• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis SBN

Dalam dokumen Mewaspadai Risiko yang Meningkat (Halaman 38-43)

KONDISI SBN TAHUN 2020 DAN PRAKIRAAN TAHUN 2021

3.2 Jenis SBN

Surat Berharga Negara (SBN) saat ini dapat dikelompokkan atas berbagai kriteria atau ciri dari masing-masing seri surat utang. Pengelompokan pertama berdasar dapat atau tidaknya diperjual belikan atau berpindah kepemilikan. Ada SBN yang bisa diperjualbelikan (tradables) dan ada yang tidak bisa diperjualbelikan (non tradables).

Posisi SBN pada akhir tahun 2019 adalah sebesar Rp4.014,8 triliun. Jenis SBN yang dapat diperdagangkan sebesar Rp3.805,48 triliun atau 94,79%. Sedangkan jenis SBN yang tidak bisa diperdagangkan sebesar Rp209,33 triliun atau 5,21% dari total SBN.

Posisi SBN pada tanggal 28 Desember 2020 adalah sebesar Rp5.234,10 triliun. Jenis SBN yang dapat diperdagangkan sebesar Rp5.068,74 triliun atau 96,84%. Sedangkan jenis SBN yang tidak bisa diperdagangkan sebesar Rp165,36 triliun atau 3,16% dari total SBN.

Grafik 9. SBN yang Diperdagangkan dan Tidak Diperdagangkan

Pengelompokan kedua terkait adanya jenis SBN yang dikelola dengan memakai prinsip syariah sejak tahun 2008, yang disebut Surat Berharga Negara Syariah (SBNS). SBNS dikenal pula sebagai sukuk. Meski dalam analisis umum diperlakukan serupa surat utang, sebenarnya sukuk merupakan cerminan kepemilikan aset berwujud yang disewakan atau akan disewakan.

Dalam penerbitan sukuk, terdapat akad (perjanjian atau kesepakatan) yang tidak ada pada obligasi konvesional umumnya.

Perkembangan SBNS terbilang pesat, dan porsinya menjadi meningkat dari total posisi SBN. Hal itu antara lain disebabkan perkembangan dana haji, perbankan Syariah, dan Lembaga keuangan Syariah lainnya. Ditambah dengan ketertarikan masyarakat serta berbagai pihak untuk memilikinya. Pemerintah sendiri tampaknya lebih pada pertimbangan kondisi pasar atau daya serap atas SBN yang akan diterbitkan, serta pertimbangan biayanya.

Hanya sekitar 11 tahun, posisinya telah mencapai Rp740,62 triliun atau 18,44% dari total SBN pada akhir 2019. Pada akhir Desember 2020, posisinya meningkat menjadi Rp972,9 triliun atau sekitar 18,59% dari total SBN.

Grafik 10. SBN dan SBNS

Pengelompokkan ketiga berdasar jenis mata uang dari seri SBN yang diterbitkan. Ada yang berdenominasi rupiah dan ada yang valuta asing (valas). Posisi SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp2.961,29 triliun atau 74% dari total SBN pada akhir tahun 2019. Sedangkan SBN dalam valuta asing Rp1.053,52 triliun atau sebesar 26%.

Nilai posisi SBN Valas tampak meningkat dilihat nilainya dalam rupiah, menjadi sebesar Rp1201,48 triliun pada akhir Desember 2020. Oleh karena laju tambahan SBN Rupiah jauh lebih pesat, maka porsi SBN valas menjadi berkurang, yakni 22,95%.

Grafik 11. SBN Rupiah dan SBN Valuta Asing

SBN berdenominasi valas hingga saat ini baru dalam mata uang dolar Amerika, Euro dan Yen Jepang. Porsi dolar Amerika masih mendominasi, porsinya masih stabil di kisaran 80%.

Porsinya pada akhir tahun 2020 sebesar 78,86% dari total SBN valas.

Pengelompokkan keempat berdasar kepemilikan atau siapa yang memegang SBN, yang secara teknis berstatus sebagai kreditur Pemerintah. Antara lain dibedakan antara yang penduduk (residen) dan nonresiden (asing).

Dalam hal SBN yang dimiliki oleh nonresiden, Bank Indonesia mencatatnya sebagai utang luar negeri. Terlepas dari denominasinya, valuta asing ataupun rupiah.

Ada pula pengelompokkan lebih rinci dari kepemilikan, yang dipublikasi secara rutin oleh Kementerian Keuangan. Namun, publikasi rutin hanya dalam hal kepemilikan SBN berdominasi rupiah, yang disebut juga sebagai SBN domestik.

Pengelompokkan kepemilikan SBN domestik ini membedakan antara yang dimiliki Bank, Institusi Negara, NonBank, dan Asing. Dalam pengertian bank termasuk yang dipegang oleh Bank Indonesia untuk operasi moneter. Dalam institusi negara, terutama oleh Bank Indonesia yang bukan keperluan operasi moneter. Sedangkan bank asing masuk kategori kepemilikan nonresiden (asing). Adapun yang nonbank dari pelaku dalam negeri, antara lain: Reksadana, Asuransi, Dana Pensiun, Sekuritas, dan Individu.

