• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infroman pertama : Herman

Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Herman berjalan baik. Pada saat peneliti menunggu informan di luar kantor tempatnya bekerja, salah seorang staf memanggil peneliti untuk bertemu dengan Herman di lantai 2 (dua) kantor Medan Bisnis. Siang itu sekitar pukul 13:00 WIB merupakan jam istirahat. Dengan waktu ini, peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk mewawancarai Herman. Mengingat waktu luang yang tak banyak darinya membuat peneliti menempuh kegiatan wawancara dengan cepat dan terbatas. Artinya, eksplorasi jawaban hanya didasarkan pada keterangan yang kurang lengkap dari pertanyaan wawancara.

Setelah berjumpa dengan Herman di lantai 2 (dua), ia menyambut peneliti sambil menanyakan apakah peneliti sudah bersantap siang. Dengan waktu yang singkat peneliti menilai apabila wawancara dilakukan sambil bersantap siang dapat mengurangi efektifitas. Maka, peneliti memutuskan untuk menjawab pertanyaan Herman dengan mengatakan “sudah”. Setelah itu, peneliti langsung mengawali

wawancara dengan memperkenalkan alamat dan tempat tinggal peneliti yang dilanjutkan oleh Herman. Sebelum memasuki panduan wawancara, peneliti sedikit berdisuksi dengan Herman terkait aspek kewartawanan, pengalaman dan permasalahan penelitian ini.

Dalam ruangan yang dipenuhi komputer dan dokumen yang bertumpuk itu, wawancara pun dimulai. Selama proses wawancara, Herman terlihat sedikit santai dan cukup kooperatif. Baik dari cara duduknya, ekspresinya dan menjawab pertanyaan. Tidak ada satu pun pertanyaan yang terlihat sulit bagi Herman. Terkadang ia menjelaskan dengan mengutarakan contoh kasus dan menceritakan pengalamannnya. Keadaan inilah yang dilihat peneliti hingga wawancara berakhir.

cliii

Universitas Sumatera Utara Wawancara dengan Agus berlangsung pada malam hari sekitar pukul 19:00 WIB. Ketika peneliti bertemu dengannya di Dwi Kupe, terlihat sekelompok orang yang sibuk dengan laptop masing-masing. Tak terkecuali dengan Agus yang terlihat berwajah biru akibat pantulan cahaya laptop dihadapannya. Suasana ini sebetulnya membuat peneliti merasa tidak enak karena kegiatan wawancara yang dapat mengganggu kegiatan mereka. Namun, setelah Agus menilai itu sebagai hal yang biasa saja, peneliti akhirnya memberanikan diri untuk bergabung dengan mereka.

Sambil menunggu aba-aba dari Agus untuk memulai wawancara, peneliti sedikit berdiskusi dengan Bang Vinsen terkait kebebasan pers yang kebetulan ia berada satu tempat dengan informan. Dengan sedikit mencampuri diskusi peneliti dengan Vinsen, Agus menyatakan siap untuk melakukan wawancara.

Terus terang peneliti merasa kurang nyaman pada tempat wawancara ini. Bisingnya jalanan dan volume televisi kafe akan menyebabkan kurang efektifnya proses wawancara dan kualitas rekaman penelitian yang kurang baik. Akan tetapi, kesempatan dan waktu luang informan menjadi alasan berharga bagi peneliti untuk melanjutkan wawancara.

Selama proses wawancara, Agus terlihat antusias dalam menjawab dan menjelaskan pertanyaan penelitian. Hal ini terlihat ketika Agus mengeraskan volume suaranya dari yang semula pelan menjadi keras. Tidak hanya itu, informan ini menunjukkan fakta-fakta konkrit yang ada di internet terkait permasalahan penelitian. Meskipun sedikit probing dari peneliti terhadap beberapa pertanyaan, wawancara ini berjalan mulus. Inilah yang peneliti lihat selama wawancara dengan Agus.

Informan ketiga : Liston

Peneliti dengan Liston melaksanakan wawancara pada sore hari di Uleekareng. Setelah kesepakatan waktu antara peneliti dengannya disetuji, peneliti langsung menjumpai informan ini. Ketika pertama kali bertemu, Liston terkejut melihat peneliti. Ekspresi itu timbul karena sebelumnya informan sudah pernah

bertemu dengan peneliti meskipun tanpa perkenalan. Sambil menyambut kedatangan peneliti, Liston menceritakan beberapa mahasiswa yang pernah mewawancarainya guna penelitian dan tugas kuliah.

Dengan sedikit cengkrama dan mengenang kembali memori kampus, wawancara pun dimulai. Selama proses wawancara, peneliti menjelaskan asumsi dasar dari pertanyaan. Hal ini disebabkan rasa keingintahuan informan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan itu. Meskipun terlihat sulit oleh Liston dalam menjawab pertanyaan karena kurang memperhatikan UU KIP, proses wawancara tetap berjalan baik. Setidaknya, inilah yang dapat dilihat peneliti selama proses wawancara.

