%

per tahun.

Menurut PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center), dalam rilis hasil survei mengatakan potensi zakat di Indonesia yang populasinya sekitar 87 persen muslim, sangat besar hingga mencapai 9,09 triliun rupiah pada tahun 2004 yang potensi hanya sebesar 4,45 triliun rupiah. Berbeda dengan PIRAC, Al-fath mengatakan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai 20 triliun rupiah per tahun. Namun dari jumlah itu yang ter gali baru 500 miliar rupiah per tahun (berdasarkan asumsi tahun 2006).

Adiwarman A. Karim dan A. Azhar Syarief mengemukakan bahwa beberapa nilainya seperti yang disebutkan diatas, yang pasti itu bukanlah angka yang kecil. Jika semua dana itu terkumpul dan dikelola lembaga yang profesional dalam sistem penyaluran yang baik maka bisa dibayangkan besarnya manfaat yang diperoleh masyarakat yang kurang mampu agar bisa bangkit dari keterpurukan. Yang mulanya sebagai mustahiq dalam beberapa tahun bisa berubah menjadi muzakki (ww.imz.or.id).

Pelaksanaan akuntansi zakat diatur dalam PSAK 109 tentang akuntansi untuk Lembaga Amil Zakat/infaq dan Shadaqah akan lebih transparan dan mencapai sasaran sesuai dengan tuntunan syariah. Saat ini sudah banyak Lembaga Amil Zakat ditengah-tengah masyarakat untuk membantu mengumpulkan Zakat dari para muzakki untuk disalurkan kepada mustahiq.

Salah satunya adalah Badan Amil Zakat (BAZ) yang merupakan Lembaga 3

(21)

Namun, setelah PSAK 109 disahkan pada Oktober 2011 lalu, masih banyak Organisasi atau Lembaga yang mengelolah zakat, infak dan Sedekah tidak mengaplikasikan secara keseluruhan isi dari PSAK 109 tentang akuntansi zakat tersebut. Di Indonesia tepatnya di Kota Makassar sendiri memiliki Badan Amil Zakat yang di bentuk oleh pemerintah guna mengelolah Zakat di Kota Makassar, Zakat yang didapatkan Badan Amil Zakat Kota Makassar setiap tahun cukup besar diperlukan penyajian data yang lengkap dan Mengimplementasikan PSAK No.109 secara keseluruhan.

oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perlakuan Akuntansi Zakat Badan Amil Zakat Nasional di Kota Makassar.

Berdasarkan urian diatas mengenai “Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No.109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Kota Makassar merupakan ibu kota Sulawesi Selatan yang mempunyai jumlah produk yang cukup padat sehingga potensi zakat di Kota Makassar juga sangat besar. Badan Amal Zakat Nasional (BAZNAS) mengungkapkan potensi zakat di Makassar sangat besar. Ada dua alasan yang diungkapkan mengapa Indonesia saat ini belum menerapkan PSAK secara utuh. Pertama SDM (praktisi) yang salah karena masih kurang pemahaman mereka terhadap tata cara skema syariah dan PSAK syariah atau alasan kedua, justru standar (PSAK syariah) yang salah karena dinilai tidak implematif dan bahkan masyarakat menilai PSAK syariah sesungguhnya tidak syariah

4

(22)

dalam mengimplementasikan akuntansi zakat PSAK 109.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, yang menjadi rumusan masalah, yaitu: Bagaimana Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No.109 Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian, yaitu Untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Zakat berdasarkan PSAK No.109 pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan bagi akademisi mengenai optimasi dana zakat untuk sejahterahkan penerima zakat sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan praktek penyaluran secara benar dan baik.

b. Bagi Praktisi

Hasil penelitian diharapkan juga dapat bermanfaat bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, yakni menjadi bahan masukan berupa informasi tentang penyaluran yang efektif sehingga dapat menentukan kebijakan ke depan bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar khususnya.

c. Bagi Pemerintah

5

(23)

masukan bagi pemerintah Kota Makassar dalam menentukan regulasi tentang zakat yang kini sedang dalam masa pembahasan.

d. Pihak Lain

Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah untuk memberikan informasi atau pengetahuan tentang sumber dan penggunaan dana zakat, serta dapat memberi masukan dan referensi untuk mengambil keputusan mengenai penyaluran bagi orang yang mau menyalurkan dana zakat.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel.1.1

Penelitian Yang Relevan Peneliti Metode dan

Hasil Penelitian Saran Penelitian Sampel

Rintonga Metode deskriptif. Perlakuan akuntansi BAZNAS Sumatra Utara (2017) Sampel BAZNAS Zakat dalamdiharapkan menyajikan

Sumatra Utara penyajian laporanlaporan keuangan yang keuangan padasesuai dengan PSAK BAZNAS SumatraNo. 109, serta auditor

Utara sudahsebagai pembuat

menerapkan laporan keuangan harus akuntansi Zakatmengikuti auditor menggunakan PSAK sebelumnya agar tidak No .109 tetapi belum terjadi kesalahan dan

6

(24)

informatif. kebingunan bagi pihak yang membaca. Dalam penyajian BAZNAS

Sumatra Utara

diharapkan lebih jelas,

transparan dan

akuntabel.

