BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.6. Analisis Data
3.6.2. Pengujian Hipotesis
3.6.2.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak. Uji t dapat juga dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila t hitung > t tabel (α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, apabila t hitung < t tabel (α 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
36
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3°01’57’’ Lintang Utara - 3°40’48’’ Lintang Utara dan 98° 45’ 00’’ Bujur Timur- 99°18’36” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 - 500 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah mencapai 1.900,22 Km2 atau 2,65% dari luas Provinsi Sumatera Utara dengan 17 kecamatan dan 243 Desa/Kel dengan ibukota kabupaten Sei Rampah.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki garis pantai sepanjang 92 km dan 1 pulau yaitu pulau berhala sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan sellat malaka, dari 17 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai ada 5 (lima) kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Bandar Khalifah.
Selain hasil laut dan perikanan lainnya 5 (lima) kecamatan ini memiliki potensi pariwisata yang belum dikembangkan secara maksimal.
Wilayah administrasi Kabupaten Serdang Bedagai berbatas dengan : Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kabupaten Batubara dan Kabupaten Simalungun
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai
4.1.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan
Kecamatan Perbaungan terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 111,620 km2 terdiri dari 24 Desa dan 4 Kelurahan, dimana desa Adolina merupakan desa yang memiliki wilayah terluas diantara desa – desa lainnya dan desa yang paling jauh dari kantor Camat Perbaungan adalah Desa Sei Naga Lawan yang terletak di ujung Timur wilayah batas kecamatan. Kecamatan Perbaungan dari permukaan laut + 0 - 65 meter.
Batas-batas administrasi Kecamatan Perbaungan adalah : Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin
Sebelah Selatan : Kecamatan Pegajahan Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu
Sebelah Barat : Kecamatan Pagar Merbau Kab. Deli Serdang
Gambar 4.2. Peta Administrasi Kecamatan Perbaungan
4.1.1.2. Gambaran Umum Kecamatan Pantai Cermin
Kecamatan Pantai Cermin terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 6 meter diatas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Dengan luasnya sebesar 80,296 Km2 atau 8.029,6 Ha yang terdiri dari 12 Desa dan 77 dusun dengan Ibukota Kecamatan terletak di Desa Pantai Cermin Kanan
Batas-batas administrasi Kecamatan Pantai Cermin adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Beringin/ Kecamatan Pantai Labu
Gambar 4.3. Peta Administrasi Kecamatan Pantai Cermin
4.1.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin secara geografis terletak pada 2º26º - 2º33º Lintang Utara dan 99º9º - 99º15º Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Tanjung Beringin adalah 74,170 km2, sebagian besar merupakan dataran rendah. Desa Pekan Tanjung Beringin dengan luas 3,3 km2 atau sekitar 4,4 persen dari total luas wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dan merupakan Ibu Kota Kecamatan Tanjung Beringin. Batas-batas Kecamatan Tanjung Beringin :
Sebelah utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Rampah Sebelah Barat : Kecamatan Teluk Mengkudu
Sebelah Timur : Selat Malaka dan Kecamatan Bandar Khalifah
Gambar 4.4. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin
4.1.1.4. Gambaran Umum Kecamatan Sei Rampah
Sei Rampah merupakan kecamatan dengan ketinggian anatara 7 sampai 16 meter di atas dari permukaan laut, terletak di posisi 3⁰63’ - 3⁰76’ Lintang Utara dan 9⁰850’ - 9⁰861’ Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Sei Rampah adalah berupa daratan seluas 198, 90 km2 . Secara administratif wilayah Kecamatan Sei Rampah memiliki batas – batas sebagai berikut :
- Utara : Kecamatan Teluk Mengkudu - Selatan : Kecamatan Sei Bamban - Timur : Kecamatan Tanjung Beringin
- Barat : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan
Gambar 4.5. Peta Administrasi Kecamatan Sei Rampah
4.1.1.5. Gambaran Umum Kecamatan Pegajahan
Kecamatan Pegajahan terletak pada garis 3⁰63’ - 3⁰76’ Lintang Utara dan 9⁰850’- 9⁰861’ Bujur Timur dengan ketinggian 13-29 m di atas permukaan laut.
Kecamatan Pegajahan menempati area seluas 93,12 Km2 yang terdiri dari 12 Desa dan 1 kelurahan. Desa Melati Kebun merupakan Desa yang terluas, dengan luasnya sebesar 19,76 Km2 atau sekitar 21,22 persen dari total luas Pegajahan.
