• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian kali ini, peneliti mengalami beberapa kendala diantaranya adalah:

1. Jarak dari rumah peneliti ke tempat penelitian yang cukup jauh dan mengharuskan peneliti untuk bolak-balik ketempat yang diteliti, sehingga membuat ongkos penelitian membengkak.

2. Sulitnya menemukan pengemis anak yang mau diwawancarai karena sebagian besar dri mereka takut bila ketahuan dengan orang tuanya.

3. Pada saat penelitian penentuan informan pengemis anak usia 10-15 tahun untuk diwawancara juga masih terbatas hanya berjumlah 5 orang. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mewawancarai informan yang lebih banyak lagi agar informasi yang didapatkan semakin beragam dan luas.

4. Pada saat mewawancarai, beberapa diantara informan ketakutan untuk menjawab pertanyaan dari peneliti

5. Ketika sedang mewawancarai pengemis, peneliti harus mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh petugas Kota Tua Jakarta, karena rahasia informan sangat penting bagi peneliti

6. Surat balasan telah melakukan penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti sulit didapatkan karena harus membuat laporan penelitian untuk diserahkan kepada kantor pengelola Kota Tua Jakarta.

101

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi adalah faktor terbesar yang mendorong seseorang atau orang tua untuk melakukan tindakan eksploitasi kepada anak dibawah umur. Kemiskinan dan budaya kemiskinan, membuat orang tua secara sengaja mempekerjakan anak mereka sebagai pengemis untuk menghasilkan uang. Kesulitan ekonomi yang dihadapi seseorang bukan hanya menyiksa namun juga membuat seseorang yang terjerat dalam kemiskinan membuat sebuah keputusan yang terburu-buru karena keadaan yang menghimpit. Kekerasan yang didapatkan oleh anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta tidk lain berasal dari orang tuanya sendiri, mereka mendapatkan kekerasan secara mental dan fisik apabila menolak untuk mengemis.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil yang sudah dipaparkan diatas, maka diperoeh beberapa implikasi, diantaranya adalah:

1. Bagi para orang tua bisa lebih berhati-hati pengenai ekploitasi anak yang masih sering terjjadi di Indonesia, dan bisa memahami apa saja hak yang harus didapatkan oleh anak.

2. Bagi pemerintahan sebagai informasi bahwa masih ada oknum-oknum orang tua yang mengeksploitasi anak-anak dibawah umur dengan mempekerjakan mereka dalam waktu yang lama.

3. Bagi organisasi perlindungan anak, bisa menjadi bahan untuk mengkaji ulang dan memperbaiki apa-apa saja yang kurang, agar anak-anak di Indonesia bisa lebih tersoroti dan terpenuhi hak-haknya.

C. Saran

Kemiskinan, dan eksploitasi anak bukanlah sudatu permasalahan yang bisa diabaikan begitu saja, kemiskinan dan eksploitasi anak merupakan dua

hal yang harus segera dibenahi agar tidak semakin meresahkan, berikut ini adalah saran saya untuk beberapa pihak:

1. Pemerintah

a. Pemerintah seharusnya lebih cermat dalam meninjau kembali masalah kemiskinan yang ada di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang sulit terjamah masih banyak sekali penduduk di Indonesia yang harus disejahterakan.

b. Pemerintah seharusnya bisa menguatkan lagi Lembaga-lembaga perlindungan anak dan bisa jeli dalam melihat kasus-kasus yang terindikasi akan menyebabkan terjadinya eksploitasi, dan mengusut tuntas sampai ke akarnya.

c. Saran saya untuk menekan maraknya kasus eksploitasi anak adalah supaya pemerintah bisa membentuk atau mendukung suatu badan khusus untuk mengusut oknum-oknum pengeksploitasi anak atau KPEA (Komisi Pemberantas Eksploitasi Anak) seperti KPK yang khusus untuk mengusut kasus korupsi.

d. Pemerintah seharusnya bisa bekerja sama dengan UNICEF untuk bisa mengeluarkan hukum tegas bagi siapapun yang terindikasi melakukan kasus eksploitasi, baik orang tua maupun oknum lain.

e. Pemerintah seharusnya bisa lebih terbuka dan jeli pada kasus-kasus eksploitasi dan pekerja anak di Indonesia, dan menguatkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap anak.

