• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR TABEL

2.4 Jurnalistik dan Berita

Dalam buku “pengantar jurnalistik” oleh Suhandang (2010), Praktik

jurnalistik pada awalnya dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya yang diberi tugas mengumpulkan berita setiap hari. Pada masa itu (60 SM), Julius Caesar menghasilkan persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis

xli

Universitas Sumatera Utara

yang dikenal dengan “acta diurna”. Dari acta diurna itulah para budak belian memperoleh berita-berita tentang segala sesuatu yang terjadi di negerinya. Dari sebutan acta diurna itu pula para budak belian yang mencari berita dijuluki Diurnarius (tunggal) atau Diurnarii (jamak). Bisa dikatakan istilah inilah yang menjadi sebutan jurnalis kontemporer.

Menurut Mondry (2008), kata jurnalistik berasal dari kata latin, yakni diurnalis (latin), journal (Inggris), atau du jour (Prancis) yang berarti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Bersamaan dengan munculnya istilah press (Inggris) atau pers (Belanda) yang sebenarnya berarti menekan (pressing) karena mesin cetak menekan kertas untuk memunculkan tulisan. Akibatnya, terdapat dua istilah yang kini muncul di masyarakat dan sering diartikan sama, yakni jurnalis (journalist) merupakan orang pers yang tugasnya mencari informasi guna menjadi bahan berita.

Adinegoro (dalam Amar, 1984) menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Menurut Onong Uchjana Effendy (2003), bahwa secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai pada menyebarluaskan kepada masyarakat. Sedangkan menurut Sumadira (2005), secara teknis jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menyebarluaskan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya “The Element of Jurnalism : What Newspeople Should Know and the Public Should Expect”, merumuskan

sembilan elemen jurnalisme. Berbagai elemen ini merupakan dasar jurnalisme agar bisa dipercaya masyarakat. Kebijakan utama jurnalisme adalah menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat hingga mereka mengatur dirinya. Media

buruk dan mengangkat aspirasi yang luput dari telinga orang banyak. Semua itu terjadi berdasarkan informasi yang sama. Informasi itu disampaikan jurnalisme kepada masyarakat. Maka dari itu jurnalisme memiliki tugas :

1. Menyampaikan kebenaran

2. Memiliki loyalitas kepada masyarakat

3. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi 4. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya 5. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan 6. Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik

7. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik 8. Membuat berita secara komprehensif dan proporsional

9. Memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka (Santana, 2005).

Pada dasarnya tugas utama dari seorang jurnalistik adalah membuat berita yang akan disiarkan oleh media tempatnya bekerja.

2.4.1 Berita

Dalam Suhandang (2010), istilah “berita” berasal dari “news” (Inggris) atau new (baru), dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala hal yang baru merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news).

Secara etimologis, istilah “berita” dalam bahasa Indonesia mendekati istilah “bericht (en)” dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda tersebut istilah “bericht (en)” dijelaskan sebagai “mededeling” (pengumuman) yang berasal dari kata “made (delen)” dengan sinonim kata pada “bekend maken” (memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal) dan “vertelen” (menceritakan atau

xliii

Universitas Sumatera Utara Secara epistemologi, pengertian berita menurut Sumadira (2005) adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide baru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, film dan bahkan juga sekarang ini internet. Dalam definisi jurnalistik, berita adalah laporan fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik pembaca, entah karena diluar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup mencakup segi-segi human intrest (Assegaf, 1984). Sedangkan menurut M. Lyle Spancer berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagiam besar pembaca. Sedangkan definis berita menurut Mondry adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan ide yang disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya (Mondry, 2008:132).

Dalam sebuah berita, ada istilah nilai berita (news velue). Nilai berita menurut Downie JR dan Kaiser (dalam Santana, 2005) merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita. Namun, dibalik sulitnya mendefinisikan nilai berita tersebut, ada beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, yakni immediacy, proximity, consequence, conflict, oddity, sex, emotion, prominence, suspence dan progress.

a. Immediacy (kesegeraan)

Immediacy sering diistilahkan dengan timelines. Artinya, terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah cerita dinyatakan laporan dari apa yang baru saja terjadi. Unsur waktu sangat penting disini. b. Proximity (kedekatan)

Proximity adalah kedekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan

berbagai peristiwa yang terjadi didekatnya, disekitar kehidupan sehari-harinya.