Istutik (2013) Metode survey.Pertanggungjawaban Pengenalan dan apalagi Sampel BMHkeuangan ataspemahaman pengelola Malang, LAZISaktivitas penerimaan lembaga amil terhadap Sabilillah Malang,dan penyaluran dana PSAK No. 109 masih LAZIS BaitulZIS telah dilakukan kurang. Perlu Ummah Malang,oleh lembaga amil di keterlibatan perguruan YDSF Malang,Kota Malang. Namun tinggi, organisasi LAZISMU lembaga amil belum profesi, atau BAZNAS

menerapkan standaruntuk memberikan akuntansi ZIS (PSAK pelatihan tentang PSAK

109) untukNo. 109.

penyusunan laporan keuangannya.

Pertanggungjawaban

keuangan yang

dimaksud masih

7

(25)

terbatas laporan penerimaan dan pengeluaran kas.

8

(26)

A. TINJAUAN TEORI

1. Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah Berdasarkan PSAK No. 109 Sandar akuntansi ZIS yang berlaku saat ini dan digunakan oleh OPS sebagai pedoman dalam pembukuan dan pelaporan keuangan adalah PSAK No. 109 yang dikeluarkan oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 2010. Penertiban PSAK ini telah mengalami proses yang cukup lama kurang lebih empat tahun dari waktu penyusunan dimulai dengan disusun Eksposure Draft-nya (ED) yang diterbitkan sejak tahun 2008. Namun, saat ini tidak semua OPZ yang ada di Indonesia dapat menerapkan PSAK No. 109. Hal tersebut karena sebagai OPS mengalami beberapa kendala dalam penerapan salah satu faktor kendala adalah adanya kesulitan dan sumber daya manusia yang dimiliki OPZ.

Akuntansi zakat yang ada dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.109 bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. PSAK ini berlaku untuk amil yakni suatu organisasi/

entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan pengukurannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, bukan untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan ZIS tetapi bukan kegiatan utamanya. Untuk entitas tersebut mengacu ke PSAK 101

9

(27)

mengenai Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Amil yang tidak mendapatkan izin juga dapat menerapkan PSAK No. 109. PSAK ini merujuk kepada beberapa fatwa MUI (Washilah dan Nurhayati : 2013) yaitu: 1) Fatwa MUI no. 8/2011 tentang amil zakat, 2) Fatwa MUI No.

13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram, 3) Fatwa MUI No.

14/2011 tantang Penyaluran Harta Zakat dalam bentuk Aset Kelola 4) Fatwa MUI No.15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan dan penyaluran harta zakat.

2. Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 109) a. Akuntansi Untuk Zakat

1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non kas diterima dan diakui sebagai penambah dana zakat. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam bentuk non kas sebesar nilai wajar aset. Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan PSAK yang relevan.

2) Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil, maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat dan tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima dan amil dapat menerima ujra atas kegiatan penyaluran zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujra/fee, maka diakui sebagai penambah dana amil.

(28)

3) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai 1. Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil; 2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

4) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, diakui sebagai pengurang dana zakat dengan keterangan sesuai dengan kelompok mustahik termasuk jika disalurkan kepada Amil, sebesar: 1. Jumlah yang diserahkan, jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas, jurnal, 2.

Jumlah tercatat, jika pemberian dilakukan dalam bentuk aset non kas, jurnal.

5) Amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam menjalankan fungsinya.

6) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.

7) Zakat dikatakan telah disalurkan kepada mustahik non amil hanya bila telah diterima oleh mustahik non amil tersebut. Apabila zakat disalurkan melalui amil lain, maka diakui sebagai piutang penyaluran dan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas (utang) penyaluran. Piutang dan liabilitas berkurang ketika zakat disalurkan. Amil lain tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujra dari amil sebelumnya.

8) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan) diakui sebagai: 1. Penyaluran zakat seluruhnya, jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil. 2. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola

(29)

pemanfaatannya, jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil.

9) Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada: 1. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan mustahiq non amil; 2. Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq non amil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan; 3. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset non kas.

b. Akuntansi untuk Infaq/Sedekah

1) Penerimaan Infaq/Sedekah diakui pada saat kas atau aset non kas diterima dan diakui sebagai penambah dana infaq/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberiannya. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam bentuk non kas sebesar nilai wajar aset. Untuk penerimaan aset non kas dapat dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar adalah aset yang harus segera disalurkan, dan dapat berupa bahan habis pakai seperti bahan makan; atau barang yang memiliki manfaat jangka panjang misalnya mobil untuk ambulance. Aset non kas lancar dinilai sebesar nilai perolehan.

2) Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamankan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infaq/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infaq/sedekah

(30)

terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.

3) Penurunan nilai aset infaq/sedekah diakui sebagai: 1. pengurang dana infaq/sedekah, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. 2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

4) Dana infaq/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infaq /sedekah.

5) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infaq/sedekah sebesar:

a) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.

b) nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset non kas.

6) Penyaluran infaq/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infaq/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infaq/sedekah yang disalurkan tersebut.

7) Penyaluran infaq/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infaq/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infaq/sedekah.

8) Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infaq/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

(31)

a) Kebijakan penyaluran infaq/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima.

b) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan infaq/sedekah seperti persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan.

c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infaq/sedekah berupa aset non kas;

d) Keberadaan dana infaq/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infaq/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya.

e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di point (d) diungkapkan secara terpisah.

f) Penggunaan dana infaq/sedekah menjadi asset kelola yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infaq/sedekah serta alasannya;

g) Rincian dana infaq/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat.

h) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dengan penerima infaq /sedekah yang meliputi: Sifat hubungan istimewa; Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan Persentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

(32)

i) Keberadaan dana non halal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan dan jumlahnya.

j) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infaq/sedekah.

c. Dana NonHalal

1) Penerimaan non halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan non halal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.\

2) Penerimaan non halal diakui sebagai dana non halal, yang terpisah dari dana zakat, dana infaq/sedekah dan dana amil. Aset non halal disalurkan sesuai dengan syariah.

3. Laporan Keuangan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal misalnya muzakki, pemerintah, pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi OPZ dan juga masyarakat. Para pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda dari informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan.

Laporan keuangan juga merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban

(33)

dari manajemen pengelola atas aktivitas pengelolaan sumber daya yang telah diamanatkan kepadanya. Secara umum, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai (Kurnia sari, 2011): 1) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi, 2) Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih, 3 Jenis. Jumlah arus kas masuk dan arus kas keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antara keduanya, 4) cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, fan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya, 5) Usaha jasa suatu organisasi.

Laporan keuangan amil zakat dapat menjadi media komunikasi antara lembaga amil dengan pihak lainnya, karena laporan keuangan ZIS merupakan bentuk pertanggungjawaban operasional dari suatu lembaga amil yaitu kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (ZIS). Supaya laporan keuangan itu transparan dan akun tabel maka harus ada standar akuntansi yang mengatur tentang hal tersebut.

Penyusunan laporan keuangan lembaga amil ZIS mengacu kepada PSAK No. 109, dan apabila ada hal-hal yang tidak diatur dalam PSAK 109 maka dapat menggunakan PSAK terkait sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Komponen laporan keuangan dalam PSAK 109 terdiri dari laporan posisi keuangan (Neraca), Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelola, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam penyajian laporan keuangan, lembaga Amil menyajikan

(34)

dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). Bentuk laporan keuangan untuk amil atau OPZ berdasarkan PSAK No. 109 diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Laporan Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

Tabel 2.1 Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

Aset Kewajiban

Aset lancar

Kas dan serta kas xxx Kewajiban jangka pendek

Piutang xxx Biaya yang masih harus dibayar xxx

Efek xxx

Kewajiban jangka panjang

Kewajiban Imbalan kerja xxx

Aset tidak lancar Jumlah kewajiban xxx

Aset tetap xxx

Akumulasi penulisan (xxx)

Aset Kewajiban

Saldo dana

Dana zakat xxx

Dana infak/sedekah xxx

Dana amil xxx

Jumlah saldo dana xxx

Jumlah Kewajiban dan Saldo Dana

Jumlah asset xxx xxx

(35)

b. Laporan Perubahan Dana

Tabel 2.2 Laporan Perubahan Dana

Keterangan Rp

DANA ZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari muzakki xxx

- Muzakki entitas xxx

-Muzakki individual xxx

Hasil penempatan xxx

Jumlah penerimaan dana zakat xxx

Penyaluran

Fakir-Miskin (xxx)

Riqab (xxx)

Gharim (xxx)

Mua llaf (xxx)

Sabilillah (xxx)

Ibnu sabil (xxx)

Amil (xxx)

Jumlah penyahuran dana zakat xxx

Surplus (deficit) xxx

Saldo awal xxx

Saldo akhir xxx

DANA INFAK/SEDEKAH Penerimaan

Infaq/sedekah terikat atau maqayyadah xxx

Infaq/sedekah tidak terikat atau mutlaqah xxx

Hasil pengelolaan xxx

Jumlah penerimaan dana infaq/sedekah xxx

Penerimaan

Infaq/sedekah terikar atau muqayyadah xxx

Infaq/sedekah tidak terikat atau mutlaqah xxx

Hasil pengelolaan xxx

Jumlah penerimaan duna infaq/sedekah xxx

Penyaluran

Amil (xxx)

(36)

Infaq/sedekah terikat atau muqayyadah (xxx)

Infaq/sedekah tidak terikat atau mutlaqah (xxx)

Alokasi pemanfaatan aset kelolah

(misalnya beban penyusutan dan penyisihn) (xxx)

Jumlah penyaluran dana infaq/sedekah xxx

Surplus (deficit) xxx

Saldo awal xxx

Saldo akhir xxx

DANA AMIL Penerimaan

Bagaian amil dari dana zakat xxx

Bagian amil dari dana infaq/sedekah xxx

Penerimaan lainnya xxx

Jumlah penerimaan xxx

c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Tabel 2.3 Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Keterangan

Saldo

Penembahan

Pengura- Akumulasi Akumulasi Saldo

awal ngan penyusutan Penyisihan Akhir

Dana infaq- xxx Xxx (xxx) - (xxx) Xxx

Sedeqah-aset Kelola lancar (missal piutang Bergulir)

Dana infaq/ Xxx

Xxx (xxx) (xxx) - Xxx

sedeqah- aset Kelolaan tidak Lancer (missal Rumah sakit

(37)

Keterangan

Saldo

Penembahan

Pengura- Akumulasi Akumulasi Saldo

awal ngan penyusutan Penyisihan Akhir

Atau sekolah) Dana zakat-aset

kelolaan (missal

rumah sakit atau sekolah)

xxx Xxx (xxx) (xxx) - Xxx

d. Laporan Arus Kas

Entitas menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan arus kas dan PSAK yang relevan.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.

