• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER INFORMASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

4.2. Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan mencakup: (1) karakteristik sosial ekonomi pengrajin tahu di Desa Cisaat yang menjadi responden, (2) proses pengolahan tahu tersebut, (3) persepsi masyarakat mengenai dampak akibat dari limbah-limbah dari industri tahu. Data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuisioner. Data ini akan dimanfaatkan sebagai pendukung dari penggunaan analisis deskriptif.

Data sekunder yang diperlukan adalah letak geografi, jumlah industri di Kabupaten Sukabumi, Jumlah Industri tahu di Kabupaten Sukabumi, data mengenai jenis limbah, dampak limbah, pengolahan limbah, biaya pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL. Data-data tersebut diperoleh dari buku referensi, jurnal, internet, serta data instansi-instansi pemerintah yang terkait. 4.3. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel untuk informasi industri tahu dilakukan berdasarkan metode populasi. Metode populasi dilakukan jika melihat atau

21 meneliti semua elemen yang ada didalam suatu populasi atau disuatu wilayah penelitian. Oleh karena objeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, penelitian ini menggunakan tujuh pabrik tahu yang ada di wilayah Desa Cisaat.

Pengambilan sampel untuk mengetahui persepsi masyarakat diambil sebanyak 50 orang dari 5.753 orang dewasa yang ada di Desa Cisaat sebagai responden. Penetapan jumlah sampel yang digunakan didasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu minimal sebanyak 30 orang dimana sampel tersebut mendekati sebaran normal (Walpole, 1992).

Metode pengambilan sampel untuk masyarakat dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dimana responden ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu sehingga dapat memberikan informasi yang diperlukan bagi peneliti. Pertimbangan yang dimaksud adalah masyarakat Desa Cisaat yang tinggal di sekitar kawasan industri tahu yang terkena dampak dari pembuatan tahu tersebut. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengkaji karakteristik sosial ekonomi pabrik tahu di Desa Cisaat, mengidentifikasi dampak apa saja yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu dan mengetahui persepsi masyarakat tentang limbah industri tahu. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis biaya, analisis finansial. Analisis tersebut dilakukan untuk menghitung biaya eksternal, menganalisis usaha secara finansial dan perubahannya setelah internalisasi biaya eksternal dari limbah tersebut. Pengolahan data menggunakan

Microsoft Office Excel 2007. Tabel 2 menyajikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data

22 Table 2. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis

Data 1 Mengestimasi biaya eksternal

yang ditangung oleh industri tahu di Desa Cisaat.

Data Sekunder Analisis Kuantitatif

2 Menganalisis perubahan

pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya eksternal

Data primer (wawancara menggunakan kuesioner kepada pemilik pabrik)

Analisis Pendapatan (Finansial)

3 Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu.

Data primer (wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat)

Analisis Deskriptif kualitatif

4.4.1. Analisis Biaya Eksternal

Menurut Gittinger (1986), biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima. Biaya yang digunakan dalam proyek terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek, biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi yang digunakan dalam pembangunan IPAL adalah biaya untuk pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada setiap proses produksi dilakukan. Biaya operasional untuk IPAL adalah upah tenaga kerja, biaya

overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya pengolahan dengan IPAL tersebut akan dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tahu, sehingga diperoleh biaya pengolahan dengan IPAL untuk setiap industri tahu.

Biaya pengolahan limbah dihitung dengan cara menjumlah semua biaya pembangunan IPAL yaitu biaya investasi dan biaya operasional, lalu jumlah tersebut akan dibagi dengan jumlah industri yang akan menggunakan IPAL,

23 sehingga didapat biaya pembangunan IPAL per pabrik tahu. Perhitungan biaya eksternal dengan IPAL adalah sebagai berikut :

Y = X / Z dimana :

Y : Biaya pembangunan IPAL (Rp/tahun/pabrik) X : Biaya keseluruhan pembangunan IPAL (Rp/tahun) Z : Jumlah industri tahu yang menggunakan IPAL (pabrik)

4.4.2. Analisis Perubahan Pendapatan Industri Tahu Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Pengolahan

Biaya eksternal yang diperoleh dari perhitungan akan dimasukkan ke dalam struktur biaya industri tahu kemudian dilakukan analisis finansial sebelum dan setelah internalisasi biaya eksternal. Menurut Soekartawi (2006), bentuk persamaan matematik, tingkat pendapatan (dalam satuan uang) dapat dituliskan sebagai:

I = TR - TC dimana:

I : Income (pendapatan) (Rp/tahun)

TR : Total Revenue (total penerimaan) (Rp/tahun) TC : TotalCost (total biaya) (Rp/tahun)

Perhitungan tingkat pendapatan dengan menggunakan total revenue dan

total cost dari pabrik tahu terdiri dari: 1. Total Revenue (Total Penerimaan)

Total revenue diperoleh dari perkalian komoditi yang dihasilkan pabrik tahu yaitu tahu, dan ampas tahu dengan harga jual dari masing-masing komoditi. Penerimaan dirumuskan sebagai berikut:

TR =

24 dimana :

TR : Total Revenue (total penerimaan) (Rp/tahun) P1 : Harga tahu yang dijual (Rp/unit/tahun) Y1 : Jumlah tahu (Unit/tahun)

P2 : Harga ampas tahu yang dijual (Rp/karung/tahun) Y2 : Jumlah ampas tahu (karung/tahun)

2. Total Cost (Total Biaya)

Total cost dihitung berdasarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk usaha tahu yang terdiri dari:

a. Fixed Cost (FC)

Fixed cost merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan yang tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya produksi. Biaya ini sering pula disebut biaya prasarana atau biaya tak terhindarkan, misalnya biaya pembelian mesin-mesin produksi dan sewa lahan.

b. Variabel Cost (VC)

Variabel cost merupakan biaya yang berubah yang mengikuti perubahan produksi, bila produksi naik maka biaya variabel akan naik dan sebaliknya. Biaya ini biasanya berasal dari biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Arus Total Cost (TC) dari pabrik tahu terdiri dari fixed cost dan variabel cost yang dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

dimana :

TC : Total Cost (Total Biaya) (Rp/tahun) FC : Fixed Cost (Rp/tahun)

25 4.4.3. Identifikasi Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Industri Tahu

Analisis persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu dan perencanaan pembangunan IPAL bertujuan untuk mengetahui seberapa penting pembangunan IPAL bagi masyarakat sekitar dan persepsi terhadap kualitas lingkungan berdasarkan keadaan udara, air dan tanah. Persepsi masyarakat diukur dengan cara memberikan pembobotan (scoring) pada setiap jawaban responden. Pembobotan yang akan dilakukan adalah berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial dengan cara memberikan bobot nilai tertentu untuk setiap jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan (Riduwan, 2010). Nilai-nilai yang diberikan untuk setiap jawaban dari pertanyaan terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala Likert dan Bobot Nilai Jawaban Responden

Jawaban Bobot Nilai

Sangat setuju/ Sangat Puas/ Sangat benar/ Sangat Baik 5

Setuju/ Puas/ Benar/ Baik 4

Netral/ Cukup Puas/ Cukup benar/ Cukup baik 3

Tidak Setuju/ Tidak Puas/ Tidak Benar/ Tidak baik 2

Sangat tidak setuju/ Sangat tidak puas/ Sangat tidak benar/ Sangat tidak baik 1 Sumber: Riduwan (2010)

26 V. GAMBARAN UMUM

5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah Utara, Desa Mangkalaya dan Desa Babakan di sebelah Selatan, Desa Sukamantri dan Desa Babakan di sebelah Timur, dan Desa Cibatu dan Desa Mangkalaya di sebelah Barat. Penduduk Desa Cisaat pada tahun 2010 seluruhnya berjumlah 8.021 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.116 KK. Jumlah penduduk laki-laki 4.058 jiwa dan penduduk perempuan 4.003 jiwa. Keadaan penduduk Desa Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cisaat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Kelompok Jenis Kelamin

Total (Jiwa) Umur (Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

0-4 398 367 765 5-9 406 386 792 10-14 377 374 751 15-19 372 357 729 20-24 368 330 698 25-29 371 321 692 30-34 311 358 669 35-39 275 300 575 40-44 342 356 698 45-49 229 207 436 50-54 225 224 449 55-59 160 160 320 ≥60 224 263 487

Sumber : Data Monografi Desa Cisaat Kecamatan Cisaat, 2010

Berdasarkan data monografi yang didapat tercatat bahwa umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

27 Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

jenis pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase

Penani 89 3.19

Buruh Tani 296 10.61

Pegawai Negeri Sipil 149 5.34

POLRI 15 0.54 TNI 11 0.39 Karyawan BUMN 3 0.11 Karyawan Swasta 572 20.50 Pensiun 127 4.55 Wiraswasta 1104 39.57 pengangguran 424 15.20

Sumber : Data Monografi Desa Cisaat Kecamatan Cisaat, 2010

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Cisaat adalah wiraswasta yang termasuk pemilik industri tahu didalamnya yaitu sebesar 39,57%. Sisanya merupakan karyawan swasta, buruh tani, pegawai negeri sipil, pensiunan, petani, POLRI, TNI dan karyawan BUMN.

Luas Desa Cisaat seluruhnya mencapai 125.625 Ha. Penggunaan lahan di Desa Cisaat diperuntukkan pertaniaan seluas 39 Ha, pemukiman, pekarangan, dan sisanya adalah tanah untuk pendidikan, lapangan, jalan, dan pemakaman.

5.2. Gambaran Umum Sentra Industri Tahu di Desa Cisaat

Jumlah industri tahu yang ada di Desa Cisaat berjumlah tujuh pabrik tahu. Industri tahu di Desa Cisaat tergolong industri kecil dan industri sedang menurut banyaknya tenaga kerja yaitu antara 5-19 orang dan 20-99 orang (BPS 2012). Klasifikasi industri berdasarkan banyaknya tenaga kerja dapat dilihat pada Table 6. Tabel 6. Klasifikasi Industri Berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja

No Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1 Industri Besar 100 keatas

2 Industri Sedang 20-99

3 Industri Kecil 5-19

4 Industri Rumah Tangga 1-4

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Jumlah pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat mengalami penurunan pada tahun 2008 karena banyak pabrik yang gulung tikar akibat kenaikan harga kedelai.

28 Pada awalnya semua pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat menjadi anggota Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Sukabumi. Peran KOPTI Kabupaten Sukabumi memasok kedelai kepada pabrik-pabrik tersebut. Kini pabrik-pabrik tersebut tidak aktif lagi di KOPTI karena beberapa hal, sehingga pasokan kedelai mereka berasal dari petani kedelai langsung yang berada di Desa Ciranjang.

Letak pabrik tahu dengan pabrik tahu lainnya berdekatan dan dekat dengan aliran sungai sehingga pabrik-pabrik tersebut langsung membuang limbah cair sisa produksinya ke sungai. Padahal aliran sungai tersebut digunakan oleh masyarakat untuk mengaliri sawah dan mengisi kolam ikan, sedangkan di hilirnya digunakan untuk pemukiman. Namun saat ini aliran sungai ini sudah tidak dapat digunakan lagi untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

5.2.1 Karakteristik Sosial dan Ekonomi Pabrik Tahu Desa Cisaat

Responden untuk pabrik tahu diambil sebanyak 7 pabrik keseluruhan dari pabrik yang ada di Desa Cisaat. Berikut merupakan nama-nama pemilik pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nama-nama Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pabrik. Nama Pemilik

Pabrik 1 Bapak Mamik

Pabrik 2 Ibu Uun

Pabrik 3 Bapak Ujay

Pabrik 4 Bapak Nanang

Pabrik 5 Bapak Abud

Pabrik 6 Bapak Dakim

Pabrik 7 Ibu Yati

Sumber : Data primer, diolah (2012).

