• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.2 Karakteristik Responden

4.1.2.3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden penelitian umumnya adalah laki-laki, namun juga dijumpai perempuan seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Komposisi Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

1. Laki-laki 86 86,00

2. Perempuan 14 14,00

Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer diolah, 2021

Pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa distribusi responden masyarakat wilayah penelitian berdasarkan kategori jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki sebanyak 86 responden (86%), sedangkan perempuan sebanyak

14 responden (14%). Adanya responden perempuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini melibatkan juga gender perempuan..

4.1.3. Potensi Pariwisata Bangunan Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

Hasil análisis deskriptif terhadap data tanggapan atau jawaban responden (100 responden) terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.11. Masing-masing variabel diukur rata-rata berdasarkan nilai pernyataan responden terhadap setiap pilihan jawaban ítem kuisioner.

Tabel 4.4. Rataan Tanggapan Responden atas Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

No Potensi Pariwisata Bangunan cagar budaya Rata-rata

1 Produk dan Daya Tarik Objek Wisata 2,55

2 Dukung SDM 2,54

3 Infrastruktur 2,52

4 Kualitas Lingkungan 2,52

Sumber : Data Primer Diolah (2021)

Interprestasi terhadap skor dari potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata ini adalah dengan melihat rata-rata dan selanjutnya nilai tersebut dikonsultasikan kepada Tabel 4.5 untuk menyatakan apakah potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai berada pada daerah yang sangat positif, positif, tengah-tengah, negatif atau sangat negatif.

Tabel 4.5. Dasar Interprestasi Skor Item Kuisioner dalam Potensi Pariwisata Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

No Nilai Skor Tem Kuisioner Interprestasi

1 0 < NS ≤ 1 Berada pada daerah sangat negatif

2 1 < NS ≤ 2 Berada pada daerah negatif

3 2 < NS ≤ 3 Berada pada daerah tengah-tengah

4 3 < NS ≤ 4 Berada pada daerah positif

5 4 < NS ≤ 5 Berada pada daerah sangat positif Sumber : Arikunto (2008)

Adapun dasar interprestasi terhadap skor ítem kuisioner dalam setiap variabel penelitian adalah berpedoman pada apa yang digambarkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa secara umum tanggapan atau jawaban responden terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai yang meliputi variabel produk dan daya tarik objek wisata, dukungan SDM, infrastruktur, dan kualitas lingkungan adalah berada pada daerah tengah-tengah.

Variabel produk dan daya tarik objek wisata memiliki rataan 2,55, variabel dukungan SDM memiliki rataan 2,54, variabel infrastruktur memiliki rataan 2,52, dan variabel kualitas lingkungan memiliki rataan 2,52, Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat kesepahaman pada sebagain besar responden terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara umum potensi pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai belum optimal dikelola oleh pemerintah.

4.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata Bangunan Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai 4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik

4.1.4.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui melalui 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Cara mudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Selain itu untuk melihat normalitas residual juga dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi normal yang mendekati distribusi normal.

Gambar 4.7. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.8. Histogram Pengembangan Pariwisata

Hasil tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.7. dapat disimpulkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukan data residual berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil grafik histogram pada Gambar 4.8. yang menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal yang dilihat dari gambar berbentuk lonceng yang hampir sempurna (simetris).

4.1.4.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Faktor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya

gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Pendidikan .880 1.136

informasi .707 1.414

layanan pengelola .705 1.418

fisik bangunan .791 1.265

akses menuju lokasi .694 1.441

a. Dependent Variable: pengembangan pariwisata

Hasil analisis dapat diketahui bahwa semua nilai toleransi semua variabel independen (pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi, hal ini disebabkan dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan tolerance.

4.1.4.1.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplots.

Gambar 4.9. Grafik scatterplots Pengembangan Pariwisata

Hasil grafik scatterplots pada Gambar 4.9. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji asumsi klasik.

4.1.4.2. Pengujian Hipotesis

4.1.4.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi yang dapat lihat dari nilai Adjusted R Square. Untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan

akses menuju lokasi dengan pengembangan pariwisata dapat dilihat melalui besarnya koefisien determinasi.