1) Pengakuan Awal Zakat

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima.

Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat: (a) jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima;

(b) jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset non kas tersebut.

Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan.

(38)

Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian non amil. Penentuan jumlah atau prsentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian non amil. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujra maka diakui sebagai penambah dana amil.

2) Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai: (a) pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil; (b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

3) Penyaluran Zakat

Zakat yang disalurkan kepada Mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar: (a) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas; (b) jumlah tercatat, jika dalam bentuk non kas.

(39)

4) Dana Non Halal

Penerimaan non halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan non halal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.

Penerimaan non halal diakui sebagai dana non halal, yang terpisah dari dana zakat, dana infaq/sedekah dan amil. Aset non halal disalurkan sesuai dengan syariah.

5) Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil, dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

6) Komponen Laporan Keuangan

Adapun komponen laporan keuangan lengkap yang disediakan oleh pihak dari amil terdiri dari:

1. Neraca (Laporan Posisi Keuangan) 2. Laporan Perubahan Dana

3. Laporan Laporan Aset Kelola 4. Laporan Arus Kas; dan

5. Catatan Atas Laporan Keuangan f. Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah adalah proses akuntansi atau transaksi yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sedangkan akuntansi (Konvensional) menurut American Accounting Association

(40)

(AAA) adalah mengidentifikasi, mengklarifikasi, menafsirkan serta komunikasikan peristiwa ekonomi yang memungkinkan pengguna dalam mengambil keputusan. Dalam definisi akuntansi syariah adalah memberikan informasi yang tepat terhadap stakeholders suatu entitas yang akan memungkinkan mereka untuk memastikan bahwa entitas tersebut secara terus-menerus beroperasi dalam batas-batas syariat Islam dan menyampaikan tujuan sosial ekonominya (Wasilah, 2013).

Informasi yang disajikan akuntansi syariah untuk pengguna laporan keuangan lebih luas, tidak hanya finansial juga yang mencakup aktivitas perusahaan yang berjalan sesuai dengan syariah serta memiliki tujuan sosial yang terhindar dalam islam, misalnya dengan adanya kewajiban membayar zakat (Wasilah, 2013).

Di indonesia, zakat diatur secara khusus pengelolaannya dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

Menurut Undang-Undang tersebut terdapat dua badan yang berhak mengelola zakat antara lain, yang pertama Badan Amil Zakat yang dikelola masyarakat. Dalam konteks kehidupan bernegara, dua lembaga pengelolaan zakat tersebut sangatlah berkurang penting dalam melaksanakan pengelolaan dana zakat, keduanya merupakan lembaga penting yang akan menentukan keberhasilan dari pengelolaan potensi ekonomi masyarakat indonesia dan juga berperan penting dalam mewujudkan syiar agama islam. Sehingga dua lembaga ini diharapkan mampu mengembangkan agar tujuan utama pengelolaan zakat dapat tercapai.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan UU No. 38 Tahun 1999 dan

(41)

UU No. 23 Tahun 2011. Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat. Tetapi sayang, UU ini belum melahirkan efek jera bagi orang yang tidak membayar zakat. Di tingkat Kabupaten/Kota dengan SK Bupati/Walikota atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota disebut dengan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA). Sedangkan di Kecamatan dengan SK Camat atas usul Kepala KUA. Pada tingkat Desa/Dinas/Badan/Kantor/Instansi lain dapat dibentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) oleh BAZNAS. BAZNAS Kabupaten yang dibentuk didasarkan pada Surat Keputusan Bupati. BAZNAS Kabupaten bertugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Badan Amil Zakat berfungsi sebagai jembatan antara muzaqi (pezakat) dan mustahiq (penerima). Adapun biaya operasional diperoleh dari pemerintah Kabupaten dan dari jatah pengelola zakat. Prinsip zakat dalam tatanan sosial ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghimpun dirinya selama satu tahun ke depan dan bahkan diharapkan sepanjang hidupnya. Dalam konteks ini, zakat didistribusikan untuk dapat mengembangkan ekonomi baik melalui keterampilan yang menghasilkan maupun dalam bidang perdagangan.

Oleh karena itu, peningkatan kinerja Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sangatlah penting agar potensi zakat yang ada dapat dimaksimalkan. Dalam hal ini diperlukan konsep strategi peningkatan kinerja BAZNAS. Namun, permasalahan yang sangat krusial di BAZNAS ialah tentang tata kelola zakat yang masih minim terutama alokasinya kurang proporsional dan tidak tepat sasaran. Kemudian pendistribusian

(42)

terhadap warga sekitar baik setiap kecamatan maupun kabupaten setidaknya kurang merata dan masih terlalu banyak didominasi lembaga sekolah serta hanya bersifat konsumtif. Padahal, apabila kita melihat potensi masyarakat sangat beragam terutama warga kurang mampu.

