Kemiskinan merupakan suatu fenomena dimana seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Baswir dan Sumodiningrat membagi kemiskinan menjadi 2 yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut merupakan suatu fenomena dimana seseorang memiliki pendapatan rendah atau dibawah garis kemiskinan. Orang-orang yang berada dibawah garis kemiskinan biasanya akan terjebak pada budaya kemiskinan, seperti yang dijelaskan oleh Oscar Lewis dalam teori Culture of Poverty bahwa seseorang yang bermental budaya kemiskinan, akan terlena dan mencari jalan termudah untuk keluar dari kemiskinan itu, salah satunya dengan cara mengeksploitasi seseorang untuk mendapatkan uang dengan mudah.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, eksploitasi merupakan suatu tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh seseorang atau oknum kepada orang lain, meliputi bebagai macam jenis pekerjaan, pelacuran, dan lainnya yang mana hal tersebut sangat merugikan korban, seperti yang sudah tercantum pada Undang-Undang No.21 Tahun 2007 mengenai Eksloitasi.
Penelitian ini menitik beratkan pada kategori anak jalanan menurut Bagong Suyanto yaitu Childern On The Street, pada kategori ini, anak-anak yang masih memiliki tempat tinggal dan keluarga memutuskan dengan sendirinya atau diperintah oleh orang tuanya bekerja di jalanan untuk membantu perekonomian keluarganya, dan difokuskan pada anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis.
Peneliti akan meneliti tentang Eksploitasi Anak Jalanan Karena Faktor Ekonomi Sebagai Pengemis di Kota Tua Jakarta, dengan grand theory Tindakan Sosial dari Max Waber.
Kerangka teoritik dalam penelitian ini adalah:
Kemiskinan Absolut (Baswir dan Sumodiningrat, 2010) Dikatakan miskin karena pendapatan yang rendah atau berada di bawah garis kemiskinan.
Faktor Ekonomi Kemiskinan
Kemiskinan Struktural
Absolut Relatif
Budaya Kemiskinan (Oscar Lewis, 1966)
Eksploitasi Anak (UU No. 21 Tahun 2007)
Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban, meliputi tindakan tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan, pemanfaatan fisik, seksual, organ atau secara melawan hukum untuk mendapatkan keuntungan materil maupun in-materil.
Anak Jalanan (Bagong Suyanto, 2010) 1. Childern On The Street 2. Childern Of The Street
3. Childern From Family Of The Street
Childern On The Street
Eksploitasi Anak Jalanan Karena Faktor Ekonomi Sebagai Pengemis di Kota Tua Jakarta Pengemis Anak
Teori Tindakan Sosial Max Weber
38
Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi dimana penelitian dilakukan. Adapun tempat penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu berlokasi di kawasan Kota Tua, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat DKI Jakarta. Sedangkan waktu penyusunan dan penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2019 sampai bulan Januari 2020
Tabel 3.1
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan eksploitasi anak yang terjadi akibat dari pola asuh orang tua yang salah dan faktor ekonomi.
Penelitian kualitatif menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur perhitungan atau statistik.1
Penelitian pada penelitian ini adalah pendekatan deskiptif, pendekatan deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran sistematis, tekstual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan membuat penjabaran, gambaran atau lukisan secara sistematis, akurat berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menggambarkan mengenai situasi atau kejadian dan peneliti bisa saja membuat perbandingan antar fenomena yang ada.2 Data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif. Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data kualitatif yang digunakan oleh peneliti berupa data-data yang penyajiannya dilakukan secara deskriptif, menggunakan penjabaran dengan kata-kata dan bukan merupakan penjabaran melalui angka.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, gambar. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa yang ada, dan bergantung pada pengamatan peneliti. Dengan cara mendiskripsikan keadaan yang berlangsung di lapangan, mengamati, sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian berdasarkan data-data yang terkumpul, kemudian penulis akan mengungkapkan dengan kata-kata atau kalimat. Penelitian deskriptif ini mempelajari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan juga
pengaruh-1 M Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2016), h.25
2 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) h. 54-55
pengaruh dari suatu fenomena. 3 Dengan demikian metode yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif deskriptif, dimana penelitian tersebut bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi yang dapat diamati, dari kata-kata tertulis, maupun lisan dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian ini.