f. Pemerintah harus bisa lebih tegas dalam memberikan hukuman bagi siapapun yang terindikasi melakukan kejahatan eksploitasi, dan menjalankan serta mengawal apa yang sudah tertulis pada UU perlindungan anak dengan maksimal.

g. Pemerintah harus bisa memfokuskan dan menjadikan prioritas pada permasalah eksploitasi anak agar bisa diusut dengan tuntas.

h. Pemerintah seharusnya membuat kegiatan rutin berupa seminar parenting yang dilakukan di seluruh pelosok di Indonesia dan wajib

diikuti oleh calon orang tua mengenai hak-hak apa saja yang harus didapatkan oleh anak dan dipenuhi oleh orang tua.

2. Untuk organisasi-organisasi yang bergerak di bidang perlindungan anak.

a. Komnas perlindungan anak seharusnya bisa membuat kegiatan controlling rutin dari tiap-tiap rumah yang ada di seluruh Indonesia minimal 3 bulan sekali untuk meninjau seberapa hak-hak yang dimiliki oleh anak dapat terpenuhi.

b. Komnas perlindungan anak seharusnya bisa membuat layanan online yang mudah dan gratis untuk anak-anak yang mau melaporkan kasus kekerasan atau kasus eksploitasi yang dirasakan oleh mereka.

c. Bagi aktivis yang peduli tentang perlindungan anak supaya bisa menggembor-gemborkan bahayanya dan maraknya kasus eksploitasi dan kekerasan terhadap anak melalui campaign di media sosial dan media-media lainnya.

d. Bagi aktivis-aktivis yang bergerak di bidang perlindungan anak harus bisa bekerja sama dengan KPAI untuk memberikan jalan agar anak-anak yang terdesak dan tereksploitasi tidak bungkam, dan berani untuk menguak hal-hal apa saja yang dilakukan oleh oknum-oknum pengeksploitasi.

e. Untuk LPAI (Lembaga Perlindunga Anak Indonesia) harus bisa lebih jeli dan teliti melihat kasus-kasus eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua, dan bisa mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas kaasus-kasus eksploitasi yang mematikan masa dean dan keratifitas anak-anak.

3. Untuk para aparat

a. Kepolisian harus membentuk tim khusus untuk mencari korban-korban yang tereksploitasi dan mengusut jaringan-jaringan yang terhubung dalam tindakan eksploiasi itu.

b. Satuan polisi pamong praja, dan Satgas setempat agar bisa saling berkordinasi untuk menertibkan dan mengamankan wilayah disekitaran dan melakukan patrol rutin setiap pagi dan sore agar tercipta lingkungan yang aman dari tidakan kekerasan dan eksploitasi yang terjadi di jalanan.

c. TNI harus ikut serta turun tangan dalam menuntaskan dan mengusut oknum-oknum eksploitasi penjualan anak di Indonesia yang dilakukan di luar negeri.

4. Dinas sosial

a. Dinas sosial harus bisa lebih tegas memberikan aturan bagi para oknum-oknum yang ingin menebus anak-anak jalanan yang tertangkap, agar tidak lagi terulang kegiatan mempekerjakan anak.

b. Dinas sosial harus bisa memberikan pembinaan yang tepat sasaran agar anak anak yang tereksploitasi bisa terbina dengan baik dan nantinya akan bisa menghindari hal-hal yang akan membahayakan dirinya.

c. Dinas sosial harus bisa lebih teliti dan cermat kepada oknum-oknum yang ingin menebus anak-anak jalanan dengan memberikan surat perjanjian di atas materai bahwa apabila terjadi lagi kasus eksploitasi dan mempekerjakaan anak secara paksa pada anak tersebut, maka nantinya anak tersebut tidak akan bisa ditebus kembali dan akan dibina dengan baik oleh Dinas sosial dan akan dibiarkan mandiri ketika sudah berusia cukup dan memiliki potensi untuk bekerja dengan baik di sektor yang aman.

d. Dinas sosial harus membuat pembinaan bagi masyarakat tidak mampu scara ekonomi sebagai upaya menekan kasus eksploitasi dan mempekerjakan anak secara paksa.

e. Dinas sosial harus mendesak pemerintah agar lebih terbuka dan perhatian kepada kasus-kasus yang berbuntut dari kemiskinan seperti

kasus eksploitasi anak, mempekerjakan anak, dan penjualan organ tubuh anak.

