Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana
program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti
rencana pengembangan permukiman, rencana penataan
bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan
sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan
lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor
dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan,
dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi.Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
6.1.2
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permassalahan &
Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Sumbawa barat, memiliki beberapa isu yaitu:
1. Kawasan kumuh berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk pencapaian SPM Pengembangan Permukiman memiliki luas sebesar 292 Ha.
2. Menurut data hingga kini jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) di kabupaten yang berada di ujung barat Pulau Sumbawa itu tercatat 3.883 unit.
Tabel 6.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman Kabupaten Sumbawa Barat
NO ISU STRATEGIS KETERANGAN
1 Kawasan Kumuh Yang Masih Banyak Kawasan kumuh berdasarkan data Kementerian
Pekerjaan Umum (PU) untuk pencapaian SPM Pengembangan Permukiman memiliki luas sebesar 292 Ha.
2 RTLH masih mendominasi di KSB Menurut data hingga kini jumlah rumah tidak layak
huni (RTLH) di kabupaten yang berada di ujung barat Pulau Sumbawa itu tercatat 3.883 unit.
3 Degradasi Lingkungan Degradasi Lingkungan Pesisir yang mengakibtakan
terjadinya permukiman kumuh di sepanjang pinggir pantai di Kabupaten Sumbawa Barat Kawasan Kumuh
Sumber: hasil Kompilasi, 2014
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Berdasarkan Kondisi yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki kawasan perumahan yang terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu rumah layak huni dan rumah tidak layak huni. Berdasarkan data BPS, Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 6.2 Jumlah rumah Menurut Kondisi Rumah di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2013
NO Kecamatan Layak Tidak Layak Jumlah
1 Sekongkang 1497 385 1882
2 Jereweh 1967 171 2138
3 Maluk 2465 189 2654
4 Taliwang 8982 1047 10029
5 Brang Ene 1100 294 1394
6 Brang Rea 2299 635 2934
7 Seteluk 3537 710 4247
8 Poto Tano 1643 602 2245
Jumlah 23490 4033 27523
Sumber: Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka, 2014
Tabel 6.3 Tabel Jumlah Kawasan Kumuh Prioritas Penangan di Kabupaten Sumbawa Barat
No Nama
Permukiman Lokasi
Luas (Ha)
1
Arab Kenanga
Kecamatan Taliwang
285
2Telaga Bertong
Kecamatan Taliwang
242,2
3
Dalam
Kecamatan Taliwang
240
4
Sampir
Kecamatan Taliwang
231,20
5
Bugis
Kecamatan Taliwang
207,5
6
Menala
Kecamatan Taliwang
204,50
Jumlah
1.410,40
Sumber: SK Permukiman Kumuh
Selain itu berdasarkan hasil identifikasi dokumen sector dan Hasil FGD yang dipaparkan oleh Provinsi, Kabupaten Sumbawa Barat menanggapi kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat ada pada Kelurahan Menala, Kelurahan Sampir, Kelurahan Bugis, Kelurahan Telaga Bertong, Kelurahan Dalam, Kelurahan Arab Kenanga dan Kelurahan Komuter Telu.
Lokasi Kawasan Kumuh yang masih belum keluar secara jelas pada dokumen sector yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, oleh itu diperlukan identifikasi lebih lanjut mengenai profil permukiman kumuh, SPPIP/RP2KP dan RPKPP Kabupaten Sumbawa Barat. (Mengingat Perkembangan Kawasan Kumuh berkembang secara sporadis)
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan Pengembangan Permukiman
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
6.1.3
Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Pada analisis kebutuhan perumahan di Kabupaten Sumbawa Barat, didasarkan pada jumlah
penduduk berdasarkan data BPS pada tahun 2012 – 2014.Berdasarkan hasil proyeksi
penduduk yang dilakukan, maka dapat diketahui jumlah kebutuhan perumahan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat hingga tahun 2019 dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 6.4 Hasil Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2014 – 2019
JUMLAH PENDUDUK
NO Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Sekongkang 8295 8431 8615 8780 8947 9118 9293 9470 9651
2 Jereweh 8489 8644 8831 9007 9187 9370 9557 9748 9942
3 maluk 12098 12252 12516 12731 12949 13171 13396 13626 13859
4 Taliwang 44578 45525 46505 47500 48515 49553 50613 51695 52800
5 Brang Ene 5139 5263 5379 5503 5630 5760 5893 6029 6168
6 Brang Rea 12623 12918 13194 13489 13791 14099 14415 14737 15067
7 Seteluk 15511 15941 16286 16688 17100 17522 17954 18398 18852
8 Poto Tano 9379 9634 9841 10081 10326 10577 10835 11098 11368
JUMLAH 116112 118608 121167 123778 126445 129170 131955 134801 137708
JUMLAH KEBUTUHAN PERUMAHAN
NO Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Sekongkang 1659 1686 1723 1756 1789 1824 1859 1894 1930
2 Jereweh 1698 1729 1766 1801 1837 1874 1911 1950 1988
3 maluk 2420 2450 2503 2546 2590 2634 2679 2725 2772
4 Taliwang 8916 9105 9301 9500 9703 9911 10123 10339 10560
5 Brang Ene 1028 1053 1076 1101 1126 1152 1179 1206 1234
6 Brang Rea 2525 2584 2639 2698 2758 2820 2883 2947 3013
7 Seteluk 3102 3188 3257 3338 3420 3504 3591 3680 3770
8 Poto Tano 1876 1927 1968 2016 2065 2115 2167 2220 2274
JUMLAH 23222 23722 24233 24756 25289 25834 26391 26960 27542
6.1.4
Program Sektor Pengembangan Permukiman
Berdasarkan kondisi eksisting dan disesuaikan dengan isu pengembangan di Kabupaten Sumbawa Barat. Pengembangan Kabupaten Sumbawa barat lebih diarahkan pada pengembangan kawasan strategis Kabuapten yang berada di Kawasan Strategis Provinsi: 1) Kawasan Agroindustri Poto Tano berada di Kecamatan Poto Tano dengan sektor
unggulan pertanian dan industri;
2) Kawasan Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan pariwisata;
3) Kawasan Ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini berada di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa.
