BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Pengumpulan Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu Al-bakaratu (keberkahan), Al-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Al-tharatu (kesucian)san ash-shalahu (keberesan).
Sedangkan secara istilah zakat ialah nama pengambilan tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.
Zakat menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang memiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Zakat adalah rukun islam yang ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun Kedua Hijriyah setelah diwajibkan puasa ramadhan. Ijma (kesempatan) ulama telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam. Zakat merupakan ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan Solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan miskin dan sebagai penghilang jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.
Pada awal diwajibkan zakat pada masa Rasulullah SAW., pelaksanaan zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW. Beliau mengirim para petugasnya untuk menarik zakat dari orang-orang yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dijaga dan akhir dibagikan kepada para penerima zakat (asnaf Al-samaniyyah). Rasulullah SAW. Pernah menpekerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Qutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pelaksan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak dijatuhkan sanksi bagi muzaki yang melalaikan kewajibannya (tidak mau berzakat), akan tetapi undang-undang tersebut pendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat. Di samping itu, pasca keluarnya UU No. 38 Tahun 1999 yang bertugas lagi oleh UU Pajak No. 17 Tahun 2000 zakat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sehingga tidak dikenakan kewajiban ganda.
Ulama Syafiiyyah (Madzhab Syafi’i) mendefinisikan zakat dengan nama “Nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dan harta atau badan atas jalan tertentu”. Dan ulama Hanasbillah (Madzhab Hambali) mendefinisikan zakat dengan “Hak yang wajib dalam harta tertentu bagi kelompok tertentu pada waktu tertentu”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat adalah hak yang berupa harta (tertentu) yang wajib ditunaikan untuk diberikan kepada kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Zakat tidaklah sama dengan donasi, sumbangan dan shadaqah yang bersifat sukarela. Zakat merupakan satu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan merupakan hak, sehingga kita dapat memilih untuk membayar atau tidak. Zakat memiliki aturan yang jelas, mengenai harta yang harus dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat, demikian juga cara perhitungannya, bahkan siapa yang boleh menerima harta zakat pun telah diatur oleh Allah SWT dan Rasul-Nya
Zakat adalah sesuatu yang sangat khusus, karena memiliki persyaratan dan aturan baku baik untuk alokasi, sumber besaran maupun waktu yang telah ditetapkan oleh syariah.
2. Sumber-Sumber Zakat
AL-qur’an sebenarnya tidak secara jelas dan tegas menyatakan harta yang wajib dikeluarkan zakat. Sunnah Nabilah yang menjelaskan lebih lanjut mengenai harta yang wajib dizakati dan jumlah yang wajib dikeluarkan. Namun, harus ada suatu prinsip dan suatu keyakinan bahwa apapun karunia Allah SWT yang diberikan kepada kita harus ada yang mengalir kepada orang lain. Apakah berupa zakat, infak ataupun sedekah. Jangan hendaknya pemikiran bahwa harta kekayaan yang tidak ada disebutkan dalam fiqh lama, tidak dikenakan zakat.
Hendaknya dipahami, bahwa para fukaha terdahulu menulis dan menuangkan buah pikirannya mengenai sesuatu yang ada disekitarnya atau harta yang dianggapnya sebagai kekayaan yang pernah diketahuinya.
Berikut adalah sumber-sumber zakat konvensional yang terdapat dalam Al-qur’an, yaitu:
a. Zakat Hasil Pertanian
Yang dimaksud dengan pertanian disini adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan, yaitu Jagung, beras, dan gandum. Sedangkan, dari buah-buahan misalnya kurma dan anggur. Hasil pertanian, baik tanam-tanaman maupun buah-buahan, wajib dikeluarkan zakat apabila sudah memenuhi persyaratan.
b. Zakat Hewan Ternak
Hewan Ternak termasuk bagian dari harta yang wajib dikeluarkan zakat. Namun demikian tidak semua hewan ternak di zakati. Para ulama sepakat bahwa hewan ternak yang termasuk bagian sumber zakat dan wajib dikeluarkan zakat ada tiga jenis yaitu unta, sapi dan domba.
c. Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual beli. Zakat ini kepada perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan seperti, CV, PT, dan Koperasi.
