Jumlah Penduduk Penduduk terlayan
JUMLAH KEBUTUHAN PRASARANA AIR LIMBAH PERUMAHAN
NO Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Sekongkang 1659 1686 1723 1756 1789 1824 1859 1894 1930 2 Jereweh 1698 1729 1766 1801 1837 1874 1911 1950 1988 3 maluk 2420 2450 2503 2546 2590 2634 2679 2725 2772 4 Taliwang 8916 9105 9301 9500 9703 9911 10123 10339 10560 5 Brang Ene 1028 1053 1076 1101 1126 1152 1179 1206 1234 6 Brang Rea 2525 2584 2639 2698 2758 2820 2883 2947 3013 7 Seteluk 3102 3188 3257 3338 3420 3504 3591 3680 3770 8 Poto Tano 1876 1927 1968 2016 2065 2115 2167 2220 2274 JUMLAH 23222 23722 24233 24756 25289 25834 26391 26960 27542
6.4.1.4 Program dan Kriteria Penyiapan
Berdasarkan kondisi eksiting dan isu permasalahan yang diangkat pada pengembangan system air limbah di Kabupaten Sumbawa Barat maka akan disusun program dan kegiatan yang kiranya dapat mengatasi isu permasalahan dan menjawab tantangan mengenai air limbah di Kabupaten Sumbawa Barat. Berikut adalah program dan kegiatan yang telah dikumpulkan selama FGD:
1) Pembangunan PS Air Limbah Kws. Pesisir 2) DED IPLT skala Kab/Kawasan
3) Studi UKL/UPL Pembangunan IPLT
4) Fasilitasi Penyusunan DED IPLT Kab. Sumbawa Barat 5) Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat Taliwang
6) Pembangunan Sistem Drainase Primer Zona III Sumbawa Barat 7) Pembangunan IPLT
8) Penyusunan Master Plan Sistem Air Limbah Sklala Kota/Kab. 9) Penyusunan Masterplan Infrastruktur Air Limbah
10) Outline Plan Air Limbah di Kawasan Strategis Kabupaten 11) Pembangunan IPLT Kab. Sumbawa Barat
12) Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Kec. Seteluk 13) Pembangunan Sarana Sanimas Taliwang
14) Pembebasan Lahan PS Air Limbah Pesisir
15) Penyusunan Ranperda Air Limbah Kabupaten Sumbawa Barat 16) DED Pembangunan Air Limbah di Kawasan Strategis Kabupaten 17) Pembangunan IPAL Komunal, Kec. Taliwang
18) Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Kec. Jereweh 19) DED Pembangunan Air Limbah di Kawasan Strategis Kabupaten 20) Pembangunan IPAL Komunal, Kawasan Pesisir
21) Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Kec. Brang Rea 22) Kajian Naskah Akademik penyusunan Raperda Pengelolaan Air Limbah 23) DED Pembangunan Air Limbah di Kawasan Strategis Kabupaten 24) Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Kec. Maluk 25) Pengadaan Truk Tinja
26) Operasional & Pembiayaan IPLT
27) Pemberdayaan Masyarakat Program SLBM - DAK 28) Pemberdayaan Masyarakat Program Sanimas 29) Pembangunan Sarana Sanimas Taliwang 30) Pembangunan SLBM - DAK
Arahan pentahapan pencapaian sektor sanitasi
Berdasarkan SSK Kab. Sumbawa Barat (2011), Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan:
1. Arah pengembangan kabupaten yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa Barat. 3. Kawasan beresiko sanitasi.
4. Kondisi fisik wilayah.
Kabupaten Sumbawa Barat telah berkembang menjadi Pusat Kegiatan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang
berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC
(black water). Sehingga baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dan berkesinambungan dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat.
Di dalam SSK telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perKabupaten atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan baik komersial atau rumah tangga, serta resiko kesehatan lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Sumbawa Barat,
yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).
Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut :
Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam
jangka pendek dengan pilihan sistem setempat (on site) dengan skala rumah tangga.
Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 5 desa/Kelurahan, yaitu: Kiantar, Poto Tano, Rempe, Tapir, Seteluk atas. Ketiga wilayah ini kepadatan penduduknya dihitung berdasarkan luas administrasi wilayah, sehingga penentuan sistemnya adalah on site, dan melihat dari potensi wilayah atau dihitung
berdasarkan wilayah pengembangan maka penentuan sistemnya itu berbasis rumah tangga.
Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka
pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk pada wilayah terbangunnya, maka pemilihan sistem nya adalah sistem setempat (on site) dengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah tangga), IPAL Setempat dan Gabungan.
Zona ini mencakup 6 desa/kelurahan, yaitu:Batu Putih, Banjar, Lalar Liang,Labuan Lalar, Loka Seren
Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan
padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan
sistem terpusat (off site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup 2 desa/kelurahan,
yaitu:Lalar Liang, Labuan Lalar, Sempi, Seloto
Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan
padat. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site). Zona ini
mencakup 22 dea/ Kelurahan(di kec Maluk dan Taliwang).
Berdasarkan SSK Kab. Sumbawa Barat (2011), Strategi Dalam Penanganan Limbah Cair meliputi:
A. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site untuk perbaikan kesehatan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah
sistem setempat (on site) melalui sistem komunal.
B. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya pengelolaan air limbah permukiman/domestik
Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman/domestik.
C. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
Menyusun peraturan daerah yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air
limbah permukiman/domestik.
Menyebarluaskan informasi peraturan terkait pengelolaan air limbah
permukiman/domestik
Menerapkan peraturan yang telah dibuat.
D. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman/domestik.
Mendorong pembentukan dan penguatan institusi pengelola air limbah
permukiman
Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan air limbah permukiman.
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
Mengembangkan sumberdaya manusia dalam pengelolaan air limbah
permukiman/domestik.
E. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman/domestik. Strategi yang diterapkan
adalah pembiayaan bersama pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.
A. Bantuan Teknis Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Sumbawa Barat
Skenario pengelolaan air limbah Kabupaten Sumbawa Barat di tahun 2019 dapat dijabarkan sebagai berikut sesuai kondisi wilayahnya, yaitu :
Sesuai dengan flow diagram di atas, bantuan teknis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana daerah-daerah di Kabupaten Sumbawa Barat yang belum
terlayani sanitasi dasar dengan baik kemudian dilakukan perencanaan sekaligus
konstruksi IPAL secara offsite system.
2. Perbaikan sarana dan prasarana dasar sanitasi warga masyarakat yang tidak
memungkinkan dilakukan konstruksi IPAL secara offsite system karena tingkat
kepadatan penduduknya rendah sehingga instalasi tidak ekonomis. Sarana dan prasarana sanitasi dasar ini dapat berupa IPAL Komunal.
3. Pengelolaan IPAL daerah rural dan perdesaan dapat diserahkan kepada instansi
semisal Badan Lingkungan Hidup atau Dinas Kesehatan dengan biaya retribusi sesuai dengan kemampuan masyarakat kota Mataram.
4. Pengelolaan IPAL Komunal maupun IPAL Offsite system setingkat
perumahan/perdesaan dapat diserahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelembagaan pengelola air limbah dan ditentukan tarifnya oleh Pemkot Mataram