Penelitian kualitatif biasanya digunakan pada penelitian deskriptif dan historis, oleh sebab itu karena penelitian kualitatif dianggap tepat oleh penulis untuk digunakan sebagai metode penelitian dengan judul eksploitasi anak jalanan sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta. Dengan menggunakan metode ini, penulis merasa sangat tepat untuk bisa menjelaskan dan menjabarkan fenomena apa saja yang terjadi. Dengan menggunakan penelitian kualitatif juga, penulis dapat melakukan pendekaan dengan objek penelitian agar dapat mengeksplorasi lebih dalam objek yang diteliti yaitu anak-anak jalanan dibawah umur yang berprofesi sebagi pengemis di Kota Tua Jakarta.
C. Subjek Penelitian
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang non kualitatif. “Sampel adalah bagian dari populasi yang dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representative dan merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi”.4 Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan.
Sampling dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada suatu saat dan situasi tertentu, karena itu dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian. Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil dan lebih mengarah ke penelitian proses dari pada produk dan biasanya membatasi pada satu kasus.5
Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Perkembangan tertentu ini
3 Ibid., h. 54-55
4 Haris Hendriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 104
5 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualiitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996), h. 42
misalnya orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian. Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu peneliti akan memilih orang tertentu yang akan memberikan data yang diperlukan, lalu berdasarkan informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Adapun kriteria subjek penelitian untuk dapat dijadikan sampel adalah:
1. Anak Jalanan 2. Berusia 10-15 tahun 3. Masih memiliki orang tua
4. Bekerja sebagai pengemis selama lebih dari 3 tahun
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah 5 anak berusia 10-15 tahun yang menjadi pengemis di Kota Tua Jakarta. Adapun informan yang dibutuhkan adalah 1 orang SATGAS Kota Tua Jakarta, dan 1 orang wisatawan di Kota Tua Jakarta yang berusia lebih dari 25 tahun.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Teknik Observasi (pengamatan) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.6 Pada penelitian, peneliti ini menggunakan observasi non partisipasi (non-participation observer), yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat (atau peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok hanya
6 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 63
mengamati sepintas, atau dapat dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.7 Dalam penelitian ini yang diamati adalah anak-anak jalanan berusia 13-15 tahun yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta, Teknik ini dilakukan untuk melihat langsung bagaimana keseharian dan aktivitas yang mereka lakukan, tindakan eksploitasi yang terjadi dikalangan anak jalanan, dan untuk mengamati sebuah fenomena budaya kemiskinan yang terjadi serta terdapatnya budaya mengemis.
Tabel 3.2
PEDOMAN OBSERVASI KOTA TUA JAKARTA
1. Nama Tempat :...
2. Waktu :...
3. Tanggal :...
No. ASPEK YANG DIAMATI KOMENTAR
1. Budaya kemiskinan yang terjadi di Kota Tua Jakarta
a. Berdasarkan banyak sedikitnya anak jalanan, pengemis, pedagang asongan, gelandangan, dan pengamen yang ada di Kota Tua Jakarta
b. Suasana di Kota Tua
Jakarta dengan adanya anak jalanan, pengemis,
pemulung, gelandangan dan pengamen yang ada di Kota Tua Jakarta.
2. Keamanan lingkungan di sekitar Kota Tua Jakarta
7Ibid., h.66
PEDOMAN OBSERVASI PERILAKU
No. ASPEK YANG DIAMATI KOMENTAR
1. Karakteristik anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta
c. Penampilan fisik anak jalanan di Kota Tua Jakarta yang bekerja sebagai pengemis.
2. Kegiatan yang dilakukan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta
c. Kegiatan yang dilakukan anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta pada pukul 20.00-00.00 WIB 3. Tindakan eksploitasi yang
dialami oleh anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta.
2. Teknik Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Menurut Moleong, “Wawancara adalah percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.”8 Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara dengan 5 orang anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta sebagai objek penelitian, dan 1 orang SATGAS Kota Tua Jakarta yang bertugas menertibkan para gelandangan, anak jalanan, dan lain-lain, juga 1 orang wisatawan yang berkunjung ke Kota Tua Jakarta, berusia 25 tahun keatas sebagai informan.
8 Haris Hendriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 118
PEDOMAN WAWANCARA ANAK JALANAN YANG BEKERJA SEBAGAI PENGEMIS DI KOTA TUA JAKARTA
NO PERTANYAAN IDENTITAS
1. Siapa nama anda?
2. Berapa usia anda?
3. Dimana anda tinggal?
4. Apakah anda mempunyai saudara kandung?
Jika iya, berapa?
Jika tidak, kenapa?
PERTANYAAN EKSPLORASI
1. Mengapa anda mengemis? Bagaimana persaan anda menjadi seorang pengemis?
2. Berapa jumlah pendapatan anda dalam sehari?
3. Apakah anda bahagia dengan semua yang anda kerjakan sejauh ini?
Jika iya, mengapa?
Jika tidak, apa penyebabnya?
4. Bagaimana dengan orang tua anda ketika anda bekerja sebagai pengemis?
5. Apakah anda melakukan ini atas dasar desakan dari orang tua?
Jika iya, apa penyebabnya?
Jika tidak, apa alasannya?
6. Bagaimana perlakuan orang tua anda apabila anda menolak untuk mengemis?
7. Bagaimana sikap orang tua anda saat anda pulang tidak membawa uang?
8. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda? Apakah berjalan baik-baik saja? Atau terjadi konflik di dalam keluarga anda?
9. Apakah anda merasa keberatan dengan kegiatan anda mengemis?
Bagai mana perasaan anda?
10. Bagaimana kondisi perekonomian keluarga anda?
Tabel 3.4
11. Bagaimana peran anda dalam perekonomian keluarga anda? Apakah anda sebagai tulang punggung?
12. Bagaimana bisa orang tua anda membiarkan/memaksa anda untuk mengemis?
13. Apakah dengan mengemis perekonomian keluarga anda dapat terbantu?
14. Bagaimana dengan sekolah anda?
15. Apakah pihak sekolah tau tentang kegiatan mengemis anda?
Bagaimana pihak sekolah menyikapinya?
16. Bagaimana anda menyikapi sikap orang tua anda yang seolah acuh terhadap anda?
17. Apakah kegiatan mengemis memang sudah menjadi tradisi di keluarga anda? Mengapa?
18. Seperti apa lingkungan di sekitar rumah anda?
19. Apakah ada anggota keluarga anda yang juga menjadi pengemis?
Mengapa itu bisa terjadi?
20. Apakah anda tau apa itu eksploitasi?
Jika iya, apa pendapat anda?
21. Bagaimana anda bisa bertahan hidup dalam keterpaksaan?
22. Apakah orang tua anda bekerja? Jenis pekerjaan apa yang mereka lakukan?
Jika iya, apakah sudah mencukupi kebutuhan keluarga?
Jika tidak, apa penyebabnya?
23. Bagaimana pendapat anda mengenai fenomena pengemis di bawah umur?
24. Apakah anda mempunyai keinginan untuk berhenti menjadi pengemis?
Jika tidak, apa alasannya?
25. Apakah selama ini, anda melakukan pekerjaan ini (mengemis) dalam naungan oknum mafia?
26. Bagaimana perlakuan oknum tersebut kepada anak-anak buahnya (pengemis anak)?
27. Apakah selama kegiatan mengemis berlangsung, anda berada dalam pantauan „Bos‟ anda?
28. Apakah anda dipaksa untuk mengemis dalam jangka waktu tertentu?
29. Jika anda kedapatan sedang bermain atau sedang istirahat pada saat waktu mengemis, tindakan apa yang biasanya dilakukan oleh „Bos‟
anda?
Apakah ada jenis hukuman yang diberikan?
30. Bagaimana sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh „Bos‟ anda?
Apakah ada nominal tertentu yang harus anda berikan dalam sehari?
