• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

B. Kajian Pustaka

Pemahaman nilai-nilai kepahlawanan seorang tokoh sangat perlu dikaji dalam rangka menumbuhkan kesadaran sejarah dan dalam upaya pembentukan karakter bagi individu maupun dalam suatu kelompok dalam dunia Pendidikan

maupun diluar pendidikan. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, skripsi Joned Bangkit Wahyu Laksono (2013) berjudul Kebijakan Penanaman Nilai-Nilai SMA Negeri 1 Ambarawa disusun dalam program kerja kemudian dikembangkan melalui melalui silabus, RPP dan program-program. Program kerja tersebut merumuskan nilai-nilai nasionalisme ditanamkan melalui pengintegrasian nilai-nilai nasionalisme kedalam pembelajaran, kegiatan teprogram, dan pembiasaan. Pelaksanaan penanaman nilai-nilai nasionalisme di dalam kelas dimulai dari guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang telah diintegrasikan dengan nilai-nilai nasionalisme. Dalam pembelajaran guru menggunakan metode, media, dan sumber belajar yang telah dirancang untuk menunjang pendidikan nasionalisme. Kegiatan terprogram dilaksanakan melalui memperingati Hari Besar Nasional, bakti Sosial, ekstrakurikuler, menghias kelas dengan tema nasionalisme. Pembiasaan dilaksanakan melalui upacara Bendera, memperdengarkan lagu-lagu Kebangsaan, mengibarkan Bendera di halaman depan sekolah oleh siswa setiap hari, membudayakan 3S (Senyum, Sapa, Salam), piket kelas, pemakaian pin Abita. Evaluasi penanaman nilai-nilai nasionalisme dilakukan secara terus menerus oleh guru mata pelajaran terkait berdasarkan pengamatan/observasi terhadap perilaku/sikap siswa dengan menggunakan alat penilaian skala sikap. Penilaian terkait dengan penanaman nilai-nilai nasionalisme juga dilakukan oleh kepala sekolah terhadap proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai nasionalisme yang dilakukan oleh guru mata pelajaran terkait. Penanaman nilai-nilai nasionalisme pada siswa di SMA

Negeri 1 Ambawara menemui beberapa hambatan. Hambatan tersebut diantaranya terdapat pada proses perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi penanaman nilai-nilai nasionalisme.

Dalam penelitian pertama ini, peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam sebuah penanaman nilai-nilai nasionalisme dapat terbantu dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan terprogram dan pembiasaan. Hal ini dapat membantu siswa dalam pemahaman mereka tentang nasionalisme karena mereka dijadikan sebagai subyeknya dan lebih mudah ditanamkan karena mereka dilibatkan langsung dalam kegiatan tersebut.

Skripsi ini mempunyai persamaan dengan yang ditulis oleh peneliti adalah cara penanaman nilai dengan cara pembiasaan, apabila pada skripsi ini memanfaatkan hari-hari besar nasional, memperdengarkan lagu-lagu nasional dan kegiatan yang lain, pada penelitian penanaman nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Sambernyawa, klub Persis Solo melakukan pembiasaan dengan branding Persis Solo sebagai laskar Sambernyawa, dan DPP Pasoepati sebagai

komunitas yang mengkoordinir kegiatan suporter Pasoepati membuat yel-yel dan koreografi yang berhubungan dengan Pangeran Sambernyawa.

Penelitian pemahaman nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Sambernyawa pada suporter Pasoepati memiliki perbedaan dalam proses dan subyek penanamnnya. Hal ini dikarenakan peneliti meneliti berbagai orang dalam berbagai latar belakang baik anak sekolah, mahasiswa, hingga para pekerja.