Dan kawasan Strategis Kabupaten:
1) Kawasan Perkotaan Taliwang yang merupakan Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat (PKWp)
2) Kawasan Poto Tano yang merupakan pintu gerbang kabupaten dan pulau Sumbawa dengan fungsi utama sebagai simpul transportasi darat dan laut, dan sebagai kawasan agroindustri;
3) Kawasan Strategis Agropolitan Kemutar Telu yang meliputi Kecamatan Seteluk, Kecamatan Jereweh, dan Kecamatan Brang Rea dengan sektor unggulan pertanian, peternakan, dan perkebunan;
4) Kawasan Strategis Labuhan Lalar sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya air payau/tambak, pariwisata bahari, pelestarian ekosistem, dan kawasan pelabuhan;
5) Kawasan Strategis Maluk sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem, dan kawasan pelabuhan;
6) Kawasan minapolitan Teluk Kertasari dengan sektor unggulan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan wisata bahari;
7) Kawasan Strategis Sekongkang dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, dan pertambangan;
8) Kawasan Strategis Gili Balu sebagai kawasan wisata bahari.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dalam perencanaan program dan kegiatan pengembangan permukiman terbagi menjadi 2 (dua), yaitu Program pengembangan kawasan Permukiman Perkotaan dan Program dan kegiatan pengembangan kawasan permukiman Perdesaan. Berikut adalah program berikut:
Program Pengembangan kawasan Permukiman Perkotaan
1. Penyusunan Pengembangan Kawasan dan Pengembangan Permukiman 2. Perencanaan DED Permukiman Kumuh Perkotaan
Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan 1. Supervisi Konstruksi Kawasan Perdesaan Potensial
2. Peningkatan Jalan Pros Desa dan Jalan Kawasan Agropolitan 3. Pengawasan Jalan Poros Desa dan Jalan Kawasan Agropolitan 4. Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
6.1.5
Usulan Program dan Kegiatan
Pada subbab sebelumnya memiliki tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan.Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan permukiman yang diusulkan dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 6.5 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Sumbawa Barat
NO PROGRAM/KEGIATAN VOLUME/SATUAN BIAYA (RP
X1000) LOKASI
KRITERIA KESIAPAN
1 Penyusunan Pengembangan Kawasan dan Pengembangan
2 Perencanaan DED Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Menala
1 Laporan
50000
Kel. Menala Kab. Sumbawa Barat
3 Perencanaan DED Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Sampir
1 Laporan
50000
Kel. Sampir Kab. Sumbawa Barat
4 Perencanaan DED Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Bugis
1 Laporan
50000
Kel. Bugis Kab. Sumbawa Barat
5 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
6 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP)
1 Kawasan
7 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
8 Perencanaan DED Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Dalam
1 Laporan
50000
Kel. Dalam Kab. Sumbawa Barat
NO PROGRAM/KEGIATAN VOLUME/SATUAN BIAYA (RP
X1000) LOKASI
KRITERIA KESIAPAN
10 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Menala
1 Kawasan
11 Supervisi Konstruksi Kawasan Perdesaan Potensial
12 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
13 Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec, Jereweh
1 Kawasan
15 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
16 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Sampir
1 Kawasan
17 Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
1 Kawasan
18 Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
1 Kawasan
19 Pengawasan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
1 Paket
20 Pengawasan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
1 Paket
21 Supervisi Konstruksi Kawasan Perdesaan Potensial
22 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
23 Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
1 Kawasan
24 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
1 Kawasan
0
Sumbawa Barat
25 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Bugis
1 Kawasan
26 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
27 Peningkatan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec, Jereweh
NO PROGRAM/KEGIATAN VOLUME/SATUAN BIAYA (RP
X1000) LOKASI
KRITERIA KESIAPAN
28 Pengawasan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
1 Paket
29 Pengawasan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kec. Tepas
30 Supervisi Konstruksi Kawasan Perdesaan Potensial
31 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Dalam
1 Kawasan
32 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Telaga Bertong
Sumber: hasil Kompilasi 2014
6.1.6
Usulan Pembiayaan Pengembangan Perumahan
Berdasarkan usulan program dan kegiatan yang ada di atas, maka akan diidentifikasi pembiayaan yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan kegiatan terssebut. Berikut adalah usulan pembiayaan yang kiranya dapat dijalnkan.