Informan keempat : Tikwan

Setelah bersusah payah menempuh akses ke kediaman Tikwan, peneliti akhirnya bertemu dengannya di sore hari yang cukup sejuk. Tempat wawancara memang atas dasar permintaan beliau kepada peneliti yang dilakukan di kediamannya sendiri. Meski demikian, peneliti awalnya kurang percaya berhasil mendapatkan kediaman beliau karena minimnya pengetahuan peneliti akan daerah kota Medan.

Berjumpa dengan Tikwan adalah tongkat semangat bagi peneliti mengingat jauhnya akses kediaman beliau. Kehadiran peneliti memang disambut dan dijamu baik oleh informan ini. Tanpa memperpanjang waktu, peneliti langsung meminta informan untuk sedikit berdiskusi terkait permasalahan penelitian guna memperoleh garis pemahaman yang sama. Disela-sela diskusi singkat itu, peneliti memperkenalkan diri yang disambut oleh Tikwan dengan semangat karena memiliki kesamaan adat istiadat, kebudayaan dan daerah yang sama dengan peneliti. Setelah diskusi peneliti akhiri, wawancara pun dimulai.

Selama proses wawancara dengan informan ini, peneliti melihat antusiasme yang tinggi darinya. Selain itu, tidak ada kesulitan bagi Tikwan dalam menjawab dan menjelaskan pertanyaan penelitian. Menurut peneliti, pengalaman beliau selama

clv

Universitas Sumatera Utara menggeluti jurnalistik telah membangun basis analisis tersendiri dalam memaknai suatu realitas. Hal ini terlihat ketika jawabannya cukup mengejutkan peneliti. Pada akhir wawancara, Tikwan sedikit memberikan penjelasan yang cukup komprehensif dalam membangun lahirnya penelitian ini. Setidaknya, inilah yang peneliti lihat ketika proses wawancara berlangsung lancar.

Informan kelima : Sahyan

Wawancara dengan Sahyan berlangsung disuatu pagi di kantor Komisi Informasi Sumut. Tempat wawancara ini memang atas permintaan beliau kepada peneliti yang sudah disepakati. Ketika peneliti mendatangi kantor tersebut, seorang petugas satpam langsung membawa peneliti menuju ruang kerja Sahyan. Beliau menyarankan peneliti untuk menduduki salah satu kursi diruangan itu guna kenyamanan wawancara.

Demi menghemat waktu yang mendekati shalat jumat, wawancara pun dimulai dengan suasana yang tenang dan sedikit candaan. Awalnya Sahyan menjelaskan sejarah singkat undang-undang keterbukaan informasi publik dan peranan Komisi Informasi tempatnya bekerja. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan penelitian, informan ini cukup bagus dalam menjawab. Hal ini terlihat pada penjelasan yang diberikan informan kepada peneliti. Selain itu, Sahyan menunjukkan beberapa dokumen dan arsip penting kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Setidaknya, inilah yang peneliti lihat ketika proses wawancara berlangsung.

Struktur AJI Kota Medan KETUA SEKRETARIS BENDAHARA DIV. ADVOKASI DIV. SP DIV. ORGANISASI DIV. USAHA BPK MAJELIS ETIK A N G G O T A DIV. PEREMPUAN

clvii

Universitas Sumatera Utara

Dokumentasi Penelitian

(Wawancara Agus pada tanggal 1 Mei 2015 pukul 20:13 di Kedai Kupee Uleekareng Jl Ring Road)

(Wawancara Liston pada tanggal 2 Mei 2015 pukul 15:11 di Uleekareng Jl Dr Mansyur)

BIODATA PENELITI

Nama : Mhd Hadis Saleh

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Pancinaran, 11 Januari 1989

Agama : Islam

Anak Ke : Satu dari lima bersaudara

Alamat : Jalan Abd Hakim Nomor 35 Kp Susuk Padang Bulan

No Telepon : 0877 6774 6025

Email : mhdhadissaleh@gmail.com

Blog : www.mediacybercommunity.blogspot.com

Nama Ayah : Ahmad Yani Matondang

Nama Ibu : Kholilah Nasution

Alamat Orang Tua : Pancinaran Kec Hutabargot Kab Mandailing Natal

Pendidikan :

SD Negeri Pancinaran 1997-2003

Madrasah Tsanawiyah Guppi Malintang 2003-2006

SMA Muhammadiyah 13 Mandailing Natal 2006-2009

Pengalaman & Ekstrakurikuler :

Staf web master persma Pijar USU 2012

Staf promosi persma Pijar USU 2013

clix

Universitas Sumatera Utara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) oleh Dewan Pers 2013