• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBERDAYAAN BAHASA DAERAH DAN BAHASA ASING

SUATU KAJIAN INVENTARISASI BAHASA DAERAH

Oleh: T. Syarfina

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara Abstrak

Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 25 kabupaten dan 8 kota, sementara suku bangsa asli yang mendiami wilayah ini terdiri atas delapan suku bangsa, yaitu Melayu, Batak Toba, Mandailing, Angkola, Karo, Pakpak, Simalungun, dan Nias. Setiap suku bangsa tersebut memiliki bahasa daerah tersendiri. Sehingga dengan demikian, potensi bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara untuk menyumbangkan kosakata pada pengembangan kosakata bahasa Indonesia sangat memungkinkan. Tulisan ini berupaya mengemukakan potensi bahasa daerah dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Khususnya dalam hal ini bagaimana kosakata bahasa asing yang hadir melalui teknologi dan komunikasi dapat diganti dengan kosakata bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara.

Kata kunci: kosakata daerah dan sumbangan bagi bahasa Indonesia

1. Pendahuluan

BAHASA berkembang dengan pesat, dan hal itu memberi dampak berupa pengakumulasian sejumlah kosakata yang tidak terkira jumlahnya, khususnya kosakata asing yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehadiran kosakata asing dalam dunia komunikasi di tanah air, kiranya perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini, terutama dari segi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam interaksi sosial manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahasa untuk mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya kepada orang lain. Bahasa menjadi alat yang sangat penting sehingga selalu menarik untuk menjadi

2

pusat kajian, meskipun banyak orang cenderung tidak tertarik menganalisis dan memperhatikan penggunaan bahasa itu dalam konteks sosial. Pada kenyataannya, bila merujuk kepada fakta di lapangan bahasa sering kali membuat kita berpikir, bergembira, sedih, dll. Hal ini terjadi karena terdapat unsur-unsur pembentuk bahasa sehingga apa yang ingin disampaikan dapat dimaknai sedemikian rupa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang yang secara spesifik memerhatikan penggunaannya.

Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Menurut data terakhir terdapat 746 bahasa daerah.

UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 di dalam penjelasannya, dikatakan: “Bahasa daerah itu adalah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara”, yang fungsinya sebagaimana disimpulkan oleh peserta Seminar Politik Bahasa Nasional tahun 1975 di Jakarta, yakni:

“Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa- bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah” (Halim (Ed.), 1976:145—46).

Bahasa yang hidup sebagai akibat dinamika yang terdapat dalam masyarakat senantiasa akrab dengan perubahan. Oleh karena perubahan yang tetap ada pada setiap bahasa maka teori kebahasaan pun dapat berubah dan

3

berkembang sejalan dengan intensitas penelitian kebahasaan yang dilakukan terhadapnya. Tulisan ini berupaya mencari peranan bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia.

2. Bahasa Daerah di Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 25 kabupaten dan 8 kota. Untuk tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deliserdang, Karo, Serdangbedagai, Simalungun, Dairi, Pakpak Bharat, Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbanghasundutan, Samosir, Labuhanbatu, Labuahanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailingnatal, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, dan Nias Barat. Sedangkan untuk tingkat kota, yaitu Kota Medan, Binjai, Tebingtinggi, Pematangsiantar, Tanjungbalai, Sibolga, Padangsidimpuan, dan Gunungsitoli.

Suku bangsa yang mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu kategori penduduk asli Sumatera Utara terdiri atas suku bangsa Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak, Batak Toba, Mandailing, Angkola, dan Nias. Kategoti penduduk pendatang dari dalam negeri, yaitu Jawa, Aceh, Minang, Banjar, Sunda, dan Banten. Kategori penduduk pendatang dari luar negeri, yaitu Cina, India, dan Arab.

Tulisan ini hanya membahas mengenai bahasa daerah yang digunakan oleh suku bangsa asli Sumatera Utara. Untuk bahasa Melayu dipakai di wilayah administratif Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Serdangbedagai, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, Kota Tanjungbalai, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sebagian Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebagian Kota Sibolga.

4

Untuk bahasa Simalungun dipakai di wilayah Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, sebagian Kabupaten Serdangbedagai, dan sebagian di Kota Tebingtinggi. Untuk bahasa Karo dipakai di Kabupaten Karo, sebagian Kabupaten Langkat, sebagian Kabupaten Deliserdang, sebagian di Kota Medan dan Kota Binjai.

Untuk bahasa Pakpak dipakai di wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Untuk bahasa Batak Toba dipakai di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbanghasundutan, Samosir, sebagian di Tapanuli Tengah, Simalungun, Kota Pematangsiantar.

Untuk bahasa Mandailing dipakai di wilayah, Tapanuli Selatan, Mandailingnatal, Padanglawas Utara, Padanglawas, Kota Padangsidimpuan, sebagain di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dan Labuhanbatu. Untuk bahasa Angkola dipakai di sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan.

Sementara untuk bahasa Nias dipakai di seluruh kepulauan Nias, yaitu Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.

3. Pemakaian Bahasa Daerah

Penggunaan bahasa daerah/etnik sebagai bahasa ibu lambat laun semakin menyusut. Sementara penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah semakin meningkat. Ini seakan mempertegas bahwa telah terjadi promosi bahasa Indonesia dan degradasi bahasa daerah. Perubahan penggunaan bahasa tersebut terdapat perbedaan di antara beberapa etnik di Sumatera Utara.

5

Dalam penelitian ini memang bahasa Melayu tidak menjadi sasaran, hal ini dikarenakan penutur bahasa Melayu sangat berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Jika pun ada bahasa Melayu yang digunakan hanya dari segi dialek atau logatnya saja, sementara kosakatanya sama dengan bahasa Indonesia.

Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat ada tujuh bahasa daerah/etnik yang menjadi sasaran penelitian. Setiap suku bangsa diambil sampel sebagai responden sebanyak 150 responden yang merupakan penutur dari bahasa daerah yang bersangkutan. Para responden diminta untuk menjawab pertanyaan dalam angket yang berisikan bahasa yang mereka pergunakan dalam percakapan sehari- hari di dalam rumah tangga mereka. Apakah bahasa daerahnya, bahasa Indonesia, atau bahasa lainnya. Bahasa lainnya dalam hal ini adalah bahasa yang di luar

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Angkola Karo Mandailing Pakpak Simalungun Toba Nias

122 86 52 65 54 70 133 17 61 86 38 86 67 14 11 3 12 47 10 13 3