Tabel 6.6 Usulan Pembiayaan Program/kegiatan
NO PROGRAM/KEGIATAN APBN APBD
Prov
APBD
Kab/Kota Swasta Masyarakat TOTAL
1 Penyusunan Pengembangan Kawasan dan Pengembangan 2 Perencanaan DED Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Menala
3 Perencanaan DED Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Sampir
4 Perencanaan DED Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Bugis
5 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 6 Rencana Pengembangan Kawasan
Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP)
7 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 8 Perencanaan DED Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Dalam
9 Perencanaan DED Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Telaga
NO PROGRAM/KEGIATAN APBN APBD Prov
APBD
Kab/Kota Swasta Masyarakat TOTAL
Bertong
10 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kel. Menala
11 Supervisi Konstruksi Kawasan
Perdesaan Potensial 12 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 13 Peningkatan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec, Jereweh
15 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 16 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Sampir
17 Peningkatan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
18 Peningkatan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
19 Pengawasan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
20 Pengawasan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
21 Supervisi Konstruksi Kawasan
Perdesaan Potensial 22 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 23 Peningkatan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Tepas
24 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan 25 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Bugis
26 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan
Potensial 27 Peningkatan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec, Jereweh
NO PROGRAM/KEGIATAN APBN APBD Prov
APBD
Kab/Kota Swasta Masyarakat TOTAL
28 Pengawasan Jalan Poros Desa dan Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kemuter Telu Kec. Jereweh
29 Pengawasan Jalan Poros Desa dan
Talud Jalan Kaw. Agropolitan Kec. Tepas 30 Supervisi Konstruksi Kawasan
Perdesaan Potensial 31 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Dalam
32 Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan Kel. Telaga Bertong Sumber: Hasil Kompilasi, 2014
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
A. Arahan Kebijakan Kegiatan PBL
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
Status kepemilikan bangunan gedung
Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahu 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut.Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
B. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah Negara
2. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan 3. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan
4. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
5. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
6. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatanpada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baiksehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkunganpemukiman kumuh
dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkunganpemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. Isu Strategis PBLUntuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang memengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait PBL diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015,
khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
1990 dan 2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei – 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM;
f. pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara. 3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai
c. keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Adapun isu strategis sektor PBL Kabupaten Sumbawa Barat adalah sebagai berikut.
Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Sumbawa barat, dengan jumlah 292
Ha. Dengan jumlah penduduk 116802 jiwa. (Pencapaian SPM Pengembangan Permukiman)
Jumlah penduduk miskin masih cukup banyak (tahun 2009 sebanyak 21.568 jiwa atau
21,34 %.
Prasarana dan sarana sosial ekonomi pertanian, pengairan/irigasi dan energi masih
berupa teknologi sederhana dan belum dikelola secara optimal, sehingga belum mampu mengatasi kesenjangan antarwilayah dan antarpelaku pembangunan.
Adanya kawasan perdagangan dan jasa di pusat perkotaan Taliwang yang belum
berkembang dengan baik, baik dari sisi infrastruktur maupun sarana serta prasarananya. Hal ini berdampak kepada target skala pelayanan yang akan dilayaninya.
B. Kondisi Eksisting
RTBL Kawasan Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, 2012
Perkotaan Taliwang ini berada pada wilayah administrasi Kecamatan Taliwang, yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat yang memiliki wilayah seluas 375,93 km2, terdiri dari 6 kelurahan dan 7 desa. Adapun uraian nama kelurahan dan desa yang berada di kecamatan taliwang diantaranya adalah BAtu Putih, Lalar Liang, Labuan Lalar, Labuan Kertasari, Telaga Bertong, Kuang, Bugis, Dalam, Menala, Sampir, Tamekan, Seloto dan Desa Persiapan Sermong.
Peraturan DaerahNo 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung
Terkait dengan penyelenggaraan pembangunan gedung di Kabupaten Sumbawa Barat, secara prosedural seharusnya dapat melalui langkah-langkah penyelenggaraan bangunan gedung sesuai dengan Perda No. 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung. Sementara itu berdasarkan kondisi saat ini, penyelenggaraan bangunan gedung di Kabupaten Sumbawa Barat banyak yang tidak melalui persyaratan peraturan daerah tersebut, banyak yang mendirikan bangunan dengan tidak mengindahkan aspek-aspek tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung yang terdapat didalam persyaratan membangun bangunan di Kabupaten Sumbawa Barat (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain adalah sebagai berikut.
Penataan Lingkungan Permukiman:
kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran masih kurang diperhatikan;
belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama
kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
masih rendahnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien
dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil
di seluruh Indonesia;
meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian;
lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya
banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah
raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah
dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
Program Bangunan dan Lingkungan;
Konsep dasar perencanaan tata bangunan dan lingkungan, yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain. Adapun konsep dasar perancangan kawasan dalam kawasan pengembangan Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Konsep pengelolaan lahan
Konsep pengolahan lahan pada koridor jalan utama perkotaan taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat lebih difokuskan pada pengolahan daerah rawan genangan, hal ini dikarenakan pada kawasan perencanaan merupakan salah satu daerah rawan banjir di sepanjang aliran sungai dikarenakan kawasan perencanaan merupakan daerah rawan banjir disepanjang aliran sungai dikarenakan dampak dari perubahan tata guna lahan pada kawasan hulu sungai dan kondisi tanah yang bertekstur lempung sehingga kawasan resapan air sering mengalami banjir. Beberapa konsep dari pengolahan lahan pada kawasan perencaan diarahkan sebagai berikut:
Perbaikan fungsi drainase
Mempertahankan dan menambahkan daerah resapan
2. Konsep Penataan Bangunan
Konsep penataan bangunan pada koridor jalan utama perkotaan taliwang, kabupaten Sumbawa barat diarahkan sebagai berikut:
Pengembangan sistem blok dilakukan bila ada pihak yang membebaskan
seluruh area yang dibatasi secara fisik oleh jalan atau saluran
Bila dalam area yang akan dibebaskan terdapat bangunan yang
mempunyai nilai kesejarahan atau nilai arsitektural yang khas, maka pengembangan blok harus diarahkan untuk mempertahankan eksistensi bangunan tersebut.
