• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori merupakan sebuah konsep, asumsi dan generalisasi yang logis yang berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Teori yang relevan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber.

Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang tercakup di dalam konsep fakta sosial.

Walaupun pada akhirnya Weber mengakui bahwa dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan sosial.27

Dalam teori tersebut, Weber mengatakan bahwa manusia yang berada di dalam suatu kelompok masyarakat merupakan peniru yang kreatif dan tindakan manusia tidak semuanya dilakukan berdasarkan pada norma yang ada, manusia bersikap tidak selalu bertumpu pada nilai-nilai di dalam konsep fakta sosial (kesadaran dan representasi yang berkaitan dengan cara bertindak).

Dalam hal ini cara bertindak seseorang dijelaskan oleh Weber bahwa tindakan sosial merupakan suatu perilaku manusia yang memiliki arti bagi dirinya sendiiri dan orang lain. “Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu, yang memiliki arti atau makna (meaning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain."28 Menurut Weber seseorang tidak mungkin

26 Putu Indra, I Gede Astra dan Aprilia R, “Determinasi Keberadaan Pengemis Perkotaan di Kecamatan Denpasar Barat”, Jurnal, Vol.6, No.1, 2017

27 I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013), h.98

28 Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), h.116

bertindak tanpa adanya makna dari tindakannya tersebut, yang juga ditujukan untuk orang lain, seperti ketika seseorang menyumbangkan pakaiannya untuk korban bencana alam, hal tersebut merupakan suatu tindakan sosial dimana tindakan tersebut memiliki arti yang bertujuan untuk membantu orang-orang korban bencana alam.

Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selamanya memiliki dimensi rasional tetapi juga terdapat berbagai tindakan non-rasional yang dilakukan oleh seseorang, termasuk dalam tindakan orang tersebut yang berkaitan dengan tujuan suatu tindakan orang lain dalam kaitannya dengan berbagai aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi.29 Weber secara jelas menyatakan bahwa tindakan seseorang tidak selalu berpatok kepada dimensi rasional akan tetapi seseorang juga bisa saja bertindak tidak rasional misalnya, seseorang berjalan sambil menggunakan payung padahal hari itu cuaca sedang tidak hujan dan tidak panas, orang tersebut menggunakan payung hanya karena dia merasa percuma ketika dirinya membawa sebuah payung tetapi tidak digunakan, hal tersebut jika dipikir kembali merupakan suatu tindakan yang tidak rasional karena pasti orang disekitar yang melihatnya akan merasa bahwa dia orang yang aneh. Hal tersebut merupakan suatu tindakan afektif, dimana hal tersebut terjadi secara spontan, dan merupakan ekspresi sosial individu yang tidak rasional.

Selain tidak selalu berpatok pada tindakan rasional, dalam teori tindakan sosial Weber berbasis pada teori dimana tindakan sosial, yaitu tindakan yang terkait dan ditunjukkan kepada orang lain.30 Sebagai contoh menurut teori yang dikemukakan oleh Weber adalah jika seorang anak menyapu lantai agar ibunya melihat bahwa anaknya sedang membantu ibunya, maka inilah yang disebut tindakan sosial, di mana seseorang melakukan suatu kegiatan (interaksi) dengan tujuan atau ditujukan kepada orang lain.

29 Ibid., h.117

30 Wirawan, op. cit., h.103

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya. Interaksi merupakan sebuah kunci dalam kehidupan sosial, karena tanpa adanya proses interaksi antara individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, maka tidak akan mungkin terjadi suatu aktivitas dalam kehidupan sosial. Dapat dikatakan bahwa interaksi sosial bisa berlangsung ketika adanya saling sapa, dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.31 Interaksi sosial merupakan suatu kegiatan yang paling penting dalah kehidupan bermasyarakat, dengan adanya interaksi sosial yang terjadi antar invidu atau kelompok, maka akan terjadi pula suatu aktivitas dalam kehidupan sosial yang memungkinkan untuk terjadinya tindakan sosial.

Interaksi sosial merupakan termasuk dari tindakan sosial, yang mana tindakan sosial merupakan suatu proses seseorang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang cara untuk mencapai suatu tujuan yang telah dipilih. Max Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan-tindakan sosial yang memiliki arti-arti subjektif tersebut ke dalam empat tipe, semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami:

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan secara sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya: Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang ke sekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai sebuah tujuan tertentu yang dapat mengubah dirinya.

Dengan kata lain tindakan ini mengacu pada cara menilai dan

31 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Tangerang: Mitra Sejahtera, 2008), h.57

menentukan tujuan itu, dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lainnya.

2. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)

Tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh: seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai-nilai agama yang ia miliki.

3. Tindakan Afektif (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi pada perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan secara sadar.

Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.

4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.32

Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu selama tindakan tersebut memiliki suatu arti bagi dirinya dan ditujukan atau diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial, misalnya seseorang rutin membawa mobil miliknya ke bengkel untuk mengganti oli, dengan tujuan agar mobilnya tidak rusak, hal ini tidak bisa suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial karena tindakan tersebut hanya ditujukan kepada benda mati (mobil) dan dirinya sendiri. Ketika tindakan tersebut

benar-32 I.B Wirawan, Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013), h.101

benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya) maka barulah tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan sosial.

Bagi Weber, “Dunia sebagai mana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu, untuk mencapai apa yang mereka kehendaki.”33 Weber menyebut metode yang dikembangkannya sebagai verstehen, suatu ilmu yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia dan menguraikannya dengan menjelaskan apa saja sebab-sebab tindakan yang dilakukan oleh tiap-tiap manusia yang terlibat.

Sosiolog adalah juga manusia, mengapresiasi lingkungan sosial di mana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya memahami tindakan mereka. Inilah yang membedakan ilmu sosial dari ilmu alamiah. Bunga anggrek tidak memilih untuk membuka daun-daunnya; apel tidak memutuskan untuk jatuh dari pohonnya. Ilmuan alamiah tentu tidak memperlakukan seperti anggrek atau apel untuk menjelaskan perilaku manusia.34 Dengan kata lain Weber menjelaskan bahwa teori tindakan sosial ada karena ketika seseorang melakukan suatu tindakan pasti ada tujuan yang tersirat dalam tindakan tersebut, teori tindakan sosial ini bertujuan untuk melihat dan berusaha untuk memahami tindakan yang dilakukan oleh manusia.

Teori tindakan sosial dalam konteks eksploitasi anak jalanan sebagai pengemis karena faktor ekonomi, seperti yang dikatakan Weber dalam teori tindakan sosial bahwa seseorang melakukan tindakan memiliki tujuan dan selalu ditujukan untuk orang lain. Dalam teori tersebut menunjukan bahwa seorang anak dalam hal ini melakukan tidakan yang ditujukan untuk orang tuanya dimana mereka mengemis semata-mata untuk membantu mencukupi perekonomian yang tidak bisa diatasi oleh orang tua mereka, karena terhimpit

33 Sindung Haryanto, Sosiologi Ekonomi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2016), h.33

34 Pip Jones, Liza Bradbury, Shaun Le Boutillier, Pengantar Teori-teori Sosial, (Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016) h.117

dalam keadaan miskin dan potensi diri yang lemah untuk bersaing di dunia pekerjaan anak-anak akan memilih untuk mengemis karena kegiatan mengemis dirasa mudah dan bisa menghasilkan uang yang cukup.

Dalam teori tindakan sosial juga Weber mengatakan bahwa manusia dalam suatu masyarakat merupakan peniru kreatif dan tindakan mereka tidak selalu didasarkan pada nilai dan norma yang ada, teori tersebut menyatakan bahwa memang kegiatan mengemis yang dilakukan oleh seorang anak biasanya dilakukan karena memang mereka berasal dari keluarga pengemis juga. Seorang anak yang berasal dari keluarga dimana orang tuanya bekerja sebagai pengemis akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.

Relevansi teori tindakan sosial Max Weber dalam melihat relasi eksploitasi anak jalan sebagai pengemis dengan faktor ekonomi terhubung pada titik temu yang saling terkait, yaitu menurut Weber seseorang melakukan suatu tindakan selalu memiliki tujuan dan ditujukan untuk orang lain, Weber juga mengatakan bahwa manusia merupakan peniru yang kreatif dan tindakannya tidak selalu didasari pada nilai yang ada, dalam hal ini seorang anak yang berkerja sebagai pengemis, melakukan tindakan tersebut untuk membantu perekonomian keluarganya, mereka mengemis karena yang bisa mereka lakukan di usia remaja tanpa skill dan menghasilkan uang adalah dengan cara mengemis seperti yang dilakukan oleh orang tuanya, mereka meniru apa yang orang tuanya kerjakan untuk menghasilkan uang tanpa melihat nilai-nilai yang ada dalam masyarakat bahwa kegiatan mengemis biasanya dipandang sebelah mata oleh sebagian masyakat karena dianggap mengganggu, mereka juga tidak memperdulikan status mereka yang tereksploitasi, karena mereka melakukan ini untuk membantu oang tuanya.