Sedangkan aset-aset seperti mesin, gedung, mobil, peralatan dan ase tetap lain tidak kena kewajiban zakat dan tidak termasuk harta yang harus dikeluarkan zakat.
d. Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakan karunia Allah SWT merupakan hasil bumi yang banyak manfaatnya kepada manusia sehubungan dijadikan pula sebagai nilai tukar uang bagi segala sesuatu. Pembahasan mengenai zakat emas dan perak perlu dibedakan antara sebagai perhiasan atau sebagai uang (alat tukar). Sebagai perhiasan emas dan perak juga dapat dibedakan antara perhiasan wanita dan perhiasan lainnya.
Misalnya ukiran, souvenir, perhiasan pria dan lain-lain. Dangkal pemahaman fungsi emas dan perak sebagai alat tukar atau mata
uang menyebabkan banyaknya simpanan uang dikalangan umat islam tidak tertunai zakat.
e. Zakat Barang Tambang
Zakat barang tambang adalah zakat yang berasal dari dalam (perut) bumi, cukup banyak jenisnya, menurut Ibnu Qudama, contoh barang tambang adalah emas perak, timah, besi, intan, batu permata, batu bara dan lain-lain. Barang-barang tambang yang cair seperti aspal, minyak bumi, belerang, gas dan sebagainya.
Berikut adalah sumber-sumber zakat dalam perekonomian modern yang dapat dihimpun oleh lembaga zakat:
1) Zakat Investasi
Investasi adalah penanaman modal atau uang dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung permesinan, bahan cadangan, penyelenggara ongkos serta perkembangannya). Jadi, zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi, misalnya seperti yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus diganti.
2) Zakat Profesi
Orang yang mengerjakan sesuatu (Berolahraga, melukis, musik dan lain-lain), karena jabatan dan profesinya bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu pencarian.
Pada zaman sekarang ini orang mendapatkan uang dari pekerjaan atau profesi ini yang sedang digelutinya. Jadi
pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain, seperti seorang dokter yang mengadakan praktek, pengacara, seniman, penjahit dan lain-lain. Kedua pekerjaan yang dikerjakan untuk orang (pihak) lain dengan imbalan mendapat upah atau honorium seperti pegawai (negeri atau swasta). Kedua macam pekerjaan tersebut jelas menghasilkan uang sebagai harta kekayaan.
Dengan demikian wajib dikeluarkan zakat karena telah mencapai satu tahun.
3) Zakat Perusahaan
Pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan dikelola tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi dengan manajemen yang modern Menurut para ahli ekonomi sekarang yang dikutip oleh Diding Hafidhuddin, paling tidak jenis perusahaan dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, pertama perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Jika di kaitan dengan kewajiban zakat maka semua perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan maka yang harus dihasilkan adalah produk yang halal, dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama islam.
4) Zakat Saham dan Obligasi
Diantara hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk dikeluarkan zakatnya dalam harta modern ini adalah surat-surat berharga, diantaranya adalah saham sahm) dan obligasi (al-sanadah) saham dan obligasi adalah kertas yang berharga yang berlaku dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut “bursakertas-kertas berharga”. Dengan demikian saham dan obligasi adalah juga harta kekayaan dan setiap harta kekayaan ada hak orang lain didalamnya.
5) Zakat Madu dan Produk Ternak
Madu adalah cairan yang keluar dari perut lebah. Tidak diragukan lagi bahwa madu mengandung berbagai macam kandungan gizi maupun obat bagi manusia. Madu yang keluar dari perut lebah merupakan kekuasaan dari Allah SWT, yang salah satu fungsinya adalah salah satu obat bagi manusia.