3. Konsep Tata Masa Bangunan
Komposisi tata bangunan ditetapkan dengan pertimbangan :
Faktor geografis, lansekap lingkungan, visual dan fungsi bangunan
Ketentuan identitas pemanfaatan lahan aksesibilitas, GSB, KLB, KDB,
KDH ketinggian bangunan, orientasi dan selubung bangunan;
Menghindari dominasi massa bangunan terhadap lingkungan dengan
Keberadaan bangunan tradisional yang bernilai yang ada di Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, harus menghindari ekspansi bangunan baru yang mengancam eksistensi bangunan tradisional tersebut.
Orientasi Bangunan, dasar pertimbangan dalam penentuan orientasi bangunan adalah:
Kondisi fisik kawasan yang mencakup : arah sirkulasi matahari, jarak anta
bangunan, estetika, klimatologi dan aksesibilitas.
Kondisi non fisik kawasan, mencakup: ideology, nilai-nilai sosial-budaya,
aksentuasi, dan makna ruang yang akan diciptakan
Berbatasan langsung dengan selat alas pada bagian barat sebagai focus
orientasi kawasan 4. Konsep Fasade Bangunan
Konsep fasade bangunan yang direncanakan di kawasan perencanaan adalah bangunan dengan gaya arsitektural kontemporer. Hal ini didasarkan pada bangunan dengan fungsi pertokoan lebih banyak dibandingkan dengan bangunan dengan fungsi lainnya.
5. Konsep Penetapan Bangunan Kunci
Setelah diketahui konsep penetapan fasade bangunan pada kawasan perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah konsep penetapan bangunan kunci. Bangunan kunci merupakan bangunan dengan arsitektural asli yang terdapat pada kawasan perencanaan, dimana pembangunan yang dilakukan di masa mendatang akan berkembang dari bangunan kunci yang ada
6. Konsep Visual Bangunan
Konsep visual bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan lebih dititik beratkan pada kawasan kajian vocal point yang merupakan titik atau satu lokasi dari suatu kawasan atau area yang sangat strategis untuk dijadikan sebagai point of interest suatu kawasan.Lokasi-lokasi vocal point biasa pada perempatan, pertigaan dan tikungan. Sedangkan jalan kusuma bangsa kondisi jalan cenderung linier, dan dikawasan tersebut terdapat tikungan yang bias dijadikan vocal point.
7. Konsep Skyline
Didalam konsep pengembangan, garis langit dibuatka lebih bervarian dengan cara mengatur ketinggian bangunan di wilayah perencanaan sehingga menghasilkan skyline yang berbentuk harmonis dan sekuensial.
8. Konsep Penataan Sirkulasi
9. Konsep Penataan RTH
Rencana ruang terbuka di luar tapak diantaranya mempertahankan dan lebih meningkatkan jalur hijau yang ada di sepanjang tepi koridor jalan utama perkotaan taliwang, kabupaten Sumbawa barat. Pada wilayah perencanaan seluruh jalur utama memiliki jalur hijau pad median jalan. Selain itu, konsep ruang terbuka diarahkan kepada konsep ruang terbuka di dalam tapak, sebagai kontribusi peningkatan ruang terbuka hijau privat kawasan untuk perkotaan. 10. Konsep Street Furniture
Dalam penataan kawasan RTBL Perkotaan Taliwang ini beberapa konsep street furniture yang menjadi aspek penataan diantaranya adalah lampu penerangan jalan, tempat sampahpos polisi, hydrant, pedestrian atau trotoar untuk pejalan kaki.
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan dan ruang terbuka hijau.
1. Konsep Peruntukan Makro
Perkotaan taliwang merupakan pusat kegiatan wilayah pomosi (PKWp) di Kabupaten Sumbawa Barat dan menjadi pusat pelayanan bagi Kabupaten Sumbawa barat, hal ini didasari oleh pengaturan hirarki pelayanan Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam tinjauan kebijakan RTRW Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010-2030 menjelaskan bahwa perkotaan taliwang dalam rencana struktur ruang RTRW Kabupaten Sumbawa Barat berfungsi sebagai:
Pusat Pemerintahan
Simpul transportasi skala wilayah
Pusat perdagangan, bisnis, keuangan dan jasa skala regional dan atau
nasional;
Pusat pelayanan pemerintahan skala kabupaten
Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan
Pusat pelayanan umum dan sosial skala regional
2. Konsep Peruntukan Mikro
perencanaan, adapun rincian yang terdapat didalam dokumen RTBL Perkotaan Taliwang adalah sebagai berikut:
Tabel 6.7 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro No Blok Sub Blok Luas (Ha)
1 Blok A A1 6,32
A2 7,29
A3 8,75
A4 6,80
2 Blok B B1 4,86
B2 7,78
B3 17,49
Total 59,29
Sumber: RTBL Perkotaan Taliwang, 2012
Adapun rencana penggunaan lahan mikro pada kawasan perencanaan adalah sebai berikut:
1. Perencanaan Segmen 1 (Sub Blok A1)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan 1 (6,32 Ha) adalah sebagai kawasan permukiman dan perdagangan jasa skala pelayanan lokal. Berikut ini adalah rencana penggunaan lahan segmen blok A1:
Tabel 6.8 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro A1
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 1,918 1,918 90 1,8
2 Pergudangan 0,384 0,384 80 1,7
3 Perkantoran 1,023 1,023 70 1,4
4 Permukiman 2,430 2,430 80 1,6
Total 5,775 5,775
2. Perencanaan Segmen II (Sub Blok A 2)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan II memiliki luas sebesar 7,801 Ha) adalah sebagai kawasan perdagangan jasa skala kabupaten, bahkan kawasan ini juga merupakan kawasan sentra perdagangan jasa di Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat. Berikut ini adalah rencana penggunaan lahan segmen sub blok A2.