Atau bagi hasil dilakukan dengan cara potongan per persen, berapa persen biasanya yang diminta oleh „Bos‟ anda dalam sehari?
31. Selain diberikan kepada oknum atau mafia atau „Bos‟, biasanya anda memberikan hasil mengemis anda kepada siapa saja?
32. Selama anda mengemis, apakah pernah anda mengalami tindakan tidak menyenangkan dari orang lain?
Jika iya, oleh siapa biasanya anda diperlakukan dengan tidak baik ketika sedang mengemis di jalan?
33. Apakah anda pernah mendengar atau menyaksikan sendiri perlakuan tidak baik yang pernah dialami oleh teman-teman anda sesame pengemis anak?
Jika iya, siapa yang melakukan itu?
34. Selama mengemis lebih dari 3 tahun ini, apakah anda pernah teringkus oleh satuan polisi pamong praja?
Jika iya, bagaimana perlakukan orang tua anda menanggapi hal tersebut?
35. Bagaimana untuk kedepannya?
Apakah anda ingin terus hidup dalam paksaan orang tua? Apa harapan anda?
Tabel 3.5
1. Apakah anda selalu bertugas untuk menertibkan wilayah Kota Tua Jakarta?
2. Apa yang biasanya anda lakukan jika sedang bertugas?
3. Bagaimana tanggapan anda mengenai anak jalanan?
4. Bagaimana situasi yang anda hadapi ketika sedang menghadapi anak jalanan, pedagang asongan, pengemis, gelandangan dan lain-lain?
5. Apa yang biasanya membuat mereka sulit untuk ditertibkan?
6. Bagaimana perlakuan anda apabila mereka sulit untuk ditertibkan?
7. Bagaimana pandangan anda mengenai anak jalanan yang banyak sekali berkeliaran di wilayah Kota Tua Jakarta ini
8. Bagaimana tanggapan anda mengenai anak jalanan yang mengemis di wilayah ini?
9. Apakah semua pengemis yang tertangkap akan dibina seperti sebagaimana mestinya?
10. Apakah sejauh ini anda pernah mengamankan anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis karena paksaan dari orang tuanya atau dari oknum lain?
11. Apakah sejauh ini anda mengetahui bahwa adanya tindakan pemaksaan atau eksploitasi yang dilakukan suatu oknum untuk mempekerjakan anak-anak dibawah umur sebagai pengemis?
12. Apakah sejauh ini anda pernah mengamankan anak-anak jalanan yang dipaksa untuk mengemis dengan keadaan tidak sehat (anak dalam keadaan sedang sakit)?
13. Apakah sejauh ini anda mengetahui atau pernah mengamankan anak-anak jalanan yang menjadi korban kekerasan oleh oknum atau orang tuanya?
14. Apa yang menjadi harapan anda untuk kedepannya bagi anak-anak jalanan yang tereksploitasi?
Tabel 3.6
PEDOMAN WAWANCARA WISATAWAN PENGEMIS DI KOTA TUA JAKARTA
NO PERTANYAAN IDENTITAS
1. Siapa nama anda?
2. Berapa usia anda saat ini?
PERTANYAAN EKSPLORASI
1. Seberapa sering anda mengunjungi wisata Kota Tua Jakarta?
2. Apa yang membuat anda menyukai tempat wisata ini?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai tempat wisata Kota Tua Jakarta ini?
4. Apakah ada yang menojol dari tempat wisata Kota Tua Jakarta?
5. Apakah anda mengetahui tentang anak jalanan?
6. Bagaimana pendapat anda mengenai anak jalanan di wilayah Kota Tua Jakarta?
7. Apakah anda merasa terganggu dengan adanya anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di Kota Tua Jakarta Ini?
8. Bisakah anda jelaskan apa yang mebuat ada terganggu dengan adanya anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di tempat wisata Kota Tua Jakarta ini?
9. Apakah anda pernah memberikan uang kepada pengemis?
10. Bagaimana tanggapan anda sebagai orang tua, ketika melihat banyaknya anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis di tempat wisata Kota Tua Jakarta?
11. Apakah anda tau atau pernah meliat anak-anak korban eksploitasi yang diharuskan untuk mengemis agar mendapatkan uang?