Mengapa justru mereka tidak kita perhatikan, kemudian kita fasilitas mereka untuk pengembangan usaha dan bakatnya. Sehingga, mereka bisa merasakan langsung manfaat dari zakat yang telah dikembangkan menjadi nilai yang luar biasa dalam pengembangan produk aktifitas peningkatan ekonomi masyarakat yang terus berkelanjutan. Hal ini dirasa penting mengingat manfaat, apabila zakat produktif ini disalurkan dapat mengembangkan kekuatan perekonomian mustahiq dari pada zakat yang disalurkan secara langsung yang hanya akan bersifat konsumtif dan akan habis dalam jangka waktu tertentu.

B. Konsep Pengumpulan Zakat 1. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu Al-bakaratu (keberkahan), Al-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Al-tharatu (kesucian)san ash-shalahu (keberesan).

Sedangkan secara istilah zakat ialah nama pengambilan tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.

Zakat menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang memiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

(43)

Zakat adalah rukun islam yang ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun Kedua Hijriyah setelah diwajibkan puasa ramadhan. Ijma (kesempatan) ulama telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam. Zakat merupakan ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan Solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan miskin dan sebagai penghilang jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

Pada awal diwajibkan zakat pada masa Rasulullah SAW., pelaksanaan zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW. Beliau mengirim para petugasnya untuk menarik zakat dari orang-orang yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dijaga dan akhir dibagikan kepada para penerima zakat (Al-asnaf Al- samaniyyah). Rasulullah SAW. Pernah menpekerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Qutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat.

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang- Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pelaksan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal

(44)

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak dijatuhkan sanksi bagi muzaki yang melalaikan kewajibannya (tidak mau berzakat), akan tetapi undang-undang tersebut pendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat. Di samping itu, pasca keluarnya UU No. 38 Tahun 1999 yang bertugas lagi oleh UU Pajak No. 17 Tahun 2000 zakat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sehingga tidak dikenakan kewajiban ganda.

Ulama Syafiiyyah (Madzhab Syafi’i) mendefinisikan zakat dengan nama “Nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dan harta atau badan atas jalan tertentu”. Dan ulama Hanasbillah (Madzhab Hambali) mendefinisikan zakat dengan “Hak yang wajib dalam harta tertentu bagi kelompok tertentu pada waktu tertentu”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat adalah hak yang berupa harta (tertentu) yang wajib ditunaikan untuk diberikan kepada kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

Zakat tidaklah sama dengan donasi, sumbangan dan shadaqah yang bersifat sukarela. Zakat merupakan satu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan merupakan hak, sehingga kita dapat memilih untuk membayar atau tidak. Zakat memiliki aturan yang jelas, mengenai harta yang harus dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat, demikian juga cara perhitungannya, bahkan siapa yang boleh menerima harta zakat pun telah diatur oleh Allah SWT dan Rasul-Nya

(45)

Zakat adalah sesuatu yang sangat khusus, karena memiliki persyaratan dan aturan baku baik untuk alokasi, sumber besaran maupun waktu yang telah ditetapkan oleh syariah.

2. Sumber-Sumber Zakat

AL-qur’an sebenarnya tidak secara jelas dan tegas menyatakan harta yang wajib dikeluarkan zakat. Sunnah Nabilah yang menjelaskan lebih lanjut mengenai harta yang wajib dizakati dan jumlah yang wajib dikeluarkan. Namun, harus ada suatu prinsip dan suatu keyakinan bahwa apapun karunia Allah SWT yang diberikan kepada kita harus ada yang mengalir kepada orang lain. Apakah berupa zakat, infak ataupun sedekah. Jangan hendaknya pemikiran bahwa harta kekayaan yang tidak ada disebutkan dalam fiqh lama, tidak dikenakan zakat.

Hendaknya dipahami, bahwa para fukaha terdahulu menulis dan menuangkan buah pikirannya mengenai sesuatu yang ada disekitarnya atau harta yang dianggapnya sebagai kekayaan yang pernah diketahuinya.

Berikut adalah sumber-sumber zakat konvensional yang terdapat dalam Al-qur’an, yaitu:

a. Zakat Hasil Pertanian

Yang dimaksud dengan pertanian disini adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan, yaitu Jagung, beras, dan gandum. Sedangkan, dari buah-buahan misalnya kurma dan anggur. Hasil pertanian, baik tanam-tanaman maupun buah-buahan, wajib dikeluarkan zakat apabila sudah memenuhi persyaratan.

(46)

b. Zakat Hewan Ternak

Hewan Ternak termasuk bagian dari harta yang wajib dikeluarkan zakat. Namun demikian tidak semua hewan ternak di zakati. Para ulama sepakat bahwa hewan ternak yang termasuk bagian sumber zakat dan wajib dikeluarkan zakat ada tiga jenis yaitu unta, sapi dan domba.

c. Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual beli. Zakat ini kepada perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan seperti, CV, PT, dan Koperasi.