5. LSM

a. LSM harus lebih memperhatikan masyarakat yang ada disekitar, dan memberikan motivasi bagi orang-orang disekitar yang memiliki mental miskin agar lebih termotivasi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

b. LSM harus secara rutin melakukan kunjungan ke tiap-tiap kelurahan untuk memberikan seminar edukasi kepada masyarakat.

c. LSM harus secara rutin mengawal pemerintah dan Lembaga perlindungan anak untuk terwujudnya pembangun kualitas sumber daya manusia yang kreatif.

6. Orang tua

a. Sebelum memiliki anak, orang tua wajib belajar dan mengetahui apa saja yang menjadi hak-hak seorang anak.

b. Orang tua harus mampu sekuat tenaga memenuhi kebutuhan pokok dan hak-hak yang harus didapatkan oleh anak.

c. Orang tua wajib melaporkan apabila terdapat seorang anak yang terindikasi mengalami kasus eksploitasi kepada pihak yang berwajib.

d. Orang tua harus mengetahui apa saja kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang figur orang tua bagi anak-anaknya.

e. Orang tua harus mau bekerja sama dengan berbagai macam pihak perlindungan anak dalam hal menjamin keamanan dan kenyamanan anak.

f. Orang tua wajib menerima hukum yang setimpal apabila terjadi kasus ekploitasi dalam keluarga mereka, dan orang tua harus bertangung jawab penuh terhadap masa depan anak.

g. Orang tua wajib mengikuti seminar parenting yang diadakan oleh berbagai pihak ataupun lembaga yang bersertifikasi.

7. Masyarakat

a. Masyarakat harus berani bertindak apa bila terlihat kegiatan pengeskploitasian yang dilakukan oleh oknum tertentu dengan cara mengamankan anak atau dengan melaporkan ke pihak berwajib atau lembaga perlindungan anak.

b. Masyarakat harus lebih cerdik dan cermat melihat kasus-kasus yang yang sekiranya dapat merugikan anak secara fisik maupun psikis.

c. Masyarakat harus mau bekerja sama dengan pemerintah dan komnas perlindungan anak untuk memenuhi hak-hak yang wajib didapatkan oleh anak.

107

Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Grup. 2015 Djamil, Nasir M. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2013 Ghony, M Djunaidi. Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif .

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2016

Hartomo. Aziz, Arnicun. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016

Hendriansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. 2012

Jones, Pip. Bradbury, Liza. Boutillier, Shaun Le. Pengantar Teori-teori Sosial.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2016

Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group. 2012

Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualiitatif. Yogyakarta: Rake Sarasia. 1996 Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013

Razak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Tangerang: Mitra Sejahtera. 2008

Rukminto, Isbandi. Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2015

Rustanto, Bambang. Menangani Kemiskinan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2015

Setiadi, Elly M. Kolip Usman. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group. 2010

Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 1997

Sugiyono. Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

2015

Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

1995

Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana. 2010

Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup. 2013

Yafie, Ali. Menggagas Fiqih Sosial. Bandung: Mizan.1994

109 Vol.9. 2016

Astri, Herlina. “Kehidupan Anak Jalanan Di Indonesia: Faktor Penyebab, Tatanan Hidup dan Kerentanan Berperilaku Menyimpang”. Jurnal. Aspirasi Vol. 5 No. 2. 2014

Beta S, Iryani. Priyarsono. “Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di Indonesia”. Jurnal. Vol.13. No.2. 2013

Devita S, Arzena. “Pelembagaan Perilaku Mengemis di Kampung Pengemis”.

Jurnal. Vol. 4, No. 2. 2015

Indra, Putra. Astra, I Gede. Aprilia. “Determinasi Keberadaan Pengemis Perkotaan di Kecamatan Denpasar Barat”. Jurnal. Vol.6. No.1. 2017

Lewis, Oscar. The Culture of Poverty. Jurnal. Vol.215 No.4

Nurwati, Nunung. “Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan”. Jurnal Kependudukan Padjadjaran. Vol. 10. No. 1. Januari 2008

Sukrun, Emy. Legowo, Martinus. Eksploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus Pada Anak Jalanan Di Surabaya). Jurnal. Paradigma. Volume 04. No. 01

Yuniarti, Ninik. “Eksploitasi anak jalanan Sebagai Pengamen dan Pengemis di Terminal Tidar Oleh Keluarga”. Jurnal UNNES. 2012

110

Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014 KepMenSos No.80/HUK/2010

Rahayu, Riska. “Permasalahan Sosial: Gelandangan dan Pengemis di Yogyakarta dalam Pembangunan Sosial

Rahman. ”Implementasi Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang N0. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Terhadap Perkara Tindak Pidana Perdagangan Anak (Child Trafficking)”

Setiawan, Davit “Temuan dan Rekomendasi KPAI Tentang Perlindungan Anak di Bidang Perdagangan Anak (Trafficking) dan Eksploitasi Terhadap Anak”

UNICEF, A Study on Street Children in Zimbabwe

United Nations Children‟s Fund (UNICEF). Street And Working Children. Italy:

Arti Grafiche TICCI 1993

Yuniarti, Lita. “Perilaku Pengemis di Alun-Alun Kota Probolinggo”

111 Bandar Lampung. 2017

112

ari,+Kota+Jakarta+Barat,+Daerah+Khusus+Ibukota+Jakarta/@-6.1311304,106.804739,13z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e69f607534bb7 c7:0x42eab7e4f2537065!8m2!3d-6.1376448!4d106.8171245

Kamus Besar Bahasa Indonesia online, https://kbbi.web.id/eksploitasi

Profil Anak Indonesia 2018. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)

Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta

113

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Pasal 1 (7)

Undang-Undang Republik Indonesia No.32 tahun 2014

Undang-Undang RI No.3 1997 Undang-undang Peradilan Anak. Jakarta: Sinar Grafika.1997

114

115 Usia : 15 Tahun

Tempat tinggal : Bonsai

Pekerjaan : Pengemis dan pedagang es keliling

1. Mengapa anda mengemis? Bagaimana persaan anda menjadi seorang pengemis?

Jawab: mau bantu mama, perasaannya nggak apa-apa, kan bantu mama.

Kalo lagi ngemis, paling gini *memperagakan, mengangkat satu tangannya* “kak, bagi uang kak” gitu aja.

2. Berapa jumlah pendapatan anda dalam sehari?

Jawab: hmmm… *sambil memainkan jari-jarinya* kadang kalo lagi bener dapetnya Rp. 300.000,- kalo lagi nggak bener dapetnya Rp. 200.000,-kadang cepe (Rp. 100.000,-) juga.

3. Apakah anda bahagia dengan semua yang anda kerjakan sejauh ini?

Jawab: Bahagia-bahagia aja *sambil menganggukan kepalanya*, kan sama dia juga *menunjuk Devi, temannya yang juga bekerja sebagai pengemis*

4. Bagaimana dengan orang tua anda ketika anda bekerja sebagai pengemis?

Jawab: gak apa-apa, kan disuruh mama. Kalo mama, kalo aku jadi pengemis mama duduk manis doang, bagian duit doang *matanya terlihat sedih*

5. Apakah anda melakukan ini atas dasar desakan dari orang tua?

Jawab: *menganggukan kepala* terpaksa aja untuk makan doang, sama jajan, kalo aku sore nggak keluar-keluar (mengemis) dari jam 4 sampe jam 6 nggak keluar (mengemis), aku bisa nggak dikasih makan, dikurungin dirumah.

6. Bagaimana perlakuan orang tua anda apabila anda menolak untuk mengemis?

Jawab: biasanya kalo aku lagi nggak mau ngemis akunya diomelin.

7. Bagaimana sikap orang tua anda saat anda pulang tidak membawa uang?

Jawab: kalo nggak dapet duit paling akunya dikurung dirumah, nggak dikasih makan, nggak dikasih minum sampe sore.

8. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda? Apakah berjalan baik-baik saja? Atau terjadi konflik di dalam keluarga anda?

Jawab: kalo mama sama bapak yang kandung aslinya baik sih, suka ngurus aku, tapikan mama udah banyak anak, udah nggak belain aku lagi kata mama kalo aku udah gede, aku ngurus (diri) sendiri. Adek aku ada 6, dari bapak kandung 3, dari bapak tiri 3.

9. Apakah anda merasa keberatan dengan kegiatan anda mengemis? Bagai mana perasaan anda?

Jawab: *menggelengkan kepala* enggak, nggak apa-apa, tapi sebenernya aku nggak mau, kan aku bukan anak pengemis *jawabnya kesal*

10. Bagaimana kondisi perekonomian keluarga anda?

Jawab: kalo aku mau makan doang gampang, tinggal bilang ke mama, nanti dikasih sama mama.

11. Bagaimana peran anda dalam perekonomian keluarga anda? Apakah anda sebagai tulang punggung?

Jawab: iya aku cari uang buat mama, buat adek-adek.

12. Bagaimana bisa orang tua anda membiarkan/memaksa anda untuk mengemis?

Jawab: boleh, kan kalo sama mama aku emang disuruh, tapi kalo sama bapak tiri aku nggak boleh, karena bapak tiri aku nggak suka anaknya ngemis.

13. Apakah dengan mengemis perekonomian keluarga anda dapat terbantu?

Jawab: *menganggukan kepala* iya.

14. Bagaimana dengan sekolah anda?

Jawab: aku enggak sekolah.

15. Apakah pihak sekolah tau tentang kegiatan mengemis anda? Bagaimana pihak sekolah menyikapinya?

Jawab:-16. Bagaimana anda menyikapi sikap orang tua anda yang seolah acuh terhadap anda?

Jawab: kan kata mama aku, aku kalo udah gede harus urusin aku sendiri, mama aku anaknya udah banyak, aku jadinya nggak dibelain lagi.

17. Apakah kegiatan mengemis memang sudah menjadi tradisi di keluarga anda? Mengapa?

Jawab: aku yang ngemis, adek aku enggak, kan ada yang masih kecil, 5 tahun, 3 tahun, 2 tahun, satu lagi yang bayi diurus orang, di adopsi anak.

18. Seperti apa lingkungan di sekitar rumah anda?

Jawab: dideket rumah aku ada kandang burungnya, rumah aku dari kayu nggak ada lantainya, rumah kontrakan.

19. Apakah ada anggota keluarga anda yang juga menjadi pengemis?

Mengapa itu bisa terjadi?

Jawab: enggak, Cuma aku doang, adek aku yang satu bantuin mama aku dagang.

20. Apakah anda tau apa itu eksploitasi?

Jawab: *menggelengkan kepala* tapi kalo tugas sebagai anak itu nyuci baju sendiri, cari duit sendiri, apa-apa ngurus sendiri.

21. Bagaimana anda bisa bertahan hidup dalam keterpaksaan?

Jawab: disuruh mama, kalo aku nggak nurut, aku nggak dianggep anaknya lagi.

22. Apakah orang tua anda bekerja? Jenis pekerjaan apa yang mereka lakukan?

Jawab: kalo mama aku jualan, kalo bapak kandung aku kerjaannya nganggur, kalo bapak tiri aku kerjaannya dagang.

23. Bagaimana pendapat anda mengenai fenomena pengemis di bawah umur?

Jawab: hm… kelaperan, kehausan, keujanan, kalo temen-temen aku banyak disini (jalan Kali Besar), ada yang disuruh mamanya ngemis,

banyak kalo malem, mamanya santai-santai aja, tinggal setor, tinggal setor.

24. Apakah anda mempunyai keinginan untuk berhenti menjadi pengemis?

Jawab: iya, mau *menganggukan kepala*

25. Apakah selama ini, anda melakukan pekerjaan ini (mengemis) dalam naungan oknum mafia?

Jawab: *menggelengkan kepala*

26. Bagaimana perlakuan oknum tersebut kepada anak-anak buahnya (pengemis anak)?

Jawab: kalo mama aku lagi kesel banget aku dipukul.

27. Apakah selama kegiatan mengemis berlangsung, anda berada dalam pantauan „Bos‟ anda?

Jawab: kan mama aku disitu *menunjuk kearah luar kawasan Fatahillah*

28. Apakah anda dipaksa untuk mengemis dalam jangka waktu tertentu?

Jawab: akumah enggak, kalo sama mama terserah yang penting aku keluar (mengemis) dapet uang.