Tabel 4.7. Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .718a .515 .489 1.30712

a. Predictors: (Constant), akses menuju lokasi, Pendidikan, fisik bangunan, layanan pengelola, informasi

b. Dependent Variable: pengembangan pariwisata

Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,515, hal ini berarti 51,5 persen pengembangan pariwisata dapat dijelaskan oleh variabel (pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan pelaku usaha, dan akses menuju lokasi) di atas, sedangkan sisanya yaitu 48,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.1.4.2.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel. 4.8. Hasil Uji Simultan

a. Predictors: (Constant), akses menuju lokasi, Pendidikan, fisik bangunan, layanan pengelola, informasi

b. Dependent Variable: pengembangan pariwisata

Uji statistik secara simultan dapat dilihat dari tingkat probabilitas 0,000.

yang < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen

(pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi) secara simultan signifikan dalam menjelaskan pengembangan pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

4.1.4.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df = (n-k), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik-t

Pada Tabel 4.9. hasil uji statistik t diperoleh, sebagai berikut :

1. Variabel pendiidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Variabel informasi yang dilakukan pelaku usaha berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Variabel layanan pengelola berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.

4. Variabel fisik bangunan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.

5. Variabel akses menuju lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.

Berdasarkan Tabel 4.9. dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = -0,916+ 0,327 X1 + 0,330 X2 + 0,300 X3 + 0,352 X4 + 1,302 X5 Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :

1. Nilai konstanta sebesar -0,916 yang berarti jika tidak ada nilai variabel independen, dalam hal ini pendiidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi sama dengan 0 (nol) maka nilai pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai akan sebesar -0,916.

2. Variabel pendiidikan (X1) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,327 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel pendiidikan akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,327 satuan skor.

3. Variabel informasi (X2) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,330 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel informasi akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,330 satuan skor.

4. Variabel layanan pengelola (X3) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,300 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel layanan pengelola akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,300 satuan skor.

5. Variabel fisik bangunan (X4) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,352 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel fisik bangunan akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,352 satuan skor.

6. Variabel akses menuju lokasi (X5) memiliki nilai koefisien beta sebesar 1,302 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel akses menuju lokasi akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,302 satuan skor.

4.1.5. Strategi Pengembangan Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

Faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10. Data SWOT Pengembangan Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

1. Potensi wisata bangunan cagar budaya 2. Potensi seni budaya

3.Kondisi jalan

4.Keinginan masyarakat untuk berkembang

1. Fasilitas dan sarana prasarana 2. Sarana transportasi dan jarak

pencapaian

3. Kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian

4. SDM rendah kualitasnya Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats ) 1. Sektor Pariwisata yang semakin

berkembang dan semakin diminati.

2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.

3. Teknologi yang semakin berkembang 4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari

wisatawan ke orang lain

1. Persaingan pariwisata antar objek wisata

2. Terjadinya bencana/gangguan alam

3. Perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata

4. Kurangnya dukungan Pemerintah dalam promosi maupun sarana-prasarana

Sumber : Penelitian 2021, data diolah

Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.10 dilakukan pembobotan, rating dan skor dari masing-masing faktor internal pengembangan wilayah potensi pariwisata bangunan cagar budaya yang dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Analisis Faktor Internal Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya

Faktor Internal Strategis Bobot Rating Skor

Kekuatan

1. Potensi wisata bangunan cagar budaya 2.Potensi seni budaya

3.Kondisi jalan

4.Keinginan masyarakat untuk berkembang Kelemahan

1. Fasilitas dan sarana prasarana

2. Sarana transportasi dan jarak pencapaian 3.Kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian

Sumber : Penelitian 2021, data diolah

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa faktor internal yang dominan adalah : potensi wisata bangunan cagar budaya, potensi seni budaya, kondisi jalan, keramahan masyarakat sekitar, fasilitas dan sarana prasarana, sarana transportasi dan jarak pencapaian, kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian, dan SDM rendah kualitasnya

Pembobotan, rating dan skor dari masing-masing faktor ekternal pengembangan wilayah potensi Pariwisata bangunan cagar budaya Kabupaten Serdang Bedagai yang dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Analisis Faktor Eksternal Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya

Faktor Eksternal Strategis Bobot Rating Skor

Peluang

1. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati.

2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.

3. Teknologi yang semakin berkembang 4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain

Ancaman

1. Persaingan pariwisata antar objek wisata 2. Terjadinya bencana/gangguan alam 3. Perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata

Sumber : Penelitian 2021, data diolah

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa faktor eksternal yang dominan adalah : sektor pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati, menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran, teknologi yang semakin berkembang, jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain, persaingan pariwisata antar objek wisata, terjadinya bencana/gangguan alam, perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata, dan kurangnya dukungan Pemerintah dalam promosi maupun sarana-prasarana

Setelah keempat komponen (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dapat diketahui, selanjutnya dengan menggunakan matrik SWOT diusahakan untuk memperoleh alternatif strategi yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan memanfaatkan peluang (opportunities) secara bersamaan harus dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

mengantisipasi ancaman (threats). Secara lengkap matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Data SWOT Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya Kabupaten Serdang Bedagai

Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO

1. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati.