Sedangkan aset-aset seperti mesin, gedung, mobil, peralatan dan ase tetap lain tidak kena kewajiban zakat dan tidak termasuk harta yang harus dikeluarkan zakat.

d. Zakat Emas dan Perak

Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakan karunia Allah SWT merupakan hasil bumi yang banyak manfaatnya kepada manusia sehubungan dijadikan pula sebagai nilai tukar uang bagi segala sesuatu. Pembahasan mengenai zakat emas dan perak perlu dibedakan antara sebagai perhiasan atau sebagai uang (alat tukar). Sebagai perhiasan emas dan perak juga dapat dibedakan antara perhiasan wanita dan perhiasan lainnya.

Misalnya ukiran, souvenir, perhiasan pria dan lain-lain. Dangkal pemahaman fungsi emas dan perak sebagai alat tukar atau mata

(47)

uang menyebabkan banyaknya simpanan uang dikalangan umat islam tidak tertunai zakat.

e. Zakat Barang Tambang

Zakat barang tambang adalah zakat yang berasal dari dalam (perut) bumi, cukup banyak jenisnya, menurut Ibnu Qudama, contoh barang tambang adalah emas perak, timah, besi, intan, batu permata, batu bara dan lain-lain. Barang-barang tambang yang cair seperti aspal, minyak bumi, belerang, gas dan sebagainya.

Berikut adalah sumber-sumber zakat dalam perekonomian modern yang dapat dihimpun oleh lembaga zakat:

1) Zakat Investasi

Investasi adalah penanaman modal atau uang dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung permesinan, bahan cadangan, penyelenggara ongkos serta perkembangannya). Jadi, zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi, misalnya seperti yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus diganti.

2) Zakat Profesi

Orang yang mengerjakan sesuatu (Berolahraga, melukis, musik dan lain-lain), karena jabatan dan profesinya bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu pencarian.

Pada zaman sekarang ini orang mendapatkan uang dari pekerjaan atau profesi ini yang sedang digelutinya. Jadi

(48)

pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain, seperti seorang dokter yang mengadakan praktek, pengacara, seniman, penjahit dan lain-lain. Kedua pekerjaan yang dikerjakan untuk orang (pihak) lain dengan imbalan mendapat upah atau honorium seperti pegawai (negeri atau swasta). Kedua macam pekerjaan tersebut jelas menghasilkan uang sebagai harta kekayaan.

Dengan demikian wajib dikeluarkan zakat karena telah mencapai satu tahun.

3) Zakat Perusahaan

Pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan dikelola tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi dengan manajemen yang modern Menurut para ahli ekonomi sekarang yang dikutip oleh Diding Hafidhuddin, paling tidak jenis perusahaan dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, pertama perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Jika di kaitan dengan kewajiban zakat maka semua perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan maka yang harus dihasilkan adalah produk yang halal, dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama islam.

(49)

4) Zakat Saham dan Obligasi

Diantara hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk dikeluarkan zakatnya dalam harta modern ini adalah surat-surat berharga, diantaranya adalah saham (al-sahm) dan obligasi (al- sanadah) saham dan obligasi adalah kertas yang berharga yang berlaku dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut “bursakertas-kertas berharga”. Dengan demikian saham dan obligasi adalah juga harta kekayaan dan setiap harta kekayaan ada hak orang lain didalamnya.

5) Zakat Madu dan Produk Ternak

Madu adalah cairan yang keluar dari perut lebah. Tidak diragukan lagi bahwa madu mengandung berbagai macam kandungan gizi maupun obat bagi manusia. Madu yang keluar dari perut lebah merupakan kekuasaan dari Allah SWT, yang salah satu fungsinya adalah salah satu obat bagi manusia.

Dalam perspektif perekonomian modern sekarang, mau di samping di produksikan secara alami dan individual, kini dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi komoditas perdagangan. Karena itu, sangatlah wajar apabila dilihat pula dari kajian sebagai objek zakat.

6) Zakat Asuransi Syariah

Islam memiliki sebuah sistem yang mampu memberikan jaminan atas kecelakaan atau musibah lainnya melalui sistem zakat. Bahkan sistem ini jauh lebih unggul dari asuransi konvensional karena sejak awal didirikan memang untuk

(50)

kepentingan sosial dan bantuan kemanusiaan. Dana yang diberikan kepada setiap orang yang tertimpa musibah ini bersumber dari orang-orang kaya yang membayarkan zakatnya sebagai salah satu rukun islam. Mekanisme asuransi konvensional yang dibuat adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi untuk memberikan kepada pesertanya sejumlah harta ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai konsenkuensi atau imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dari peserta. Jadi asuransi merupakan salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, dana yang diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransinya.

3. Muzakki dan Mustahiq

Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Sedangkan, mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. Adapun yang berhak menerima zakat yaitu ada delapan golongan diantaranya, fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharim, fissabilillah, dan ibnu sabil. Sesuai dengan firman Allah SWT:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya disalurkan untuk orang- orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, mualaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang (gharim), fisabilillah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) sebagai sesuatu

(51)

ketetapan yang diwajibkan Allah SWT. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)

4. Tugas Amil Zakat

Secara ekonomi, zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial dan instrumen untuk mengentaskan kemiskinan, pemerataan pendapat dan mempersempit kesengajaan antar kelompok kaya dan miskin.