Tabel 6.9 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro A2
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 4,220 4,220 90 2,7
2 Perkantoran 1,662 1,662 80 2,4
3 Permukiman 1,151 1,151 80 2,4
4 Pendidikan 0,128 0,128 60 1,8
5 Peribadatan 0,128 0,128 80 2,4
6 RTH Taman 0 0,512 - -
Total 7,291 7,801
Sumber: RTBL Perkotaan Taliwang, 2012
3. Perencanaan Segmen III (A3)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan ini memiliki luas wilayah sebesar 8,185 Ha, dengan dominasi penggunaan lahan sebagai permukiman, perdagangan jasa skala lokal serta perkantoran skala lokal. Berikut ini adalah uraian penggunaan lahan pada sub blok A3:
Tabel 6.10 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro A3
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 1,151 1,151 90 1,8
2 Perkantoran 2,686 2,686 70 1,4
3 Permukiman 4,220 4,220 80 1,6
4 Pendidikan 0,128 0,128 60 1,2
Total 8,185 8,185
4. Perencanaan Segmen IV (A4)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan IV ini memiliki luas sebesar 6,80 Ha sebagai sub pusat pelayanan di wilayah perencanaan dengan arahan pengembangan fungsi sebagai permukiman, perdagangan jasa skala kabupaten, pergudangan, pusat simpul transportasi kabupaten/terminal tipe B. berikut ini adalah uraian mengenai penggunaan lahan pada sub blok A4 diantaranya adalah:
Tabel 6.11 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro A4
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 1,535 1,535 80 2,4
2 Pergudangan 1,918 1,918 70 1,4
3 Permukiman 1,023 1,023 80 1,6
4 Kesehatan 0,128 0,128 60 1,2
5 Pasar 0,256 0,256 80 2,4
6 Tegalan 2,430 2,430 - -
7 Terminal 0,128 0,128 40 0,8
Total 6,80 6,80
Sumber: RTBL Perkotaan Taliwang, 2012
5. Perencanaan Segmen V (B1)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan V ini memiliki luas sebesar 3,251 Ha sebagai blok peruntukan perumahan dan perdagangan jasa skala lokal. Berikut ini merupakan uraian mengenai rencana penggunaan lahan pada segmen tersebut:
Tabel 6.12 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro B1
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 1,409 1,409 80 1,6
2 Pergudangan 0,650 0,650 80 1,6
3 Permukiman 1,192 1,192 80 1,6
Total 3,251 3,251
6. Perencanaan Segmen VI (B2)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan VI ini memiliki luas sebesar 5,094 Ha sebagai blok peruntukan perkantoran, pendidikan serta pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten. Berikut ini merupakan uraian mengenai rencana penggunaan lahan pada segmen tersebut:
Tabel 6.13 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro B2
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 0,975 0,975 80 2,4
2 Pergudangan 1,626 1,626 80 1,5
3 Permukiman 0,542 0,542 80 2,4
4 Pendidikan 0,650 0,650 70 1,8
5 Kesehatan 0,759 0,759 60 1,8
6 RTH Lapangan 0,542 0,542 - -
Total 5,094 5,094
Sumber: RTBL Perkotaan Taliwang, 2012
7. Perencanaan Segmen VII (B3)
Rencana penggunaan lahan mikro pada segmen perencanaan VII ini memiliki luas sebesar 17,49 Ha sebagai blok peruntukan pusat pelayanan skala kabupaten, pusat perkantoran kabupaten, perdagangan jasa skala kabupaten-regional. Berikut ini merupakan uraian mengenai rencana penggunaan lahan pada segmen tersebut:
Tabel 6.14 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Lahan Mikro B3
No Penggunaan Lahan Luas Rencana
KDB (%)
Rencana KLB Fungsi Awal Fungsi Akhir
1 Perdagangan dan Jasa 0,434 0,434 80 2,4
2 Pergudangan 3,251 3,251 80 2,4
3 Permukiman 0,542 0,542 80 2,4
4 Peribadatan 0,542 0,542 60 1,8
5 Tegalan 0,542 0,542 - -
6 Sawah 5,636 5,636 - -
7 RTH Lapangan 10,838 - - -
8 RTH Taman - 10,838 - -
Total 17,49 17,49
Rencana Investasi;
Paket investasi merupakan susunan program pengembangan dan investasi
pembangunan yang dapat ditawarkan kepada para stakeholders yang
berkepentingan. Paket investasi di wilayah perencanaan ini terdiri dari beberapa pola dan pendekatan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Skenario Strategi Rencana Investasi
Paket investasi merupakan susunan program pengembangan dan investasi pembangunan yang dapat ditawarkan kepada para stakeholders yang berkepentingan. Beberapa pertimbangan dalam pengembangan investasi ini adalah:
Paket Investasi Pertama yang dapat diusulkan terkait dengan
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan dan penyehatan lingkungan di wilayah perencanaan:
- Peningkatan kualitas layanan infrastruktur
- Penataan sempadan jalan dan sungai
Dalam rencana program investasi jangka menengah terdapat 2 (dua) hal
yang akan ditekankan, yaitu penataan bangunan dan lingkungan serta penyehatan lingkungan. Paket investasi yang dapat diusulkan terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan:
- Penataan Bangunan
- Penataan Signage dan Perabot Jalan
- Penghijauan Kawasan
- Penghijauan Kawasan
- Peningkatan Kualitas Saluran Drainase
Skenario pengembangan struktur kawasan Perkotaan Taliwang juga akan
membawa dampak investasi yang positif bagi sektor perekonomian Perkotaan Taliwang. Paket Investasi yang direkomendasikan terkait dengan skenario pengembangan struktur ruang kawasan antara lain:
- Pengembangan RTH sekiar dermaga, median jalan dan sempadan
sungai
- Pembangunan pedestrian sesuai dengan fungsinya
- Penataan Gate/Gerbang Kawasan
- Perlu Peninggian median jalan menjadi 60 cm
2. Pola Kerjasama Operasional Investasi