Sedangkan luas daerah terkecil adalah Desa Petuara Hulu dengan luas 0,25 Km2 atau sekitar 0,27 persen dari total luas wilayah Pegajahan. Wilayah Kecamatan Pegajahan :
di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan
di sebelah Selatan dengan Kecamatan Serbajadi
di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serbajadi dan Perbaungan
di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
Gambar 4.6. Peta Administrasi Kecamatan Pegajahan
4.1.2. Karakteristik Responden
Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat di wilayah di Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Pegajahan, Kecamatan Sei Rampah di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki latar belakang sosial ekonomi, umur dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
4.1.2.1. Umur
Responden penelitian umurnya sekitar 30 tahun sampai dengan 60 tahun seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Komposisi Umur Responden
No. Umur Jumlah (orang) Persentase
1. 30-40 35 35,00
2. 41-50 46 46,00
3. 51-60 19 19,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2021
Pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa distribusi umur responden masyarakat di wilayah penelitian yang paling besar terdapat pada umur antara 41-45 tahun sebanyak 46 responden (46%), yang diikuti dengan umur antara 30-40 tahun sebanyak 35 responden (35%), dan umur antara 51-60 tahun sebanyak 19 responden (19%). Beragamnya umur responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan umur.
4.1.2.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden penelitian umumnya adalah pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas seperti terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Komposisi Tingkat Pendidikan Responden
No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
1. SD 11 11,00
2. SMP 30 30,00
3. SMA 47 47,00
4 D1/D3/S1 12 12,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2021
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa distribusi responden masyarakat berdasarkan kategori tingkat pendidikan adalah sangat beragam mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga D1/D3/S1. Pendidikan responden yang paling dominan adalah pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 47 responden (47%), diikuti dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 30 responden (30%), pendidikan D1/D3/S1 sebanyak 12 responden (15%), dan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 responden (11%).
Beragamnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan pendidikan.
4.1.2.3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden penelitian umumnya adalah laki-laki, namun juga dijumpai perempuan seperti terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase
1. Laki-laki 86 86,00
2. Perempuan 14 14,00
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer diolah, 2021
Pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa distribusi responden masyarakat wilayah penelitian berdasarkan kategori jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki sebanyak 86 responden (86%), sedangkan perempuan sebanyak
14 responden (14%). Adanya responden perempuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini melibatkan juga gender perempuan..
4.1.3. Potensi Pariwisata Bangunan Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
Hasil análisis deskriptif terhadap data tanggapan atau jawaban responden (100 responden) terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.11. Masing-masing variabel diukur rata-rata berdasarkan nilai pernyataan responden terhadap setiap pilihan jawaban ítem kuisioner.
Tabel 4.4. Rataan Tanggapan Responden atas Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
No Potensi Pariwisata Bangunan cagar budaya Rata-rata
1 Produk dan Daya Tarik Objek Wisata 2,55
2 Dukung SDM 2,54
3 Infrastruktur 2,52
4 Kualitas Lingkungan 2,52
Sumber : Data Primer Diolah (2021)
Interprestasi terhadap skor dari potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata ini adalah dengan melihat rata-rata dan selanjutnya nilai tersebut dikonsultasikan kepada Tabel 4.5 untuk menyatakan apakah potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai berada pada daerah yang sangat positif, positif, tengah-tengah, negatif atau sangat negatif.
Tabel 4.5. Dasar Interprestasi Skor Item Kuisioner dalam Potensi Pariwisata Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
No Nilai Skor Tem Kuisioner Interprestasi
1 0 < NS ≤ 1 Berada pada daerah sangat negatif
2 1 < NS ≤ 2 Berada pada daerah negatif
3 2 < NS ≤ 3 Berada pada daerah tengah-tengah
4 3 < NS ≤ 4 Berada pada daerah positif
5 4 < NS ≤ 5 Berada pada daerah sangat positif Sumber : Arikunto (2008)
Adapun dasar interprestasi terhadap skor ítem kuisioner dalam setiap variabel penelitian adalah berpedoman pada apa yang digambarkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa secara umum tanggapan atau jawaban responden terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai yang meliputi variabel produk dan daya tarik objek wisata, dukungan SDM, infrastruktur, dan kualitas lingkungan adalah berada pada daerah tengah-tengah.
Variabel produk dan daya tarik objek wisata memiliki rataan 2,55, variabel dukungan SDM memiliki rataan 2,54, variabel infrastruktur memiliki rataan 2,52, dan variabel kualitas lingkungan memiliki rataan 2,52, Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat kesepahaman pada sebagain besar responden terhadap potensi pariwisata bangunan cagar budaya dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara umum potensi pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai belum optimal dikelola oleh pemerintah.