Posisi SBN Domestik (berdenominasi rupiah) yang Diperdagangkan pada 28 Desember 2020 sebesar Rp 3.870,76 triliun. Porsi kepemilikannya tersebar pada berbagai pihak. Diantaranya adalah: Bank sebesar Rp 1.375,57 triliun (35,54%), Institusi Negara sebesar Rp 454,36 triliun (11,74%), dan NonBank sebesar Rp2.040,83 triliun (52,72%).

Dalam kategori NonBank terdiri dari beberapa kelompok pihak pemilik SBN. Porsinya

masing-masing atas total SBN domestik adalah sebagai berikut: Reksadana (4,17%), Asuransi dan Dana Pensiun (14,02%), Non Residen atau asing (25,16%), Individu (3,39%), serta Lain-lain (5,98 %)

Dalam kategori bank terdapat sebagian kepemilikan Bank Indonesia. Kepemilikannya masih ditambah dengan yang termasuk dalam Institusi Negara. Informasi tentang keseluruhannya disebut kepemilikan Bank Indonesia (gross).

Dari kepemilikan oleh pihak penduduk, porsi Bank Indonesia saat ini mengalami peningkatan paling pesat dibanding akhir tahun 2019. Porsi kepemilikannya menjadi termasuk yang sangat besar. Secara bruto mencapai Rp874,88triliun atau 22,60% dari total SBN domestik yang diperdagangkan. Hal ini karena kebijakan berbagi beban antara Pemerintah dan BI dalam membiayai program mitigasi dampak pandemi. Bahkan, BI diminta ikut membeli di pasar perdana, yang sebelumnya tidak diperbolehkan.

Grafik 12. Kepemilikan SBN Domestik yang Diperdagangkan

SBN domestik yang dimiliki oleh nonresiden (asing) sempat mengalami kenaikan yang amat signifikan pada tahun 2014, sehingga porsinya mencapai 38,13%. Jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Porsi ini bertahan cukup stabil hingga akhir tahun 2019. Sempat mencapai porsi tertinggi pada akhir tahun 2017, yang mencapai 39,82% dari total SBN Domestik Diperdagangkan.

Porsinya menurun drastis selama tahun 2020, hingga porsinya hanya sebesar 25,16% pada akhir tahun. Bahkan secara nominal juga terjadi sedikit penurunan, menjadi sebesar Rp973,91 triliun. Penurunan porsi itu sendiri lebih dikarenakan peningkatan pesat kepemilikan oleh Bank Indonesia sebagaimana yang disampaikan di atas.

Grafik 13. Kepemilikan Asing atas SBN Domestik yang Diperdagangkan

Sementara itu, sebagian besar dari SBN valuta asing yang diperdagangkan dimiliki oleh asing. Porsi terkininya sekitar 91,63%. Sisanya dimiliki oleh pihak penduduk. Dengan kata lain, jika menghitung porsi kepemilikan asing atas SBN, harus menjumlahkan yang domestik (rupiah) dan yang valas. Saat ini porsi kepemilikan asing sedikit lebih rendah, setelah sebelumnya cenderung lebih tinggi. Penyebabnya adalah meningkatnya kepemilikan Bank Indonesia tadi.

Pengelompokkan kelima berdasar jenis bunga (coupon), yang terdiri dari: nol (zero), tetap (fixed), dan variabel (variable). Sebagai tambahan informasi, ada istilah yield yang menggambarkan tingkat bunga riil SBN pada pasar perdana. Pada umumnya, pembeli SBN tidak mendapat harga 100 persen dari nilai yang tercantum dalam SBN. Pada pasar perdana, pemerintah mencatat selisihnya sebagai pembayaran bunga. Sedangkan nominal dalam seri SBN tercatat dalam pembiayaan utang APBN dan mempengaruhi posisi SBN dan total utang.

Berdasar jenis kupon pada akhir Desember 2020: Zero Coupon (Rp43,92 triliun), Fixed Coupon (Rp4.600,83 triliun) dan Variable Coupon (Rp 130,21 triliun).

Penyebutan resmi terkini tentang bebagai jenis SBN mengikuti gambar yang biasa dipakai oleh Kementerian Keuangan dalam berbagai paparan sosialisasinya. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). SUN terdiri dari Obligasi Negara (ON) yang berjangka panjang dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka pendek. Disebutkan pula denominasinya.

Sosialisasi umumnya mengedepankan jenis SBN ritel yang relatif baru. Diharapkan makin berkembang dimasa mendatang. Sasaran utamanya adalah investor perorangan penduduk Indonesia.

Grafik 14. Klasifikasi SBN

Gambar disalin dari publikasi Kementerian Keuangan

Dalam dokumen Mewaspadai Risiko yang Meningkat (Halaman 38-43)