Kerjasama dalam bentuk Kerjasama Operasional (KSO) atau BOT merupakan salah satu solusi untuk penerapan teknologi informasi, sehingga resiko investasi (Hardware, Software dan Brainware) dan resiko pelaksanaan sistem akan berada di pihak investor. Bentuk KSO ini terdiri dari 2 (dua) macam, yang pertama adalah KSO dengan entitas hukum terpisah (Separate Legal Entity) dari legalitas hukum para partisipan KSO, yang bias berbentuk badan hukum atau persekutuan; kemudian yang selanjutnya adalah KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah (dapat berbentuk Pengendalian Bersama Operasi (PBO) dan Pengendalian Bersama Aset (PBA).
Pola skenario dan pentahapan rencana investasi merupakan susunan program pengembangan dan investasi pembangunan yang dibagi menjadi beberapa pengelola paket investasi dalam perkotaan taliwang, serta dapat ditawarkan kepada para stakeholders yang berkepentingan. Pola skenario dan pentahapan rencana investasi di wilayah perencanaan ini disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Tabel 6.15 Pola Skenario dan Pentahapan Rencana Investasi RTBL Perkotaan Taliwang
No Nama Program Lokasi Sumber
Pembiayaan
Pola Pengelolaan Paket Investasi Pemerintah Swasta Masyarakat
1 Program Investasi
Bangunan
1.1 Bangunan Perumahan
1.1.1 Program Pembangunann
mengikuti pedoman
pembangunan yang
telah ada
Semua Segmen/Blok
Swadaya/ Swasta
√ √
1.2 Bangunan Pertokoan
dan Perdagangan 1.2.1 Program
Pembangunann
mengikuti pedoman
pembangunan yang
telah ada
Semua Segmen/Blok
Swadaya/ Swasta
√
No Nama Program Lokasi Sumber Pembiayaan
Pola Pengelolaan Paket Investasi Pemerintah Swasta Masyarakat 1.3.1 Program
2.1 Jaringan Air Bersih
2.1.1 Peningkatan kualitas
dan
2.2 Jaringan Drainase
2.2.1 Perbaikan Kondisi Fisik Saluran Drainase
2.2.3 Sistem Pengamanan
Kebakaran
2.2.4 Penambahan hydrant
pada kawasan
3 Sistem Perparkiran
No Nama Program Lokasi Sumber Pembiayaan
Pola Pengelolaan Paket Investasi Pemerintah Swasta Masyarakat
3.1.2 Pengawasan pola
3.1.3 Pemberian Tanda Pola Elevasi sudut Parkir
yang sesuai pada
3.2.1 Pendataan kawasan
yang dapat digunakan untuk kawasan parkir
3.2.2 Pembentukan bentuk
Pola bangunan untuk
4 Morfologi Jalan
No Nama Program Lokasi Sumber Pembiayaan
Pola Pengelolaan Paket Investasi Pemerintah Swasta Masyarakat
polisi Segmen/Blok Swasta
7 Penerangan jalan
7.1 Penambahan Lampu
Penerangan Jalan
Semua Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √
7.2 Street Furniture
7.3 Pengadaan Tempat
Sampah
Semua Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √
7.4 Pengadaan Pot
Tanaman
Semua Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √
8 Penghijauan
8.1 Penataan ruang luar
dan dalam tapak
Semua Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √ √
8.2 Panambahan
Tanaman
Semua Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √ √
8.3 Pemeliharaan Semua
Segmen/Blok
APBD, Swasta
√ √ √
Sumber: RTBL Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat 2012
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Didalam pengendalian rencana RTBL Perkotaan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, ditetapkan beberapa aspek pengendalian perancangan kawasan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan KDB & KLB
2. Persyaratan Jarak Antar Bangunan 3. Persyaratan Orientasi Bangunan 4. Persyaratan Selubung Bangunan 5. Persyaratan GSB
6. Persyaratan Komponen Bangunan 7. Persyaratan Materian Eksterior 8. Persyaratan Spesifik Lainnya
1. Penetapan alat-alat dan proedur pengendalian pelaksanaan, seperti dalam mekanisme perizinan IMB, review tim ahli bangunan gedung (TABG) dan penerapan insentif/disinsentif
2. Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan materi teknis dokumen RTBL 3. Evaluasi pelaksanaanperan para pemangku kepentingan sesuai kesepakatan
dalam penataan bangunan dan lingkungan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat maupun pemerintah
4. Pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perizinan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di Lokasi Penataan
5. Penerapan mekanisme sanksi dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan
Berikut ini adalah kriteria dan pertimbangan pengendalian yang tercantum didalam Dokumen RTBL Kawasan Perkotaan Taliwang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan kepentingan public
2. Mempertimbangkan keragaman pemangku kepentingan yang dapat memiliki kepentingan berbeda
3. Mempertimbangkan pendayagunaan SDM dan sumber daya alam (ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan) lokal seperti masyarakat setempat beserta kegiatan sosial budayanya
Terkait dengan arahan pengendalian rencana, rumusan pembinaan pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam kawasan perkotaan taliwang peranan pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung pembangunan infrastruktur kawasan. Untuk pemerintah pusat, perannya adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim investasi yang produktif, antara lain memperpendek birokrasi perizinan dalam penanaman modal di sektor property
2. Merealisasikan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas kawasan guna meningkatkan daya tarik kawasan bagi investor
3. Menyediakan lahan untuk pengembangan kawasan skala besar (Kasiba/Lisiba) 4. Memberikan insentif dalam pembangunan Pusat Perdagangan dan jasa
