• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan

Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar dalam hal pencatatan transaksi dan kegiatan pencatatan akuntansi zakat dijelaskan sebagai berikut:

a. Karakteristik

Wawancara dengan Hj. Darmawari SE.,MM mengenai perlakuan akuntansi sesuai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, beliau mengungkapkan bahwa :

“Iya sudah sesuai, setiap tahunnya di audit oleh akuntan publik, jadi dana tersebut sudah terpisah. Menjadi dana zakat, infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya”.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukandengan “Hj.

Darmawati SE.,MM. Audit internal Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar menjelaskan bahwakarakteristik zakat apabila dilihat dari tata kelola yang baik yaitu memiliki sistem administrasi yang tertib dan harus bersifat transparan serta dana yang dikelola dapat di pertanggungjawabkan kepada stakeholders, muzakki serta masyarakat luas.

Prinsip-prinsip yang wajib diterapkan sesuai dengan syariah Islam pada lembaga agar dapat dikatakan sebagai lembaga yang memiliki tata kelola yang baik yaitu lembaga yang sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini, di mana lembaga tersebut harus menerapkan aturan-aturan yang telah disesuaikan dalam PSAK No.

109 tentang akuntansi Zakat dan sesuai dalam Al-Qura’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang zakat di mana terdapat 8 asnaf pembagian diantaranya fakir, miskin, amil, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu Sabil serta dalam ayat 103 membahas tentang apa-apa saja keutamaan dari zakat.

1. Pengakuan Awal

Dalam PSAK No.109 pengakuan awal dari akuntansi zakat, yaitu penerimaan zakat diakui pada saat terjadinya penerimaan kas atau aset lainnya. Perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional kota Makassar menurut hasil implementasi ialah dalam pengakuan awal sudah sesuai, hal ini dapat dilihat dari adanya penerimaan zakat yang diakui sebagai aset di mana pada saat kas masuk diterima. Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar telah menerapkan cash basic maka proses pencatatan transaksi akan di catatan pada saat terjadi penerimaan kas, sedangkan pencatatan biaya akan diakui pada saat terjadi pengeluaran kas.

Dalam PSAK No.109 tentang akuntansi zakat, tetapi masih terkait tentang pengakuan awal, dana zakat yang diterima dari muzakki akan diakui sebagai penambah dana zakat, apabila dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima, dan jika dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar aset non kas tersebut.

2. Pengukuran Setelah Pengakuan Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, apabila terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diberlakukan sebagai pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM mengenai zakat yang diterima dari Muzzaki diakui sebagai penanbah dana zakat yaitu apabila dalam bentuk kas. Maka, sebesar jumlah yang diterima dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar aset. Non kas tersebut bagaimana pengukurannya, beliau mengungkapkan bahwa:

”Dana zakat yang diterima diakui seberapa besar dana yang dimaksud, semisal “berzakat Rp 500.000,- niai tersebut sesuai dengan nominalnya yang diterima, jika berupa non tunai atau non kas disesuaikan dengan harga barang tersebut”. Misalnya barang tersebut seharga Rp 500.000,- dinilaikan sebesar Rp 500.000,- sesuai dengan nilai barang tersebut” .

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan di lembaga Amil Zakat Nasional bahwa dalam aspek pengukuran setelah pengakuan awal, Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat

berdasarkan apabila terjadi penurunan nilai aset zakat atau kerugian itu disebabkan oleh amil, maka amil harus menanggung risiko atas perbuatannya dengan cara mengurangi dana amil.

3. Penyaluran Zakat

Sesuai PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, dan zakat yang disalurkan kepada mustahiq sebesar jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas jumlah tercatat jika dalam bentuk aset non kas. Jadi penyaluran dana zakat yang akan diakui oleh amil pada saat dana tersebut sudah diterima oleh mustahiq. Apabila dana masih dikelola oleh amil/lembaga maka dianggap bukan penyaluran zakat.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM mengenai Semisal dari dana non kas itu biasanya berasal dari Zakat ap, beliau mengungkapkan bahwa :

“Biasanya kalau non kas itu bukan dari zakat yang tunai.

Seumpamanya ada orang yang menyetor zakat dalam bentuk natura. Kalau kita selama ini, hampir dikatakan tidak ada.

Karena, kami tidak menerima zakat dari pertanian juga tidak ada hasil pertanian yang kita terima zakat pertanian. Tetapi, itu dalam bentuk tunai. Biasanya dalam bentuk Beras, jagung, gandum dan sebagainya. Dari hasil pertanian itu kan tetap ada

zakat yang dikeluarkan tapi kita tidak ada. Boleh kata tidak ada perusahaan Makassar. Mungkin, di Kabupaten lain ada”.

Terus jumlah dari aset yang disalurkan. Persentase dari aset yang disalurkan tersebut total penyaluran selama periode.

Bagaimana dengan ilustrasi, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kalau Aset Yang Kita Salur Paling Rata-Rata Aset Yang Kita Salur itu penunjang kegiatan Amil.Saperti Kendaraan, AC. Dan sebagainya itu kan tidak disalurkan. Itu rata sumbernya bukan dari dana sakat dan bukan dari dana Amil dan itu bantuan dari Pemerintah Kota. Dan dari dana sakat, dana infaq dan lain-lain kecil sekali penggunaan pengadaan Aset, karena sebagai besar kita gunakan seperti kantor, kendaraan kecuali kendaraan operasional dari dana infaq tapi tidak setiap tahun itu sekali dalam satu periode jadi. Bole di katakan Aset yang kita salur mustahiq itu bantuan konsumsi dalam bentuk tunai.

Kan bantuan kita pada mustahiqitu ada 2 macam bantuan dalam konsumtif dan bantuan dalam produktif”.

Berarti sisanya untuk disini ada berapa?

“Jadi, (12,5%) biaya amil selebihnya (87,5%) di saldo (15%) disalurkan (72,5%). 7 Asnaf yaitu, fakir, miskin, fisabillah, ibnu sabil, garimin, mualaf, kecuali rikap. Kalau, Aset yang disalurkan rata-rata tidak ada aset yang kita salur paling aset yang kita pakai untuk kegiatan penunjang Amil seperti kendaraan, Ac dan rata-rata itu sumbangan bukan dari Amil, itu bantuan dari Pemerintah Kota dari dana zakat, infaq dan segala kecil sekali penggunaan aset. Karena, sebagian besar ditanggung seperti Kantor, kendaraan. kecuali, ada kendaraan operasional dibeli satu dari dana infaq, tapi tidak setiap tahun.

Paling sedikit satu kali dalam satu Periode. Jadi, boleh kata aset yang disalurkan ke mustahiq itu bantuan dari tunai dalam bentuk bantuan Konsuntif. Kan bantuan kita ada dua macam yaitu, bantuan dalam Konsuntif dan Produktif. Bantuan produktif seperti ada pengusaha, penjual kue dan sebagainya yang kekurangan modal. Dan kita bantu dana yang dipakai untuk modal dengan cara untuk mengembangkan usahanya, dan itu termaksud bantuan produktif. Dan pula, seumpan bantuan beasiswa itu untuk mahasiswa yang kurang mampu dengan melalui bantuan bisa menyelesaikan studinya, setelah studinya selesai kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meringankan beban mereka”.

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Kota Makassar bahwa

dalam aspek penyaluran zakat, Lembaga Amil Zakat Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat berdasarkan penyaluran dana zakat yang disalurkan kepada mustahiq itu kemudian dicatat sebagai pengurang dana zakat apabila dana tersebut belum dicatat sebagai pengurang dana zakat.

4. Penyajian Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, amil menyajikan dana zakat, dana infaq, dana shadaqah dan dana non halal secara terpisah dalam neraca. Berdasarkan hasil implementasi perlakuan akuntansi zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai, hal ini bisa dilihat berdasarkan di dalam laporan keuangan dana zakat, infaq/shadaqah, dana amil, dan dana non halal harus disajikan secara terpisah.

Wawancara dengan Ibu Hj. Darmawati SE.,MM terkait dengan penyajian dana Zakat itu amil menyajikan dana Zakat.

Dana Infaq dan dana sedekah. Dana Amil dan Dana non halal secara terpisah dalam neraca (lap. Posisi keu) apakah sudah benar-benar dipisahkan atau belum, beliau mengungkapkan bahwa :

“Iya, sudah dipisahkan pencatatannya, buku rekeningnya pin juga sudah dipisahkan. Terdapat buku rekening zakat, buku rekening infaq, dan sosial keagamaan lainnya. Dengan program tersebut dana yang digunakan dan dikeluarkan harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah dibikin an sesuai dengan asnaf”.

5. Pengungkapan Zakat

Sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas, penyaluran dana penerima.

Berdasarkan hasil implementasi perlakuan zakat yang diterapkan diLembaga Amil Zakat Kota Makassar dalam aspek pengungkapan zakat, Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar sudah sesuai. Hal ini bisa dilihat, berdasarkan laporan keuangan yang ada pada lembaga laporan keuangan Lembaga Amil Zakat Nasional Kota Makassar. Dana zakat, dana infaq/sedekah, dana amil dan dana non halal, kebijakan pembagian dana non amil atas penerimaan zakat, metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat non kas dan rincian jumlah penyaluran dana zakat diungkapkan dalam laporan keuangan.