29. Jika anda kedapatan sedang bermain atau sedang istirahat pada saat waktu mengemis, tindakan apa yang biasanya dilakukan oleh „Bos‟ anda?

Jawab: gapapa, kan mainnya sama dia *menunjuk Devi, teman yang sama-sama mengemis dengannya*

30. Bagaimana sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh „Bos‟ anda? Apakah ada nominal tertentu yang harus anda berikan dalam sehari? Atau bagi hasil dilakukan dengan cara potongan per persen, berapa persen biasanya yang diminta oleh „Bos‟ anda dalam sehari?

Jawab: aku kalo sama mama dikasih semua (uang yang didapat diserahkan semuanya ke orang tuanya) nanti aku dikasih kalo mau makan tinggal bilang, kalo mau jajan tinggal bilang.

31. Selain diberikan kepada oknum atau mafia atau „Bos‟, biasanya anda memberikan hasil mengemis anda kepada siapa saja?

Jawab: sama mama, aku kasihnya ke bapak kandung doang.

32. Selama anda mengemis, apakah pernah anda mengalami tindakan tidak menyenangkan dari orang lain?

Jawab: ada pernah, diusir, sedihlah, emangnya nggak sakit apa digituin, kan aku masih kecil.

33. Apakah anda pernah mendengar atau menyaksikan sendiri perlakuan tidak baik yang pernah dialami oleh teman-teman anda sesama pengemis anak?

Jawab: enggak.

34. Selama mengemis lebih dari 3 tahun ini, apakah anda pernah teringkus oleh satuan polisi pamong praja atau SATGAS disini?

Jawab: aku ngemis udah dari sepantaran dia *menunjuk Devi, yang berusia 10 tahun* pernah ketangkep terus dibawa ke dinsos, Cuma disuruh naek kemobil aja, terus mama aku nggak tau, terus di kasih tau sama temen aku “mamanya adel, adelnya masuk dinsos”, terus ditolongin sama mamanya temen aku, aku dikeluarin.

35. Bagaimana untuk kedepannya? Apakah anda ingin terus hidup dalam paksaan orang tua? Apa harapan anda?

Jawab: aku mau kerja jadi di kantoran.

Lampiran Wawancara 2 Nama : Devi

Usia : 10 Tahun Tempat tinggal : Bekasi

Pekerjaan : Pengemis dan pedagang es keliling

1. Mengapa anda mengemis? Bagaimana persaan anda menjadi seorang pengemis?

Jawab: aku mau bantuin mama, aku mau sendiri.

2. Berapa jumlah pendapatan anda dalam sehari?

Jawab: kadang kalo lagi main ama dia *menunjuk adel, teman sesama pengemis* Rp.400.000,- kadang kalo enggak Rp.200.000,- kadang

Rp.100.000,-3. Apakah anda bahagia dengan semua yang anda kerjakan sejauh ini?

Jawab: *menggaruk-garuk kepalanya* iya.

4. Bagaimana dengan orang tua anda ketika anda bekerja sebagai pengemis?

Jawab: nggak apa-apa

5. Apakah anda melakukan ini atas dasar desakan dari orang tua?

Jawab: enggak, aku mau sendiri.

6. Bagaimana perlakuan orang tua anda apabila anda menolak untuk mengemis?

Jawab: kadang mama kalo lagi kesel banget aku dipukul. Kadang kakinya, kadang tangannya, pake benda, kemaren kembaran aku sininya berdarah

*mengarahkan tangannya ke kepala bagian belakang* gara-gara ngilangin getokan es, dipukul sama mama aku.

7. Bagaimana sikap orang tua anda saat anda pulang tidak membawa uang?

Jawab: enggak, kalo dapet cepe (Rp.100.000,-) mama nggak marah, bilang aja lagi sepi, emang sepi kok, hari senin.

8. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda? Apakah berjalan baik-baik saja? Atau terjadi konflik di dalam keluarga anda?

Jawab: kadang aku sama kembaran aku berantem, kalo bapak aku udah meninggal.

9. Apakah anda merasa keberatan dengan kegiatan anda mengemis? Bagai mana perasaan anda?

Jawab: enggak, nggak apa-apa

Jawab: enggak, nggak apa-apa