(perdagangan skala menengah), baik berupa dana hibah, bantuan PSU, maupun stimulan.
Sedangkan peran pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah mempunyai peran sentral dalam pengadaan , antara lain dalam bentuk kepemilikan terhadap lahan, penyediaan bahan bangunan, tenaga kerja dsb
2. Menyediakan lahan untuk pengembangan kawasan skala besar (Kasiba/Lisiba) 3. Menciptakan iklim investasi yang produktif, antara lain memperpendek birokrasi
4. Merealisasikan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas kawasan guna meningkatkan daya tarik kawasan bagi para investor.
Berikut ini adalah kriteria dan pertimbangan pengendalian yang tercantum didalam Dokumen RTBL Kawasan Perkotaan Taliwang, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
Dialam dokumen RTBL Kawasan Perkotaan Taliwang, aspek-aspek yang dikendalikan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas meningkat berkelanjutan. Berikut ini adalah aspek-aspek yang terdapat didalam pedoman pengendalian pelaksanaan:
1. Mekanisme perizinan
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.Ijin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing.Ijin yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam hal ini Gubernur Nusa Tenggara Barat ketat yang termasuk dalam kewenangan provinsi. Adapun kawasan pengendalian ketat meliputi pemanfaatan ruang di sekitar:
- Wilayah aliran sungai, sumber air dan stren kali dengan sempadannya
- Kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian lingkungan hidup
meliputi kawasan resapan air atau sumber daya air
- Transportasi terkait kawasan jaringan jalan, area/lingkup kepentingan
kawasan perkantoran terpadu
- Prasarana wilayah dalam skala jaringan regional lainnya seperti area di
sekitar kawasan perkantoran terpadu
- Kawasan rawan bencana
- Kawasan konservasi alami, budaya dan yang bersifat unik dan khas
Pengendalian pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan tencana tata ruang wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, ketentuannya adalah sebagai berikut:
- Ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tatat ruang
wilayah Kabupaten Sumbawa Barat dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Ijin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
- Ijin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Terhadap keruhian yang ditimbulkan akibat pembatalan ijin, dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi ijin
- Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti rugi yang layak
- Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan ijin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang tidak sesuai dengan ketetuan yang ada didalam rencana tata ruang.
Terkait dengan penetapan insentif/disinsentif, sebagai instrument pengendalian pemanfaatan ruang bersama dengan peraturan zonasi, perizinan dan sanksi. Berikut ini adalah sistematika pedoan pengelolaan rencana tata bangunan dan lingkungan di Perkotaan Taliwang:
Tabel 6.16 Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Peraturan Umum
Peraturan Operasional Penggunaan,
Pemanfaatan, dan Penjaminan
- Penjaminan atas hak pakai
- Hak dan kewajiban berbagai pelaku
- Penggunaan yang diijinkan dan yang
terlarang
- Pemeliharaan kondisi properti
- Pengelolaan dan penataan lansekap,
ruang terbuka dan fasilitas umum/sosial
- Pembangunan tanpa ijin (pembangunan
liar)
- Pembangunan ruang terbuka dan fasilitas
umum lingkungan
- Pembiayaan pemeliharaan dan perbaikan
- Penegakan hukum pengelolaan
Peraturan Khusus Penggunaan dan Pemanfaatan Peraturan pengelolaan dan perawatan kaveling
dan ruang publik
- Koordinasi persetujuan dan persyaratan
penggunaan
- Manajemen gangguan
- Manajemen aksesibilitas umum
- Kebersihan dan pembuangan
- Pengelolaan utilitas dan fasilitas Peraturan Khusus Pengelolaan dan Perawatan
Peraturan pengelolaan dan perawatan kaveling dan ruang publik
- Pengelolaan, penggunaan dan perawatan
kavling dan ruang publik
- Koordinasi kehatan yang diwadahi
- Pengelolaan PKL
- Pengelolaan Sirkulasi pejalan kaki,
transportasi dan sistem parkir
- Manajemen gangguan (polusi udara,
suara, air dan hama)
- Manajemen sanksi/teguran/denda dan
bonus/insentif/disinsentif/imbalan
Peraturan Khusus Pelayanan Lingkungan
Peraturan Pelayanan Lingkungan - Koordinasi layanan kegiatan yang
diwadahi
- Pengelolaan dan layanan PKL
- Manajemen gangguan (Polusi Udara,
suara, air dan hama)
- Pengelolaan layanan kebersihan dan
pembuangan
- Koordinasi layanan keamanan dan
keselamatan
- Manajemen pelaksanaan peraturan
layanan fasilitas umum
- Manajemen sanksi/teguran/denda dan
bonus/insentif/disinsentif/imbalan Peraturan khusus pembaharuan/perbaikan
Peraturan pembaharuan aset - Koordinasi pembaharuan/perbaikan
- Manajemen resiko dan nilai asset
terhadap kebutuhan
- Manajemen pembaharuan
- Perubahan dan renovasi
- Manajemen sanksi/teguran/denda dan
Peraturan Daerah No 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaan teknis dan pelaksanaan beserta pengawasannya.Pembangunan bangunan gedung wajib dilaksanakan secara tertib administratif dan teknis untuk menjamin keandalan bangunan gedung tanpa menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.Pembangunan bangunan gedung mengikuti kaidah pembangunan yang berlaku, terukur, fungsional, prosedural, dengan mempertimbangkan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap perkembangan arsitektur, ilmu pengetahuan dan teknologi.Penyelenggara bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