Dalam perspektif perekonomian modern sekarang, mau di samping di produksikan secara alami dan individual, kini dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi komoditas perdagangan. Karena itu, sangatlah wajar apabila dilihat pula dari kajian sebagai objek zakat.
6) Zakat Asuransi Syariah
Islam memiliki sebuah sistem yang mampu memberikan jaminan atas kecelakaan atau musibah lainnya melalui sistem zakat. Bahkan sistem ini jauh lebih unggul dari asuransi konvensional karena sejak awal didirikan memang untuk
kepentingan sosial dan bantuan kemanusiaan. Dana yang diberikan kepada setiap orang yang tertimpa musibah ini bersumber dari orang-orang kaya yang membayarkan zakatnya sebagai salah satu rukun islam. Mekanisme asuransi konvensional yang dibuat adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi untuk memberikan kepada pesertanya sejumlah harta ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai konsenkuensi atau imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dari peserta. Jadi asuransi merupakan salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, dana yang diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransinya.
3. Muzakki dan Mustahiq
Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Sedangkan, mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. Adapun yang berhak menerima zakat yaitu ada delapan golongan diantaranya, fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharim, fissabilillah, dan ibnu sabil. Sesuai dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya disalurkan untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus zakat, mualaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang (gharim), fisabilillah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah SWT. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)
4. Tugas Amil Zakat
Secara ekonomi, zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial dan instrumen untuk mengentaskan kemiskinan, pemerataan pendapat dan mempersempit kesengajaan antar kelompok kaya dan miskin.
Dengan lembaga amil zakat kelompok lemah dan kekurangan tidak lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidupnya, karena substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka hidup di tengah
masyarakat yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan tradisi saling tolong. Sedangkan secara politis, zakat dapat mempengaruhi
kemampuan sebuah komunitas Negara dalam melangsungkan hidupnya. Dengan uraian diatas maka, zakat membentuk integritas sosial yang kokoh serta memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.
Tugas pokok amil zakat adalah:
a. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.
b. Mengesahkan rencana kerja dari bahan pelaksanaan dan komisi pengawas
c. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat.
d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksanaan dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.
e. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksanaan dan komisi pengawas.
f. Menunjuk akuntansi publik
Sedangkan sistem pengelolaan LAZ sendiri harus memiliki berbagai unsur dalam menciptakan pengelolaan yang baik seperti, memiliki sistem prosedur dan aturan yang jelas, manajemen terbuka, mempunyai rencana kerja, memiliki komite penyaluran, memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan, di audit, publikasi, dan perbaikan terus-menerus.
5. Cara Pengumpulan Zakat
a. Sosialisasi Pengumpulan Zakat
Sosialisasi secara etimologi upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dan dihayati oleh masyarakat.
Sosialisasi zakat berarti proses/usaha untuk menyebarluaskan ajaran zakat kepada masyarakat sehingga dapat dengan mudah diterima, dpiahami, dan diamalkan masyarakat.
Pada dasarnya setiap muslim meyakini bahwa zakat merupakan indikator keislaman seseorang, karena itu orang yang mengingkari zakat tidak dapat dikatakan seorang muslim.
Keyakinan ini biasanya sulit direalisasikan karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Kurangnya informasi mengenai tata cara pelaksanaan zakat merupakan salah satu faktor yang menghambat terealisasi ajaran zakat. Demikian juga informasi yang tidak sistematis dan sulit dipahami akan menyebabkan seseorang antisipasi terhadap ajaran zakat.
Maka dari itu sosialisasi pemerintah dan ulama terkait dengan organisasi pengelolaan zakat dalam kehidupan masyarakat mutlak diperlukan. Karena sosialisasi dalam konteks ajaran zakat penting dilakukan demi tegaknya hukum dan fungsi zakat sebagai institusi permanen yang tidak bisa dipisahkan dari shalat bagi umat islam.
Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam sosialisasi zakat diantaranya ceramah, pelatihan, sarasehan, door to door, dan partisipatoris. Metode-metode dapat di rinci sebagai berikut:
1) Ceramah
Ceramah yaitu metode penyampaian informasi atau pesan-pesan dengan menggunakan lisan kepada para pendengarnya, Untuk dapat menyampaikan materi atau informasi agar dapat diterima dengan muda maka ceramah harus memenuhi syarat antar lain:
1. Penceramah harus menguasai permasalahan yang disampaikan, selain itu harus memiliki daya Tarik tersendiri sehingga misi yang disampaikan mudah dicerna dan menarik.
2. Penceramah harus mempunyai pengetahuan yang luas berkaitan dengan masalah zakat dan pekerjaan objek sosialisasi.
3. Harus menguasai bahasa yang digunakan baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah yang pakai dalam kegiatan itu.
4. Memahami ilmu jiwa sosial, artinya penceramah dapat menyelami sifat, jiwa dan alam pikiran dan cara berpikir para pendengarnya.
2) Diskusi
Dalam kegiatan sosialisasi zakat maka penggunaan metode diskusi harus pula memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Sosialitator seharusnya mengetahui masalah-masalah yang terkait dengan zakat. Akan lebih baik jika sosialitator mampu mengupas masalah zakat dari segi sosial, ekonomi, pertanian dan sebagainya.
2. Setiap diskusi hendaknya muncul adanya ide-ide baru dan segar serta keputusan yang dapat direalisasikan.
3) Sarasehan
Sarasehan adalah suatu kegiatan di mana terdapat bicara atau berbincang-bincang secara non formal dan kekeluargaan serta dipimpin oleh seorang moderator yang dianggap paling menguasai masalah yang dibicarakan. Berkaitan dengan sosialisasi zakat, penyampaian informasi dengan cara demikian sangat menguntungkan, karena kegiatan sosialaisasi lebih terfokus pada kebutuhan muzakki.
4) Door to Door
Metode sosialisasi zakat seperti ini memungkinkan sosialitator dan lawan bicara lebih akrab dan dapat berbicara mendalam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Pelaksanaan Dalam Pendistribusian Dan Pendayagunaan Zakat Pembentukan organisasi pengelola zakat di Indonesia merupakan keniscayaan mengingat pentingnya sektor zakat bagi umat muslim sebagai pembersih harta dan jiwa sekaligus pemerataan atau pendistribusian harta dari orang kaya ke orang miskin. Dan bagaimana mendayagunakan zakat secara luas sehingga orang miskin mustahiq dapat berubah status menjadi muzakki (pembayar zakat) dengan berbagai program-program pemberdayaan ekonomi yang kreatif.
Lembaga-lembaga pengelolaan zakat dituntut untuk merancang program secara terencana dan terstruktur. Selain perancangan program yang baik, lembaga-lembaga pengelolaan zakat perlu melakukan skala prioritas program, agar pemanfaatan dana zakat dapat diberikan kepada 8 asnaf serta dana infaq/shadaqah untuk investasi sektor produktif untuk kepentingan pengembangan kelembagaan dan di kombinasikan dengan sektor konsumtif berjalan sesuai yang diinginkan oleh badan amil zakat.
7. Hukum Zakat
Zakat termasuk dari salah satu rukun islam. Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut berlaku bagi setiap umat muslim yang haliqh atau belum, berakal atau gila. Di mana mereka memiliki sejumlah harta yang sudah masuk batas nisabnya, maka wajib dikeluarkan harta dan jumlah tertentu untuk diberikan kepada mustahiq zakat.
Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi tiap-tiap muslim yang mempunyai harta benda menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh
hukum islam. Orang yang mengingkari wajibnya zakat dihukum kafir (Rifa’I, 1978:347).
C. Metode Pengumpulan Zakat