c. Consequance (konsekuensi)

Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misalnya, berita kenaikan gaji pegawai atau kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat akan segera mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka hadapi.

d. Conflict (konflik)

Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau kriminal merupakan contoh elemen konflik didalam pemberitaan. Perseteruan antar individu, antar tim atau antar kelompok hingga berita antar negara merupakan elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik.

e. Oddity (kejanggalan)

Pristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu yang diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, goyangan gempa berskala richter tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat calon gubernur merupakan hal-hal yang akan menjadi perhatian masyarakat.

f. Sex (seks)

Kerap kali sex menjadi suatu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi sex sering pula menjadi elemen tambahan dari pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebriti atau kriminal.

g. Prominance (terkemuka)

Elemen ini adalah unsur yang menjadi istilah “names make news” atau

nama membuat berita. Ketika seseorang menjadi terkenal maka ia akan selalu diburu oleh pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak hanya dibatasi atau hanya ditujukan kepada status VIP semata. Beberapa tempat, pendapat dan peristiwa termasuk kedalam elemen ini.

xlv

Universitas Sumatera Utara Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu terhadap peristiwa oleh masyarakat. Misalnya, adanya ketegangan menunggu pecahnya perang (invasi) AS ke Irak. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita yang menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting. Oleh karena itu kejelasan fakta dituntut oleh masyarakat.

i. Progress (perkembangan)

Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang

ditunggu masyarakat. Misalnya, kesudahan invasi militer AS ke Irak yang ditunggu oleh masyarakat (Santana, 2005).

Penulisan berita tidaklah sama dengan menulis makalah, laporan pertanggungjawaban atau hasil rapat. Dalam jurnalistik, ikhwal penulisan berita ini punya tempat yang khusus, dalam arti, dibahas secara khusus melalui karakteristik dan batasan-batasan yang mesti dipenuhinya. Jurnalistik kemudian membakukan beberapa kategori pemberitaan, yakni hard news, feture, sports, social, interpretive, science, consumer dan financial (Santana, 2005).

a. Hard News

Kisah berita ini merupakan desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar atau pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting, dan karena itu segera dilaporkan oleh media dari semenjak peristiwa itu terjadi.

b. Feature News

Berita feature adalah kisah peristiwa atau situasi yang menumbulkan kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). Peristiwa bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting harus diketahui masyarakat, bahkan kemungkinan hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu. Kisahnya didesain untuk menghibur. c. Sport News

Berita-berita olahraga bisa masuk ke kategori hard news atau feture. Selain dari hasil-hasil pertandingan atau perlombaan atau rangkaian kompetisi musiman, pemberitaan juga meliputi berbagai bidang lain yang terkait sports, seperti tokoh-tokoh olahragawan, kehidupan pemain olahraga sampai kepada penggemarnya.

d. Social News

Kisah-kisah kehidupan sosial seperti sports bisa masuk ke dalam pemberitaan hard atau feature news. Namun, pada umumnya social news meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari mulai dari soal keluarga hingga perkawinan anak-anak.

e. Interpretive

Pada kisah berita interpretive ini wartawan berupaya untuk memberi kedalaman analisis dan melakukan survei terhadap bebagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.

f. Science

Dalam kisah berita ini para wartawan berupaya untuk menjelaskan kemajuan dan perkembangan teknologi.

g. Consumer

Para penulis a consumer story ialah para pembantu khalayak yang hendak membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari baik yang bersifat kebutuhan primer dan sekunder.

h. Financial

Para penulis berita financial memfokuskan perhatiannya pada bidang-bidang bisnis, komersial atau investasi. Pada umumnya, penulis berita ini mempunyai referensi akademis atau kepakaran terhadap subjek-subjek yang dibahasnya (Santana, 2005).

Selain elemen nilai berita, terdapat pula beberapa macam jenis berita yang dibagi berdasarkan tiga hal, yakni :

xlvii

Universitas Sumatera Utara Berita yang dapat diduga

Berita yang tidak dapat diduga 2. Berdasarkan jarak geografis

Berita lokal Berita regional Berita nasional Berita internasional 3. Berdasarkan persoalan Berita politik Berita ekonomi

Berita hukum dan peradilan Berita kriminal

Berita kecelakaan Berita seni dan budaya Berita olahraga

Berita ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Berita perang

Berita lainnya (Santana, 2005).