• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER INFORMASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kontribusi sektor industri di Kabupaten Sukabumi merupakan terbesar kedua setelah sektor pertanian. Pembangunan sektor industri di Kabupaten Sukabumi diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang pada saatnya nanti akan menjadi landasan kuat untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Perusahaan industri formal untuk industri hasil pertanian di Kabupaten Sukabumi pada saat ini berjumlah 496 unit perusahaan dengan total investasi sebesar 259.088 milyar rupiah dan menyerap sejumlah 10.761 orang tenaga kerja.1

Industri tahu berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena tahu merupakan sumber protein nabati yang efisien dan terbuat dari kedelai. Kedelai dalam jumlah kecil mampu memenuhi kebutuhan protein harian yang diperlukan oleh tubuh. Kedelai memiliki kandungan gizi yang secara lengkap disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Komponen Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram

Kompenen Jumlah Kalori (kkal) 331,0 Protein (gram) 34,9 Lemak (gram) 18,1 Kabrohidrat (gram) 34,8 Kalsium (mg) 227,0 Fosfor (mg) 585,0 Besi (mg) 8,0 Vitamin A (SI) 110,0 Vitamin B1 (mg) 1,1 Air (gram) 7,5 Sumber: Cahyadi, 2009 1

Badan Pusat Statisti. 2011. Kabupaten Sukabumi dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten sukabumi. BPS. Dalam http://sukabumikab.bps.go.id/pelayanan-data/perpustakaan-digital/Kab-Sukabumi-Dalam-Angka/ Diakses tanggal 25 Januari 2012.

2 Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan asam, ion kalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Tahu telah menjadi konsumsi masyarakat luas, baik sebagai lauk maupun sebagai makanan ringan. Pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, yaitu untuk menggiling kedelai menjadi bubur kedelai. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Setelah protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu (Cahyadi, 2009).

Pada proses produksinya selain menghasilkan tahu sebagai produk utama juga menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah padat berasal dari ampas tahu dapat digunakan sebagai pakan ternak, kerupuk, kembang tahu, oncom dan tempe gembus (Kastyanto, 1999). Limbah cair berasal dari pencucian dan perebusan tahu yang dibuang dan dialirkan begitu saja kebadan air terdekat yang akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan bau yang kurang sedap. Limbah gas berupa asap berasal dari penggunaan bahan bakar serbuk gergaji yang digunakan dalam menggoreng tahu.

Permasalahan dalam produksi tahu adalah limbah cair yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dialirkan begitu saja ke saluran air terdekat, sungai, saluran pembuangan, ataupun badan air penerima lainnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air buangan tersebut seperti Chemical Oxygen Demand (COD) di dalam limbah cair industri tahu

3 cukup tinggi yakni berkisar antara 4.000 – 12.000 ppm dan Biological Oxygen Demand (BOD) antara 2.000 – 10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5.2 Adanya kondisi tersebut maka limbah cair industri tahu merupakan salah satu yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Kurangnya kesadaran masyarakat dan keterbatasan dana untuk melakukan pengolahan membuat industri tahu langsung membuang limbah cairnya ke saluran air terdekat yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. 1.2. Permasalahan

Proses produksi dari pengolahan tahu menghasilkan tahu sebagai produk utama dan ampas tahu sebagai produk sampingan. Tahu yang dihasilkan langsung dijual ke konsumen, sedangkan ampas tahu digunakan sebagai bahan baku industri lain yang dijual untuk pakan ternak dan bahan baku lainnya. Selain menghasilkan produk yang menguntungkan, produksi tahu pun menghasilkan limbah. Limbah dari industri tahu ini dapat menimbulkan berbagai resiko. Menurut Damayanti et al (2004), resiko yang dapat ditimbulkan adalah adanya perubahan tata guna lahan, penurunan kualitas air dan udara, penurunan tingkat kesehatan masyarakat serta penurunan estetika lingkungan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko yang dapat ditimbulkan dari industri tahu yaitu dengan mengolah terlebih dahulu limbah tahu sebelum dibuang ke lingkungan. Saat ini industri tahu yang sudah melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL masih sedikit. Hal ini dikarenakan pembangunan IPAL diperlukan biaya yang tidak sedikit yaitu seperti

2

4 biaya investasi dan biaya operasional. Biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang harus ditanggung oleh industri tahu, besarnya biaya tersebut membuat industri tahu merasa sulit untuk mengeluarkan biaya pengolahan limbah. Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran pengelola industri tahu akan pentingnya menjaga lingkungan.

Industri tahu di Desa Cisaat merupakan salah satu industri tahu yang tidak mengolah limbah cair tahu, tetapi langsung membuang limbahnya ke aliran air di sekitar pabrik. Air yang telah tercemar oleh limbah cair tahu ini digunakan oleh warga untuk berbagai aktivitas termasuk irigasi sawah. Masyarakat yang berada di sekitar pabrik tahu Desa Cisaat sebagian besar menyatakan, air yang telah tercemar oleh limbah cair tahu menyebabkan produktivitas padi menurun. Selain itu limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu juga menimbulkan bau yang tidak sedap serta menurunkan estetika lingkungan sekitar daerah kawasan industri. 3

Dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat merupakan biaya eksternal yang seharusnya ditanggung oleh industri tahu, sehingga perlu dihitung berapa besar biaya eksternal dengan membangun IPAL sebagai salah satu cara mengurangi dampak negatif dari limbah industri tahu. Akibat adanya biaya eksternal maka biaya produksi dari industri tahu mengalami perubahan, oleh karena itu perlu dihitung perubahan pendapatan industri tahu sebelum adanya biaya eksternal dan setelah adanya biaya eksternal. Adanya dampak negatif yang dihasilkan dari proses produksi tahu berupa limbah, maka perlu dilihat secara

3

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik tahu, Bapak Kardi (ketua Rw3), di desa Cisaat tanggal 10 Juni 2012

5 langsung bagaimana persepsi masyarakat mengenai dampak negatif dari limbah tahu tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa estimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat untuk melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL? 2. Bagaimana perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah

adanya internalisasi biaya pengolahan limbah?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu? 1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah

1. Mengestimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL; 2. Menganalisis perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah

adanya internalisasi biaya pengolahan limbah;

3. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu; 1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang serupa.

2. Bagi pengrajin/pengusaha tahu, lebih memberikan perhatian terhadap kelestarian lingkungan dan menjaganya sehingga tercipta keberlanjutan (sustainability)

6 3. Bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi, lebih memperhatikan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh industri-industri diwilayahnya sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan kebijakan pengelolaan lingkungan yang lebih baik