4.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata Bangunan Bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai 4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik
4.1.4.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui melalui 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Cara mudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Selain itu untuk melihat normalitas residual juga dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi normal yang mendekati distribusi normal.
Gambar 4.7. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 4.8. Histogram Pengembangan Pariwisata
Hasil tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.7. dapat disimpulkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukan data residual berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil grafik histogram pada Gambar 4.8. yang menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal yang dilihat dari gambar berbentuk lonceng yang hampir sempurna (simetris).
4.1.4.1.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Faktor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya
gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.
Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Pendidikan .880 1.136
informasi .707 1.414
layanan pengelola .705 1.418
fisik bangunan .791 1.265
akses menuju lokasi .694 1.441
a. Dependent Variable: pengembangan pariwisata
Hasil analisis dapat diketahui bahwa semua nilai toleransi semua variabel independen (pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi, hal ini disebabkan dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan tolerance.
4.1.4.1.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplots.
Gambar 4.9. Grafik scatterplots Pengembangan Pariwisata
Hasil grafik scatterplots pada Gambar 4.9. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji asumsi klasik.
4.1.4.2. Pengujian Hipotesis
4.1.4.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi yang dapat lihat dari nilai Adjusted R Square. Untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan
akses menuju lokasi dengan pengembangan pariwisata dapat dilihat melalui besarnya koefisien determinasi.
Tabel 4.7. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .718a .515 .489 1.30712
a. Predictors: (Constant), akses menuju lokasi, Pendidikan, fisik bangunan, layanan pengelola, informasi
b. Dependent Variable: pengembangan pariwisata
Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,515, hal ini berarti 51,5 persen pengembangan pariwisata dapat dijelaskan oleh variabel (pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan pelaku usaha, dan akses menuju lokasi) di atas, sedangkan sisanya yaitu 48,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.1.4.2.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel. 4.8. Hasil Uji Simultan
a. Predictors: (Constant), akses menuju lokasi, Pendidikan, fisik bangunan, layanan pengelola, informasi
b. Dependent Variable: pengembangan pariwisata
Uji statistik secara simultan dapat dilihat dari tingkat probabilitas 0,000.
yang < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen
(pendidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi) secara simultan signifikan dalam menjelaskan pengembangan pariwisata bangunan cagar budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
4.1.4.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df = (n-k), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik-t
Pada Tabel 4.9. hasil uji statistik t diperoleh, sebagai berikut :
1. Variabel pendiidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Variabel informasi yang dilakukan pelaku usaha berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Variabel layanan pengelola berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.
4. Variabel fisik bangunan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.
5. Variabel akses menuju lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan Tabel 4.9. dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = -0,916+ 0,327 X1 + 0,330 X2 + 0,300 X3 + 0,352 X4 + 1,302 X5 Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :
1. Nilai konstanta sebesar -0,916 yang berarti jika tidak ada nilai variabel independen, dalam hal ini pendiidikan, informasi, layanan pengelola, fisik bangunan, dan akses menuju lokasi sama dengan 0 (nol) maka nilai pengembangan pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai akan sebesar -0,916.
2. Variabel pendiidikan (X1) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,327 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel pendiidikan akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,327 satuan skor.
3. Variabel informasi (X2) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,330 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel informasi akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,330 satuan skor.
4. Variabel layanan pengelola (X3) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,300 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel layanan pengelola akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,300 satuan skor.
5. Variabel fisik bangunan (X4) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,352 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel fisik bangunan akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,352 satuan skor.
6. Variabel akses menuju lokasi (X5) memiliki nilai koefisien beta sebesar 1,302 dan bertanda positif. Ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu satuan skor variabel akses menuju lokasi akan menambah nilai skor pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,302 satuan skor.
4.1.5. Strategi Pengembangan Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
Faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10. Data SWOT Pengembangan Pariwisata Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Potensi wisata bangunan cagar budaya 2. Potensi seni budaya
3.Kondisi jalan
4.Keinginan masyarakat untuk berkembang
1. Fasilitas dan sarana prasarana 2. Sarana transportasi dan jarak
pencapaian
3. Kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian
4. SDM rendah kualitasnya Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats ) 1. Sektor Pariwisata yang semakin
berkembang dan semakin diminati.
2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.