5.2.1.1.Usia

Tingkat usia pemilik pabrik tahu berkisar antara 50 sampai 58 tahun. Usaha ini dijalankan secara turun temurun sehingga nantinya anak-anaknya yang akan

29 meneruskan usaha tersebut. Perbandingan tingkatan usia antar pemilik pabrik tahu dapat dilihat pada Table 8.

Tabel 8. Tingkat Usia Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik Umur (Tahun)

Bapak Mamik 50 Ibu Uun 50 Bapak Ujay 50 Bapak Nanang 58 Bapak Abud 50 Bapak Dakim 53 Ibu Yati 55

Sumber : Data primer, diolah (2012).

5.2.1.2.Pendidikan

Tingkatan pendidikan pemilik pabrik tahu mayoritas adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang. Sisanya pemilik pabrik yang tidak tamat SD sebanyak 2 orang dan hanya 1 orang yang menempuh pendidikan formal sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disebabkan karena mayoritas pemilik pabrik berumur diatas 50 tahun dimana pada saat tersebut tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal masih rendah serta kondisi perekonomian yang masih kurang memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Tingkatan pendidikan pemilik pabrik tahu Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkatan Pendidikan Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik Pendidikan

Bapak Mamik SD

Ibu Uun tidak tamat SD

Bapak Ujay SD

Bapak Nanang tidak tamat SD

Bapak Abud SMP

Bapak Dakim SD

Ibu Yati SD

30 5.2.1.3.Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha pemilik pabrik tahu bervariasi yaitu antara 5 sampai 20 tahun. Umumnya pemilik pabrik memiliki pengalaman usaha yang cukup lama karena keterampilan dalam membuat tahu merupakan warisan turun temurun, sehingga menunjukkan pemilik pabrik sangat berpengalaman dalam usaha tahu yang dijalankan. Pengalaman usaha pemilik pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengalaman Usaha Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik pengalaman usaha (Tahun)

Bapak Mamik 15 Ibu Uun 20 Bapak Ujay 15 Bapak Nanang 15 Bapak Abud 20 Bapak Dakim 17 Ibu Yati 5

Sumber : Data primer, diolah (2012).

5.2.1.4.Skala Produksi

Skala produksi yang dilakukan oleh pemilik pabrik tahu beragam yaitu mulai dari 150 sampai 1000 kilogram kedelai per produksi. Skala produksi tersebut menghasilkan kapasitas produksi yang lumayan besar. Skala produksi pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Skala Produksi Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik Skala Usaha (kg kedelai/sekali produksi)

Bapak Mamik 150 Ibu Uun 150 Bapak Ujay 150 Bapak Nanang 200 Bapak Abud 250 Bapak Dakim 500 Ibu Yati 1000

31 5.2.1.5.Luas Tempat Usaha

Luas tempat usaha pabrik tahu di Desa Cisaat berkisar antara 100 m² hingga 700 m². Luas tempat usaha pabrik tahu cukup luas karena produksi yang dihasilkan cukup besar berkisar antara 150 hingga 1000 kg. Hal ini terlihat jelas pada Tabel 12.

Tabel 12. Luas Tempat Usaha Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik luas tempat usaha (m²)

Bapak Mamik 100 Ibu Uun 100 Bapak Ujay 100 Bapak Nanang 150 Bapak Abud 150 Bapak Dakim 500 Ibu Yati 700

Sumber : Data primer, diolah (2012).

5.2.1.6.Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang digunakan di pabrik tahu ini cukup banyak berkisar antara 5 sampai 25 orang tenaga kerja, diluar anggota keluarga yang menjadi tenaga kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja, 5 pabrik tahu tergolong industri kecil karena jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang dan 2 pabrik tergolong industri sedang karena jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang (BPS 2012). Rata-rata upah yang diberikan kepada tenaga kerja berkisar antara Rp 40.000 sampai Rp 100.000 perhari dengan jam kerja umumnya 8 jam perhari. Banyaknya jumlah tenaga kerja pabrik tahu Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel 13.

32 Tabel 13. Banyaknya Tenaga Kerja Pabrik Tahu Desa Cisaat

Nama Pemilik tenaga kerja (Orang)

Bapak Mamik 5 Ibu Uun 5 Bapak Ujay 5 Bapak Nanang 10 Bapak Abud 10 Bapak Dakim 20 Ibu Yati 25

Sumber : Data primer, diolah (2012)

5.2.1.7.Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan pemilik pabrik tidaklah sulit untuk menjual tahunya. Masyarakat setempat sudah sangat mengenal tahu yang ada di Desa Cisaat. Biasanya masyarakat langsung mendatangi pabrik untuk membeli tahu, salah satunya pedagang asongan. Pedagang asongan mendatangi pabrik untuk membeli tahu yang nantinya akan dijual kepada konsumen yang ada di jalan-jalan atau diangkutan umum. Selain itu, pemasaran yang dilakukan pemilik pabrik adalah menjual tahunya kepada beberapa pedagang yang ada di pasar yang sudah menjadi langganan mereka. Pasar yang biasa mereka pasok adalah pasar Sukabumi, pasar Ciranjang, pasar Ramayana, pasar Cisaat, pasar Cibadak, pasar Pelabuhan Ratu, pasar Cicurug, pasar Jampang, pasar Cigombong dan sebagian besar pasar-pasar yang ada di Kota Bogor dan Cianjur.

5.3 Karakteristik Responden

Responden yang diambil merupakan masyarakat Desa Cisaat yang berada dekat dengan pabrik tahu dan teraliri air hasil produksi pabrik tahu. Responden ini dipilih untuk menilai persepsi mereka atas limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Karakteristik yang menjadi perhatian dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan formal, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan,dan lama tinggal.

33 5.3.1. Usia

Tingkat usia pada responden cukup bervariasi yaitu berkisar antara usia 16 sampai diatas usia 58 tahun. Sebanyak 30% berada pada kisaran usia 44-50 tahun. Responden yang berusia 37–43 tahun sebanyak 20%, dan responden yang berusia 30–36 tahun sebanyak 16%. Sementara itu, sebanyak 14% responden berusia 51–

57 tahun, sebanyak 12% responden berusia 23–29 tahun, sebanyak 6% responden berusia 16-22 tahun dan hanya 2% berusia 58–64 tahun. Perbandingan persentasi tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat usia 5.3.2. Jenis Kelamin

Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Persentase jumlah responden perempuan adalah 58% sedangkan laki-laki 42%. Sebaran jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 6% 12% 16% 20% 30% 14% 2% 16-22 tahun 23-29 tahun 30-36 tahun 37-43 tahun 44-50 tahun 51-57 tahun 58-64 tahun 42% 58% Laki-laki Perempuan

34 5.3.3. Status Pernikahan

Status pernikahan yang ada di Desa Cisaat mayoritas sudah menikah yaitu sebesar 88% atau sebesar 12% berstatus belum menikah. Komposisi responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Berdasarkan gambar diatas mayoritas reponden berstatus sudah menikah. Hal ini dikarenakan responden yang diwawancarai sudah berusaia diatas 25 tahun yang merupakan usia yang ideal untuk menikah.

5.3.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden di Desa Cisaat bervariasi antara tamatan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT). Sebaran kelompok tingkat pendidikan formal terakhir responden masyarakat dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden merupakan lulusan SD yaitu sebesar 60%. Responden yang merupakan lulusan SMA sebanyak 22% dan yang merupakan lulusan SMP sebanyak 14%.

88% 12% Menikah Belum menikah 60% 14% 22% 4% SD SMP SMA PT

35 Responden yang merupakan lulusan PT hanya sebanyak 4%. Banyaknya lulusan SD di Desa Cisaat disebabkan mayoritas responden yang diwawancarai berada pada usia diatas 40 tahun dimana pada masa itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal masih rendah serta kondisi perekonomian yang masih kurang memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 5.3.5. Pekerjaan

Pekerjaan para responden dalam penelitian dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu wiraswasta, ibu rumah tangga, burh pabrik, pelajar/mahasiswa, buruh tani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta. Sebaran pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa responden masyarakat mayoritas dari kelompok wiraswasta sebanyak 42%. Kemudian sebanyak 24% responden berasal dari ibu rumah tangga, sebanyak 12% dari kelompok buruh pabrik, sebanyak 8% dari kelompok buruh tani dan sebanyak 6% dari kelompok karyawan swasta. Untuk responden yang berasal dari kelompok pelajar dan PNS masing-masing sebanyak 4%.

5.3.6. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami atau istri yang bekerja. Untuk responden seperti

4% 24% 42% 4% 6% 8% 12% Pelajar

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Pegawai Negeri Sipil karyawan Swasta Buruh Tani Buruh Pabrik

36 pelajar/mahasiswa dalam hal ini merupakan uang saku perbulannya. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan responden terbagi kedalam enam kelompok. Adapun sebaran pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan responden berkisar antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 perbulannya dengan proporsi sebesar 58%. Responden yang pendapatan per bulannya berkisar antara >Rp 1.000.000- Rp 1.500.000 sebanyak 24%, dan responden yang pendapatan per bulannya berkisar antara >Rp 1.500.000-Rp 2.000.000 sebanyak 8%. Untuk responden yang pendapatan per bulannya kurang dari Rp 500.000, >Rp 2.500.000-Rp 3.000.000, dan >Rp 2.000.000-Rp 2.500.000 masing-masing sebesar 4%, 4%, dan 2 %. 5.3.7. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan berarti jumlah anggota keluarga yang menempati satu tempat dan satu manajemen keuangan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi rata-rata responden tidak memiliki jumlah tanggungan dengan proporsi sebanyak 42%. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang sebanyak 32%, dan responden yang memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang sebanyak 26%. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden dapat dlihat pada Gambar 8. 4% 58% 24% 8% 2% 4% < 500rb 500rb - 1jt >1jt - 1,5jt >1,5jt - 2jt >2jt - 2,5jt >2,5jt - 3 jt

37

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tangungan 5.3.8. Lama Tinggal

Lama tinggal dalam penelitian ini adalah sudah berapa lama responden tinggal di Desa Cisaat. Tingkat lama nya tinggal responden dibagi kedalam tujuh kelompok. Adapun sebaran lama tinggal responden dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden sudah tinggal di Desa Cisaat berkisar antara 46-55 tahun dengan proporsi sebanyak 34%. Responden yang sudah menetap di Desa Cisaat selama 37-45 tahun sebanyak 20%, sebanyak 16% untuk masyarakat yang sudah menetap selama 19-27 tahun, sebanyak 14% untuk responden yang sudah menetap selama 1-9 tahun, dan sebanyak 10% untuk responden yang sudah menetap selama 10-18 tahun. Sementara itu untuk responden yang sudah menetap selama 28-36 tahun dan 56-64 tahun masing-masing memiliki proporsi sebanyak 4% dan 2%.

42% 32% 26% Tidak Ada 1-2 3-4 14% 10% 16% 4% 20% 34% 2% 1-9 tahun 10-18 tahun 19-27 tahun 28-36 tahun 37-45 tahun 46-55 tahun 56-64 tahun

38 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu

Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini meliputi aspek proses produksi tahu, jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu, serta dampak dari limbah tahu.

6.1.1. Deskripsi Proses Produksi Tahu

Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri kecil. Cara pembuatan tahu pada setiap pabrik agak berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu mengekstrak protein kedelai dengan air, kemudian