12. Apa tanggapan anda sebagai orang tua melihat banyaknya jumlah anak-anak dibawah umur yang harus mengemis karena kebutuhan ekonomi?
13. Apakah sebagai orang tua, anda berhati-hati mengenai eksploitasi anak?
14. Menurut anda, apakah boleh orang tua mempekerjakan anaknya untuk mendapatkan uang?
15. Apakah anda tau apa saja hak-hak yang harus didapatkan oleh
seorang anak?
16. Sebagai orang yang lebih tua, apa harapan anda untuk kedepannya mengenai anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis?
3. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.9 Studi dokumentasi merupakan salah satu cara bagi peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui sebuah dokumen.10 Dokumen disini dalam bentuk foto-foto dan video selama proses penelitian berlangsung, ketika proses observasi, dan wawancara.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur kejadian alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian.
“Instrument dalam penelitian kualitatif adalah orang yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti.”11 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Instrumen penelitian dalam tradisi penelitian kualitatif adalah manusia/orang yakni peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu berupa catatan, tape recorder, dan tustel (camera). Catatan, tape recorder, dan tustel hanya digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, sebagai instrumen penelitian, peneliti melakukan pemahaman makna data yang peneliti peroleh di lapangan.
9 Sugiyono, Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015), h.329
10 Haris Hendriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 143
11 M Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016), h.95
Jadi, instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah orang/manusia sedangkan alat bantu seperti catatan dan lainnya hanya merupakan “senjata” pelengkap. Karena peneliti sebagai instrumen dalam penelitian ini, maka peneliti mempersiapkan diri dengan mencari senjata yang tepat, sehingga dengan menggunakan senjata itu peneliti dapat mengolah data menjadi informasi yang bermakna. Sebagai instrumen penelitian, maka peneliti:
1) Telah mempersiapkan rancangan penelitian, menentukan lokasi penelitian, menjajaki dan menilai fisik lapangan, menentukan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyiapkan diri untuk beradaptasi dengan suasana kehidupan subjek penelitian. Inilah yang peneliti sebut dengan tahap pra lapangan.
2) Terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data/informasi melalui wawancara dan observasi serta studi dokumentasi dengan menggunakan
“senjata” yang telah disiapkan seperti catatan, rekaman (tape recorder) dan bila perlu kamera untuk mengabadikan semua kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Berkenaan dengan alat “senjata” dalam penelitian, Sugiyono mengatakan bahwa alat bantu berguna agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:
a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. Sekarang sudah banyak komputer yang kecil, notebook yang dapat digunakan untuk membantu mencatat data hasil wawancara.
b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan apakah dibolehkan atau tidak.
c. Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
3) Setelah data terkumpul peneliti melakukan editing, reduksi dan klasifikasi data, sekaligus melakukan perumusan kategori, memberikan interpretasi dan memberikan eksplanasi untuk menjawab masalah penelitian.
F. Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah kualitatif.
Dimana data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka tetapi berupa kata-kata atau kategori-kategori di atas. Dalam hal ini data yang di maksud adalah tentang obyek penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana terdapat suatu masalah yaitu penelitian dengan jenis data yang bersifat non statistik dengan data yang nantinya diperoleh dalam bentuk kata verbal, yaitu berupa kata-kata atau kalimat-kalimat, kategori-kategori, dan tidak dalam bentuk angka atau statistik. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder yang mungkin berasal dari naskah wawancara dan catatan pribadi.
1. Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang dapat memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitian atau sumber pertama dimana sebuah data yang didapatkan langsung oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama itu adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai.
Dalam proses penelitian, sumber data utama dikumpulkan melalui catatan tertulis, atau melalui perekaman video/audio tape, dan pengambilan foto.
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu segala bentuk dokumen, baik dalam bentuk tertulis maupun foto atau sumber data kedua sesudah sumber data primer. Meskipun disebut sebagai sumber kedua
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu segala bentuk dokumen, baik dalam bentuk tertulis maupun foto atau sumber data kedua sesudah sumber data primer. Meskipun disebut sebagai sumber kedua