2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.

3. Teknologi yang semakin berkembang

4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain

Ancaman (Threats ) Strategi ST Strategi WT

1. Persaingan pariwisata antar

Sumber : Penelitian 2021, data diolah

Dari matrik SWOT di atas dapat dirumuskan 12 alternatif strategi yang merupakan solusi terpilih yang meliputi : 2 alternatif untuk Strategi-SO, 4

alternatif untuk Strategi-WO, 2 alternatif untuk strategi-ST dan 4 alternatif untuk Strategi-WT, yaitu :

1. Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahan alam.

2. Mengembangkan obyek dan daya tarik wisata (yang meliputi wisata seni dan budaya) dengan meningkatkan fasilitas informasi serta atraksi wisata

3. Menambah atraksi wisata

4. Meningkatkan promosi menggunakan teknologi.

5. Meningkatkan sarana prasarana dan fasilitas objek wisata.

6. Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan training.

7. Mengembangkan jalinan kerjasama antara masyarakat lokal, pemerintah, dan swasta dalam hal pengembangan sarana dan usaha yang bersifat kepariwisataan di lokasi obyek wisata bangunan cagar budaya.

8. Menjaga nama baik dari opini positif wisatawan.

9. Meningkatkan kualitas keunggulan objek wisata untuk mengatasi persaingan pariwisata.

10. Menawarkan alat transportasi umum yang langsung ke objek wisata.

11. Memperluas promosi dan pemasaran obyek wisata bangunan cagar budaya dari berbagai segmen pasar lokal, regional, nasional maupun internasional 12. Mengembangkan seni dan budaya daerah tersebut sebagai bentuk pelestarian

pesona wisata dan kekayaan nilai-nilai adat dan budaya daerah

4.2. Pembahasan

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga melibatkan masyarakat secara penuh dalam proses tersebut. Masyarakat dipandang sebagai aktor utama dalam

pengembangan pariwisata, pemerintah mendukung hal tersebut dengan berbagai regulasi yang mengatur dan melindungi kepentingan dari masyarakat. Pemusatan pada masyarakat tersebut menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan menerapkan strategi praktik bersama komunitas (community practice).

Glen (1993) menyebutkan bahwa pencapaian tujuan bersama harus dilakukan secara terintegrasi melibatkan semua komponen di dalam masyarakat termasuk pemerintah dan kelembagaan terkait, yang disebut sebagai praktik bersama komunitas (community practice). Salah satu bentuk community practice adalah community development (pengembangan masyarakat). Pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai usaha yang terencana untuk membangun aset yang meningkatkan kapasitas penghuni untuk memperbaiki kualitas hidup mereka (Green and Haines, 2002 dalam Resnawaty, 2014). Kretzmann and McKnight (1993 dalam Resnawaty, 2014) mengemukakan bahwa aset sebagai bakat, keterampilan, dan kapasitas dari individual, asosiasi, dan institusi dalam suatu komunitas. Lima tipe aset yaitu fisik, manusia, sosial, finansial, dan lingkungan.

Namun lebih lanjut dari pengembangan usaha ekonomi, pengembangan masyarakat juga berbicara mengenai bagaimana perubahan masyarakat menjadi masyarakat yang memiliki kapasitas untuk menghadapi berbagai perubahan atas perkembangan industri wisata di daerahnya.

Pengembangan masyarakat pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu pengembangan tempat (place) dan pengembangan orang (people).

Pengembangan masyarakat yang berfokus pada people akan berupaya untuk meningkatkan kapasitas setiap individu yang ada di wilayah miskin. Namun,

setelah kapasitas individu meningkat, apakah ada jaminan akan lapangan pekerjaan di wilayah miskin tersebut. Akibatnya individu yang sukses (dengan kemampuan yang meningkat) akan berpotensi meninggalkan wilayah miskin tersebut untuk mencari lapangan kerja yang lebih menjanjikan di wilayah yang baru. Sedangkan, pengembangan masyarakat yang memfokuskan kepada place, memungkinkan komunitas untuk dapat menawarkan investasi baru di wilayah mereka.

Upaya yang dilakukan dalam pengembangan pariwisata adalah meletakkan landasan yang kukuh bagi pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai sehingga mendukung citra Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah tujuan wisata yang berbudaya tinggi dalam peta kepariwisataan dunia melalui pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan jumlah wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Serdang Bedagai dan meningkatkan minat investor untuk membangun objek-objek wisata di Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegiatan yang telah dikembangkan untuk tujuan pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan studi analisis pasar pariwisata

2. Merumuskan strategi pemasaran pariwisata dengan penekanan pada keterpaduan antara produk dan pemasaran pariwisata, termasuk pengembangan sistem informasi jaringan pariwisata antar daerah dalam

rangka mendukung penguatan dan pengembangan promosi pariwisata terpadu ke pasar global.