Dengan lembaga amil zakat kelompok lemah dan kekurangan tidak lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidupnya, karena substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka hidup di tengah

masyarakat yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan tradisi saling tolong. Sedangkan secara politis, zakat dapat mempengaruhi

kemampuan sebuah komunitas Negara dalam melangsungkan hidupnya. Dengan uraian diatas maka, zakat membentuk integritas sosial yang kokoh serta memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.

Tugas pokok amil zakat adalah:

a. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.

b. Mengesahkan rencana kerja dari bahan pelaksanaan dan komisi pengawas

c. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat.

d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksanaan dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.

(52)

e. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksanaan dan komisi pengawas.

f. Menunjuk akuntansi publik

Sedangkan sistem pengelolaan LAZ sendiri harus memiliki berbagai unsur dalam menciptakan pengelolaan yang baik seperti, memiliki sistem prosedur dan aturan yang jelas, manajemen terbuka, mempunyai rencana kerja, memiliki komite penyaluran, memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan, di audit, publikasi, dan perbaikan terus-menerus.

5. Cara Pengumpulan Zakat

a. Sosialisasi Pengumpulan Zakat

Sosialisasi secara etimologi upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dan dihayati oleh masyarakat.

Sosialisasi zakat berarti proses/usaha untuk menyebarluaskan ajaran zakat kepada masyarakat sehingga dapat dengan mudah diterima, dpiahami, dan diamalkan masyarakat.

Pada dasarnya setiap muslim meyakini bahwa zakat merupakan indikator keislaman seseorang, karena itu orang yang mengingkari zakat tidak dapat dikatakan seorang muslim.

Keyakinan ini biasanya sulit direalisasikan karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Kurangnya informasi mengenai tata cara pelaksanaan zakat merupakan salah satu faktor yang menghambat terealisasi ajaran zakat. Demikian juga informasi yang tidak sistematis dan sulit dipahami akan menyebabkan seseorang antisipasi terhadap ajaran zakat.

(53)

Maka dari itu sosialisasi pemerintah dan ulama terkait dengan organisasi pengelolaan zakat dalam kehidupan masyarakat mutlak diperlukan. Karena sosialisasi dalam konteks ajaran zakat penting dilakukan demi tegaknya hukum dan fungsi zakat sebagai institusi permanen yang tidak bisa dipisahkan dari shalat bagi umat islam.

Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam sosialisasi zakat diantaranya ceramah, pelatihan, sarasehan, door to door, dan partisipatoris. Metode-metode dapat di rinci sebagai berikut:

1) Ceramah

Ceramah yaitu metode penyampaian informasi atau pesan-pesan dengan menggunakan lisan kepada para pendengarnya, Untuk dapat menyampaikan materi atau informasi agar dapat diterima dengan muda maka ceramah harus memenuhi syarat antar lain:

1. Penceramah harus menguasai permasalahan yang disampaikan, selain itu harus memiliki daya Tarik tersendiri sehingga misi yang disampaikan mudah dicerna dan menarik.

2. Penceramah harus mempunyai pengetahuan yang luas berkaitan dengan masalah zakat dan pekerjaan objek sosialisasi.

3. Harus menguasai bahasa yang digunakan baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah yang pakai dalam kegiatan itu.

(54)

4. Memahami ilmu jiwa sosial, artinya penceramah dapat menyelami sifat, jiwa dan alam pikiran dan cara berpikir para pendengarnya.

2) Diskusi

Dalam kegiatan sosialisasi zakat maka penggunaan metode diskusi harus pula memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Sosialitator seharusnya mengetahui masalah-masalah yang terkait dengan zakat. Akan lebih baik jika sosialitator mampu mengupas masalah zakat dari segi sosial, ekonomi, pertanian dan sebagainya.

2. Setiap diskusi hendaknya muncul adanya ide-ide baru dan segar serta keputusan yang dapat direalisasikan.

3) Sarasehan

Sarasehan adalah suatu kegiatan di mana terdapat bicara atau berbincang-bincang secara non formal dan kekeluargaan serta dipimpin oleh seorang moderator yang dianggap paling menguasai masalah yang dibicarakan. Berkaitan dengan sosialisasi zakat, penyampaian informasi dengan cara demikian sangat menguntungkan, karena kegiatan sosialaisasi lebih terfokus pada kebutuhan muzakki.

4) Door to Door

Metode sosialisasi zakat seperti ini memungkinkan sosialitator dan lawan bicara lebih akrab dan dapat berbicara mendalam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(55)

6. Pelaksanaan Dalam Pendistribusian Dan Pendayagunaan Zakat Pembentukan organisasi pengelola zakat di Indonesia merupakan keniscayaan mengingat pentingnya sektor zakat bagi umat muslim sebagai pembersih harta dan jiwa sekaligus pemerataan atau pendistribusian harta dari orang kaya ke orang miskin. Dan bagaimana mendayagunakan zakat secara luas sehingga orang miskin mustahiq dapat berubah status menjadi muzakki (pembayar zakat) dengan berbagai program-program pemberdayaan ekonomi yang kreatif.