3. Teknologi yang semakin berkembang 4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari
wisatawan ke orang lain
1. Persaingan pariwisata antar objek wisata
2. Terjadinya bencana/gangguan alam
3. Perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata
4. Kurangnya dukungan Pemerintah dalam promosi maupun sarana-prasarana
Sumber : Penelitian 2021, data diolah
Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.10 dilakukan pembobotan, rating dan skor dari masing-masing faktor internal pengembangan wilayah potensi pariwisata bangunan cagar budaya yang dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Analisis Faktor Internal Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya
Faktor Internal Strategis Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Potensi wisata bangunan cagar budaya 2.Potensi seni budaya
3.Kondisi jalan
4.Keinginan masyarakat untuk berkembang Kelemahan
1. Fasilitas dan sarana prasarana
2. Sarana transportasi dan jarak pencapaian 3.Kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian
Sumber : Penelitian 2021, data diolah
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa faktor internal yang dominan adalah : potensi wisata bangunan cagar budaya, potensi seni budaya, kondisi jalan, keramahan masyarakat sekitar, fasilitas dan sarana prasarana, sarana transportasi dan jarak pencapaian, kurangnya atraksi wisata seperti pergelaran kesenian, dan SDM rendah kualitasnya
Pembobotan, rating dan skor dari masing-masing faktor ekternal pengembangan wilayah potensi Pariwisata bangunan cagar budaya Kabupaten Serdang Bedagai yang dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Analisis Faktor Eksternal Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya
Faktor Eksternal Strategis Bobot Rating Skor
Peluang
1. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati.
2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.
3. Teknologi yang semakin berkembang 4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain
Ancaman
1. Persaingan pariwisata antar objek wisata 2. Terjadinya bencana/gangguan alam 3. Perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata
Sumber : Penelitian 2021, data diolah
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa faktor eksternal yang dominan adalah : sektor pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati, menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran, teknologi yang semakin berkembang, jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain, persaingan pariwisata antar objek wisata, terjadinya bencana/gangguan alam, perilaku negatif wisatawan terhadap obyek wisata, dan kurangnya dukungan Pemerintah dalam promosi maupun sarana-prasarana
Setelah keempat komponen (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dapat diketahui, selanjutnya dengan menggunakan matrik SWOT diusahakan untuk memperoleh alternatif strategi yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan memanfaatkan peluang (opportunities) secara bersamaan harus dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
mengantisipasi ancaman (threats). Secara lengkap matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Data SWOT Potensi Pariwisata Bangunan Cagar Budaya Kabupaten Serdang Bedagai
Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO
1. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang dan semakin diminati.
2. Menyerap tenaga kerja di daerah sekitar objek wisata yang dapat mengurangi pengangguran.
3. Teknologi yang semakin berkembang
4. Jumlah wisatawan dan opini positif dari wisatawan ke orang lain
Ancaman (Threats ) Strategi ST Strategi WT
1. Persaingan pariwisata antar
Sumber : Penelitian 2021, data diolah
Dari matrik SWOT di atas dapat dirumuskan 12 alternatif strategi yang merupakan solusi terpilih yang meliputi : 2 alternatif untuk Strategi-SO, 4
alternatif untuk Strategi-WO, 2 alternatif untuk strategi-ST dan 4 alternatif untuk Strategi-WT, yaitu :
1. Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahan alam.
2. Mengembangkan obyek dan daya tarik wisata (yang meliputi wisata seni dan budaya) dengan meningkatkan fasilitas informasi serta atraksi wisata
3. Menambah atraksi wisata
4. Meningkatkan promosi menggunakan teknologi.
5. Meningkatkan sarana prasarana dan fasilitas objek wisata.
6. Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan training.
7. Mengembangkan jalinan kerjasama antara masyarakat lokal, pemerintah, dan swasta dalam hal pengembangan sarana dan usaha yang bersifat kepariwisataan di lokasi obyek wisata bangunan cagar budaya.
8. Menjaga nama baik dari opini positif wisatawan.
9. Meningkatkan kualitas keunggulan objek wisata untuk mengatasi persaingan pariwisata.
10. Menawarkan alat transportasi umum yang langsung ke objek wisata.
11. Memperluas promosi dan pemasaran obyek wisata bangunan cagar budaya dari berbagai segmen pasar lokal, regional, nasional maupun internasional 12. Mengembangkan seni dan budaya daerah tersebut sebagai bentuk pelestarian
pesona wisata dan kekayaan nilai-nilai adat dan budaya daerah
4.2. Pembahasan
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai tidak hanya
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai tidak hanya