3. Melaksanakan even-even dan hiburan pada lokasi wisata potensial secara terjadwal yang tertuang dalam kalender kegiatan wisata dengan kualitas yang semakin meningkat

4. Pemasaran paket-paket pariwisata melalui travel biro

5. Memberikan pembinaan bagi wartawan untuk menulis laporan dan artikel kepariwisataan di media massa

6. Meningkatkan distribusi pelayanan informasi antara lain dengan penerbitan dan penyebaran brosur dan leaflet tentang kepariwisataan Kabupaten Serdang Bedagai

7. Mengembangkan kerjasama luar negeri antara lain mengundang tour operator mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Serdang Bedagai

Selain itu perlu juga ditingkatkan program pengembangan dan perluasan diversifikasi produk dan kualitas pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan kebudayaan lokal serta sumber daya alam (panorama) dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat. Untuk mewujudkan tujuan ini, pemerintah telah melakukan beberapa pembenahan sebagai berikut :

1. Rehabilitasi tempat duduk (selter), rumah ibadah dan fasilitas telekomunikasi pada kawasan wisata.

2. Pelabelan produk rumah makan/restoran halal untuk konsumsi wisatawan.

3. Penataan lingkungan dan fasilitas objek wisata.

4. Peningkatan kemampuan lembaga pelayanan publik melalui peningkatan kualitas SDM kepariwisataan dan penyediaan peraturan terkait yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata dan penyediaan kerjasama antar provinsi dan antar kabupaten/kota dalam pengembangan pariwisata.

5. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang memperlancar aksesibilitas wisatawan ke lokasi objek wisata.

6. Peningkatan masyarakat sadar wisata melalui perilaku dan budaya terutama pada lokasi objek wisata.

7. Meningkatkan kesadaran tugas dan tanggung jawab seluruh stake holders melalui inisiatif forum lintas pelaku pariwisata.

8. Meningkatkan sinergi pengembangan produk kepariwisataan lintas kota/kabupaten.

63

5.1. Kesimpulan

1. Potensi pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai dengan indikator meliputi produk dan daya tarik wisata, dukungan SDM, infrastruktur dan kualitas berada pada daerah tengah-tengah.

2. Faktor pendidikan, informasi, layaan pengelola, fisik bangunan, akses menuju lokasi berpengarih positif terhadap pengembangan pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai, namun hanya akses menuju lokasi yang berpengaruh signifikan terhadap pengembangan pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

3. Strategi pengembangan pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 1) Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahan alam, 2) Mengembangkan obyek dan daya tarik wisata (yang meliputi wisata seni dan budaya) dengan meningkatkan fasilitas informasi serta atraksi wisata, 3) Menambah atraksi wisata, 4) Meningkatkan promosi menggunakan teknologi, 5) Meningkatkan sarana prasarana dan fasilitas objek wisata, 6) Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan training, 7) Mengembangkan jalinan kerjasama antara masyarakat lokal, pemerintah, dan swasta dalam hal pengembangan sarana dan usaha yang bersifat kepariwisataan di lokasi obyek wisata bangunan cagar budaya, 8) Menjaga nama baik dari opini positif wisatawan, 9) Meningkatkan kualitas keunggulan objek wisata untuk mengatasi persaingan pariwisata, 10) Menawarkan alat transportasi umum yang langsung ke objek wisata, 11)

Memperluas promosi dan pemasaran obyek wisata bangunan cagar budaya dari berbagai segmen pasar lokal, regional, nasional maupun internasional, dan 12) Mengembangkan seni dan budaya daerah tersebut sebagai bentuk pelestarian pesona wisata dan kekayaan nilai-nilai adat dan budaya daerah

5.2. Saran

1. Mengembangkan obyek wisata bangunan cagar budaya haruslah melibatkan berbagai pihak yang saling terkait satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan, yaitu masyarakat sekitar, pihak pemerintah serta pihak swasta.

2. Dalam mengembangkan pariwisata bangunan cagar budaya harus lebih memprioritaskan penambahan dan peningkatan fasilitas, sarana prasarana yang ada di kawasan obyek wisata bangunan cagar budaya.

2. Dalam mengembangkan pariwisata bangunan cagar budaya harus lebih memprioritaskan penambahan dan peningkatan fasilitas, sarana prasarana yang ada di kawasan obyek wisata bangunan cagar budaya.