Lembaga-lembaga pengelolaan zakat dituntut untuk merancang program secara terencana dan terstruktur. Selain perancangan program yang baik, lembaga-lembaga pengelolaan zakat perlu melakukan skala prioritas program, agar pemanfaatan dana zakat dapat diberikan kepada 8 asnaf serta dana infaq/shadaqah untuk investasi sektor produktif untuk kepentingan pengembangan kelembagaan dan di kombinasikan dengan sektor konsumtif berjalan sesuai yang diinginkan oleh badan amil zakat.

7. Hukum Zakat

Zakat termasuk dari salah satu rukun islam. Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut berlaku bagi setiap umat muslim yang haliqh atau belum, berakal atau gila. Di mana mereka memiliki sejumlah harta yang sudah masuk batas nisabnya, maka wajib dikeluarkan harta dan jumlah tertentu untuk diberikan kepada mustahiq zakat.

Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi tiap-tiap muslim yang mempunyai harta benda menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh

(56)

hukum islam. Orang yang mengingkari wajibnya zakat dihukum kafir (Rifa’I, 1978:347).

C. Metode Pengumpulan Zakat 1. Metode Fundraising

Merupakan pola bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh suatu lembaga dalam rangka menggalang dana dari masyarakat. Metode ini mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan, dan manfaat lebih bagi masyarakat menjadi donatur.

Dalam melaksanakan kegiatan metode fundraising, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini ialah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka mengumpulkan dana dari masyarakat. Metode ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (inderect fundraising).

a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)

Metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung.

Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap responden muzakki seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu.

(57)

b. Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising)

Metode ini merupakan suatu metode yang menggunakan teknik- teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat tanpa yang diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu.

2. Tujuan Fundraising

a. Menghimpun Dana

Pengumpulan dana tersebut itu bukan hanya berupa uang saja, tetapi melainkan juga dalam bentuk barang atau jasa yang memiliki nilai materi. Mengingat sebuah organisasi nirlaba (OPZ) tanpa menghasilkan dana maka akan kehilangan kemampuan untuk terus bertahan menjaga kelangsungan hidupnya.

b. Memperbanyak Donatur

Yaitu dengan bertambahnya muzakki dan donatur walaupun zakat dan sumbangan yang diberikan tetap oleh setiap donatur maka akan menambah jumlah pendapatannya.

c. Meningkatkan atau Membangun Citra Lembaga

Aktivitas fundraising dengan silaturahmi dan kunjungan memberikan dengan memberikan informasi tentang organisasi akan meningkatkan citra lembaga pengelola zakat. Jika citra yang bertanam di benak para muzakki dan donatur terhadap OPZ

(58)

positif, maka masyarakat akan mendukung dan bersimpati dengan memberikan sumbangan ZISnya.

d. Meningkatkan Kepuasan Donatur

Semakin banyak relasi dan pendukung, maka mempengaruhi orang dalam mendapatkan informasi tentang OPZ dan bisa meningkatkan kepuasan donatur. Oleh karena itu, kegiatan pengelola zakat tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Fundraising.

Karena fundraising merupakan proses menggalang dana baik dalam bentuk uang maupun sumber daya lain yang bertujuan untuk kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat.

e. Lembaga zakat

Lembaga pengelola zakat perlu melakukan kerja cerdas dan inovatif guna mendapatkan calon muzakki dan guna menghimpun dana zakat. Metode konvensional dengan menunggu dan hanya melakukan penggalangan dana pada saat puasa ramadhan hanya untuk menghimpun zakat fitrah juga sudah tidak cukup. Perlu melakukan upaya jemput bola dan menggunakan teknologi informasi untuk menarik calon muzakki dalam menggalang dana zakat.

Dalam menggunakan fundraising, organisasi atau lembaga pengelola zakat dapat melakukan kemitraan dengan lembaga- lembaga lain dalam rangka pengumpulan zakat.

2. Sistem Pengumpulan Zakat

Zakat dapat diambil dan diperhitungkan dengan dua sistem, yaitu:

Gambar

Tabel 2.1 Neraca (Laporan Posisi Keuangan) ..................................................
Tabel 2.1 Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
Tabel 2.2 Laporan Perubahan Dana
Tabel 2.3 Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Referensi

Dokumen terkait

b) Nilai tercatat aset yang diserahkan dalam bentuk aset nonkas Infak/sedekah yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana infak/seekah saat

2) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.. Dalam hal amilmenerima infak/sedekah dalam bentuk aset non-kas tidak lancar yang dikelola oleh amil,

Penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/ sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang

Laporan Arus kas, terdiri dari Arus kas Aktivitas Operasi yang terdiri dari penerimaan (Penerimaan dana zakat, dana Infak/Sedekah, Amil, Jasa Giro, Bagi Hasil) dan pengeluaran

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Pada BAZNAS Kota Manado Penerimaan dana nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau

b) Jumlah nilai wajar jika dalam bentuk aset nonkas. Penerimaan Infaq/Sedekah xxx.. Penentuan nukai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga

Malang mengakui bagian dana infaq/sedekah yang disalurkan untuk amil itu sebagai penambah dana amil PSAK No.109 Penyaluran infaq/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan