• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP ASGHAR ALI ENGINEER TENTANG PERDAMAIAN DALAM ISLAM

C. JIHAD DALAM KONTEKS PERDAMAIAN

Konsep jihad dalam Islam tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengertian perang. Ada kesalahan yang serius mengenai konsep Islam tentang jihad.34 Akhir-akhir ini penggunaan istilah tersebut sangat tidak sesuai dengan harapan kita, anggapan jihad yang identik dengan kekerasan bukan hanya ada pada non-muslim semata, bahkan muslim pada umumnya juga berfikir bahwa jihad dikaitkan dengan kewajiban seorang muslim dalam berperang di jalan

Allah.35

Sebagai seorang muslim, Asghar menyayangkan anggapan tersebut tersebut. Kata jihad sendiri berasal dari kata ja -h a d a .36 37 Menurut Asghar kata

tersebut bermakna menggunakan, usaha, dan memepergunakan kemampuan seseorang. Oleh sebab itu jihad adalah segala usaha keras guna menerjemahkan sejumlah ajaran Islam, atau upaya kreatif yang kuat untuk mengaplikasikan ajaran Islam dalam konteks dan situasi baru.

Jihad dalam sudut pandang Asghar, harus diletakkan pada situasi historisnya, seperti halnya dalam berperang harus dipahami secara historis. Ungkapan dalam al-Qur’an merupakan multi-lapis dan multi-dimensi, ada dimensi yang bersifat historis, sosial, etis dan abadi. Hal yan terpenting menurutnya adalah memahami keadaan masyarakat pra-Islam. Kekerasan dan

34 Asghar Ali Engineer, Islam dan Pemebebasan, teij. Hairus Salim, LKIS, Yogyakarta, cet.Ke-2, Mei 2007, him. 34

35 Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, op.cit, him. 7 36 Mahmud Yunus, op.cit., him. 96

peperangan adalah hal yang biasa. Perdamaian dan penyelesaian konflik lewat perundingan hampir tidak ada. Damai, walaupun dihargai tapi tidak selalu dijalankan. Situasi historis yang berlangsung tidak semuanya dapat diterima Islam, tatapi unsur-unsur tersebut benar-benar ada dalam prilaku muslim. Islam dalam menyikapi hal tersebut, berusaha tetap mempertahankan tradisi yang ada, tetapi memouang sebagian tradisi yang lain, dengan menggantikannya dengan norma yang lebih baik dan mengikuti standar etika. Asghar mencoba mengkritik para muslim dan juga Non-muslim yang mencoba memahami Islam tapi mengabaikan sisi historis yang ada dalam Qur’an dan Hadis. Hal tersebut juga berakibat kesalahan yang besar tentang etika jihad Islam dan membuatnya

menjadi konsep yang berdimensi tunggal (mono-dimensional).

Masyarakat Arab pra-Islam, sebagaimana dijelaskan di atas merupakan masyarakat dengan tingkat kekerasan tingkat tinggi. Menghilangkan kekerasan dari pisikologi masyarakat Arab bukanlah hal mudah. Banyak suku Arab yang secara ekonomi hidup dari penyerangan suku lain (ghazwa.) menjadi hal yang

umum terjadi. Hal tersebut teijadi kerena keadaan gunung pasir yang tidak ramah serta kurangnya sumber-sumber alam, mereka secara historis terkondisikan untuk menjalani kehidupan yang sangat keras.38 39 Tetapi Islam berusaha merubah mereka, yang semula tidak ada konsep spiritualitas dan

38 Ibid.,him. 100-101

39 Asghar Ali Engineer, Asal-U sul dan perkem bangan Islam: Analisis perkem bangan sosio-ekonomi, op. c i t, him. 20

moral yang luhur, menjadi masyarakat yang bermoral. Damai (Salam)

merupakan bagian dari moral luhur ini.

Pengertian jihad, dalam arti yang luas tidakhanya bermakna perang atau mengobarkan semangat pertempuran. Pada waktu turunnya wahyu di Makkah, penekanan substansi wahyu tersebut banyak yang menyinggung tindakan yang bersifat persuasif. Nabi Muhammad memperingatkan orang-orang yang menyembah berhala, sekaligus mengajak mereka untuk menyembah Allah dengan senjata al-Q ur’an.

Kedatangan al-Qur’an dengan prinsip-prinsip keadilannya, bagi para elit Makkah tentu akan membahayakan hak-hak monopoli mereka pada sumber- sumber ekonomi dalamm perdagangan. Keberingasan dan kekejaman para kafir Makkah memaksa Nabi berhijrah ke Madinah. Begitu Nabi hijrah ke Madinah, Quraisy Makkah berusaha supaya Nabi tidak punya kedudukan yang kuat disana, sebab pasti akan mengancam posisi mereka, dan pada saat itulah perintah perang diturunkan. Tujuan diturunkan ayat yang memerintahkan berperang bertujuan agar komunitas ini tetap tegar dan tabah, tidak hancur berantakan dalam lingkungan yang serba keras, kasar, penuh kebencian. Jihad dalam arti perang pada saat itu adalah untuk mempertahankan diri dengan segala kesungguhan dengan daya dan upaya.

Menurut Asghar, ajaran Islam tidak memeberikan izin penggunaan kekerasan pada situasi apapun, terkecuali dengan syarat-syarat yang cukup ketat, antara lain:

1. Islam tidak menyetujui apapun agresi yang disebut dengan udwan

(pelanggaran atau melebihi batas). Konsep batas-batas Allah (hudud A lla h)

merupakan konsep yang penting. Allah telah menetapkan batas dan barangsiapa melanggarnya, berarti mengganggu, tidak saja pada dirinya sendiri, tetapi masyarakat dimanapun ia hidup.

2. Islam menjelaskan, batas-batas penggunaan kekerasan. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut akan melukai kehidupan sosial dan struktur moral. Dalam Islam, melewati batas-batas ini bahkan dianggap sebagai dosa.40

Asghar mencontohkan, ada sekelompok militan menggunakan istilah jihad untuk konflik teritorial, umpamanya, Kashmir. Mereka membunuh orang- orang tak berdosa demi kepentingan politis dan membungkusnya dalam jihad. Pembunuhan kejam seperti itu sudah pasti berdampak tidak baik dalam mencitrakan Islam. Konsep jihad dalam Islam tidak ada hubunganya dengan pengertin berperang sama sekali.41

Kelompok jihad dalam masyarakat muslim hari ini, menurut Asghar banyak melakukan ketidak-adilan besar terhadap Islam. Ajakan kekerasan tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam. Hal tersebut berangkat dari ketidak sabaran ataupun kepentingan pribadi, yang membuat mereka mengangkat senjata, kendati problem dapat diselesaikan dengan jalan damai dan demokratis.

40 Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam, op.cit., him. 11-12 41 Ibid., him. 7

Islam sejatinya, adalah agama damai dan menghendaki pengikutnya untuk mempersembahkan diri mereka demi kedamaian dan untuk tunduk kepada Allah.42

Perjuangan untuk menjunjung ajaran luhur Islam menurut Asghar tidak selalu dilakukan dengan menggunakan senjata (kekerasan atau paksaan) . Perjuangan dapat melalui pesan moral dan intelektual: persuasi, kearifan, penebaran kata-kata baik, dan menjadi tauladan dan contoh yang baik (uswatun

hasanah). Asghar mengutip puisi dari Muhammad Iqbal, seorang penyair dari

Urdu, melukiskan makna jihad untuk kehidupan sehari-hari, sebagai b e rik u t:

-Yaqin muhkam ‘amal payham muhabbat fa tih i ‘alam

-Jihad-e-zinaghani mein yeh hain mardom ki shamshiren

Arti dari dua bait puisi diatas adalah, pedang bukanlah satu-satunya senjata dalam jihad. Pedang hanyalah satu dari sekian alat. Senjata seungguhnya adalah keyakinan diri dan usaha terus-menerus dengan cinta dan kepekaan, pada konteks perdamaian, menurut Asghar Ali Engineer, mau 'idlah

hasanah (menyampaikan sesuatu dengan jalan yang baik) dan hikmah

(kearifan) merupakan lebih abadi ketimbang menegakkan sesuatu dengan kekerasan.43

Agama menurut Asghar adalah sumber untuk menciptakan perdamaian. Itulah esensi agama. M ereka yang menggunakan dalih agama untuk melakukan

42 Ibid., him. 19 43 Ibid., him. 105-106.

kekerasan adalah mereka yang bermain dengan kekuasaan44 Islam sebagai ajaran damai tidak secara langsung mengisyaratkan pemaksaan, apalagi dengan menggunakan kekerasan saat menjumpai persoalan religius dan spiritual. Hal yang penting menurut Asghar adalah, bahwa penuangan pembebasan seharusnya tidak membatasi kepada orang muslim semata, karena dalam teks al-Qur’an hanya disebut mustakbirin dan mustadhafin tanpa menyebut mereka

muslim atau tidak. Karena perjuangan dimanapun tidak melibatkan Islam sebagai suatu agama, tetapi lebih kepada seorang muslim adalah penegak kedamaian dan keadilan. Bagaimanapun keadilan dan kedamaian adalah nilai Islam yang dapat diterapkan secara universal 45 Damai jauh lebih fundamental dan juga penting dalam Islam daripada perang, yang identik dengan kekerasan. Dalam konteks dunia modem, jihad sejati adalah menggunakan demokrasi dan institusi untuk mewujudkan tujuan mulia yang dipraktikkan Nabi, yakni berjuang dalam seluruh hidupnya.

44 M aria Hartiningsih dan Imam Prihadiyoko, M akna H idup Bagi Dr. Asghar, diakses melalui http://www.Asghar Ali dan Perdamaian.com

Dokumen terkait