Tujuannya dari penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung ini harus sejalan dengan Peraturan Bangunan Gedung secara prosedural, dalam rangka pemenuhan jaminan keselamatan penghuni dan lingkungannya.Penyelenggaraan pembangunan gedung ini harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.Berikut ini adalah penyelenggaraan tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat No 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung. Terkait dengan aspek tertib pembangunan dan keandalan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah No 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Sumbawa Barat, berikut ini adalah uraian mengenai aspek-aspek tersebut:
1. Keselamatan
Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap beban muatan, persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran dan persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir. Berikut ini merupakan uraian mengenai persyaratan keselamatan yang terdapat pada Peraturan Daerah No 10 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung di Kabupaten Sumbawa Barat:
a) Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap beban muatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 meliputi persyaratan struktur bangunan gedung, pembebanan pada bangunan gedung, struktur atas bangunan gedung, struktur bawah bangunan gedung, pondasi langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan persyaratan bahan.
- fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan dan kemungkinan pelaksanaan konstruksi bangunan gedung;
- pengaruh aksi sebagai akibat dari beban yang bekerja selama umur layanan
struktur baik beban muatan tetap maupun sementara yang timbul akibat gempa, angin, korosi, jamur dan serangga perusak;
- pengaruh gempa terhadap substruktur maupun struktur bangunan gedung sesuai
zona gempanya;
- struktur bangunan yang direncanakan secara daktail pada kondisi pembebanan
maksimum, sehingga pada saat terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih memungkinkan penyelamatan diri penghuninya;
- struktur bawah bangunan gedung pada lokasi tanah yang dapat terjadi likulfaksi,
dan;
- keandalan bangunan gedung.
c) Pembebanan pada bangunan gedung harus dianalisis dengan memeriksa respon struktur terhadap beban tetap, beban sementara atau beban khusus yang mungkin bekerja selama umur pelayanan dengan menggunakan SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru; SNI 03- 1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru; atau standar baku dan/atau pedoman teknis.
d) Struktur atas bangunan gedung meliputi konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu, konstruksi bambu, konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus dilaksanakan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
- konstruksi beton: SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur
dinding bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru, SNI 03- 2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung, atau edisi terbaru, SNI 03- 3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung, atau edisi terbaru, SNI 03- 3976-1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton, atau edisi terbaru, SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal, atau edisi terbaru, SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru;
- tata cara perencanaan dan palaksanaan konstruksi beton pracetak dan
prategang untuk bangunan gedung, metode pengujian dan penentuan parameter perencanaan tahan gempa konstruksi beton pracetak dan prategang untuk bangunan gedung dan spesifikasi sistem dan material konstruksi beton pracetak dan prategang untuk bangunan gedung;
- konstruksi baja: SNI 03-1729-2002 Tata cara pembuatan dan perakitan
- konstruksi kayu: SNI 03-2407-1944 Tata cara perencanaan konstruksi kayu untuk bangunan gedung, dan tata cara pembuatan dan perakitan konstruksi kayu;
- konstruksi bambu: mengikuti kaidah perencanaan konstruksi berdasarkan
pedoman dan standar yang berlaku, dan
- konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus.
e) Struktur bawah bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pondasi langsung dan pondasi dalam.
f) Pondasi langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus direncanakan sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan gedung tidak mengalami penurunan yang melampaui batas.
g) Pondasi dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan dalam hal lapisan tanah dengan daya dukung yang terletak cukup jauh di bawah permukaan tanah sehingga pengguna pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
h) Keselamatan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu penentuan tingkat keandalan struktur bangunan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan berkala oleh tenaga ahli yang bersertifikat sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.
i) Keruntuhan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu
kondisi yang harus dihindari dengan cara melakukan pemeriksaan berkala tingkat keandalan bangunan gedung sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.
j) Persyaratan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi