• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER INFORMASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian Romli dan Suprihatin (2009) mengenai beban pencemaran limbah industri tahu dan analisis alternatif strategi pengelolaanya bertujuan untuk mengetahui proses produksi dan pemanfaatan yang dapat dilakukan dimana limbah diolah secara anaerobik untuk menghasilkan biogas. Berdasarkan tahapan proses pembuatan tahu dihasilkan tahu putih dengan berbabgai ukuran. Pengolahan dengan 1 kg kedele dihasilkan tahu sejumlah 3.3±0.7 kg dan ampas tahu sejumlah 2.0±2.2 kg. Jumlah limbah cair per kg kedele didapat 17±3 L. limbah cair industri tahu didapat nilai rata-rata (± standar deviasi BOD5, COD total dan COD terlarut, TSS dan Total Kjeldahl Nitrogen (TKN) secara berturut-turut adalah 3.500±900, 7.300±1.700, 5.600±1.800, 500±250, dan 280±140 mg/L atau setara dengan beban 50±8, 110±20, 80±20, 9±3, 4±2 gr/kg dengan kedele yang diolah. Bahan organik dalam limbah cair industri tahu berpotensi menjadi biogas. Pengolahan limbah cair dengan bioreaktor anaerobik dapat digunakan sebagai solusi masalah lingkungan karena tidak membutuhkan biaya investasi dan operasional yang tinggi juga dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Hasil penelitian Shaffitri (2011) mengenai limbah cair tahu yang diteliti untuk mendeskripsikan profil industri tahu yang dikaji dari aspek proses produksi tahu, identifikasi jenis limbah yang dihasilkan industri, pengolahan limbah tahu dan mengidentifikasi dampak negatif dari limbah tahu, mengestimasi biaya

15 produksi tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal, mengestimasi biaya eksternal yang timbul akibat pembuangan limbah tahu, mengestimasi nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal, dan mengestimasi nilai kesediaan membayar (willingness to pay) pengrajin tahu untuk membayar iuran pengolahan limbah tahu. Hasilnya untuk limbah padat tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas yaitu sekitar 12 % dan selebihnya masih dibuang ke sungai tanpa melalui pengolahan

Penelitian Natalia (2008) pertama bertujuan untuk menganalisis internalisasi biaya pengolahan limbah dengan menghitung besarnya biaya eksternal yang harus ditanggung oleh industri tempe di Citeureup dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL yaitu sebesar Rp 167.999.000. Kedua bertujuan untuk menganalisis perubahan biaya produksi dengan adanya internalisasi biaya eksternal, dengan hasil yaitu biaya produksi mengalami kenaikan sebesar 1,02%. Ketiga bertujuan untuk mengukur tingkat kesediaan pengrajin tempe dalam melakukan pengolahan limbah dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengrajin tempe, dengan hasil total WTP pengrajin sebesar Rp 78.000.000/tahun

Penelitian selanjutnya, Harmoni dan Juarna (2005) mengenai pengaruh internalisasi biaya eksternal melalui pajak pigau terhadap sejumlah parameter pasar, yaitu sejumlah barang, harga, surplus konsumen, dan surplus produsen. Perhitungan dengan menggunakan data ilustratif menunjukkan bahwa internalisasi biaya eksternal memperngaruhi surplus konsumen dan produsen dan menciptakan pasar baru. Internalisasai biaya eksternalitas negatif menurunkan jumlah barang

16 yang beredar di masyarakat sekaligus menaikkan harga satuan barang tersebut. Kenaikan surplus produsen dikurangi dengan pajak pigou. Internalisasi ini tidak menghilangkan biaya sosial tetapi hanya mengurangi sesuai baku ambang yang ditetapkan pemerintah. Internalisasi biaya eksternalitas positif meningkatkan jumlah barang yang beredar dimasyarakat sekaligus menaikkan harga satuan barang tersebut. Kenaikkan produksi oleh produsen dibantu oleh subsidi sesuai skema Pigou. Surplus konsumen maupun produsen meningkat.

Keempat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya melakukan perhitungan biaya eksternal yang timbul akibat pencemaran lingkungan, hanya saja penelitian ini sebatas pegukuran terhadap biaya eksternal kemudian menginternalisasikannya ke dalam struktur biaya produksi yang berimplikasi pada penurunan kuantitas jumlah barang yang diproduksi. Kelebihan dalam penelitian ini adalah selain melakukan estimasi biaya eksternal kemudian menginternalisasikannya ke dalam struktur biaya produksi yang hanya melihat dari segi pemilik industri juga meneliti bagaimana persepsi masyarakat akibat adanya limbah yang dihasilkan dari industri tahu.

17 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Darsono (2007), industri tahu merupakan industri rakyat, yang sampai saat ini masih banyak yang berbentuk usaha perumahan atau industri rumah tangga. Walaupun sebagai industri rumah tangga dengan modal kecil, industri ini memberikan sumbangan perekonomian negara, daerah dan menyediakan banyak tenaga kerja. Jumlah industri tahu dan tempe untuk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011 sudah mencapai 79 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 428 orang.4

Selain menyerap tenaga kerja dan memberikan pemasukan terhadap daerah, industri tahu di Desa Cisaat juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi merusak lingkungan. Namun karena sebagian besar yang bergerak dalam industri tahu adalah orang-orang yang hanya mempunyai modal terbatas, maka perhatian terhadap pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil, dan bahkan ada beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya sama sekali dan langsung dibuang ke lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus mendapat perhatian yang serius.

Limbah cair tahu berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Mereka belum menerapkan pengelolaan yang baik terhadap limbah yang mereka hasilkan. Salah satu pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembangunan IPAL. Pengrajin seharusnya melakukan pengolahan limbah dengan membangun

4

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Sukabumi dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten sukabumi. BPS. Dalam http://sukabumikab.bps.go.id/pelayanan-data/perpustakaan-digital/Kab-Sukabumi-Dalam-Angka/ Diakses tanggal 25 Januari 2012.

18 IPAL agar mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat tentang adanya limbah cair tahu. Pembangunan IPAL diperlukan biaya yang tidak sedikit yaitu seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi berupa biaya pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional terdiri dari upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengrajin tahu. Oleh karena itu, pengrajin tahu harus menginternalisasikan biaya eksternal kedalam struktur biaya usaha agara pengolahan limbah dapat dilakukan.

Para pengrajin tahu masih belum membangun IPAL, hal ini dikarenakan: (1) Dana yang tidak cukup untuk membangun pengelolaan limbah seperti IPAL karena modal mereka yang terbatas, (2) Keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki tentang seberapa penting menjaga lingkungan sekitar dan pengetahuan tentang pembuatan pengolahan limbah tersebut dam (3) Anggapan mereka bahwa limbah yang dihasilkan oleh industri mereka tidak berbahaya dan langsung dibuang begitu saja ke aliran air dekat pabrik mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil industri tahu dilihat dari proses pembuatan, jenis, karakteristik limbah dan dampak limbah terhadap lingkungan, dan yang akan ditanyakan langsung terhadap pemilik industri tahu. Tujuan yang lainnya adalah mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik industri tahu untuk pengolahan limbah. Perhitungan biaya tersebut dengan menggunakan pendekatan preventive expenditure. Setelah biaya eksternal diperoleh, maka biaya tersebut diinternalisasikan ke dalam struktur biaya dan melakukan analisis finansial tersebut. Selain itu juga bertujuan mengetahui persepsi masyarakat tentang limbah yang dihasilkan oleh industri tahu

19 dan persepsi masyarakat jika dibangun sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi limbah yang dihasilkan industri. Keterkaitan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Industri Tahu

Proses Produksi

Tahu Limbah Tahu

Dijual Kekonsumen Limbah Cair Limbah Padat Limbah Asap

dan Debu

Dibuang

kealiran Sungai Ampas kedelai

Pakan Ternak dan Oncom Pencemaran

Lingkungan sekitar dan aliran sungai

Belum adanya pengelolaan air limbah

Pengelolaan air limbah (IPAL)

Menghitung biaya eksternal

Menganalisis finansial sebelum ada IPAL

Internalisasi biaya eksternal Menganalisis perubahan

finansial setelah internalisasi biaya eksternal

Persepsi masyarakat tentang limbah industri

tahu

Rekomendasi pengelolaan limbah industri tahu di Desa Cisaat

Masyarakat

Keterangan :

: tidak diteliti

20 IV. METODE PENELITIAN