Kedua, penelitian dari Siti Khomsah (2015) berjudul Representasi Nilai Kepahlawanan Tokoh Jaleswari Dalam Film Batas “Antara Keinginan dan Kenyataan” (Analisis Semiotik Terhadap Tokoh Jaleswari). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam apakah tanda-tanda yang digunakan untuk mempresentasikan nilai-nilai kepahlawanan tokoh Jaleswari dalam film Batas “Antara Keinginan dan Kenyataan” tersebut. Dengan mengetahui dan memahami tanda-tanda yang menunjukkan nilai-nilai kepahlawanan dari tokoh diharapkan kita adapat menelaadani nilai-nilai tersebut.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai kepahlawanan yang ditunjukkan melalui simbol-simbol sosial ditampilkan melalui sikap dan aksi dari tokoh Jaleswari. Nilai-nilai tersebut antara lain keberanian, kesabaran dan pengorbanan. Film ini mampu menunjukkan pesan atau tanda-tanda dari nilai-nilai kepahlawanan. Perbandingan yang ada pada penelitian ini adalah pemanfaatan media yang digunakan, pada penelitian ini memanfaatkan film sebagai media pemahaman nilai-nilai kepahlawanannya, dan pada penelitian Pemahaman Nilai-Nilai Kepahlawanan Pangeran Sambernyawa lebih menggunakan pengenalan biografi melalui poster sebagai stimulus bagi narasumber yang pada awalnya belum mengetahui secara mendalam tokoh Pangeran Sambernyawa.

Ketiga, penelitian Aman (2014), berjudul Aktualisasi Nilai-Nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme Dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan nasionalisme dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa ancaman terhadap integrasi bangsa telah mencapai tingkat yang memrihatinkan mengingat semakin lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan moral di kalangan generasi muda. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Yogyakarta dengan pendekatan naturalistik dan strategi embedded research. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (1) Aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dalam pembelajaran sejarah ditunjukkan melalui upaya: (a) penananam penghayatan arti penting sejarah untuk masa kini dan mendatang; (b) mengenal diri sendiri dan bangsanya; (c) pembudayaan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa; dan (d) menjaga peninggalan sejarah bangsa. (2) Aktualisasi nilai-nilai nasionalisme ditunjukkan melalui upaya pemahaman: (a) rasa bangga sebagai bangsa Indonesia; (b) rasa cinta tanah air dan bangsa; (c) rela berkorban demi bangsa;

(d) menerima kemajemukan; (e) rasa bangga pada budaya yang beraneka ragam; (f) menghargai jasa para pahlawan; dan (g) mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi perhatian, diantaranya adalah penggunaan pendekatan naturalistic, dimana peran peneliti bukan hanya sekedar penonton, akan tetapi posisi peneliti sebagai orang asing dalam artian peneliti tetap membaur pada pihak yang diamati namun dengan tanpa memihak. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya peneliti dalam mengaktualisasi nilai kesadaran sejarah dan nasionalisme dalam pembelajaran sejarah adalah melalui penghayatan arti penting sejarah, pembudayaan sejarah dan menjaga peninggalan sejarah agar tercapai rasa

bangsa sebagai bangsa Indonesia, bangga pada budaya, menghargai jasa pahlawan dan mengutamakan kepentingan umum.

Keempat, penelitian dari I Gusti Cahyaningsih (2013), berjudul Biografi Ida I Dewa Agung Istri Kanya (Studi Kasus Tentang Nilai-Nilai Kepahlawanan), Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Biografi Ida I Dewa Agung Istri Kanya; dan (2) nilai-nilai kepahlawanan yang diperoleh dari sosok Ida I Dewa Agung Istri Kanya agar dapat diteladani sebagaimana tertuang dalam biografinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ida I Dewa Agung Istri Kanya adalah putri tunggal pasangan Ida I Dewa Agung Putra Kusamba dengan Ida Anak Agung Istri Ayu Made Karang dari Puri Karangasem. Ida I Dewa Agung Istri Kanya tumbuh besar di lingkungan Keraton Semarapura dengan diberikan pendidikan kepemimpinan, ketatanegaraan, dan ilmu etika sehingga tumbuh besar menjadi seorang rakawi, raja Klungkung hingga pemimpin pada Perang Kusamba (1849). Nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung pada sosok Ida I Dewa Agung Istri Kanya antara lain: (1) nilai keberanian; (2) nilai kewibawaan; (3) nilai rela berkorban; (4) nilai patriotisme;

(5) nilai kemandirian; (6) nilai etika dan moral; (7) nilai kejujuran; (8) nilai menghargai dan menghormati orang lain; (9) nilai solidaritas; dan (10) nilai religius.

Pada penelitian ini yang menjadi persamaan dengan penelitian Pemahaman Nilai-Nilai kepahlawanan Pangeran Sambernyawa Pada Komunitas Suporter Pasoepati adalah kajian tentang biografi dari Ida I Dewa Agung Istri Kanya. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengenal lebih

dalam tokoh Ida I Dewa Agung Istri serta meneladani tokoh Ida Dewa Agung Istri Kanya melalui nilai-nilai kepahlawanannya. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif dan fokus penelitiannya pada kajian terhadap ketokohan seorang pahlawan. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus tokoh yang diteliti.

Kelima, penelitian dari Ayu Wantiasih (2013), berjudul Pewarisan Nilai- Nilai Kepahlawanan Melalui Pementasan Baris Jangkang di Desa Pakraman Pelilit, Nusa Penida, Klungkung, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan nilai-nilai kepahlawanan yang bisa diwariskan kepada masyarakat di Desa Pakraman setempat lewat pementasan Baris Jangkang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diwariskan kepada masyarakat di Desa Pakraman setempat lewat Baris Jangkang antara lain: (1) nilai keberanian; (2) nilai persatuan; (3) nilai rela berkorban; (4) nilai patriotisme; dan (5) nilai religius.

Penelitian ini pada dasarnya mempunyai persamaan yaitu dalam proses pendekatannya yang menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metodepengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi), metode penjaminan keabsahan data, metode analisis datadan metode penulisan hasil penelitian. Hal yang membedakan adalah pemanfaatan metode yang digunakan, apabila pada penelitian ini menggunakan media pementasan yang dapat mempermudah para narasumber dalam memaknai setiap

kejadian-kejadian yang mempunyai nilai-nilai kepahlawanan, sedangkan penulis menggunakan pendekatan pengenalan biografi Pangeran Sambernyawa dengan poster bersisi sejarah singkat Pangeran Sambernyawa dan menjelaskan makna yel-yel dan koreografi yang sering digunakan Komunitas Pasoepati dan Klub Persis Solo yang berhubungan dengan Pangeran Sambernyawa.

Penelitian-penelitian diatas menjadi penguat untuk peneliti tentang pentingnya kajian terhadap tokoh pahlawan dan nilai kepahlawanannya, terutama pada kesempatan ini peneliti ingin melakukan pembahasan tentang nilai kepahlawanan Pangeran Sambernyawa dalam rangka menumbuhkan kesadaran sejarah. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada subyek pelajar atau sekolah, peneliti mencoba mengkaji subyek baru yaitu dari kelompok suporter sepak bola. Bukan tanpa alasan suporter sepakbola di Indonesia perlu menjadi subyek yang harus diperhatikan terlebih dalam pemahaman nilai kepahlawanan dengan tujuan untuk meneladani tokoh pahlawan di daerah asal mereka dan menumbuhkan kesadaran sejarah. Laskar-laskar atau sebutan klub-klub sepak bola di Indonesia seringkali menggunakan tokoh pahlawan lokal yang mereka kagumi dan hormati. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan para suporter dalam penelitian ini adalah suporter Pasoepati dari klub Persis Solo dan mengetahui nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Sambernyawa dari perspektif suporter Pasoepati dalam upaya menumbuhkan kesadaran sejarah dan juga mengimplementasikan nilai-nilai kepahlawanan

tersebut agar suporter Pasoepati menjadi suporter yang baik dan positif dalam mendukung tim Persis Solo berlaga serta dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dokumen terkait